Anda di halaman 1dari 3

‫س َل إهلَ ْي هه بهاتهبَاعه‬ ‫علَ ْي هه به هصد ه‬

َّ ‫ْق نهيَّ ٍة َكفَاهُ َو َم ْن ت َ َو‬ َ ‫هي َم ْن ت َ َو َّك َل‬ ْ ‫ا َ ْل َح ْم ُد هلِله الَّذ‬


keberkahan. Dengan kata lain Islam sangat membenci orang yang berpangku tangan,
mengharapkan dan meminta-minta.
ُ‫ص َرهُ َوت َ َوالَّه‬ َ ‫علَى أ َ ْعدَائه هه َو َح‬
َ َ‫س َدته هه ن‬ َ ُ‫ص َره‬ ْ ‫ش هَر ْيعَته هه قَ َّربَهُ َوأ َ ْدنَاهُ َو َم هن ا‬
َ ‫ست َ ْن‬
ُ‫ص َحا هب هه َو َم ْن َحافَ َظ هد ْينَه‬ ْ َ ‫علَى آ هل هه َوأ‬ َ ‫علَى‬
َ ‫س هي هدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫سالَ ُم‬َّ ‫صالَةُ َوال‬ َّ ‫َوال‬ Ibrahim al-Matbuly pernah berpendapat bahwa orang fakir yang tekun beribadah
(kurang berusaha) sedang dia tidak memiliki pekerjaan karena waktunya habis
‫ت‬‫س هب ْي هل هللاه (أ َ َّما بَ ْعدُ) فَقَا َل ت َ َعالَى فَ هإذَا قُ هضيَ ه‬
َ ‫َو َجا َه َد فه ْي‬ digunakan beribadah ibarat burung hantu yang berdiam di rumah kosong. Bahkan
‫يرا لَّ َعلَّ ُك ْم‬ َّ ‫َّللاه َوا ْذك ُُروا‬
ً ‫َّللاَ َك هث‬ َّ ‫ض هل‬ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا همن ف‬ ‫ص َالةُ فَانتَش ُهروا هفي ْاْل َ ْر ه‬ َّ ‫ال‬ dengan sedikit agak keras Al-matbuli berkata:

َ ‫ت ُ ْف هل ُح‬
‫ون‬ َّ ‫ف ا َ ْك َم ُل هع ْندهى هم َن ال َم َجا هذ ْي ْب هم ْن َمشَا هيخه‬
‫الز َواَيا ال هذ ْي َن‬ ُ ‫َوال ُم ْؤ هم ُن ال ُم ْخ هت هر‬
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah ‫ت النَّ ه‬
‫اس‬ َ ‫س بهيَ هد هه ْم هح ْرفَةٌ ُد ْنيَ هويَّةٌ تَعَفُّ ُه ْم ع َْن‬
‫ص َدقَا ه‬ َ ‫يَأ ْ ُكلُ ْو َن به هد ْينه هه ْم َولَ ْي‬
Marilah di hari ini kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan
‫اخ هه ْم‬‫س ه‬ َ ‫َوا َ ْو‬
menghindarkan diri dari kecurangan,kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya.
Menurut saya seorang mu’min yang bekerja, adalah lebih sempurna dari pada orang
Dan memulai hai-hari dengan penuh kejujuran karena kejujuran akan membuahkan
jadzab (seorang yang dalam dunia sufi dipahamti sebagai orang yang selalu terlena
kehalalan dan kehalalan yang kita konsumsi menentukan nasib kita selanjutnya.
dengan Allah) seperti guruthariqah yang memangku jabatan yang mereka makan
menggunakan agama, sebab mereka tidak memiliki pekerjaan duniawi yang bisa
Hadirin yang Dirahmati Allah
memelihara diri dari menerima sedekah umat Islam dan kotoran-kotoran mereka.
Bekerja mencari rizki guna menopang ibadah hukumnya adalah wajib. Sebagaimana
Meskipun pendapat Al-Matbuli ini memerlukan penjabaran lebih lanjut tentang
hukum ibadah itu sendiri. Hal ini telah disepakati oleh ulama. Karena bekerja
koneks perkataannya, dan masih bisa didiskusikan panjang lebar. Tetapi, perkataan
merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan. Lebih-lebih bagi mereka yang telah
itu mengandung pesan bahwa bekerja dengan usaha sendiri adalah sebuah kemuliaan.
berkeluarga, mereka memiliki tanggung jawab dan kewajiban memberi nafkah
Karena disitulah seseorang dapat menimbang dan memastikan posisi rizki mereka
terhadap anak dan istri. Sedangkan nafkah bisa didapat oleh seseorang yang mau
adakah itu hasil yang halal, haram ataukah syubhat. Berbeda jika hanya menerima
bekerja. Selain itu dengan bekerja seseorang dapat terhindar dari thama’,
dari orang lain. Sungguhpun pemberian itu didasari keikhlasa, akan tetapi penuh
menggantungkan diri pada orang lain dan juga menghindar dari meminta-minta yang
dengan kesyubhatan. Karena tidak diketahui dari manakah sumbernya.
mana semua itu termasuk barang larangan agama. Dalam al-Jumu’ah ayat 10 Allah
berfiman
Bahkan, tidak ada satu cerita pun dari hadits Rasulullah yang menerangkan larangan
beliau kepada para sahabatnya untuk berhenti bekerja demi menjalankan dakwah
َّ ‫َّللاه َوا ْذك ُُروا‬
َ‫َّللا‬ َّ ‫ض هل‬ ‫ص َالةُ فَانتَش ُهروا فهي ْاْل َ ْر ه‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا همن ف‬ َّ ‫ت ال‬ ‫فَ هإذَا قُ هضيَ ه‬ agama, padahal waktu itu berdakwah sangat membutuhkan perhatian mengingat
َ ‫يرا لَّ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف هل ُح‬
‫ون‬ ً ‫َكثه‬ kondisi Islam masih sangat lemah baik secara sosial dan politik. Justru di kala itu
Rasulullah saw tetap memerintahkan Abu Bakar untuk terus berdagang dan kepada
sahabat lainnya untuk tetap menekuni keahliannya. Malahan ada sebuah hadits yang
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
seolah menyinggung para sahabat saat itu yang berbunyi:
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Begitu pentingnya bekerja dan berusaha bagi seorang muslim. Karena sesungguhnya َ ‫س َال ْم الَ َيأ ْ ُك ُل ُّاال هم ْن‬
‫ع َم هل يَ هد ْي هه‬ َّ ‫علَ ْي هه ال‬
َ ‫َاو َد‬ َ ‫ك‬
ُ ‫َان د‬
al-barakatu ma’al harakah bahwa keberkahan itu akan hadir bersama dengan
pergerakan. Dimana ada kemauan untuk berusaha disitu Allah telah menyediakan
Nabi Daud as tidak pernah makan kecuali dari hasil pekerjaan tangannya sendiri pekerjaan hendaknya dilakukan dengan jujur, akrena kecurangan dapat menyeret
(HR.Bukhari) seseorang keluar dari golongan Rasulullah saw. Tidak terkecuali para politisi,
investor, pejabat dan atupun kuli. Sayanganya kecurangan dan kebohongan itu kini
Jama’ah Jum’ah yang Disayang Allah seolah dibenarkan bahkan dipelajari lengkap dengan metode dan terorinya dengan
kedok manajemen pencitraan. Apakah pencitraan itu sebuah kejujuran? Silahkan
Meski demikian, bekerja tidaklah cukup asal bekerja. Hendaknya bekerja harus dipertimbangkan sendiri.
dilakukan dengan penuh kejujuran. Kejujuran dalam bekerja wajib pula hukumnya.
Karena pekerjaan yang dilakukan dengan jujur akan sangat mempengaruhi pola Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
beribadah dan perilaku keseharian seorang hamba. Mengapa demikian, karena
sesuatu yang halal merupakan buah dari kejujuran. Dan mengkonsumsi yang halal Imam Abu Hasan As-Syadzili pernah berpendapat bahwa seseorang yang bekerja
akan mempermudah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah swt. Maka dengan jujur berarti dia telah berjuang melawan hawa nafsunya yang selalu condong
yang menjadi pertimbangan di sini adalah proses bekerjanya bukan hasil dari pada kebohongan. Sehingga mereka yang jujur pantaslah mendapatkan apresiasi
pekerjaan itu sendiri. sebagaimana para mujahid yang berhasil membunuh musuh-musuhnya. Dalam
sebuah taushiyah dia berkata:
Hasil yang tidak maksimal tetapi diproses secara sempurna akan menghasilkan
keberkahan walaupun kecil kwantitasnya. Namun hasil yang maksimal dengan proses
yang cacat (tidak jujur) akan berdampak pada kesakitan moral pelakunya meskipun
ُ‫علَ ْي هه فَقَ ْد َك ُملَتْ ُم َجا َه َدتُه‬ ‫ب َوقَا َم بهفَ َرائه ه‬
َ ‫ض َربه هه تَعَالَى‬ َ َ ‫َم ْن ا ْكت‬
َ ‫س‬
secara kwantitas lebih unggul. Lihatlah mereka yang bekerja dengan cara menipu
Barang siapa bekerja dan teguh menjalankan perintah-perintah Allah, maka benar-
ataupun berbohong pasti akan meraih sukses dalam jangka waktu yang relatif lebih
benar sempurna perjuangannya dalam melawan hawa nafsu”
singkat. Tetapi tidak lama pasti akan menjadi bahan gunjingan. Bukankah begitu
nasib koruptor, penipu dan juga pembohong. Sesungguhnya yang demikian itu sangat
Jamaah jum’ah yang Dirahmati Allah
dibenci oleh Rasululah saw.
Setelah kejujuran dalam bekerja kita raih, hendaklah kita melangkah lagi satu tingkat
Diceritakan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah saw pernah berjalan-jalan di pasar
agar kehidupan ini lebih bermakna. Yaitu mengisi pekerjaan yang jujur dengan
melewati setumpuk bahan makanan. Kemudian beliau memasukkan tangannya ke
nuansa ibadah. Abu Abbas al-Mursi berkata:
dalam tumpukan itu. Ternyata pada bagian dalamnya basah. Kemudian beliau
bertanya kepada si penjual “apakah ini?” si penjual menjawab “Ya Rasul, makanan
ini terkena hujan”. Rasulullah saw pun bertanya kembali “mengapa makanan yang ُ‫لخ َيا َطة‬
‫س ْب َحةً َواْ ه‬
َ ُ‫س ْب َحةً َوقَد ُْو َمه‬
َ ُ‫ب َو ْل َي ْجعَ ْل أ َ َح ُد ُك ْم َمك ُْو َكه‬ َّ ‫علَ ْي ُك ْم هبال‬
‫س َب ه‬ َ
basah ini tidak kamu taruh di atas sehingga para pembeli bisa melihatnya?” kemudian ً‫س ْب َحةً والسفَ ُر سبحة‬ َ
Rasulullah saw melanjutkan sabdanya “waman ghosyiya falaisa minna” (barang siapa
menipu umatku, niscaya dia bukan termasuk golonganku).
Bekerjalah kamu dan jadikanlah alat tenunmu (bila engkau penenun) sebagai tasbih.
Menjadikan kampak (bila bekerja sebagai tukang kayu) sebagai tasbih dan
Hadits tersebut sangatlah jelas dan mudah dipahami. Tidak ada kata-kata samar di
menjadikan jarum (bila sebagai penjahit) sebagai tasbih, dan menjadikan
dalamnya. Bahwa siapapun yang berlaku curang dalam pekerjaannya maka dia telah
kepergiannya (bila berdagang) sebagai tasbih.
tersesat dan tidak termasuk golongan (umat) Rasulullah saw. Ini artinya kecurangan
dan kebohongan sangatlah dicela dalam Islam.
Karena itu apapun bentuk keahlian dan dimanapun pekerjaan itu bukanlah sekedar
sumber penghasilan semata tetapi juga sumber ibadah.
Meskipun konteks dan pelaku dalam hadits tersebut adalah pedagang, tetapi tidak
berarti pedagang saja yang dianjurkan berlaku jujur. Namun semua macam usaha dan
‫ش َه ُد ا َ ْن الَ اهلَهَ‬ ‫شك ُْر لَهُ ع َ‬
‫َلى ت َ ْوفه ْي هق هه َوا ْهمتهنَانه هه‪َ .‬وا َ ْ‬ ‫سانه هه َوال ُّ‬ ‫َلى ا ْهح َ‬‫ا َ ْل َح ْم ُد هلله ع َ‬
‫‪Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan‬‬
‫‪yang mendalam, bagi kita semua amin.‬‬
‫س ْولُهُ‬ ‫ع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫س هي َدنَا ُم َح َّمدًا َ‬ ‫ش َه ُد ا َ َّن َ‬ ‫اهالَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َدهُ الَ ش هَر ْيكَ لَهُ َوا َ ْ‬
‫ص َحا هب هه‬ ‫علَى ا َ هل هه َوا َ ْ‬
‫س هي هدنَا ُم َح َّم ٍد هو َ‬ ‫علَى َ‬ ‫ص هل َ‬ ‫ض َوانه هه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫هلى هر ْ‬ ‫الدَّا هعى ا َ‬
‫والذك هْر ال َح هك ْي هم‪.‬‬
‫ت ه‬ ‫آن العَ هظ ْي هم‪َ ,‬ونَفَعَنه ْي َوإهيا ُك ْم هباآليا ه‬
‫با َ َركَ هللاُ هل ْي َولك ْم فهي القُ ْر ه‬
‫ع َّما‬ ‫اس اهتَّقُوهللاَ فه ْي َما ا َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َ‬ ‫س هل ْي ًما هكث ْي ًرا ا َ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ‬ ‫س هل ْم ت َ ْ‬‫َو َ‬
‫إنهُ تَعاَلَى َجوا ٌد ك هَر ْي ٌم َم هلكٌ بَ ٌّر َرؤ ُْو ٌ‬
‫ف َر هح ْي ٌم‪.‬‬ ‫س هه‬ ‫س هه َوثَـنَى هب َمآل هئ َك هت هه بهقُ ْد ه‬ ‫نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا ا َ َّن هللا ا َ َم َر ُك ْم هبا َ ْم ٍر َبدَأ َ هف ْي هه هبنَ ْف ه‬
‫صلُّ ْوا‬ ‫َلى النَّبهى يآ اَيُّ َها الَّ هذ ْي َن آ َمنُ ْوا َ‬ ‫صلُّ ْو َن ع َ‬ ‫َوقَا َل تَعاَلَى ا َّهن هللاَ َو َمآل ئه َكتَهُ يُ َ‬
‫س هل ْم‬ ‫علَ ْي هه َو َ‬ ‫صلَّى هللاُ َ‬ ‫سيه هدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫علَى َ‬ ‫ص هل َ‬ ‫س هل ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫س هل ُم ْوا ت َ ْ‬‫علَ ْي هه َو َ‬ ‫َ‬
‫ض‬ ‫ار َ‬ ‫س هلكَ َو َمآلئه َك هة اْل ُمقَ َّربه ْي َن َو ْ‬ ‫علَى ا َ ْن هبيآئهكَ َو ُر ُ‬ ‫س هيدهنا َ ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫علَى آ هل َ‬ ‫َو َ‬
‫ع هلى َوع َْن بَ هقيَّ هة‬ ‫عثْ َمان َو َ‬ ‫رو ُ‬ ‫ع َم َ‬ ‫ش هد ْي َن ا َ هبى بَك ٍْر َو ُ‬ ‫الرا ه‬‫اء َّ‬‫الل ُه َّم ع هَن اْل ُخلَفَ ه‬
‫عنَّا‬
‫ض َ‬ ‫ار َ‬ ‫الد ْي هن َو ْ‬‫ان اهلَىيَ ْو هم ه‬ ‫س ٍ‬ ‫ص َحابَ هة َوالتَّا هب هع ْي َن َوتَا هب هعي التَّا هب هع ْي َن لَ ُه ْم هبا ْهح َ‬ ‫ال َّ‬
‫اح هم ْي َن‬
‫الر ه‬‫َم َع ُه ْم هب َر ْح َم هتكَ َيا ا َ ْر َح َم َّ‬
‫ت اَالَ ْحيآ ُء هم ْن ُه ْم‬ ‫س هل هم ْي َن َواْل ُم ْ‬
‫س هل َما ه‬ ‫ت َواْل ُم ْ‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ هف ْر هل ْل ُم ْؤ همنه ْي َن َواْل ُم ْؤ همنَا ه‬
‫ص ْر‬ ‫س هل هم ْي َن َوأ َ هذ َّل الش ْهركَ َواْل ُمش هْر هك ْي َن َوا ْن ُ‬ ‫سالَ َم َواْل ُم ْ‬ ‫ت الل ُه َّم ا َ هع َّز اْ هال ْ‬ ‫َواْالَ ْم َوا ه‬
‫س هل هم ْي َن َو د هَم ْر‬ ‫اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل اْل ُم ْ‬ ‫الد ْي َن َو ْ‬
‫ص َر ه‬ ‫ص ْر َم ْن نَ َ‬ ‫هع َبادَكَ اْل ُم َو هح هديَّةَ َوا ْن ُ‬
‫لوبَا َء‬ ‫عنَّا اْلبَالَ َء َواْ َ‬ ‫الد ْي هن‪ .‬الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َ‬‫الد ْي هن َوا ْع هل َك هل َماتهكَ اهلَى يَ ْو َم ه‬ ‫ا َ ْعدَا َء ه‬
‫لم َح َن َما َظ َه َر هم ْن َها َو َما بَ َط َن ع َْن بَلَ هدنَا‬ ‫س ْو َء اْل هفتْنَ هة َواْ ه‬ ‫لم َح َن َو ُ‬ ‫الزالَ هز َل َواْ ه‬ ‫َو َّ‬
‫ب اْلعَالَ هم ْي َن‪َ .‬ربَّنَا آتهنا َ‬ ‫س هل هم ْي َن عآ َّمةً يَا َر َّ‬ ‫َان اْل ُم ْ‬‫سائه هر اْلبُ ْلد ه‬ ‫صةً َو َ‬ ‫سيَّا خآ َّ‬ ‫اه ْندُونه ْي ه‬
‫اوا ْهن‬ ‫سنَ َ‬ ‫اب النَّ هار‪َ .‬ربَّنَا َظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ‬ ‫عذَ َ‬ ‫سنَةً َوقهنَا َ‬ ‫آلخ َر هة َح َ‬ ‫سنَةً َوفهى اْ ه‬ ‫فهى ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫س هر ْي َن‪ .‬هع َبا َدهللاه ! ا َّهن هللاَ َيأ ْ ُم ُرنَا هباْل َع ْد هل‬ ‫لَ ْم ت َ ْغ هف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَك ُْونَ َّن هم َن اْل َخا ه‬
‫ظ ُك ْم‬‫شآء َواْل ُم ْنك هَر َواْلبَ ْغي يَ هع ُ‬ ‫بى َويَ ْن َهى ع هَن اْلفَ ْح ه‬ ‫تآء ذهى اْلقُ ْر َ‬ ‫ان َوإه ْي ه‬ ‫س ه‬ ‫َواْ هال ْح َ‬
‫َلى نهعَ هم هه يَ هز ْد ُك ْم َولَ هذك ُْر‬ ‫شك ُُر ْوهُ ع َ‬ ‫لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّر ْو َن َوا ْذك ُُروهللاَ اْلعَ هظ ْي َم يَ ْذك ُْر ُك ْم َوا ْ‬
‫هللاه ا َ ْكبَ ْر‬

Anda mungkin juga menyukai