Anda di halaman 1dari 3

1.

Siapa yang menjadi subjek pajak dan wajib pajak


Yg menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
perundang-undangan dapat dikenai pajak. Subjek Pajak yang telah memenuhi syarat
objektif dan subjektif perpajakan akan merubah menjadi wajib Pajak. Syarat objektif
adalah apabila orang pribadi atau badan memperoleh penghasilan . Wajib pajak yang
telah memperoleh penghasilan diatas PTKP (penghasilan tidak kena pajak) wajib
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2. Objek-objek apa saja yang menjadi objek pajak
a. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dibebankan pada


setiap pertambahan nilai dari suatu barang atau jasa. PPN termasuk jenis pajak
yang tak langsung. Artinya pajak ini disetor oleh pihak lain yang bukan
penanggung pajak. Besaran dari PPN adalah 10%.

Contohnya, kita belanja di sebuah minimarket dan membeli minuman.


Nah, harga yang kita bayar dari minuman tersebut sudah termasuk PPN. Jadi,
pajak dari minuman yang kamu bayar nantinya disetorkan langsung sama si
pemilik minimarket tersebut.

b. Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)


Contohnya, Mobil Lamborgini. Mobil yang dimiliki masyarakat yang
berpenghasilan tinggi dan hanya segelintir orang yang memilikinya, jika mobil
tersebut dijual akan kena Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Pajak ini
dibebankan pada barang yang tergolong mewah, seperti mobil Lamborgini
tersebut.
c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang bersifat kebendaan.
Artinya begini Squad, besaran pajaknya itu ditentukan oleh keadaan objek pajak,
dalam hal ini bumi dan bangunan.
Bumi yang dimaksud adalah permukaan bumi seperti sawah, ladang, dan
kebun. Kalau bangunan itu sendiri merupakan konstruksi yang berada di atas
tanah atau perairan. Contohnya rumah tempat tinggal, ruko usaha dermaga, jalan
tol, dan kolam renang.
pajak ini nggak memandang siapa subjek pajaknya. Jadi nggak urusan tuh,
kalau kamu misalnya jadi artis terkenal tapi luas tanah dan rumah yang kamu
punya itu kecil serta fasilitasnnya tidak mewah.
d. Objek Pajak Penghasilan (PPh)

Jika kita sudah punya pekerjaan dan mendapatkan gaji, tunjangan, atau
bonus, kita akan dikenakan pajak penghasilan (PPh).

Penghasilan sendiri merupakan tambahan kemampuan ekonomi yang


diterima wajib pajak baik dari dalam maupun luar negeri yang dipakai untuk
konsumsi wajib pajak atau menambah kekayaan. Besaran pajak tiap orang
berbeda-beda. Semua bergantung pada penghasilan orang tersebut.

e. Objek Pajak Bea Materai

Tadi di awal sudah disinggung sedikit mengenai transaksi jual beli


kendaraan ada pajak yang harus dibayar. Nah, salah satunya adalah pajak bea
materai. Bea materai ada yang Rp3.000 dan Rp6.000. biasanya bea materai harus
ada pada dokumen penjualan seperti surat pernyataan dan kwitansi pembelian.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai,


dijelaskan bahwa objek bea materai ialah kertas yang isinya tulisan dengan
maksud tentang perbuatan, keadaan, atau pernyataan bagi seseorang dan atau
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Intinya ialah sebuah dokumen yang
menyatakan nominal dan memiliki sifat perdata.

f. Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Kalau kita membeli rumah, kita akan dibebankan pajak bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan (BPHTB). Mudahnya BPHTB dapat dimaknai sebagai
bea pembeli.

Nah “Kalau dapat rumah dari sebuah hadiah gimana?”

Tetap bayar. Dalam bunyi pasal 2 BPHTB, yang menjadi objek BPHTB
ialah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang meliputi:
 jual-beli;
 tukar-menukar;
 hibah;
 waris;
 penggabungan usaha;
 peleburan usaha; dan
 hadiah.

3. Kewajiban Wajib Pajak Terhadap Pemerintah


4. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
5. Cara Penagihan Pajak
6. Cara Mengajukan Keberatan dan Banding

Anda mungkin juga menyukai