Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tio Filus Yano

kelas : E OF IV
nim : 17003060

1. Perbedaan pajak pusat dan pajak daerah.


 Pajak pusat.
perpajakan untuk pajak pusat dilayani oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) dan
instansi dibawahnya seperti kantor wilayah DJP, kantor pelayanan pajak (KPP),
penyuluhan, dan konsultaso perpajakan (KP2KP).
Jenis pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat adalah :
 Pajak penghasilan (PPh)
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak penjualan barang mewah (PPnBM)
 Bea materai dan
 Pertambangan, perkebunan dan perhutanan (PBB-P3).
 Pajak daerah.
Perpajakan untuk pajak daerah dilayani oleh kantor dinas pendapatan daerah atau
kantor lain yang dibawah dinas pendapatan daerah.
Jenis pajak yang dikelola pemerintah daerah tingkat provinsi :
 Pajak kendaraan bermotor
 Pajak bea balik nama kendaraan
 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
 Pajak air permukaan
 Pajak rokok
Jenis pajak yang dikelola pemerintah daerah tingkat kabupaten atau kota.

 Pajak hotel
 Pajak restoran
 Pajak hiburan
 Pajak reklame
 Pajak Penerangan jalan
 Pajak parkir
 Pajak bumi dan bangunan sektor pedesaan dan perkotaan.

2. - WP (Wajib pajak).
Adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotongan pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa
wajib pajak orang dan wajib pajak badan.
- NPWP (Nomor pokok wajib pajak).
Adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
- PKP (Pengusaha kena pajak).
Adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau
penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang
pajak pertambahan nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya, tidak termasuk
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan keputusan materi keuangan,
kecuali penguasaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak.
- SSP (Surat setoran Pajak).
Adalah format awal metode pembayaran pajak. melalui SSP, penyetoran pajak
dilakukan dengan melengkapi formulir dan menyerahkannya ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang telah ditunjuk menteri keuangan.
- PTKP (Penghasilan tidak kena pajak).
Adalah pengurangan terhadap penghasilan neto orang pribadi atau perseorangan
sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang
menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak diindonesia.

3. Penyetoran Pajak.
Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan ke kas negara melalui :
1. Layanan pada loket atau teller (over the counter)
2. Layanan dengan menggunakan sistem elekronik lainnya.
pada bank persepsi atau pos atau bank devisa atau bank persepsi mata uang asing.
Penyetoran pajak dilakukan dibank atau kantor pos dan dianggap sah setelah
mendapatkan validasi NTPN (Nomor transaksi penerimaan Negara) dari bank atau
kantor pos.

4. Akibat tidak membayar pajak.


Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak (WP),
sepanjang menyangkut pelanggaran ketentuan administrasi perpajakan dikenakan
sanksi administrasi, sedangkan yang menyangkut pelanggaran yang menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara, dikenakan sanksi pidana.
Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
a. Setiap orang yang karena kealpaannya :
- tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
- menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar,

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan


pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
b. Setiap orang yang dengan sengaja :
- tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP);
atau
- tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap; atau
- menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
- memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar; atau
- tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau
tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau
- tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, di pidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
c. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum
lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan, dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur
sebagaimana butir b.
d. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, atau
menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling tinggi 4
(empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau kompensasi yang dilakukan oleh
Wajib Pajak.
Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak,
yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau
yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Daluwarsa Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu
sepuluh tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya
Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Delik Aduan Dan Sanksinya
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang
perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP yang menyangkut masalah
perpajakan.

5. Penghasilan 1 tahun : 15 juta x 12 bulan = 612 juta

PKP = Rp. 58.500.000


Status Kawin = Rp. 9.000.000
Memiliki 2 orang anak = Rp. 67.500.000

Rp. 612.000.000 - Rp.67.500.000= Rp.544.500.000

Pajak Penghasilan :
30% x Rp.544.500.000= Rp. 163.350.000

PPh setahun = Rp. 163.350.000


PPh Sebulan = Rp. 163.350.000 ÷ 12 = Rp. 13.612.500

Anda mungkin juga menyukai