Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan di masyarakat dilakukan melalui kegiatan pengawasan,

pengendalian, dan penilaian yang meliputi pencatatan, pelaporan, monitoring, dan evaluasi.

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan oleh karena output

pencatatan dan pelaporan adalah data bukti terlaksana atau tidaknya suatu kegiatan atau

program. Menurut Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi

kesehatan berupa sistem informasi dan lintas sektor. Sistem informasi puskesmas adalah

suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan

keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran

kegiatannya. Sistem informasi ini harus mencakup minimal 4 hal, yaitu: pencatatan dan

pelaporan kegiatan puskesmas dan jaringannya; survei lapangan; laporan lintas sektor

terkait; dan laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya (Peraturan

Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal, yaitu: 1) Pencatatan,

Pelaporan, Pengolahan; 2) Analisis; dan 3) Pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan

pelaksana dicatat dalam buku register yang berlaku untuk masing-masing program. Data

tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang dibukukan. Output

dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan

bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar (Hasnita, 2019). Melalui SP2TP,

puskesmas diwajibkan mengumpulkan data transaksi pelayanan UKP maupum UKM

secara rutin. Melalui berbagai program yang terselenggara, diwajibkan membuat laporan

ke Dinas Kesehatan (Ritonga dan Mansuri, 2017).


Secara Nasional, SP2TP mulai dilaksanakan sejak tanggal 18 Februari 1981. Sesuai

Surat Keputusan RI No 63/MENKES/SK/II/1981, serta telah di sederhanakan melalui

Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pembina Kesehatan Masyarakat Nomor

590/BM/DJ/INFO/V/1996. Kedua surat keputusan tersebut menekankan bahwa informasi

yang dihasilkan dari SP2TP dapat digunakan untuk menunjang proses administrasi

manajemen pelayanan kesehatan (Vidyanto, 2018). SP2TP dikirim ke Dinas Kesehatan

Kabupaten untuk diolah dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen

Kesehatan Pusat. Feed back dari laporan yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan berupa

bahan evaluasi keberhasilan program. Selama proses pencatatan dan pelaporan sering

didapatkan berbagai kendala yang menyebabkan keterlambatan pengumpulan data.

Dampak dari keterlambatan pelaporan atau tidak adanya laporan SP2TP adalah tidak

tersedianya data yang up to date dan dapat digunakan sebagai informasi yang akurat atau

relevan, sehingga kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat dan

terdokumentasi wujudnya menjadi informasi untuk pengambilan keputusan puskesmas

selanjutnya (Suryani dan Solikhah, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pelaksanaan SP2TP di Puskesmas Puuwatu dan Puskesmas Lepo-

Lepo?

1.2.2 Bagaimana rencana kerja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah

pelaksanaan SP2TP di Puskesmas Puuwatu dan Puskesmas Lepo-Lepo?

1.3 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami pelaksanaan SP2TP di Puskesmas Puuwatu dan

Puskesmas Lepo-Lepo

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mendapatkan laporan data kegiatan Puskesmas Puuwatu dan Puskesmas Lepo-

Lepo

b. Menganalisis masalah SP2TP di Puskesmas Puuwatu dan Puskesmas Lepo-

Lepo

c. Membuat rencana kerja terhadap masalah SP2TP yang dihadapi Puskesmas

Puuwatu dan Puskesmas Lepo-Lepo

Anda mungkin juga menyukai