”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan taat. Sedangkan muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada Allah s.w.t Terminilogi
Secara istilah (terminologi), Islam berarti
suatu nama bagi agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap , menyeluruh dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Karakteristik Agama Islam
1.Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah s.w.t) Islam
merupakan manhaj Rabbani (konsep Allah s.w.t), baik dari aspek akidah, ibadah, akhlak, syariat, dan peraturannya semua bersumber dari Allah s.w.t 2.Insaniyah ’Alamiyah (humanisme yang bersifat universal) Islam merupakan petunjuk bagi seluruh manusia, bukan hanya untuk suatu kaum atau golongan. Hukum Islam bersifat universal, dan dapat diberlakukan di setiap bangsa dan negara. 3.Syamil Mutakamil (Integral menyeluruh dan sempurna) Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, mulai dari yang masalah kecil sampai dengan masalah yang besar. 4.Al-Basathah (elastis, fleksibel, mudah) Islam adalah agama fitrah bagi manusia, oleh karena itu manusia niscaya akan mampu melaksanakan segala perintah-Nya tanpa ada kesulitan, tetapi umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia itu sendiri. 5.Al-’Adalah (keadilan) Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar-benarnya, untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah kehidupan manusia, serta memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan akal manusia. 6.Keseimbangan (equilibrium, balans, moderat) Dalam ajaran Islam, terkandung ajaran yang senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara kebutuhan material dan spiritua serta antara dunia dan akhirat. 7.Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas Ciri khas agama Islam yang dimaksud adalah perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip (tidak berubah oleh apapun) dan menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat. 8.Graduasi (berangsur-angsur/bertahap) Hukum atau ajaran- ajaran yang diberikan Allah kepada manusia diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan fitrah manusia. Jadi tidak secara sekaligus atau radikal. 9.Argumentatif Filosofis Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner. Dengan demikian Al-Quran dalam menjelaskan setiap persoalan senantiasa diiringi dengan bukti- bukti atau keterangan-keterangan yang argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat (rasional religius). Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang sangat mundur. Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan yang lain merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah ketika itu merupakan tempat suci bagi bangsa Arab. karena di tempat tersebut terdapat berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat Sumur Zamzam dan yang paling penting adalah Ka'bah. Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah pada Tahun Gajah yaitu pada tanggal 12 Rabi'ul Awal atau pada tanggal 20 April (570 atau 571 Masehi). Nabi Muhammad merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya Abdullah bin Abdul Muttalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia ketika ia berusia 7 tahun. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal ia diasuh juga oleh pamannya yaitu Abu Talib. Nabi Muhammad kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah ketika ia berusia 25 tahun. Ia pernah menjadi penggembala kambing. Nabi Muhammad pernah diangkat menjadi hakim. Ia tidak menyukai suasana kota Mekah yang dipenuhi dengan masyarakat yang memiliki masalah sosial yang tinggi. Selain menyembah berhala, masyarakat Mekah pada waktu itu juga mengubur bayi- bayi perempuan. Nabi Muhammad banyak menghabiskan waktunya dengan menyendiri di gua Hira untuk mencari ketenangan dan memikirkan masalah penduduk Mekah. Ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun, ia didatangi oleh Malaikat Jibril. Setelah itu ia mengajarkan ajaran Islam secara diam-diam kepada orang-orang terdekatnya yang dikenal sebagai "as- Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk agama Islam)" dan selanjutnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah. Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekah ke Madinah. Peristiwa ini dinamai Hijrah. Semenjak peristiwa itu dimulailah Kalender Islam atau kalender Hijriyah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw. dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam. Agama-agama selain Islam umumnya diberi nama yang dihubungkan dengan manusia yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu atau dengan tempat lahir agama bersangkutan seperti agama Budha (Budhism), agama Kristen (Christianity), atau agama Yahudi (Judaism). Nama agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad ini tidak dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikan wahyu itu kepada manusia atau nama tempat agama itu mula-mula tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu penamaan Muhamedanism untuk agama Islam dan Mohammedan untuk orang-orang Islam yang telah dilakukan berabad- abad oleh orang Barat, terutama oleh para orientalis adalah salah. Kesalahan ini disebabkan karena para penulis Barat menyamakan agama Islam dengan agama-agama lain, misalnya dengan Chrisianity yang diajarkan oleh Jesus Kristus atau Budhism yang diajarkan oleh Budha Gautama dan lain-lain. Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman. Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah: Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang disampaikan) Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran) Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul) Tingkatan Keyakinan akan Kebenaran (Yaqin) adalah: Ilmul Yaqin (berdasarkan ilmu) 'Ainul Yaqin (berdasarkan ilmu dan bukti-bukti akan Kebenaran) Haqqul Yaqin (berdasarkan ilmu, bukti dan pengalaman akan Kebenaran) Iman, Islam dan Ihsan merupakan inti atau pokok dalam ajaran agama islam. Iman, Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yg tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yg menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dgn cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah. Ulama fikih pada umumnya sependapat bahwa sumber hukum utama Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits. Disamping itu, para ulama menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum Islam setelah Al-Qur’an dan Hadits. A. Al Qur’an Al Qur’an berisi wahyu-wahyu dari Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-angsur (mutawattir) kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al Qur’an diawali dengan surat Al Fatihah, diakhiri dengan surat An Nas. Membaca Al Qur’an merupakan ibadah. Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang utama. Setiap muslim berkewajiban untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum yang terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT, yaitu menngikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangnannya Al Qur’an memuat berbagai pedoman dasar bagi kehidupan umat manusia.
a. Tuntunan yang berkaitan dengan
keimanan/akidah, yaitu ketetapan yantg berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar b. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak, yaitu ajaran agar orang muslim memilki budi pekerti yang baik serta etika kehidupan. c. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah, yakni shalat, puasa, zakat dan haji. d. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam masyarakat B. Hadits
Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Qur’an. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.
Menurut para ulama, hadits terbagi menjadi 6 macam, yaitu:
1) Hadits Qauli (ucapan, perkataan, atau pernyataan nabi) 2) Hadits Fi’li (perbuatan, perilaku, atau yang dikerjakan nabi) 3) Hadits Taqriri (persetujuan atau ketetapan dalam hati nabi) 4) Hadits Qudsi (pesannya dari Allah redaksinya dari Nabi Muhammad SAW) 5) Hadits Hammi (keinginan ataurencana nabi) 6) Hadits Ahwali (keadaan sifat-sifat nabi) C. Ijtihad
Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Qur’an maupun Hadits, dengan menggunkan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum-hukumyang telah ditentukan. Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga. Untuk melakukan ijtihad (mujtahid) harus memenuhi beberapa syarat berikut ini: 1. mengetahui isi Al Qur’an dan Hadits, terutama yang bersangkutan dengan hukum 2. memahami bahasa arab dengan segala kelengkapannya untuk menafsirkan Al Qur’an dan hadits 3. mengetahui soal-soal ijma 4. menguasai ilmu ushul fiqih dan kaidah-kaidah fiqih yang luas. Cara beribadah/menyembah Allah ada 3 bagian, Ibadah yang asas : mempelajari, memahami, meyakini, rukun iman, serta mempelajari, memahami dan melaksanakan rukun islam. Ibadah fadhailul amal : Amalan-amalan yang utama seperti puasa Senin Kamis, shalat tahajud, shalat sunat rawatib, membaca ayat- ayat tasbih, tahmid, tahlil, membaca shalawat, dll Ibadah yang umum, yang lebih luas, seluas dunia, yaitu ibadah yang mubah jadi ibadah asalkan menempuh lima syarat ibadah
Lima syarat ibadah untuk ibadah umum adalah sebagai berikut
Niat mesti betul Perkara yang kita buat dibenarkan syariat Pelaksanaan sesuai dengan syariat Natijah (hasil) digunakan sesuai syariat Jangan tertinggal ibadah yang asas Manusia adalah mahluk sosial; yang selalu membutuhkan perhatian, teman dan kasih sayang dari sesamanya. Setiap diri terikat dengan berbagai bentuk ikatan dan hubungan, diantaranya hubungan emosional, sosial, ekonomi dan hubungan kemanusiaan lainnya. Maka demi mencapai kebutuhan tersebut adalah fitrah untuk selalu berusaha berbuat baik terhadap sesamanya. Islam sangat memahami hal tersebut, oleh sebab itu silaturahmi harus dilaksanakan dengan baik. Silaturahmi dijalankannya antara lain dengan saling mengunjungi yang sakit, saling membantu, tidak berbuat fitnah dan juga saling menghormati. Berbuat baik kepada sesama manusia memang tidak mudah. Bahkan Allah SWT mengumpamakannya sebagai jalan yang mendaki lagi sukar. Namun itulah jalan bagi orang-orang golongan kanan, yaitu golongan orang-orang yang disayangi-Nya.
Rasulullah ditanya; apa yang paling
banyak mengantarkan manusia ke surga. Rasulullah menjawab :“Akhlak yang baik.”. Rasulullah ditanya; apa yang paling banyak mengantarkan manusia ke neraka.Rasulullah menjawab:” Mulut dan kemaluan”. (HR Tirmidzi). Kearifan lingkungan merupakan kata kunci untuk membentuk keseimbangan bagi kehidupan. Hamba yang beriman adalah manusia yang mampu menjaga keseimbangan: senantiasa bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung kemanusiaan dan memanusiakan manusia serta merawat alam semesta sebaik-baiknya. Sebaliknya, hamba yang kufur ialah manusia yang melalaikan Tuhan Yang Maha Pemurah, mengkhianati kemanusiaan dan merusak alam serta menghancurkan isinya. Atas dasar tersebut, sudah saatnya manusia memaknai bumi beserta isinya bukan sekadar obyek eksploitasi, melainkan menjadi sahabat dan guru agar kehidupan ini menjadi harmoni, damai di bumi dan bahagia di langit. Agama Islam merupakan gerakan universal yang diarahkan atau diberi petunjuk oleh cahaya keimanan kepada Allah SWT dan suatu arahan yang bertanggung jawab untuk tujuan perubahan cara berfikir dalam berkepercayaan. Siapapun orangnya rakyat biasa atau pembesar dan apapun agamanya, jika dalam kesehariannya tidak dibatasi dengan adanya aturan maka hidupnya bagaikan kapas yang tertiup angin, dalam arti hidupnya tidak mempunyai arahan yang jelas.
Oleh karena itu agama mempunyai fungsi dan peran dalam
kehidupan, diantaranya: 1.Suatu sanksi untuk prinsip moral 2.Suatu kekuatan untuk mengeraskan semangat menghadapi kehidupan 3.Menghadapi kekosongan idiologi 4.Bantuan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan 5.Melawan diskriminasi Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah : 1.Karena agama merupakan sumber moral 2.Karena agama merupakan petunjuk kebenaran 3.Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika. 4.Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka. Tiap – tiap ibadah dalam Agama Islam pastilah mengandung hukum dan mengandung hikmah, baikpun ibadah wudlu, solat, zakat, haji dan lain sebagainya. Yang dimaksud dengan hukum adalah ketentuan – ketentuan tersurat. Sedang hikmah adalah sesuatu yang tersirat di balik hukum – hukum tersebut Jika orang melaksanakan ibadah hanya menitikberatkan terhadap hikmahnya saja ibarat orang masuk rumah tetapi tidak melalui pintu melainkan menjebol temboknya. Sedang bagi mereka yang hanya menitik beratkan pada hukumnya saja tanpa hikmahnya akan mendapat sebaliknya, artinya baik yang dituju tetapi buruk yang bertemu. Bahagia yang dicita – cita tetapi sengsara yang bersua. Yang paling baik adalah orang beribadah diusahakan menurut kemampuannya, supaya mengetahui hukum dan hikmahnya sekaligus.
Beberapa Hikmah Beragama:
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tauhid). Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah. Menyempurnakan akhlak manusia. Hidup beragama tampak pada sikap dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda. Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah. Membedakan diri sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal sehat, tetapi membeda-bedakan atau melakukan diskriminasi terhadap orang lain justru bertentangan dengan akal sehat dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh umat beragama dari setiap agama yang saling berbeda. Karena itu, membeda-bedakan manusia berdasarkan perbedaan agama sesungguhnya bertentangan dengan ajaran agama. Sebagai bangsa yang beragama, sepatutnya kita menjadi contoh terbaik bagi umat manusia sedunia dengan cara hidup yang saling mengasihi dan saling merahmati dengan menerima perbedaan agama sebagai rahmat Allah. Agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia, karena tidak hanya mengatur kehidupan manusia dalam akhirat saja tetapi juga mengatur bagaimana seharusnya manusia hidup di dunia. Agama mengajarkan nilai- nilai moral sebagai hasil pemikiran tanpa dikendalikan oleh cahaya kebenaran agama, akan mudah menjurus tanpa dikendalikan oleh cahaya kebenaran agama, akan mudah menjurus kepada kesesatan. Hal ini justru akan membahayakan manusia.
Dalam usaha menjadikan ajaran agama sebagai referensi dari
setiap gerak langkah seseorang, maka pelajaran agama harus diberikan sedini mungkin, bahkan sejak dari buaian sampai ke liang lahat. Mulai dari bersifat pembiasaan di rumah tangga, sampai kepada pendidikan formal pada lembaga-lembaga pendidikan. Dalam Islam, telah jelas dan baku dalam mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, walau berbeda keyakinan. Banyak ditemukan ayat-ayat Al Quran yang mengajarkan setiap individu muslim bersikap luwes/ fleksibelity, terbuka/open minded, berlapang dada/hostelity dan tasamuh/toleransi, seperti surat Yunus ayat 99, surah al Ankabut ayat 46 dan lain-lain, meletakkan prinsip-prinsip bagaimana seharusnya seorang muslim memandang dan menghadapi pemeluk agama- agama lain. Dari keterangan itu terdapat sedikitnya empat prinsip; yaitu :
Pertama, menjauhkan sikap paksaan , tekanan, intimidasi dan yang
seumpanya. Islam tidak mengenal tindak kekerasan. Dalam pergaulan dengan pemeluk agama-agama lain harus bersikap toleran/tasamuh. Kedua, Islam memandang pemeluk agama-agama lain, terutama Ahli Kitab memiliki persamaan landasan akidah, yaitu sama-sama mempercayaai Allah Yang Maha Esa. Ketiga, Islam mengulurkan tangan persahabatan terhadap pemeluk agama-agama lain, selama pihak yang bersangkutan tidak menunjukkan sikap bermusuhan dan memerangi. Keempat, pendekatan/approach terhadap pemeluk agama-agama lain untuk meyakinkan mereka terhadap kebenaran ajaran Islam, haruslah dilakukan dengan diskusi yang baik, sikap sportif dan elegan. Jelaslah bahwa, toleransi dalam Islam itu ada batasbatasnya, ada ketentuan- ketentuan yang berdasarkan hukum menurut al Qur’an dan as Sunnah. Dimensi yang Pertama, yaitu dimensi yang dalam bahasa agama disebut dengan iman (belife). Dalam dimensi ini dan tentunya terkait erat kepada segala sesuatu yang menjadi masalah (konsekuensi) dari kepercayaan itu. Pada dimensi ini, keberagamaan seseorang bergantung kepada sedalam mana ia meresapi keyakinannya tersebut. Hal itu akan banyak berpengaruh kepada sikap keberagamaan itu sendiri. Artinya keimanan seseorang akan melahirkan sikap keberagamaannya, baik dalam ibadah formal (mahdah) ataupun nonformal (ghoiro mahdah) karena itu iman sangat menentukan peg-hambaan terhadap tuhannya. Hujjatul islam al-imam al-ghazali dalam kitabnya mengatakan al- imaanu yaziidu wayangqus, (iman itu kadang bertambah dan kadang juga berkurang). dengan demikian karakteristik (taradisi/budaya) beragama seseorang pun akan seperti keimanannya terhadap Allah SWT. Dan allah telah mengajari kita melalui al-qur’an :
Artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” QS.an-anfal (8) : 2 Dimensi yang Kedua, adalah dimensi ritual, yaitu praktek keagamaan yang diharapkan oleh stiap pemeluk agama. Dalam perakteknya, hal tersebut sering pula terpengaruh atau dipengaruhi oleh aktivitas individunya. Belum lagi pengaruh tradisi (budaya, kebiasaan) yang berlansung pada mayarakat tersebut. Sehingga ritual yang berlansung pada masyarakat sering pula kental dan erat dengan tradisi yang ada. Ritual antara kelompok masyarakat yang lain juga berbeda, sekalipun bukan pada, masalah yang prinsip. Dengan demikian, pada tataran ini keberagamaan seseorang terkadang kurang mengemuka dan tercermin dengan baik dalam keseharian hidup kita. Dimensi yang Ketiga, yaitu dimensi intellectual/ orang terpelajar (dalam segi pemahaman) pada dimensi ini, seseorang (diharapkan dapat memahami pengetahuan tentang agamanya sehingga dapat diwujudkan dalam kehidupan sosial (bermasyarakat). Tetapi sangat parah (ironis) bila saat ini agama hanya dijadikan sebagai proses perubahan (akumulasi) pengetahuan yang belum memengaruhi kehidupan keseharian pemeluknya dan hanya menjadi legalitas status beragama. Hal tersebut sepertinya sedang terjadi di zaman sekarang ini atu mungkin memang telah juga sejak dulu yang terwaris zaman ke kezaman sekarang. Tidak dapat kita mungkiri kenyataan yang ada saat ini bahwa tidak sedikit mereka banyak mengetahui, bahkan memahami tentang agama. Akan tetapi sangat disayangkan hanya mengemuka pada tataran ilmu pengetahuan saja dan tidak tercermin pada sikap hidup kesehariannya. Dalam al-qur’an sudah dikisahkan dengan pernyataan Allah SWT dengan berfirmannya : Artinya : “ Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang- orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” QS.an-nahl (16) : 43 Dimensi yang Keempat, adalah dimensi pengalaman (experience). Dimensi ini sulit diamati, meskipun demikian, hal apa yang menjadi pengalaman seseorang akan dapat memengaruhi cerminan keberagamaan dalam hidup kesehariannya. Kadang atas pengalaman ruhani atau karena sebab apa saja seseorang menjadi tekun dalam beribadah dan taat. Dimensi pengalaman juga sangat memengaruhi keberagamaan seseorang dalam praktik ibadah dan kesehariannya. Dalam al-qur’an allah meyiapkan tempat bagi umatnya yang beramal soleh dengan baik, dan allah menjelaskan kita dengan berfirmanNYa : “ Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai;( kekal mereka dalamnya;) (mereka di dalamnya) mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” QS.an-isaa (4) : 57 Dimensi yang Terakhir , yaitu dimensi teguh pendirian (consequence). Pada dimensi ini, memiliki hubungan erat dengan keempat dimensi sebelumnya, juga berpengaruh kepada keajengan seseorang dalam menjalankan keberagamaannya, sehingga dapat mewujuda dengan sempurna pada setiap aktivitas kehidupan penganutnya. Pengumpulan demensi-dimensi sebelumnya akan tercermin dalam dimensi ini, dan inilah dimensi ideal dalam keberagamaan seseorang yang dalam bahasa agama disebut dengan “istiqomah”. Dalam al-qura’an allah SWT menjelaskan dengan firmannya : Artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘tuhan kami adalah allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih,’ dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) sorga yang telah dijanjikan allah kepadamu.” QS.fushilat (41) : 30 Membicarakan hubungan sosial dan keagamaan perlu juga mencermati tentang konsep pluralitas dan multikulturasi dalam masyarakat, karena untuk membina hubungan sosial di negara yang heterogen perlu adanya upaya serius untuk menjadikan perbedaan-perbedaan tersebut menjadi kesatuan yang utuh, saling mengerti secara bijak untuk saling melengkapi dan memahami bersama tentang perbedaan dan keberagaman tersebut. Begitupun di Indonesian dengan bermacam-macam suku, budaya, agama, dan bahasa memerlukan adanya sistem masyarakat dan pemerintahan yang bisa berdampingan, menaungi dan mewadahi keberagaman tersebut. Sosial dan Agama, dua komponen kata yang mempunyai ikatan makna yang dalam, kajian sosiologi dan antropologipun tiada lepas dari membahas tentang dua hal tersebut. Begitu juga dalam hal pendidikan, terutama di negara yang heterogen seperti halnya Indonesia ini, pendidikan harus mampu menjembatani dan memediasi keberagaman tersebut, yaitu dengan cara-cara yang humanis melalui pendekatan analisis sosio-historis, dan pendekatan-pendekatan itu sangat tepat jika penyaluranya melalui pendidikan, karena pendidikan dalam teori maupun prakteknya terbukti telah mampu memperkuat sistem-sistem kultural kemasyarakatan Pengertian Dasar Perawatan Rohani Islam Dasar Perawatan Rohani Islam merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana cara memberikan serta memfasilitasi terhadap kebutuhan perawatan spiritual atau rohani manusia dengan menggunakan metode- metode perawatannya. Secara umum problematika individu dengan Tuhannya, ialah kegagalan seseorang melakukan hubungan interaksi vertikal dengan Tuhannya, seperti sangat sulit untuk menghadirkan rasa takut, rasa taat bahwa Dia selalu mengawasi perbuatan dan prilaku setiap individu sehingga berdampak kepada rasa malas dan enggan melakukan ibadah serta kesulitan untuk meninggalkan perbuatan- perbuatan yang dilarang dan dimurkai Tuhannya. Problematika individu dengan dirinya sendiri adalah kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni hati nurani selalu mengajak, menyeru dan membimbing kepada kebaikan dan kebenaran. Sehingga muncul sikap was-was, ragu, berprasangka buruk, lemah motivasi dan tidak mampu bersikap mandiri dalam segala hal. Dari problem-problem itulah muncul keadaan stress dan depresi apabila seseorang tidak memiliki daya tahan mental, spiritual dan ruhani yang tangguh. Keimanan yang lemah sangat rentan dan mudah tertimpa keadaan itu. Utamanya adalah kekuatan iman dan ketakwaan pasti akan menghasilkan daya tahan mental yang kokoh dan kuat dalam menghadapai berbagai problem hidup dan kehidupan. Masuk kedunia keperawatan, pada dasarnya perawat sudah menyadari seorang pasien itu ternyata mempunyai kebutuhan terhadap spiritual dan kerohaniannya, tetapi pada kenyataannya di dunia keperawatan itu tidak menyiapkan tenaga perawat yang mampu bahkan ahli dalam memberikan perawatan spiritual dan ruhani tersebut. Disisi lain ada anggapan bahwa spiritual itu kaitannya sudah mencakup dan menjadi tanggung jawab agama, padahal kenyataannya tidak seperti itu, pasien yang dalam masa sakit perlu bimbingan serta konseling dari orang-orang disekitarnya dalam hal ini tentunya perawatlah yang harus berperan aktif untuk meringankan beban psikologis pasien supaya bisa termotivasi untuk sembuh dan bisa meluapkan keluh kesahnya SELESAI