Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


HASIL TANAMAN

Oleh :
Anwar Subekti 20140210089
Yudha Sakti Nugroho 20180210114
Sefa Falahudin 20180210122
Dyah Rahmawati Suseno 20180210128
Claudia Bintania Ayu L. 20180210134
Achmad Zan Jabiila 20180210138
Erlintang Ratri F. 20180210146
Fendra Afria 20180210150

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................4
C. TUJUAN.........................................................................................................................4
D. MANFAAT......................................................................................................................4
II. PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. Fungsi bagi Tanaman......................................................................................................5
B. Keberadaan unsur N dalam Tanah..................................................................................5
C. Proses Serapan................................................................................................................6
D. Gejala Kekurangan & Kelebihan Unsur.........................................................................7
E. Sumber Unsur..................................................................................................................8
F. Praktek Pengelolaan......................................................................................................12
III. Penutup..........................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14

2
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tanah adalah diantara hal produksi pertanian serta media tumbuh tanaman. Tanah
memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman. Biasanya, hara tanah datang dari
pelapukan mineral anorganik serta hasil biodegradasi bahan organik. Hara pada tanah
sekarang ini tdk memenuhi keperluan tanaman agar dapat berproduksi tinggi. Hal ini dipicu
oleh ada masalah keseimbangan hara dalam tanah. Menurut Susanto (2005), minimnya hara
pada tanaman bisa dikarenakan oleh : (1) system pertanian yang intensif tanpa ada pemberian
pupuk serta bahan organik yang cukup, (2) pemberian unsur hara yg tidak berimbang, (3)
sangat tinggi atau rendahnya pH tanah, (4) pemberian unsur hara mikro spesifik terlalu
berlebih yang akibatkan unsur mikro yang lain jadi tertekan, serta (5) situasi tanah yang
sangat basah atau sangat kering makanya mengganggu penyerapan unsur hara.
Salah satu masalah tanah dalam penyediaan hara serta serapan hara oleh tanaman
yaitu kandungan pH tanah yang sangat masam. pH tanah adalah aspek terpenting yang
merubah daya larut serta merubah ketersediaan hara tanaman (Gardner et al, 1991). Hara
tanah lebih ada pada pH 6-7. pH 5, 5 jadi batas toleransi tanaman dalam perkembangan.
Pengapuran adalah langkah untuk melakukan perbaikan sifat tanah masam untuk
beroleh pH optimum makanya masalah keseimbangan hara didalam tanah bisa diperbaiki.
Keefektifan pengapuran ini di pengaruhi oleh model kapur, ukuran, peletakan, distribusi,
kandungan air tanah, serta struktur tanah (Winarso, 2005). Terkecuali pemberian kapur untuk
sediakan hara, dapatlah dilaksanakan menambahkan pupuk anorganik yang memiliki
kandungan unsur N seperti urea, serta ZA, untuk penuhi keperluan hara tanaman. Hara yang
begitu diperlukan oleh tanaman yaitu nitrogen (N). Unsur nitrogen begitu melimpah di
atmosfer, namun masalah kekurangan N seringkali didapati dalam budidaya. Hal ini dipicu
oleh ketersediaan unsur N yg tidak disertai dengan efisiensi penyerapan hara oleh tanaman.
Model pupuk ini gampang larut, ion-ionnya tdk diikat oleh kompleks tanah liat makanya
gampang alami pencucian lewat aliran permukaan (run off), menguap ke udara atau beralih
ke bentuk beda yg tidak bisa dipakai tanaman (Estiaty, et. al., 2005). System drainase juga
merubah ketersediaan hara N. System drainase yang kurang baik sebabkan kehilangan N
lewat pencucian menjangkau 20% – 40% (Suriadikarta, 2005) serta bahkan juga menjangkau
26% – 66%.

Unsur N dalam tanah yang bisa diserap oleh tanaman berbentuk NH4+ serta NO3–.
Bentuk ion berikut yang menurut Poerwowidodo (1992) biasanya diserap akar tanaman serta

3
lalu dirubah ke bentuk NH2. Serapan N teratas didapat dari tanaman yang didapatkan pupuk
urea, sedang yang paling rendah, ada pada tanaman yg tidak di beri pupuk. Hal ini karena
pupuk urea yang ditempatkan juga akan selekasnya terhidrolisis serta alami sistem nitrifikasi,
membuat ion NH4+ serta NO3–. Rendahnya serapan N ini yg tidak di beri pupuk urea karna
cuma memercayakan persediaan N dari sistem mineralisasi bahan organik yang terdapat
didalam tanah. Menurut Handayanto (1995), dari sistem mineralisasi bahan organik, cuma 20
-30% N yang diserap tanaman.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh unsur hara N terhadap pertumbuhan tanaman ?

2. Bagaimana manajemen unsur N?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh unsur hara N dalam pertumbuhan tanaman

2. Untuk mengetahui manajemen unsur N

D. MANFAAT
Tanaman memerlukan unsur hara yang lengkap agar dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produk yang berkualitas. Pemenuhan unsur hara kebutuhan tanaman
merupakan hal yang mutlak dilakukan, karena ketersediaan unsur hara di alam sangat
terbatas, dan semakin berkurang karena telah terserap oleh tanaman, salah satunya adalah
unsur hara N. Manfaat :

 Merupakan unsur hara makro, dan mutlak dibutuhkan oleh tanaman.

 Merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman secara keseluruhan, khususnya


pertumbuhan akar, batang dan daun.

 Berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting untuk
melakukan proses fotosintesis.

 Berperan dalam pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik


lainnya.

4
II. PEMBAHASAN

A. Fungsi bagi Tanaman

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara utama yang dibutuhkan seluruh tanaman
termasuk legum untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal. Nitrogen berfungsi untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif, sehingga daun tanaman menjadi lebih lebar, berwarna
lebih hijau dan lebih berkualitas (Wahyudi, 2010). Unsur N berfungsi untuk memacu
pertumbuhan tanaman dan berperan dalam pembentukan klorofil, lemak, protein dan senyawa
lainnya (Marsono, 2002). Warna daun yang merupakan indikator status N tanaman berkaitan
erat dengan tingkat fotosintesis daun dan produksi tanaman. Bila N diberikan cukup pada
tanaman, kebutuhan akan hara lain seperti fosfor (P) meningkat untuk mengimbangi laju
pertumbuhan tanaman yang cepat (Fairhurstet.al.,2007).
Pada tanaman tembakau unsur N yang diserap lebih banyak digunakan
pembentukan asam amino yang berfungsi untuk meningkatkan ukuran sel-sel daun muda
(Wiroatmodjo dan Najib, 1995). Rachman dan Djajadi (1991), menunjukkan bahwa makin
tinggi posisi daun maka semakin besar pengaruh pemupukan N terhadap ukuran
daun. Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk klorofil yang berperan penting dalam proses
fotosintesis. Semakin tinggi pemberian nitrogen (sampai batas optimumnya) maka
jumlah klorofil yang terbentuk akan meningkat (Adil et al, 2005). Menurut Gardner et al.
(1991), bahwa pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap perluasan daun terutama pada
lebar dan luas daun, hal ini berpengaruh terhadap bobot segar dan bobot kering total per
tanaman.

E. Keberadaan unsur N dalam Tanah


Nitrogen merupakan salah satu unsur hara utama yang dibutuhkan seluruh tanaman
termasuk legum untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal. Nitrogen berfungsi untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif, sehingga daun tanaman menjadi lebih lebar, berwarna
lebih hijau dan lebih berkualitas (Wahyudi, 2010). Unsur N berfungsi untuk memacu
pertumbuhan tanaman dan berperan dalam pembentukan klorofil, lemak, protein dan senyawa
lainnya (Marsono, 2002). Warna daun yang merupakan indikator status N tanaman berkaitan
erat dengan tingkat fotosintesis daun dan produksi tanaman. Bila N diberikan cukup pada
tanaman, kebutuhan akan hara lain seperti fosfor (P) meningkat untuk mengimbangi laju
pertumbuhan tanaman yang cepat (Fairhurstet.al.,2007).

5
Pada tanaman tembakau unsur N yang diserap lebih banyak digunakan
pembentukan asam amino yang berfungsi untuk meningkatkan ukuran sel-sel daun muda
(Wiroatmodjo dan Najib, 1995). Rachman dan Djajadi (1991), menunjukkan bahwa makin
tinggi posisi daun maka semakin besar pengaruh pemupukan N terhadap ukuran
daun. Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk klorofil yang berperan penting dalam proses
fotosintesis. Semakin tinggi pemberian nitrogen (sampai batas optimumnya) maka
jumlah klorofil yang terbentuk akan meningkat (Adil et al, 2005). Menurut Gardner et al.
(1991), bahwa pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap perluasan daun terutama pada
lebar dan luas daun, hal ini berpengaruh terhadap bobot segar dan bobot kering total per
tanaman.

F. Proses Serapan
Unsur hara nitrogen adalah unsur hara utama yang diperlukan tanaman dalam jumlah
banyak. Nitrogen merupakan unsur hara makro utama yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman. Unsur hara ini sangat mudah berubah bentuk dalam sisi ikatan kimianya sehingga
rawan tercuci oleh air hujan maupun panas matahari yang terik. Nitrogen diserap oleh
tanaman dalam bentuk nitrat (NO3) dan ammonium (NH4+). Mineralisasi bahan organik tanah
merupakan sumber utama nitrogen yang tersedia bagi tanaman. Tanaman menyerap unsur
hara dalam tanah umumnya dalam bentuk ion.
Penyerapan unsur hara N dimulai dari fiksasi N 2- atmosfer secara fisik atau kimiawi
yang menyuplai tanah bersama prepitasi (hujan) dan oleh mikrobia yang menyuplai melalui
sel-sel yang telah mati. Sel-sel mati ini bersama dengan sisa-sisa tanaman atau hewan akan
menjadi bahan organik yang siap didekomposisikan melalui serangkaian proses mineralisasi
+
(aminisasi, amonifikasi dan nirifikasi) akan melepaskan NH4 dan NO3 - yang kemudian
diimobilisasikan oleh tanaman atau mikrobia. Gas ammonia hasil proses aminisasi apabila
tidak segera mengalami amonifikasi akan segera menguap ke udara, begitu pula dengan gas
N2- atmosfer
Pada lahan kering penyerapan ion nitrat (NO3) relatif lebih besar dibandingkan
dengan ion ammonium (NH4+) pada tanaman. Power hydrogen (pH) juga mempengaruhi daya
serap ion nitrogen dimana pada pH rendah ion nitrat (NO 3) diserap lebih cepat dibandingkan
dengan ion ammonium (NH4+),sedangkan pada pH netral penyerapan keduanya seimbang
pada tanaman.

6
Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan baik daun maupun batang karena nitrogen merupakan penyusun dari semua
protein dan asam nuklat yang berperan penting bagi tanaman itu sendiri.

G. Gejala Kekurangan & Kelebihan Unsur

Definisi pemupukan secara umum adalah pemberian bahan kepada tanaman ataupun
kepada tanah dan substrat lainnya baik langsung maupun tidak langsung (FAO, 1985) yang
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi dan memperbaiki
kualitasnya akibat adanya perbaikan nutrisi tanaman (Homenauth, 2013; Alley dan Vanlauwe.
2009). Namun bila unsur yang diberikan mengalami kekurangan atau kelebihna akan
berdampak yang merugikan bagi tanaman. Gejala kekurangan N muncul pada saat status hara
rendah atau konsentrasi N daun berada pada tingkat minimum, sedangkan gejala kelebihan N
mulai telihat pada saat konsentrasi N daun memberikan pertumbuhan melewati batas
maksimum Liferdi (2010).
a. Kekurangan Unsur N

Tanaman yang mengalami defisiensi unsur N menunjukkan pertumbuhan yang


lambat, kelihatan lemah, daunnya berwarna hijau terang hingga kuning. Biasa
dijumpai pada daun-daun tua, karena N merupakan unsur yang mobile (Havlin et
al, 2005). Menurut Febriana (2009) gejala defisiensi N terlihat pertama kali pada
daun-daun tua, yaitu daun berwarna hijau pucat, dan kemudian menjadi kuning
pucat atau kuning cerah (klorosis), dan selanjutnya daun mengalami nekrosis
(Goh dan Hardter 2003). Menurut Ratnasari (2009) Gejala kekurangan unsur N
pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, mula- mula daun menguning dan
mengering lalu daun akan rontok dimana daun yang menguning diawali dari
daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas. didalam tubuh tanaman
nitrogen bersifat dinamis sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen pada bagian
pucuk nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan ke organ yang
lebih muda, dengan demikian pada daun-daun yang lebih tua gejala kekurangan
nitrogen akan terlihat lebih awal. Gejala kekurangan N secara umum
menyebabkan daun menguning, pertumbuhan daun dan ranting terbatas, tanaman
kerdil, bunga mekar sedikit, dan produksi buah rendah. Kekurangan N juga
menyebabkan ukuran daun yang baru terbentuk menjadi lebih kecil, karena suplai
N dari dalam tanah melalui akar berkurang. Hal ini juga dapat disebabkan oleh

7
sumbangan N ke daun muda menurun dengan menguning dan menuanya daun-
daun bagian bawah. Bila ketersediaan N tidak cukup, protein pada daun tua
dihidrolisis dan asam amino yang dihasilkan diredistribusikan ke daun muda
(Marschner 1995). Protein kloroplas dihidrolisis dan kandungan klorofil
berkurang, akibatnya muncul warna kuning pada daun tua yang merupakan gejala
pertama dari kekurangan N.

b. Kelebihan Unsur Hara

Gejala kelebihan N pertama kali terlihat pada daun-daun tua di bagian bawah
dan terus berlanjut hingga ke daun-daun muda yang berada pada bagian tunas.
yaitu munculnya warna coklat dari sekitar pingir daun kemudian merambat
menuju tengah-tengah daun atau ke tulang daun dan akhirnya daun mengering dan
rontok(Liferdi 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shedley et al. (1995)
menunjukkan bahwa kelebihan N menyebabkan penurunan pertumbuhan yang
berat dan nekrosis pada ujung daun pada tanaman Eucalyptus globulus. Bila
pupuk yang diberikan melebihi kebutuhan optimum tanaman, maka pertumbuhan
tanaman akan terhambat. Pemupukan N yang diberikan dalam hal ini bersumber
dari Urea atau CO(NH2)2 bereaksi dengan H2O dengan bantuan enzim urease
menghasilkan amoniun karbamat atau (NH4)2CO3 yang selanjutnya terurai
menjadi NH + dan CO 2- (Havlin et al. 1999). Amonium yang berlebihan menurut
Wong (2005) menyebabkan gejala keracunan yang ditandai dengan terjadinya
nekrosis pada ujung akar dan kerusakan jaringan xilem. Pendapat ini didukung
oleh Brito & Kronzucker (2002) yang menyatakan bahwa tanaman yang
mengalami keracunan NH + menyebabkan jaringan akar mengalami kerusakan
dan perkembangannya terhambat. Hal ini menyebabkan serapan air dan hara N ke
batang dan daun berkurang serta daun mengalami kekurangan air, akibatnya
stomata menutup dan laju fotosintesis rendah dan akhirnya pertumbuhan tanaman
terhambat.

H. Sumber Unsur N
Sumber nitrogen yang penting bagi tanah yang kemudian bisa diserap tanaman adalah
bahan organik yang dapat berupa sisa tanaman, hewan, manusia, pupuk organik ( pupuk
hijau, pupuk kandang dan kompos ), kemudian sumber lain adalah air hujan, hasil fiksasi
N- simbiotik/non simbiotik, gunung berapi dan pupuk buatan.

8
Sumber Nitrogen dapat berasal dari :
a. Atmosfer
Kebanyakan Nitrogen di atmosfer bentuk molekulnya adalah N2, meskipun juga
sebagian kecil ada juga sebagian kecil amonia serta berbagai variasi Nitrogen oksida
(NO2) (Ghaly dan Ramakhrisman, 2015). Bentuk nitrogen di atmosfer ini kebanyakan
tidak bisa digunakan langsung ke tanaman maka perlu adanya :
1) Penyematan Simbiotik, yaitu penyematan N dari atmosfer melibatkan jasad
renik tanah dengan inangnya tanaman legum.
2) Penyematan non-simbiotik, Penyematan yang hanya melibatkan bakteri hidup
bebas.
b. Presipitasi awan
Perolehan dari air hujan, dari air hujan atau salju diperoloeh N < 10
kg/ha/tahun, terdiri dari NO3-, NO2- , NH4 dan N organik yang sumbernya belum jelas
diketahui (Faperta Untidar, 2017). Kemungkinan bagian terbesar N dalam bahan
organik asli tanah berasal dari sumber ini
c. Bahan Organik
Bahan organik dapat berupa berupa sisa tanaman, hewan, manusia, pupuk organik
( pupuk hijau, pupuk kandang dan kompos. Bahan organik akan melepaskan N organik ketika
terjadi dekomposisi bahan organik dengan bantuan jasad renik tanah seperti bakteri dan
cendawan agar tersedia bagi tanaman, Nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berbentuk
NH4+, NO2- dan atau NO3- (Riwandi et. Al, 2017). Penyematan N secara biologi merupakan
komponen penting dalam keberlanjutan pertanian, dimana mengubah N2 atmosefer menjadi
bentuk N yang dapat diserap oleh tanaman, sehingga asupan N dari penyematan N dapat
memelihara cadangan N tanah dan dapat menggantikan N anorganik dari pupuk, dan
memelihara hasil tanaman yang tinggi. Perolehan bahan organik ini juga bisa melalui proses
Mineralisasi yaitu perubahan senyawa N organik menjadi senayawa N (NH 4+, NO2- dan atau
NO3-) oleh bantuan jasad renik, kemudian Immobilisasi yaitu penyerapan N tersedia (NH 4+,
NO2-) oleh tanaman dan jasad renik dan transformasi N ke bentuk senyawa N organik
(Riwandi et. Al, 2017). Selanjutnya adalah Aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi merupakan
3 pross yang terjadi dalam mineralisasi bahan organik tanah. Aminisasi dan mineralisasi
bekerja dengan adanya bakteri dan jamur, sedangkan nitrifikasi bekerja dengan adanya
bakteri autotrof.
Pupuk, bahan makanan ternak dan benih.

9
d. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik ini lebih mengacu ke pupuk buatan industri, dimana hal ini
muncul karena Penyematan N dan penggunaan pupuk dengan bahan organik dianggap kurang
mencukupi di bidang pertanian, sehingga dibuatlah pupuk N sintetis dengan teknik sintetsis
produksi amonia (NH3). Contohnya adalah pupuk Urea dan pupuk NPK.
 Macam pupuk nitrogen.

Amoniak dan anhidrous amoniak ( NH3)


Bentuk gas, pada temperatur dan tekanan tinggi, kandungan 82,5% N sebagai bahan dasar
pembuatan pupuk N lain.
1. Asam nitrat ( HNO3)
2. Natrium nitrat ( NaNO3)
3. Kalsium nitrat Ca ( NO3)2
4. Amonium nitrat
5. Amonium sulfat ( ZA )
6. Amonium sulfat nitrat ( ASN )
7. Kalsium amonium nitrat
8. Amonium khlorida ( NH4Cl )
9. Urea ( CO ( NH2)2)
10. Cynamide ( Ca C N2

GAMBAR PEREDARAN ANASIR HARA NITROGEN

Nitrogen atmosfir

Hewan
N205 N2 dan N20
N20
10
N0

Gunung api Sisa Tanaman tanaman INDUSTRI


NH3

_____________________________________________________________________
_
_____________________________________________________________________
_
PELAPUKAN AMONIA PENAMBATAN JEMBATAN

N-SIMBIOTIK NITRIFIKASI
B.ORGANIK

JASAD

Hilang dan mengendap NITRIFIKASI

dalam bentuk terikat NITRIT


Hilang
PENGIKAT N - BEBAS
dalam
NITRAT
pengatusan

I. Praktek Pengelolaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad renik, baik
yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Pertambahan lain dari nitrogen
tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat masuk melalui air hujan
dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan iklim (Hakim, dkk., 1986).
Bahan organik tanah merupakan sumber potensial dari nitrogen, pospor dan sulfur
untuk pertumbuhan tanaman. Mikrobiologi merupakan pengurai bahan organik mampu
melepaskan ikatan nutrien dari bahan organik sehingga menjadi bentuk yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan. Peningkatan bahan organik tanah karena pemberian pupuk
kandang dapat mengatur kelembaban dan aerasi, pemantap struktur tanah, meningkatkan
KTK, sebagai sumber hara bagi tanaman dan sebagai sumber energi bagi aktivitas jasad
mikro (Haryatun, 2005).

11
Golongan rumput Sacciolepis interupta mempunyai kandungan N 2,79%, lebih
tinggi dibandingkan dengan pupuk organik seperti kompos jerami padi, berangkasan kacang
tanah, dan Flemegia sp., yaitu masing-masing 0,84%, 2,37%, 2,42%, serta mempunyai rasio
C/N yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa gulma ini berpotensi sebagai suplemen
unsur hara N. Untuk mempercepat proses dekomposisi gulma yang berpotensi sebagai
suplemen unsur hara N, P, dan K, sebaiknya gulma tersebut diberikan dekomposer atau
mikroorganisme perombak bahan organic (Haryatun, 2005).
Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan amonium dalam tanah
sehingga didapatkan populasi Azospirillum yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan
pupuk NPK dan tanpa perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian pupuk kandang
dapat meningkatkan populasi bakteri dalam tanah. Diharapkan dapat meningkatkan
kesuburan tanah dalam waktu yang cukup panjang. Dengan kesuburan tanah, ketersediaan
hara cukup untuk tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga dapat meningkatkan hasil panen
(Supriyadi et all, 2009)
Pupuk kandang merupakan salah satu komponen budidaya tanaman yang ramah
lingkungan serta mempunyai peranan dalam memperbaiki kesuburan tanah struktur tanah
baik secara fisik, kimia atau biologi. Pupuk kandang mempunyai peranan meningkatkan
kesuburan fisik tanah karena mampu mengurangi plastisitas, meningkatkan agregat ruang
pori, ketersediaan air dan kelekatan juga aerasi tanah. Sedangkan peranan dalam kesuburan
kimia yaitu mengikat atau menyerap ion lebih besar juga meningkatkan kation. Dalam
kesuburan biologi pupuk kandang membentuk jaringan tubuh mikroorganisme dan sumber
energi bagi mikroorganisme tanah. Pupuk kandang juga mampu meningkatkan efisiensi
pemakaian pupuk. (Supriyadi et all, 2009)

12
III. Penutup

A. Kesimpulan
Sehingga, pengaruh unsur hara N untuk tanaman yaitu untuk meningkatkan
pertumbuhan vegetatif, seperti daun tanaman menjadi lebih lebar, berwarna lebih hijau
dan lebih berkualitas. Untuk manajemen unsur N yang optimal perlu dilakukan
pemupukan N harus memadukan jumlah, waktu, dan cara pemberian yang tepat sesuai
dengan kebutuhan tanaman, kondisi lahan dan kesuburan tanah; menetapkan status hara
tanah secara akurat; serta mempertimbangkan faktor pembatas hara lainnya (terutama P
dan K). Pengelolaan bahan organik berupa residu tanaman, penggunaan pupuk organik in
situ, serta rotasi atau tumpang sari tanaman dengan tanaman kacang-kacangan selayaknya
menjadi salah satu pertimbangan utama dalam manajemen pemupukan N untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan N dan hasil jagung secara berkelanjutan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adil, W. H., N. Sunarlim, dan I. Roostika. 2005. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk

AE, G., & VV, R. (2015). Nitrogen Sources and Cycling in the Ecosystem and its Role in Air, Water
and Soil Pollution: A Critical Review. J Pollut Eff Cont 3, 1-26.

Nitrogen terhadap Tanaman Sayuran. Biodiversitas 7 (1) : 77-80.

Dwijoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang

Estiaty, L.M., Suwardi, I. Yuliana, D. Fatimah, dan D. Suherman. 2005. Pengaruh zeolit
terhadap efisiensi unsur hara pada pupuk kandang dalam tanah. Jurnal Zeolit
Indonesia.

Fairhurst, T., C. Witt, R. Buresh, & A. Dobermann. 2007. Padi, Panduan

PraktisPengelolaan Hara. Diterjemahkan oleh A. Widjono, IRR

Febriana. 2009. Teknologi pemupukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk


di perkebunan karet. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan 2010.
Palembang, 27-28 Juli 2010.Food and Agriculture Organization of the United
Nations. 1985. Manual on fertilizer
distribution. FAO fertilizer and plant nutrition bulletin. 114 p.

Foth, H. D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
(Diterjemahkan oleh E. D. Purbajanti, D. R. Lukiwati dan R. Trimulatsih).

Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.


Terjemahan: Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.

Goh, K.J., R. Hardter. 2003. General oil palm nutrition in International Planters Conference
on Management for Enhanced Pro- fitability in Plantations. Kuala Lumpur, Kuala
Lumpur, 24–26 October 1994. Kuala Lumpur; ISP 1994.hlm 190-230.Havlin JL, JD
Beaton, SL Tisdale and WL Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizers. An
introduction to nutrient management. Seventh Edition. Pearson Education Inc. Upper
Saddle River, New Jersey.

Handayanto, 1995. Biologi Tanah. Yogyakarta: Pustaka adipura.

Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong, G.B.,Bailey, H.H.
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hal.

Homenauth, O. 2013. Fertilizer manual (concepts, aplication, storage and handling).


National Agricultural Research and Extension Institute. 32 p.

Liferdi 2010,’ ‘Status hara nitrogen sebagai pedoman rekomendasi pupuk pada bibit
manggis. J. Agrivita, vol. 32, no. 1, pp. 76-82.

14
Marschner H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Institute of Plant Nutrition Univ.
Hohenheim. Fed. Rep. of Jerman.

Noertjahyani. 1999. Pengaruh Inokulasi Mikrobia Pelarut Fosfat dan Dosis Pupuk P
Tersedia Tanah, Serapan N, P dan K serta Hasil Kedelai Podsolik Merah Kuning.
Wawasan Tridharma Bandung. 2: 3-5..

Rachman, A. dan Djajadi. 1991. Pengaruh Dosis Pupuk N dan K terhdap Sifat-sifat
Agronomis dan Susunan Kimia Daun Tembakau Temanggung di Lahan Sawah.
Penelitian Tembakau dan Serat.Vol. 6 No. 1, 1991: 21-30.

Rinsema, W. T., 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
.
Ratnasari. 2009. Kalibrasi kadar hara tanaman kelapa sawit belum menghasilkan dengan
menggunakan metode sekat pertumbuhan terbaik. Skripsi. IPB, Bogor. 61 hlm.

Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah, Penerbit Angkasa Persada Jl. Kronolodong
No. 37, Cetakan keempat Bandung

Riwandi, Prasetyo, Hasanudin, & Cahyadinata, I. (2017). Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
Bengkulu: Yayasan Sahabat Alam Rafflesia.
Sarief, E. S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 157 Hal.

Shedley, E, Dell, B, & Grove, T 1995, ‘Diagnosis of nitrogen deficiency and toxicity of
Eucalyptus globulus seedlings by foliar analysis’, Plant and Soil, no. 177, pp. 183–89.
Susanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Kanisius. Jakarta.

Suriadikarta, (2005). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan PertanianWahyudi. 2010. Petunjuk Praktis
Bertanam Sayuran. Agromedia Pustaka. Jakarta

Untidar, F. (2017). Bahan Ajar Materi Nitrogen. Magelang: Universitas Tidar.


Winarso, S.2005. Kesuburan Tanah:Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava media.
Jogjakarta Marsono, P.S. 2002. Pupuk Akar Jenis Dan Aplikasinya. Penebar Swadaya.

Wiroadmodjo, J dan Najib, M. 1995. Pengaruh Dosis Nitrogen dan Kalium

terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung pada Tumpang Sisip

Kubis-Tembakau di Pujon Malang. Buletin AgronomiVol.

23 No. 2, 1995: 17-25.

15

Anda mungkin juga menyukai