Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PATOFISIOLOGI JUVENILE DIABETES SERTA


DAMPAKNYA TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
Di susun untuk memenuhi mata kuliah keperawatan anak II
Dosen : Melisa Frisilia S.Kep.,M.Kes.

Di susun oleh:
Kelompok 1

Meitri Trolan 2017.C.09a.0853


Nedya Cristyana A 2017.C.09a.0855
Novia Fergina 2017.C.09a.0857
Pedrik Andawa P 2017.C.09a.0858
Sherent Valentina A 2017.C.09a.0865
Windari 2017.C.09a.0868
Sahrahwani J 2017.C.09a.0863
Ruslianur 2017.C.09a.0862
Jufukri Akbar 2017.C.09a.0847

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa karena
kasih karunianyalah saya dapat menyelesaikan Makalah ini. Dalam makalah ini
saya membahas tentang Patofisiologi Juvenile Diabetes serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Penyusunan makalah ini bertujuan agar
para pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuannya.
Saya menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya,25 November 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHUALUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaaat ................................................................................................... 3

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit .......................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Juvenile Diebetes ........................................................... 4
2.1.2 Etiologi ............................................................................................ 4
2.1.3 Klasifikasi ........................................................................................ 5
2.1.4 Patofisiologi ..................................................................................... 5
2.1.5 Tanda dan Gejala ............................................................................. 7
2.1.6 Komplikasi ...................................................................................... 8
2.1.7 Penatalaksanaan Medis .................................................................... 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 11

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 14
3.2 Saran ........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang
ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. Penyakit
DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi insulin karena penurunan
fungsi pada sel - sel beta pankreas yang dikenal dengan DM tipe 1 atau tidak
efektifnya kerja insulin di jaringan yang dikenal dengan DM 2. DM tipe 1 sering
disebut Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
dengan jumlah penderita 5 – 10% dari seluruh penderita DM dan biasanya terjadi
pada anak-anak dan usia muda.
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi. DM tipe 1 terjadi
disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat
disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi
insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi
insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan
meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin
lainnya seperti obesitas, hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi ataupun
hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018,
tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada
anak dan remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100
juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010.Data tahun 2003-2009 menunjukkan
pada kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan DM tipe 1 (60%)
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%).4 Pada tahun 2017, 71% anak dengan
DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD),
meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2 Diduga masih banyak pasien
DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosis saat pertama kali berobat
ke rumah sakit. Berdasarkan sensus penduduk 2010, total populasi penduduk
Indonesia adalah sekitar 267.556.363, dan lebih dari 83 juta adalah anak-anak.

1
2

Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di


Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko
anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan
hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian. Diabetes Mellitus
tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena
gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala
lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma.
Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap
penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko kecacatan dan
kematian (Pulungan, 2010)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu Juvenile Diabetes?
2.2.1 Bagaimana Juvenile Diabetes?
3.2.1 Bagaimana Manifestasi Juvenile Diabetes?
4.2.1 Bagaimana Patofisiologi Juvenile Diabetes?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Setelah membuat laporan penahuluan dan asuhan keperawatan ini
mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan Juvenile Diabetes.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari kasus ini, mahasiswa mampu:
1) Menjelaskan definisi Juvenile Diabetes
2) Memahami etiologi dari Juvenile Diabetes
3) Menyebutkan manifestasi klinis Juvenile Diabetes
4) Menjelaskan patofisiologi Juvenile Diabetes
5) Menjelaskan proses asuhan keperawatan Juvenile Diabetes
3

1.4 Manfaat Penulisan


Mahasiswa dapat menambah pengalaman dalam melakukan Asuhan
Keperawatan disamping itu meningkatkan pemahaman tentang memberikan dan
menyusun penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Juvenile
Diabetes.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian Juvenile Diebetes
Diabetes merupakan kondisi kadar gula darah tubuh yang lebih tinggi dari
seharusnya akibat kekurangan insulin. Diabetes juvenile, atau disebut juga
diabetes melitus tipe I, merupakan diabetes melitus yang terjadi pada anak-
anak akibat pankreas (organ dalam tubuh yang menghasilkan insulin) tidak
menghasilkan insulin sebagaimana mestinya.
2.1.2 Etiologi
Disebabkan karena destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan 2 hal yaitu :
1. Autoimun
Disebabkan kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel
beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya
infeksi pada tubuh. Ditemukan beberapa petanda imun (immune
markers) yang menunjukkan pengrusakan sel beta pankreas untuk
mendeteksi kerusakan sel beta, seperti “islet cell autoantibodies
(ICAs), autoantibodies to insulin (IAAs), autoantibodies to glutamic
acid decarboxylase (GAD). dan antibodies to tyrosine phosphatase
IA-2 and IA-2.
2. Idiopatik
Sebagian kecil diabetes melitus tipe 1 penyebabnya tidak jelas
(idiopatik).
3. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.

4
5

4. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
5. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :
Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.
1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran
utama untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.
2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada
sekelompok penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi
autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease, Graves disease,
pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan
dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50
tahun.

2.1.4 Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena
baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik
tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi
insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-
pankreas yang berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada
6

periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan


pemeriksaan laboratorium.
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini
sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi
insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat.
Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan
diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran
cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi).
Karena gula darah tidak dapat di-uptake kedalam sel, penderita akan
merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada
periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah
di-uptakekedalam sel.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga
akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini
kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari
0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung
sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu
adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi
yang menetap.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini
merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini
penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur
hidupnya.
(Brink SJ, dkk. 2010)

2.1.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap
awal, yang sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
7

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat


sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

2. Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyak minum.
3. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus
makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan
tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot
dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
6. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang
kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.
8

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
1. Komplikasi Metabolik Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis,
peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak
bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton
dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen
dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga
mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan
kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok
yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal
2) Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan
mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50
mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat
makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat
latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori
tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia
umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar,
palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor,
pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin,
juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan
gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul,
dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.
2. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya
terjadi memasuki tahun ke 5.
1) Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal
9

(nefropatik diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM


tipe-1), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan
kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma
(pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi
perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat
mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa
protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus
berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan
uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan
jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan
insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak
dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol
dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang
menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-
syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.
2) Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin
dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler.
Gangguan ini berupa :
a. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b. Hiperlipoproteinemia
c. Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan
penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka
dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai
Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang
terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat
mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup
efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.
10

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya
tidak jauh berbeda.
1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
5. Elektrolit :
1) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (
pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
11

berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . (


autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


1. Medis
1) Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada
penderita DM Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu
diperhatikan jenis insulin, dosis insulin, regimen yang digunakan,
cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang diperlukan.
a. Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu
insulin kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja
panjang, maupun insulin campuran (campuran kerja
cepat/pendek dengan kerja menengah). Penggunaan jenis
insulin ini tergantung regimen yang digunakan.
b. Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara
0,5-1 unit/kg beratbadan pada awal diagnosis ditegakkan.
Dosis ini selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-
faktor yang ada, baik pada penyakitnya maupun
penderitanya.
c. Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen
konvensional serta regimen intensif. Regimen
konvensional/mix-split regimendapat berupa pemberian dua
kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari. Sedangkan regimen
intensif berupa pemberian regimen basal bolus. Pada regimen
12

basal bolus dibedakan antara insulin yang diberikan untuk


memberikan dosis basal maupun dosis bolus.
d. Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang
baik dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling
baik absorpsinya), lengan atas, lateral paha. Daerah bokong
tidak dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.
e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah
tergantung dari beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah,
diet, olahraga, maupun usia pubertas terkadang kebutuhan
meningkat hingga 2 unit/kg berat badan/hari), kondisi stress
maupun saat sakit.
2) Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada
upaya untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu
pemberian diet terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein
dan 30% lemak.Pada anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus
dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan
selain monitoring pertumbuhannya.Kebutuhan kalori
perharisebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada
beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan
pagi, 25% makan siang serta 25% makan malam, diselingi
dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan kalori
perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang
digunakan. Pada regimen basal bolus, pasien harus mengetahui
rasio insulin:karbohidrat untuk menentukan dosis pemberian
insulin.
2. Keperawatan
1) Aktivitas fisik/exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan
berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal,
menurunkan berat badanapabila menjadi obes serta
meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu
13

menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas


tubuh terhadap insulin. Namun perlu diketahui pula bahwa
olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun
hiperglikemia (bahkan ketoasidosis).Sehingga pada anak DM
memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menjalankan olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang
diperbolehkan untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta
monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta
didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga.
Apabila kadar gula darah di bawah 90 mg/dl, maka sebelum
berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk
mencegah hipoglikemia.
2) Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk
penderita maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi
tentang penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh dan tidak
boleh pada penderita DM, insulin(regimen, dosis, cara
menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping penyuntikan),
monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c
yang diinginkan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes merupakan kondisi kadar gula darah tubuh yang lebih tinggi dari
seharusnya akibat kekurangan insulin. Diabetes juvenile, atau disebut juga
diabetes melitus tipe I, merupakan diabetes melitus yang terjadi pada anak-anak
akibat pankreas (organ dalam tubuh yang menghasilkan insulin) tidak
menghasilkan insulin sebagaimana mestinya.
Diabetes juvenile dapat terjadi secara perlahan maupun secara mendadak.
Namun biasanya pada tahap awal penyakit, diabetes juvenile tidak menunjukkan
gejala apa pun juga.
Bila ada gejala yang muncul, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Buang air kecil lebih sering dari biasanya, bahkan harus terbangun
beberapa kali di malam hari untuk buang air kecil.
2. Minum lebih banyak dari anak seusianya pada umumnya.
3. Terlihat lemas dan lebih cepat lelah.
4. Berat badan turun, atau peningkatan berat badannya tak seperti yang
seharusnya.

Pada anak perempuan, kadang gejala yang muncul berupa pubertas yang
terlambat, atau adanya keputihan di vagina akibat infeksi jamur.

3.2 Saran
Dengan mengetahui dan mempelajari penyakit juvenile diabetes kita dapat
mengetahui apa saja yang berhubungan sebab dan akibat dari penyakit
diabetes tipe 1 pada anak ini

14
DAFTAR PUSTAKA

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010). Diabetes in children and
adolescents, basic training manual for healthcare professionals in developing
countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.

Anda mungkin juga menyukai