Berdasarkan peraturan undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, menyatakan bahwa rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,dan gawat darurat (depkes RI, 2009). Definisi rumah sakit berdasarkan peraturan mentri kesehatan Republik indonesia No. 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perjanjian rumah sakit pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada suatu bidang atau satu jenis penyakit tertentu (Menkes RI, 2014)
B. Tugas dan fungsi rumah sakit
Berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit memiliki tugas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang merupakan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama memberikan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat pemulihan bagi setiap pasien (depkes RI 2009), sedangkan keputusan menteri kesehatan Republik indonesia No 983 tahun 1992 rumah sakit umumnya memiliki fungsi menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, non medis dan administrasi umumnya.
C. Pelayanan farmasi rumah sakit
1. Tugas pokok pelayanan farmasi Berdasarkan Permenkes No.72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit bahwa tugas instalasi rumah sakit, meliputi : a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengantur dan mengawasi seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etika profesi. b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien. c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan keamanaan serta meminimalkan resiko. d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien. e. Berperan aktif dalam komite atau tim farmasi dan terapi. f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangkan pelayanan farmasi.
D. Fungsi dan pelayanan farmasi
Berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, meliputi : 1. Pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. a. Memilih sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit. b. Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai secara efektif, efisien dan optimal. c. Mengadakan sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku. d. Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. e. Menerima sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan spesifikasi persyaratan kefarmasian. f. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. g. Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit. h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu. i. Melaksanakan pelayanan obat unit dosis atau dosis sehari. j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan). k. Mengindentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. l. Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan. m. Mengendalikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. n. Melakukan administrasi pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
E. Instalasi farmasi di Rumah Sakit
1. Komite/Tim farmasi dan terapi. Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk komite atau tim farmasi dan terapi yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan obat dirumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada dirumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. Komite/Tim farmasi dan terapi harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam rumah sakit yang berhubungan atau berkaitan dengan penggunaan obat. 2. Standar akreditasi terkait IFRS : Farmasi terlibat dalam : 1. PKPO (pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat) Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat merupakan komponen yang sangat penting dalam pengobatan simotomatik, preventif, kuaritif, paliatif dan rehabilitative terhadap penyakit dan berbagai kondisi, serta mencakup sistem dan proses yang digunakan Rumah Sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. 2. HPK (hak pasien dan keluarga) Rumah Sakit membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien untuk memahami dan melindungi nilai budaya, psikososial san niali spiritual setiap pasien. Untuk mengoptimalkan hak pasien dalam pemberian pelayanan yang berfokus pada pasien, dimulai dengan menetapkan hak tersebut. Kemudian melakukan edukasi pada pasien dan staf tentang hak dan kewajiban tersebut.. 3. SKP (sasaran keselamatan pasien) a. Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan efektifitas komunikasi verbal dan komunikasi melalui telepon antar PPA. b. Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan proses komunikasi “serah terima” (hand over). c. Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan keamanan terhadap obat-obatan yang perlu diwaspadai.