Anda di halaman 1dari 11

Ketidakadilan Hukum di Indonesia Ditinjau dari Teori Etis

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum
Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Rehnalamken Ginting

Oleh :
Alfianto Hadi Syahputra
E0019031

Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat.


Peraturan berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia
agar tidak bersinggungan dan merugikan kepentingan umum. Dalam
penegakan hukum di Indonesia masih kerap tidak sesuai dengan kasusnya,
sehingga banyak yang beranggapan hukum di Indonesia tumpul keatas tajam ke
bawah.
Indonesia juga disebut sebagai negara hukum namun prakteknya seperti
pada kasus Basar Suyanto dan Kholil di Kediri yang dijatuhi hukuman selama
2 bulan 10 hari hanya karena terbukti mencuri sebutir semangka. Permasalahan
tersebut menunjukkan bahwa ketidakadilan akan hukum masih terjadi di
Indonesia.
Hal tersebut membuat prihatin karena Indonesia yang disebut - sebut
sebagai negara hukum masih terjadi ketimpangan dalam penegakan hukum.
Vonis hukum yang tinggi ini berbanding terbalik dengan vonis kasus Abdul
qodir jaelani yang merupakan putra bungsu dari musisi kenamaan Indonesia
yaitu Ahmad Dhani. Pada kasus tersebut Dul yang mengendarai mobil Lancer
menabrak beberapa kendaraan yang mengakibatkan 7 orang meninggal dunia.
Oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur Abdul Qodir Jaelani divonis bebas
karena pertimbangan Dul yang masih dibawah umur.
Penulis mengambil tema ini karena penulis masih resah akan keadilan
hukum yang ada di Indonesia. Penulis juga ingin mencari tahu bagaimana cara
agar putusan / vonis hukum sesuai / adil dengan kasusnya.
BAB II

PERMASALAHAN

Berikut ini beberapa permasalahan yang akan penulis sampaikan berdasarkan


topik yang dipilih pada makalah ini :

1. Bagaimana analisis pertimbangan putusan vonis agar tercipta keadilan vonis


antara kasus satu dengan kasus lain?
2. Bagaimana analisis keadilan vonis ditinjau dari teori etis?
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Pertimbangan Putusan Vonis agar Tercipta Keadilan antar


Vonis Kasus

Berdasarkan pasal 191 dan 193 KUHAP dapat kita ketahui bahwa ada dua
macam sifat Putusan yaitu:
1. Putusan pemidanaan
2. Putusan yang bukan pemidanaan, yang dibagi menjadi dua macam yaitu:
Putusan bebas dari segala dakwaan dan Putusan lepas dari segala tuntutan
hukum.
Menurut H.M. Luthfie S.H. hal yang patut diperhatikan hakim ketika
memutuskan suatu vonis / putusan pidana antara lain :
1. Kesalahan pembuat tindak pidana
2. Motif dan tujuan melakukan tindak pidana
3. Cara melakukan tindak pidana
4. Sikap batin pembuat pidana
5. Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pembuat pidana
6. Pengaruh tindak pidana terhadap masa depan pembuat tindak pidana
7. Sikap & tindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana
8. Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan
9. Tanggung jawab pelaku terhadap korban
10. Apakah tindak pidana dilakukan dengan rencana

Bapak H.M. Luthfie, S.H., juga mengatakan dalam menjatuhkan putusan


pengadilan, hakim mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang tidak
hanya dipengaruhi hal-hal tersebut di atas saja, melainkan ada beberapa
faktor lain, dalam hal ini dapat memperingan dan memperberat pidana,
yaitu sebagai berikut:
1. Pidana diperingan:

Pidana diperingan berkaitan dengan hal-hal berikut ini:

a. Seseorang yang mencoba melakukan tindak pidana.

b. Seseorang yang membantu terjadinya tindak pidana.

c. Seseorang yang sukarela menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib


setelah melakukan tindak pidana.

d. Wanita hamil yang melakukan tindak pidana.

e. Seseorang yang dengan sukarela memberikan ganti kerugian yang


layak atau memperbaiki kerusakan akibat tindak pidana yang dilakukan.

f. Seseorang yang melakukan tidak pidana karena kegoncangan jiwa yang


hebat sebagai akibat yang sangat berat dari keadaan pribadi atau
keluarganya.

g. Seseorang yang melakukan tindak pidana, akan tetapi kurang dapat

dipertanggungjawabkan karena menderita gangguan jiwa, penyakit jiwa


atau retardasi mental (keterbelakangan mental) atau disabilitas
intelektual.

2. Pidana diperberat:

a. Pegawai negeri yang melanggar kewajiban jabatan khusus diancam


dengan pidana atau pada waktu melakukan tidak pidana menggunakan
kekuasaan, kesempatan, atau upaya yang diberikan kepadanya karena
jabatannya.
b. Setiap orang yang melakukan tindak pidana dengan menyalahgunakan
bendera kebangsaan, lagu kebangsaan atau lambang Negara.

c. Setiap orang yang melakukan tindak pidana dengan menyalahgunakan


keahlian atau profesinya.

d. Orang dewasa melakukan tindak pidana bersama dengan anak di


bawah umur.

e. Setiap orang yang melakukan tindak pidana dengan bersekutu,


bersama-sama, atau dengan kekerasan dengan cara yang kejam atau
dengan berencana.

f. Setiap orang yang melakukan tindak pidana pada waktu huru hara atau
terjadi bencana.

g. Setiap orang yang melakukan tindak pidana pada waktu Negara dalam
keadaan bahaya.

h. Hal-hal lain yang ditentukan secara khusus dalam suatau peraturan


perundang  undangan.

i. Pemberatan tindak pidana di berlakukan juga terhadap setiap orang


yang melakukan pengulangan tindak pidana dalam waktu lima tahun
sejak:

1) Menjalani seluruh atau sebagaian pidana pokok yang dijatuhkan.

2) Pidana pokok yang dijatuhkan telah dihapuskan.

3) Kewenangan menjalani pidana pokok yang dijatuhkan belum


kadaluwarsa buat tindak pidana.
4) Pengaruh tindak pidana terhadap masa depan pembuat tindak pidana.

5) Sikap dan tindakan pembuat sesudah melakukan tindakan pidana.

6) Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan.

7) Tanggung jawab pelaku terhadap korban.

8) Apakah tindakan pidana dilakukan dengan berencana.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka seharusnya putusan /


vonis hukum sudah selayaknya adil terhadap seluruh masyarakat Indonesia.
Bukan seperti pada kasus Basar Suyanto & Kholil yang mendapat putusan
tinggi yaitu tuntutan penjara 2 bulan 10 hari dan itu sangat tidak sesuai dengan
apa yang diperbuatnya. Oleh sebab itu banyak mahasiswa yang melakukan
protes dan akhirnya putusan terakhir memutuskan penjara selama 15 hari. Lain
halnya dengan Dul yang menyetir mobil dengan kecepatan tinggi lalu
menabrak beberapa kendaraan hingga 7 orang harus meregang nyawa dan dia
tidak mendapat vonis hukum apapun dengan dalih dianggap masih dibawah
umur.

B. Analisis keadilan vonis ditinjau dari teori etis

Teori Etis menekankan bahwa hukum semata - mata untuk mencapai


keadilan, dimana hukum berisikan pada adanya keyakinan yang etis tentang
apa yang adil dan tidak. Lalu apakah keadilan itu ?
Hakekat keadilan ialah penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan
dengan mengkajinya dengan suatu norma yang menurut pandangan subyektif
(subyektif untuk kepentingan kelompoknya, golongannya, dan sebagainya)
melebihi norma-norma lain.
Pada umumnya keadilan merupakan pernilaian yang hanya dilihat dari
pihak yang menerima perlakuan saja, jadi keadilan hanya ditinjau dari satu
pihak saja, yaitu pihak yang menerima perlakuan. Keadilan ini memberi kepada
setiap orang menurut jasa atau kemampuannya. Disini bukan kesamaan yang
dituntut tetapi perimbangan.
Justitia commutativa memberi kepada setiap orang sama banyaknya.
Dalam pergaulan di dalam masyarakat justitia commutativa merupakan
kewajiban setiap orang terhadap sesamanya. Di sini yang dituntut ialah
kesamaan. Yang adil ialah apabila setiap orang diperlakukan sama tanpa
memandang kedudukan dan sebagainya.
Berdasarkan kalimat diatas maka dalam putusan / vonis hukum harus adil
terhadap semua lapisan masyarakat dan harus sesuai dengan Undang - Undang
atau peraturan yang berlaku, sehingga tidak lagi muncul statement bahwa
hukum Indonesia Tajam ke bawah tumpul ke atas.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
1. Simpulan umum

a. Ketidakadilan vonis / putusan hukum antar kasus.


b. Teori Etis menekankan bahwa hukum semata - mata untuk mencapai
keadilan.
2. Simpulan khusus
a. Mahasiswa melakukan protes terhadap vonis kasus semangka Basar &
Kholil.
b. Analisis keadilan vonis ditinjau dari teori etis diharapkan
putusan-putusan / vonis hukum dapat adil seadil-adilnya tanpa
terpengaruh dari pihak lain maupun pihak yang berkasus,dan juga
putusan harus sesuai dengan Undang - Undang atau peraturan yang
berlaku tanpa ditambahi atau dikurangi.

B. Saran - saran

Berikut saran -saran yang yang dapat penulis sampaikan sehingga dapat
dipahami oleh masyarakat :
1. Hakim - Hakim dapat memberikan vonis seadil - adilnya kepada seluruh
lapisan masyarakat sesuai dengan Undang - Undang atau peraturan yang
berlaku, agar tidak terjadi protes dari masyarakat dan juga menghapus
statement “Hukum Indonesia tajam ke bawah tumpul ke atas”.
2. Masyarakat jangan terpancing dengan berita - berita hoax yang
bertebaran. Masyarakat juga dapat menambah pengetahuan hukumnya melalui
kanal berita - berita resmi yang sudah sangat dapat dipercaya kebenaran
beritanya. Hal tersebut juga dapat membuat masyarakat tidak mudah terpecah
akibat adanya berita hoax yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
TAMAN BACAAN

Buku mengenal hukum karangan Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-1260317/pencuri-semangka-kediri-
dituntut-penjara-2-bulan-10-hari

https://media.neliti.com/media/publications/35007-ID-dasar-pertimbangan-haki
m-dalam-penjatuhan-putusan-pidana-bersyarat-sebagai-alter.pdf

https://www.liputan6.com/showbiz/read/2078684/tewaskan-7-orang-dul-ahmad
-dhani-divonis-bebas

Anda mungkin juga menyukai