PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan mutu biji kakao
berdasarkan SNI 2323-2008.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Theobroma cacao adalah nama biologi yang diberikan pada pohon kakao
oleh Linnaeus pada tahun 1753. Tempat alamiah dari genus Theobroma adalah di
bagian hutan tropis dengan banyak curah hujan, tingkat kelembaban tinggi, dan teduh
(Spillane dalam Situmorang, 2010). Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial)
berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 meter. Meskipun demikian,
dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 meter tetapi dengan tajuk
menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif
(Afrizal, 2014).
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Pada dasarnya buah kakao terdiri atas 4 bagian yakni: kulit, plasenta, pulp,
dan biji. Buah kakao masak berisi 30-40 biji yang diselubungi oleh pulp dan plasenta.
Pulp merupakan jaringan halus yang berlendir yang membungkus biji kakao, keadaan
zat yang menyusun pulp terdiri dari 80-90% air dan 8-14% gula sangat baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi (Bintoro dalam
Situmorang, 2010).
a. Criollo, merupakan varietas unggul, hampir seluruh bijinya berwarna putih dengan
waktu fermentasi singkat. Kulit buah tipis dan mudah diiris, warna buah merah ketika
muda dan kuning setelah masak dengan aroma khas, tidak tahan terhadap hama dan
penyakit serta kurang produktif. Menurut Hatta dalam Sitanggang (2014) biji kakao
criollo berbintik bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih
pada waktu basah.
b. Forastero, merupakan varietas yang produktivitasnya lebih tinggi dan lebih tahan
terhadap hama. Buah muda berwarna hijau, setelah matang berwarna kuning dengan
aroma yang lebih lemah dan rasa agak pahit. Kulit buah keras dan sulit diiris, biji
gepeng dan berwarna ungu.
c. Trinitario, merpakan hibrida dari kakao varietas Criollo dan Forastero memiliki
sifat diantara keduanya. Jenis trinitario bentuknya heterogen, buahnya berwarna hijau
merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam
dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah (Hatta
dalam Sitanggang, 2014).
Mutu biji kakao menurut (SNI 01-2323-2000) sebagai berikut : I Bentuk biji
: bulat, lonjong penuh, tebal 1 cm, panjang 1,5 cm dan lebar 1,5 cm, warna: cokelat
rata dan cerah, bau : khas coklat, % ka (b/b) maksimal : 8% , kadar lemak (b/b) min
55%. II. Bentuk biji : sedikit berlekuk-lekuk, warna : cokelat rata dan cerah atau
coklat muda, bau : khas cokelat, %ka (b/b) maksimal : 8 %, kadar lemak (b/b)
minimal 55%. III. Bentuk biji : keriput, warna : cokelat rata dan cerah, bau : khas
coklat, % ka (b/b) maksimal 8%, kadar lemak (b/b) minimal 55%.
Aspek mutu kakao dapat dibagi menjadi dua macam kategori. Pertama,
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya kemasan kakao biji oleh
pengolah. Faktor-faktor ini meliputi aroma (flavour), kemurnian (purity) dan grade
yang erat kaitannya dengan standar grading dan peraturan-peraturan bahan makanan
dan kekerasan lemak kakao. Kedua adalah karakteristik fisik yang mempengaruhi
kuantitas kakao biji yang dapat dimanfaatkan (Spillane, 1995)
Pemanenen buah kakao harus dilakukan pada saat buah tepat masak. Buah
yang tepat masak mempunyai kondisi fisiologis yang optimal dalam hal pembentukan
senyawa penyusun lemak di dalam biji. Panen buah yang terlalu tua akan
menurunkan rendemen lemak dan menambah persentase biji cacat (biji
berkecambah), sedangkan panen buah muda akan menghasilkan biji yang bercitarasa
cokelat rendah, rendemen yang rendah, presentase biji pipih (flat bean) tinggi dan
kadar kulit biji yang cenderung tinggi (Departemen Pertanian, 2004). Biji cacat
adalah biji yang berjamur, biji slaty, biji berserangga, biji pipih, biji
berkecambah. Apabila pada suatu biji terdapat lebih dari pada satu jenis cacat,
maka biji tersebut dianggap mempunyai jenis cacat yang terberat sesuai
dengan tingkat resiko yang ditimbulkan, tingkatan tersebut adalah : jamur, serangga,
kecambah, dan biji yang slaty.
Wahyudi dkk. (2008) menyatakan bahwa persyaratan mutu biji kakao yang
dikehendaki di pasar internasional antara lain ukuran berat biji > 1 g, kadar air biji
maksimal 7,5%, kadar biji tidak terfermentasi maksimal 3%, kadar biji berjamur dan
berserangga (biji cacat).
Biji kakao adalah biji yang dihasilkan oleh tanaman kakao (Theobroma
cacao Linn) yang telah difermentasi, dibersihkan, dan dikeringkan. Biji kakao yang
diekspor dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman, kategori mutu, dan ukuran serta
berat biji. Berdasarkan jenis tanaman, biji kakao dikelompokkan menjadi dua, yaitu
jenis kakao mulia (Fine Cocoa) dan jenis kakao lindak (Bulk Cocoa) (Elisabeth, dkk.,
2007).
a. Menurut jenis mutunya, biji kakao digolongkan dalam 3 jenis mutu :
1) mutu I;
2) mutu II;
3) mutu III.
b. Menurut ukuran berat bijinya, yang dinyatakan dengan jumlah biji per 100 g
contoh, biji kakao digolongkan dalam 5 golongan ukuran dengan penandaan:
AA : maksimum 85 biji per seratus gram;
A : 86 -100 biji per seratus gram;
B : 101 - 110 biji per seratus gram;
C : 111 - 120 biji per seratus gram;
S : lebih besar dari 120 biji per seratus gram.
Penentuan standar mutu diklasifikasikan dalam dua syarat mutu, yaitu syarat
umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah syarat yang harus dipenuhi oleh setiap
bagian biji kakao yang akan diekspor, dan syarat khusus merupakan syarat yang harus
dipenuhi dalam setiap klasifikasi jenis mutu (Wahyudi, 2008).
Syarat mutu umum biji kakao dapat dilihat pada Tabel 1 dan syarat mutu
khusus biji kakao dapat dilihat pada Tabel 2.
IF IB 2 3 1 1,5 2
II F II B 4 8 2 2 3
III F III B 4 20 2 3 3
Sumber: SNI 2323-2008, 2008
Keterangan:
I : biji kakao mutu I
II : biji kakao mutu II
III : biji kakao mutu III
F : Fine cacao (kakao mulia)
B : Bulk cacao (kakao lindak)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
Pemotongan memanjang
Perhitungan (satuan)
Pengamatan secara
organoleptik
Perhitungan
Pertama-tama biji kakao disiapkan sebanyak 100 keping biji. Setelah itu,
biji yang telah disiapkan dipotong melintang dan diamati secara organoleptik agar
dapat ditemukan biji yang berbau asap atau berbau lainnya. Selanjutnya, biji yang
berbau dipisahkan dan dihitung jumlahnya.
Perhitungan
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu sampel biji
kakao disiapkan sebanyak 100 gram. Kemudian dilakukan pemisahan biji
berkotoran. Selanjutnya biji kakao dipisahkan sesuai jenis kotoran agar dapat
diketahui jenis-jenis kotoran yang ada pada biji kakao. Lalu, biji kakao yang telah
dipisah ditimbang agar didapatkan berat biji kakao dengan berbagai macam kotoran.
Langkah terakhir yaitu dilakukan perhitungan.
3.2.4 Penentuan Biji Kakao per 100 gram
Biji kakao
Klasifikasi
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu biji kakao
disiapkan. Setelah itu dilakukan penimbangan biji kakao sebanyak 100 gram
menggunakan neraca. Lalu, biji kakao yang ditimbang dilakukan perhitungan
jumlahnya, langkah terakhir yaitu jumlah biji kakao per 100 gram diklasifikasi
menururut SNI 01-2323-2008.
BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Aji, Soni. 2013. Pengaruh Penyimpanan Biji dan Pemberian Ekstrak Rebung
(Dendrocalamus Asper Backer) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma Cacao L.) Pada Media Gambut (Skripsi). Pekanbaru: UIN Sultan
Syarief Kasim Riau.
Arief, Ratna Wylis dan Asnawi, R. 2011. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia
Beberapa Jenis Kakao Lindak di Lampung. Buletin RISTRI. 2(3): 325-330.
Lukito, Mulyono, Tetty, Hadi dan Nofiandi. 2010. Budidaya Kakao. Jakarta: Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Marwati, H. Suprapto., dan Yulianti. 2012. Pengaruh Tingkat Kematangan Terhadap
Mutu Biji Kakao (Theobroma cacao L.) yang Dihasilkan Petani Kakao di
Teluk Kedondong Bayur Samarinda. Jurnal Teknologi Pertanian 8(1):6-10.
Sitanggang, M. 2014. Aspek Teknis dan Finansial Produksi Dodol Coklat (Skripsi).
Lampung: Universitas Lampung.
Wahyudi, T., T.R Panggabean, Pujianto, A.A. Prawoto, 2008. Panduan Langkap
Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar
Swadaya,
Wahyudi, T., T.R Panggabean, Pujianto, A.A. Prawoto. 2013. Panduan Langkap
Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar
Swadaya,