Anda di halaman 1dari 22

Prarancangan pabrik Metil Ester dari

Minyak Jarak Pagar dan Metanol


Kapasitas 65.000 ton/tahun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu, kebutuhan energi semakin meningkat dan tidak


dapat dihindari dari kehidupan masyarakat. Peningkatan ini akan terus terjadi seiring
dengan meningkatnya populasi manusia, aktivitas industri, dan kemajuan teknologi
transportasi. Salah satu sumber energi yang sering kita gunakan adalah minyak bumi
yang berasal dari fosil. Cadangan bahan bakar minyak di Indonesia semakin hari
semakin menipis dan diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun lagi.
Saat ini, kelangkaan pasokan energisering terjadi di sebagian besar wilayah
Indonesia. Kelangkaan tersebut meliputi pasokan BBM, gas, batubara dan energi
listrik (Yunizurwan, 2007).
Salah satu cara untuk mengatasi masalah kelangkaan energi adalah
mengembangkan sumber energi alternatif. Selain semakin menipisnya jumlah
cadangan bahan bakar fosil, penggunaan bahan bakar fosil akan menimbulkan
masalah kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penggerusan fosil, menurunnya
kualitas udara akibat pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung gas belerang
dan menyebabkan kenaikan suhu bumi (global warming). Oleh karena itu, diperlukan
sumber energi lain sebagai energi alternatif yang dapat diperbaharui dan ramah
lingkungan.
Biodiesel merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah energi.
Biodiesel adalah bahan bakar yang berasal dari minyak nabati (tanaman atau lemak
nabati) yang disebut dengan bahan bakar nabati (BBN). Biodiesel juga sangat
komparatif dibandingkan dengan bentuk energi lain, seperti memiliki kerapatan
energi per volume yang lebih tinggi, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin
karena termasuk kelompok minyak tidak mengering (non drying oil), mampu
mengurangi emisi karbondioksida dan efek rumah kaca, memiliki karakter
pembakaran relatif bersih, lebih mudah ditransportasikan, biaya produksi rendah,

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015 1
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 2

dapat diperbarui (renewable), dapat terurai (biodegrable). Disamping itu,


emisi gas buang dari biodiesel ini bebas dari sulfur, tidak beracun (non toxic), dan
terbakar sempurna dengan bilangan asap (smoke number) yang lebih tinggi yaitu 62
sehingga biodiesel memiliki sifat ramah lingkungan.
Dalam pembuatan biodiesel menggunakan proses “transesterifikasi” yaitu dengan
mengubah trigliserida menjadi metil ester dan gliserol. Molekul trigliserida akan
melepaskan tiga asam lemak menggantikan gugus alkohol dari ester dengan gugus
alkohol lain. Dalam proses ini, menggunakan basa atau asam sebagai katalisnya. Hal
ini bertujuan untuk menurunkan viskositas dan meningkatkan daya pembakaran
minyak, sehingga dapat memenuhi syarat sebagai bahan bakar alternatif (Susilo,
2006).
Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai berbagai jenis tumbuhan
yang mempunyai potensi sebagai bahan baku biodiesel yang dikelola oleh komoditas
perkebunan penghasil minyak nabati. Komoditas perkebunan penghasil minyak
nabati di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel
diantaranya ubi kayu, kelapa sawit, kelapa, kacang, jagung dan jarak pagar. Sebagian
besar minyak nabati banyak diproduksi untuk keperluan pangan. Untuk itu
dibutuhkan tanaman yang menghasilkan minyak bukan untuk keperluan pangan
tetapi untuk menggantikan BBM. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai bahan
baku pembuatan biodiesel adalah tanaman jarak pagar. Sehingga pemanfaatannya
sebagai bahan baku biodiesel tidak akan mengganggu penyediaan kebutuhan minyak
nabati (makan) nasional, kebutuhan industri oleokimia dan ekspor Crude Palm Oil.
Terdapat 175 jenis tanaman jarak, namun yang banyak tumbuh dan dikenal oleh
masyarakat Indonesia adalah jarak pagar (Jatropha curcas linneus) dan jarak Kaliki
(ricinus communis linn) (Sudradjat, 2006). Jarak pagar dikenal sebagai tanaman
konservasi karena dapat tumbuh diberbagai jenis tanah dan iklim. Pengembangan
minyak jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel mempunyai potensi yang sangat
besar karena selainmenghasilkan minyak dengan produktivitas tinggi yaitu sekitar
1.590 kg/1.892 liter minyak/ha/tahun, juga dapat berfungsi sebagai pengendali erosi
serta perbaikan tanah (Syah, 2006). Hampir seluruh bagian tanaman dari tanaman
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 3

jarak pagar dapat dimanfaatkan, daun sebagai bahan makanan pada peternakan ulat
sutera, tempurung biji untuk arang aktif, getah dan daun biopestisida, kayu tua untuk
pulp kertas, papan serat, bahan bakar dan serat kulit buah untuk kompos. Limbah
proses pembuatan biodiesel akan menghasilkan bungkil untuk makanan ternak,
biopestida serta gliserin untuk bahan kimia dan kosmetika. Pada area tanaman yang
luas, produksi nektarnya dapat diekplorasi untuk produksi lebah madu. Hal ini
dapatmeningkatkan pertumbuhan industri rakyat seperti sabun cuci, pupuk,
biopestisida, gliserin, pulp kertas, papan serat dan lain-lain (Sudradjat, 2006).
Mengingat semakin meningkatkannya kebutuhan energidan semakin menipisnya
cadangan energi maka peranan biodiesel dari minyak jarak pagar sebagai energi
alternatif menjadi sangat penting sehingga timbul pemikiran untuk mendirikan pabrik
ini di Indonesia. Biodiesel dari minyak jarak pagar ini, merupakan bahan bakar yang
ramah lingkungan dan dapat diperbaharui sehingga dapat mengurangi jumlah impor
solar. Selain itu, dengan turunnya jumlah impor solar akan menghemat devisa negara,
dapat memberi nilai ekonomi pada tanaman jarak pagar sehingga memicu
perekonomian untuk rakyat kecil, pemilik kebun jarak pagar dan pengolah biji jarak,
serta memicu munculnya industri-industri baru sehingga mengurangi angka
pengangguran di Indonesia.

1.2. Kapasitas Rancangan


Dalam menentukan kapasitas pabrik biodiesel ini ada beberapa pertimbangan
yang perlu diperhatikan, yaitu :
1.2.1. Proyeksi kebutuhan biodiesel dalam negeri
Proyeksi kebutuhan bahan bakar altertif sekarang semakin meningkat
karena semakin menipisnya minyak bumi.Salah satunya bahan bakar alternatif
dari biodiesel yang berasal dari minyak jarak pagar.Biodiesel dari minyak jarak
pagar ini selain untuk mengatasi krisis BBM serta dapat mengurangi terjadinya
polusi udara.Biodiesel ini juga memberi keuntungan pada masyarakat petani jarak
pagar. Berikut ini data perkembangan solar di Indonesia:

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 4

Tabel 1.1. Perkembangan Kebutuhan Bahan Bakar Biodiesel di Indonesia

Tahun Kebutuhan (Ton/Tahun)


2011 2.223,633
2012 2.044,947
2013 1.211,517
2014 2.753,021
2015 2.389,842

(Badan Pusat Statistik, 2015)

Grafik Kebutuhan Metil Ester

3.000,000
2.500,000
Metil Ester (ton)

2.000,000
1.500,000
1.000,000
500,000
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Gambar 1.1. Grafik Kebutuhan Metil Ester Di Indonesia

Berdasarkan tabel 1.1. kita dapat melihat bahwa permasalahan energi


merupakan hal serius untuk segera ditangani saat ini, dimana salah satu solusinya
adalah dengan mengembangkan sumber energi alternatif.

1.2.2. Ketersediaan bahan baku


Ketersediaan bahan baku merupakan faktor utama dalam menentukan
kelangsungan suatu pabrik. Persediaan bahan baku jarak pagar relatif mudah
didapat dan tidak perlu mengimpor, melainkan dapat diperoleh dari dalam negeri.
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 5

Berdasarkan Inpres nomor 6 tahun 2006, pemerintah merencanakan


pengembangan tanaman jarak pagar di Jawa Timur seluas 59.400 ha (Sudrajat,
2006). Bahan baku metanol yang juga sebagai bahan baku dapat diperoleh dari PT
Kaltim Metanol di Kalimantan, sedangkan untuk NaOH dapat diperoleh dari PT
Tjiwi Kimia di Jawa Timur.

1.2.3. Kapasitas minimal

Di Indonesia telah ada beberapa pabrik biodiesel dari minyak nabarti yang
telah berdiri. Misalnya, di kawasan Puspitek Serpong telah beroperasi pabrik
biodiesel dengan kapasitas 1,5 ton/hari, pabrik milik BPPT yang telah beroperasi
dengan kapasitas 3 ton/hari, pabrik milik PT Rajawali Nusantara Indonesia 1,5
ton/hari, dan lain-lain (Susilo,2006). Namun pada umumnya pabrik biodiesel yang
telah berdiri menggunakan minyak sawit (Crude Palm Oil) sebagai bahan baku,
sedangkan yang menggunakan bahan baku minyak jarak pagar masih dalam skala
kecil. Berikut pabrik biodiesel dari minyak jarak :

Tabel 1.2 Data pabrik biodiesel dari minyak jarak di Indonesia.

No. Nama Pabrik Kapasitas


1. BBKK Departemen Perindustrian, Jakarta 300 liter/hari
2. Ponpes. Uswatun Hasanah Kayeli, Pulau Buru, Ambon 300 liter/hari
3. PLN Mataram, NTB 1 ton/hari
4. POLITEKNIK Lampung 300 liter/hari
5. PTPN IV. Tebing Tinggi, Sumut 5 ton/hari
6. Pemda Riau, Pekanbaru 8 ton/hari
7. PT. Multikimia Inti Pelangi, Cibitung 20 ton/hari
8. PT. Surya Agung, Bogor 600 liter/hari
(PT. Kreatif Energi Indonesia, www.indofuel.com)

Dari data pada tabel 1.2 diatas diperoleh keputusan bahwa pabrik biodiesel yang
akan didirikan dirancang dengan kapasitas 65.000 ton/tahun. Kapasitas ini dipilih
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 6

sebagai langkah awal dalam tahap pengenalan biodiesel dari minyak jarak. Jika
konsumen pasar semakin meningkat maka akan diperluas dan ditingkatkan
kapasitasnya, agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun dapat diekspor
ke luar negeri.

1.3.Lokasi Pabrik
Dalam menentukan lokasi pabrik juga harus dipertimbangkan faktor-faktor
penunjang satu sama lain yang saling berkaitan. Lokasi suatu pabrik ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya : sumber bahan baku, transportasi, utilitas, lapangan
kerja, fasilitas, luas lahan yang dibutuhkan, serta pengaruh politik-ekonomi dan lain-
lain.
Berdasarkan beberapa pertimbangan, pabrik biodiesel dari minyak jarak pagar ini
akan didirikan di wilayah Gresik, Jawa Timur. Berikut pertimbangan-pertimbangan
ynag harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi pabrik biodiesel ini:

1.Faktor Utama

Faktor utama dalam pemilihan lokasi pendirian suatu pabrik adalah


sebagai berikut :

a. Penyediaan bahan baku


Jarak anatara tempat dan lokasi pengambilan bahan baku dapat
mempengaruhi kemampuan bersaing dan menghemat biaya produksi.
Pendirian lokasi di Jawa Timur sangat dimungkinkan karena ketersediaan
bahan baku tercukupi dan jarak antara pabrik dengan sumber bahan baku
sangatlah mendukung sehingga dapat menghemat biaya. Bahan baku
diperoleh dari perkebunan jarak pagar di daerah Jawa Timur.
b. Daerah pemasaran
Produk yang dihasilkan merupakan biodiesel. Biodiesel ini merupakan
bahan bakar untuk transportasi yang bermesin diesel berat, untuk itu
pemasarannya diharapkan juga dapat di ekspor. Selain dipasarkan sendiri,
diharapkan dapat bekerja sama dengan PT. Perusahaan Listrik Negara

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 7

(PLN) dan PT. Pertamina, sehingga dapat menghemat minyak bumi dan
dapat mengurangi polusi udara.
c. Tenaga Kerja
Lokasi suatu pabrik bergantung pada ketersediaan tenaga kerja untuk
menunjang kelancaran proses produksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan
sebagian besar tenaga yang berpendidikan kejuruan atau menengah.Untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja dapat diperoleh dari daerah sekitar
lokasi pabrik serta dapat memberikan kesempatan untuk masyarakat luar
daerah lokasi pabrik.
d. Utilitas
Utilitas merupakan sarana penunjang baik untuk proses produksi maupun
karyawan. Fasilitas utilitas meliputi jumlah air, listrik, bahan bakar.
Persediaan air dapat diperoleh dari sungai yang terletak dekat daerah
lokasi pabrik. Untuk persediaan listrik dapat diperoleh dari pabrik sendiri
yang menggunakan generator berbahan biodiesel sehingga tidak hanya
bergantung pada PLN daerah tersebut. Sedangkan bahan bakar dapat
diperoleh dari pabrik sendiri yaitu produk biodiesel. Dengan ketersediaan
fasilitas pendukung diharapkan dapat meperlancar proses produksi.
e. Transportasi
Sarana transportasi yang baik dapat menunjang keberhasilan dari suatu
pabrik. Bakan baku diperoleh dekat dengan lokasi pabrik sehingga untuk
pengangkutan dapat dilakukan dengan mudah karena tersedia jalan
beraspal. Selain itu, lokasi dekat dengan pelabuhan sehingga memudahkan
pengiriman melalui jalur laut.

2. Faktor Pendukung

Dalam pertimbangan pendirian suatu pabrik juga diperlukan adanya


faktor pendukung utnuk memperkuat keputusan pendirian suatu pabrik.
Beberapa faktor pendukung meliputi :

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 8

a. Kemungkinan perluasan pabrik


Lokasi pabrik yang direncanakan akan didirikan di Gresik, Jawa Timur
sehingga dekat dengan bahan baku utama. Selain itu daerah ini juga
memiliki tanah kosong yang luas sehingga apabila ada perluasan
kebun jarak pagar maupun pabrik itu tidak akan menjadi masalah.
b. Ketersediaan fasilitas servis karena lokasi relatif dekat dengan
bengkel.
c. Keadaan masyarakan daerah sekitar yang mendukung produksi.
d. Keadaan tanah yang bagus untuk pondasi dalam perencanaan
pembangunan.

1.4. Tinjauan Pustaka


1.4.1. Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linneaus) merupakan tanaman
yang dikenal sebagai tanaman konservasi karena sifatnya yang sangat toleran
terhadap jenis tanah dan iklim. Tanaman ini sangat cepat tumbuh dan struktur
akarnya yang mampu menahan erosi (Heyne, 1987). Tanaman ini memiliki batang
berkayu, berbentuk silinder dan jika tergores mengeluarkan getah. Daun tanaman
jarak pagar lebar dan berbentuk jantung dengan panjang 5 – 15 cm. Bunga
tanaman ini merupakan bunga majemuk yang berbentuk malai dan berwarna
kuning kehijauan. Buah tanaman jarak berbentuk telur dengan diameter 2 – 4 cm
dan memiliki 3 ruang dengan masing-masing ruang terdapat satu biji yang
berbentuk bulat lonjong berwarna coklat kehitaman. Biji ini mengandung minyak
dengan rendemen 30-50% ( Said, 2010). Selain itu tanaman ini megandung toksin
sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia jadi, tidak menggangu penyediaan
minyak nabati di Indonesia.
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan penyediaan
bahan baku tanaman penghasil bahan bakar alternatif terutama untuk tanaman
jarak pagar. Adapun daerah-daerah peningkatan pengembangan jarak pagar di
Indonesia yaitu Sumatra Barat, Sumatra Utara, Lampung, Banten, Bengkulu, Jawa
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 9

Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Barat, Flores, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Lombok,
Gorontalo, dan Papua.

1.4.2. Minyak Jarak Pagar


Minyak Jarak pagar diperoleh dari biji dengan metode pengepresan atau
ekstraksi menggunakan pelarut. Berdasarkan hasil penelitian biji jarak
mengandung minyak sebesar 46%, dan jika dipress dengan menggunakan alat
pengepress minyak sederhana seperti hydraulik press, maka dapat diperoleh
rendemen minyak jarak sebesar 22-27% (Julianti, 2005). Minyak jarak pagar
secara umum tidak digunakan sebagai bahan nutrisi manusia karena mengandung
racun yang disebabkan adanya senyawa ester phorbol. Pemanfaatan minyak jarak
pagar sebagai bahan baku biodiesel memberikan peluang sangat besar karena
minyak jarak pagar tidak dapat dikonsumsi sebagai minyak makan (non edible
oil).
Minyak jarak pagar memiliki viskositas, kelarutan dalam alkohol, dan
bilangan asetil relatif tinggi. Minyak jarak pagar larut dalam etil-alkohol 95%
pada suhu kamar serta pelarut organik yang polar, dan sedikit yang larut dalam
golongan hidrokarbon alfatis. Nilai kelarutan dalam petroeleum eter relatif
rendah, dan dapat dipakai untuk membedakan dengan trigliserida lainnya.
Kandungan asam lemak esensial yang sangat rendah menyebabkan minyak jarak
berbeda dengan minyak nabati lainnya (Ketaren, 2005).
Minyak jarak pagar sebagai salah satu sumber bahan baku alternatif
merupakan salah satu solusi yang tepat, karena dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan biodiesel. Karakteristik minyak jarak pagar dengan minyak
diesel tidak banyak berbeda, minyak jarak pagar memiliki kadar sulfur yang lebih
rendah, serta nilai cetane yang lebih tinggi sehingga aman bagi lingkungan.
Minyak jarak pagar cocok sebagai alternatif bahan baku biodiesel karena :

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 10

a. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh baik dilahan dengan kadar curah
tinggi maupun rendah, lama usia produktifnya mencapai 50 tahun,
sehingga sangat menguntungkan.
b. Sifat kimia-fisika sesuai dengan sifat bahan baku pembuatan diesel.
c. Tidak termasuk minyak pangan sehingga tidak mengganggu
penyediaan minyak nabati nasional.

1.4.3. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl
ester dari rantai panjang asam lemak yang digunakan sebagai bahan alternatif
mesin diesel yang terbuat dari sumberdaya hayati yang berupa minyak lemak
nabati atau lemak hewani yang mengandung trigliserida. Proses pembuatan
biodiesel dari minyak nabati disebut transesterifikasi. Transesterifikasi merupakan
perubahan bentuk dari ester menjadi bentuk ester yang lain. Ester merupakan
suatu rantai hidrokarbon yang terikat akan terikat dengan molekul yang lain. Satu
molekul minyak nabati terdiri dari tiga ester yang terikat pada satu molekul
gliserol.Sekitar 20% molekul minyak nabati adalah gliserol (Syah, 2006).
Biodiesel bersifat ramah lingkungan dan dapat diperbaharui (renewable)
dapat terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan terhadap piston karena
termasuk kelompok minyak yang tidak mengering, mampu mengeliminasi efek
rumah kaca dan kontiunitas ketersediaan bahan baku terjamin. Biodiesel bersifat
ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibandingkan minyak diesel/solat, yaitu sulfur, bilangan asap rendah dan angka
cetana antara 57-62, terbakar sempurna dan tidak beracun (Said, 2010).
Biodiesel tidak secara spontan meletup atau menyala dalam keadaan
normal karena mempunyai titik bakar yang tinggi, yaitu 150⁰ C. Hal ini berbeda
dengan bahan bakar diesel minyak bumi yang titik bakarnya hanya 52⁰ C.
Sedangkan emisi biodiesel jauh lebih rendah daripada emisi diesel minyak bumi.
Biodiesel mempunyai karakteristik emisi seperti berikut (Syah, 2006):
1. Emisi karbon dioksida netto (CO2) berkurang 100%.
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 11

2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100%.


3. Emisi debu berkurang 40-60%.
4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10-50%.
5. Emisi hidrokarbon berkurang 10-50%.
6. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) berkurang, terutama PAH
yang beracun, seperti : phenanthren berkurang 97%, benzofloroathen
berkurang 56%, benzapyren berkurang 71%, serta aldehid dan
senyawa aromatik berkurang 13%.
7. Meningkatkan emisi nitro oksida (NOx) sebesar 5-10%, tergantunga
umur kendaraan dan modifikasi mesin.
Telah diketahui bahwa biodiesel mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan dengan bakan bakar diesel dari minyak bumi. Keuntungan dari
biodiesel meliputi (Said, 2010):
a. Campuran dari 20% biodiesel dengan 80% petrolium diesel dapat
digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi.
b. Industri biodiesel dapat menggunakan lemak atau minyak daur ulang.
c. Biodiesel tidak beracun.
d. Biodiesel memiliki cetane number yang tinggi, yaitu di atas 100
sedangkan cetane diesel hanya 40.
e. Penggunaan biodiesel dapat diperpanjang.
f. Biodiesel menggantikan bau petroleum dengan bau yang lebih enak.

1.4.4. Standar Mutu Biodiesel


Biodiesel yang berkualitas adalah biodiesel yang memenuhi standar mutu
yang telah ditetapkan.Berikut Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 04-7-182-
2006:

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 12

Tabel 1.3. Syarat mutu biodiesel ester alkil

Parameter Satuan Nilai


Massa jenis, 40 ̊C Kg/m3 850 – 890
Viskositas kinematik, 40 ̊C Mm/s (cst) 2,3 – 6,0
Angka setana Min. 51
Titik nyala (mangkok tertutup) ̊C Min. 100
Titik kabut ̊C Maks. 18
Residu karbon:

 Dalam contoh asli atau


Maks. 0,05
% massa

 Dalam 10% ampas distilasi


Maks. 0,3

Temperatur distilasi, 90% ̊C Maks. 360


Korosi lempeng tembaga, 3 jam pada 50 ̊C Maks. 51

Abu tersulfatkan % massa Maks. 0,02

Belerang Ppm – m (mg/kg) Maks. 100


Fosfor Ppm – m (mg/kg) Maks. 10

Angka asam Mg – KOH /g Maks. 0,8

Gliserol bebas % massa Maks. 0,02

Gliserol total % massa Maks. 0,24


Kadar ester alkil % massa Min. 96,5
Angka iodium % massa Maks. 115
Air dan sedimen % volum Maks. 0,05
Uji halpen % massa ( g-12/ 100 g) Negatif
Catatan: dapat diuji terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen naksimum 0,01 %-
volum.
(Badan Standar Nasional, 2006)

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 13

1.4.5. Macam-macam Proses


Biodisel merupakan hasil dari transesterifikasi trigliserida yang
terkandung di berbagai minyak nabati seperti minyak sayuran ataupun minyak
bekas pakai. Penggunaan minyak tidak dapat digunakan secara langsung, karena
mempunyai nilai viskositas tinggi, komposisi berbagai asam, kandungan asam
lemak bebas yang dapat menyebabkan terbentuknya gum disebabkan oksidasi dan
polimerisasi pada saat pembakaran deposit karbon sehingga dapat menimbulkan
beberapa masalah seperti penyumbatan penyaringan bahan bakar, penyumbatan
injektor, pembentukan endapan karbon di ruang pembakaran, perlengkapan
cincin, dan kontaminasi minyak pelumas.
Ada beberapa modifikasi dengan perkembangan teknologi yang dilakukan
guna memproduksi bahan bakar dari minyak nabati sehingga mampu menyamai
karakteristik dan nilai kerja (perfomance) dari bahan bakar diesel fosil. Ada
beberapa macam proses modifikasi yang telah dilakukan untuk meningkatkan
karakteristik dari minyak nabati diantaranya :
1. Pirolisis
Pirolisis merupakan perubahan reaksi secara kimia dengan
memanfaatkan energi panas (thermal energy). Proses ini merupakan
reaksi dekomposisi termal yang berlangsung tanpa adanya oksigen
dalam bejana bertekanan. Biodiesesl (fatty acid methyl ester) yang
dihasilkan dari proses secara pyrolisis memiliki angka cetane yang
tinggi, titik tuang yang rendah dan viskositas yang sangat tinggi, abu
residu dan residu karbon yang dihasilkan dari proses tersebut jauh
melebihi nilai diesel fosil sehingga tidak memenuhi standar baku mutu
biodiesel. Selain itu, sifat aliran dingin dari minyak nabatinya juga
buruk (Hidayat, 2009) (Panjaitan, 2005).
2. Mikroemulsifikasi
Mikroemulsifikasi disebut juga dengan proses penyabunan dengan
menambahkan katalis basa dalam jumlah banyak pada minyak nabati
sehingga terjadi penyabunan, kemudian memisahkan sabun dengan
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 14

alkil ester/biodiiesel (Panjaitan, 2005). Selain itu, mikroemulsi


merupakan pembentukan depresi stabil secara termodinamis dari dua
cairan yang biasanya tidak mudah larut. Proses ini ditunjukkan untuk
mengatasi tingginya nilai viskositas minyak nabati sehingga mendekati
viskositas bahan bakar diesel. Proses ini berlangsung dengan
menggunakan satu atau lebih surfaktan dengan penurunan diameter
dalam mikroemulsifikasi berkisar 100-1000 Å. Mikroemulsifikasi ini
menggunakan solvent seperti etanol, 1-butanol, atau metanol.
Mikroemulsifikasi minyak nabati dengan alkohol tidak dapat
direkomendasikan untuk jangka panjang terutama untuk mesin diesel
karena biodiesel yang dihasilkan dari proses ini mempunyai deposit
karbon yang tinggi, pembakaran yang tidak sempurna, dan
peningkatan nilai viskositas pada pemberian minyak (lubricating oil)
sehingga tidak memenuhi standar mutu.
3. Esterifikasi
Esterifikasi merupakan tahap konversi dari asam lemak menjadi
metil ester. Proses ini mereaksikan minyak lemak dengan alkohol.
Katalis yang cocok adalah asam kuat misalnya asam sulfat, asam
sulfonat organik atau resin penukar anion asam kuat. Tetapi tidak
direkomendasikan untuk penggunaan katalis berkarakter asam kuat
karena sifatnya korosif terhadap peralatan.
Reaksi dapat berlangsung lebih sempurna pada temperatur rendah
(misalnya paling tinggi 120⁰C ), reaktan metanol harus ditambahkan
dalam jumlah yang sangat berlebih (lebih besar dari 10 kali nisbah
stoikiometrik) dan air produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fasa
reaksi, yaitu fasa minyak. Dengan melalui kombinasi-kombinasi yang
tepat dari kondisi reaksi dan metode penyingkiran air, konversi yang
sempurna dari asam-asam lemak menjadi metil ester dapat dituntaskan
dalam waktu 1 sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi dari asam
lemak menjadi metil ester adalah :
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 15

RCOOH + CH3OH RCOOH3 + H2O ........(1.1)


Asam lemak metanol metil ester air

Dalam pembuatan biodiesel dari minyak berkadar asam lemak


bebas tinggi, dapat dilakukan dengan menggunakan proses esterifikasi.
Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil
ester. Sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap
transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang
dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu (Hikmah, 2010).
4. Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah reaksi ester untuk menghasilkan ester baru
yang mengalami penukaran posisi asam lemak. Transesterifikasi dapat
menghasilkan biodiesel yang lebih baik dari proses mikroemulsifikasi,
pencampuran dengan petrodiesel atau pirolisis.
Reaksi transesterifikasi untuk memproduksi biodiesel tidak lain
adalah reaksi alkoholis, reaksi ini hampir sama dengan reaksi hidrolisis
tetapi menggunakan alkohol. Reaksi ini bersifat reversible dan
menghasilkan alkil ester dan gliserol. Alkohol berlebih digunakan
untuk memicu reaksi pembentukan produk (Khan, 2002).
Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati
adalah metanol, namun dapat juga etanol, isopropanol atau butyl,
tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alkohol. Bila
kandungan air tinggi akan mempengaruhi hasil biodiesel kualitasnya
rendah, karena kandungan sabun, ALB dan trigliserida tinggi (Rahayu,
2005).

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 16

Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester adalah :

... (1.2)

Proses reaksi transesterifikasi dibagi menjadi 3 tahap,yaitu :

a. Trigliserida + CH3OH katalis


digliserida + R1COOCH3 ……..(1.3)

b. Digliserida + CH3COOH katalis monogliserida + R2COOCH3....(1.4)

katalis
c. Monogliserida + CH3COOH gliserol + R3COOCH3...(1.5)

Reaksi pada proses ini biasanya berjalan dengan lambat namun


dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis yang banyak
digunakan adalah katalis basa, namun katalis asam juga dapat
digunakan terutama pada minyak nabati yang kadar asam lemak
bebasnya tinggi. Katalis basa dinilai lebih baik dari katalis basa karena
katalis basa mampu bereaksi dengan berjalan pada suhu lebih rendah,
bahkan suhu kamar. Adapun katalis basa yang digunakan adalah
NaOH, KOH, karbonat dan antioksida dari Natrium dan Kalsium.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendeman ester yang
dihasilkan pada reaksi transesterifikasi adalah :
1. Suhu reaksi
Reaksi transesterifikasi ini dapat dilakukan dengan
berbagai suhu, tergantung dari jenis trigliserida yang
digunakan. Pada umunya jika suhu semakin tinggi, maka laju
reaksi juga akan semakin cepat. Suhu konversi trigliserida
tidak terlalu berpengaruh dalam reaksi ini. Suhu reaksi yang
sering digunakan dalam berbagai penelitian diantara 20-80 ⁰C

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 17

memberikan konversi biodiesel sampai 94% kelarutan gliserida


dalam alkohol. Dimana suhu reaksi semakin tinggi, konstanta
laju reaksi (k) semakin besar, sehingga laju reaksi semakin
besar. Semakin tinggi suhu reaksi, konversi reaksi semakin
tinggi karena molekul yang bergerak dalam larutan memiliki
sejumlah energi potensial dalam ikatan-ikatan dan sejumlah
tambahan energi kinetik yang mana energi kinetik akan
bertumbukan dan menjadi energi potensial. Semakin besar
energi potensial maka semakin mudah molekul melewati
keadaan transisi dan reaksi terjadi semakin cepat.
2. Jenis katalis
Kecepatan reaksi pada proses transesterifikasi dapat
dipengaruhi oleh adanya penggunaan katalis asam atau basa.
Katalis basa merupakan katalis yang paling sering digunakan
dalm proses ini. Penggunaan katalis NaOH 1 % (berat) rasio
molar minyak kedelai terhadap metanol 1:6 menghasilkan
konversi biodiesel 93-98% sedangkan menggunakan katalis
asam H2SO41% (berat) menghasilkan konversi 55-60%.
(Freedman, 1984).
3. Kandungan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki
angka asam yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang
menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil
dari 0,5 %. Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus
bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis,
sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus
terhindat dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi
dengan uap air dan karbon dioksida (Freedman, 1984).

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 18

4. Rasio perbandingan alkohol dengan minyak


Rasio molar antara alkohol dan minyak nabati dipengaruhi oleh
metil ester yang dihasilkan.Beberapa penelitian menganjurkan
penggunaan metanol berlebih untuk meningkatkan laju
pembetukan metil ester sehingga reaksi bergeser ke arah
pembentukan. Perbandingan molar antara alkohol dan minyak
nabati yang biasa digunakan dalam proses industri adalah 6:1
dengan hasil metil ester 98%. Agar reaksi transesterifikasi
bergeser ke kanan maka diperlukan alkoho berlebih (Freedman,
1984).
Proses pembuatan biodiesel yang sering digunakan adalah proses
esterifikasi atau transesterifikasi karena hasil dari proses ini
menghasilkan biodiesel yang memilki karakteristik yang sama dengan
minyak diesel. Pada perancangan pabrik biodiesel ini akan
menggunakan proses transesterifikasi yaitu dengan mereaksikan
trigliserida dari minyak jarak dengan methanol untuk menghasilkan
produk metil ester dan produk samping berupa gliserol dan dengan
menggunakan katalis NaOH. Selain itu proses transesterifikasi ini
banyak memiliki keuntungan, diantaranya :
- Dapat menggunakan katalis basa kuat yang lebih murah dan
tidak korosif sedangkan untuk proses esterifikasi menggunakan
asam kuat yang bersifat sangat korosif.
- Produk yang dihasilkan tidak hanya berupa air tapi juga gliserol
yang juga digunakan sebagai bahan baku pada industri lain serta
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
- Waktu reaksi relatif pendek sekitar 30-60 menit sedangkan untuk
proses esterifikasi waktu reaksinya lama berkisar 2 jam.
- Konversi dan yield yang dihasilkan tinggi sedangkan untuk
proses esterifikasi rendah.

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 19

1.4.6. Kegunaan Produk


Kebutuhan manusia tak lepas dari energi terutama untuk kebutuhan BBM
yang terus mengalami peningkatan. Bahan bakar minyak banyak digunakan untuk
kegiatan transportasi, aktivitas rumah tangga, PLTD, aktivitas industri. Sedangkan
bahan baku BBM yaitu minyak bumi semakin menipis. Dari fenomena ini,
muncul ide untuk mengembangkan bahan bakar energi alternatif yaitu biodiesel
dari minyak jarak pagar. Sehingga diharapkan mampu mengatasi permasalahan
bahan bakar minyak, serta dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Selain itu produk samping yang dihasilkan yaitu gliserol juga dapat digunakan
sebagai bahan baku plastik, kosmetik, pemanis, bahan tambahan tinta. Manfaat
lain dapat membuka lowongan pekerjaan dan menambah nilai ekonomi bagi
masyarakat.

1.4.7. Spesifikasi Bahan


a. Bahan baku
1. Minyak jarak pagar
Spesifikasi minyak jarak pagar yang akan digunakan sebagai berikut :
- Nama lain : Jatropha curcas oil
- Wujud : cair
- Rumus molekul : C57H106O6
- Berat molekul : 888, 4608 g/gmol
- Densitas (ρ),(cair, 25⁰ C, 1atm) : 0,895 kg/L
- Viskositas (µ),(cair, 25⁰ C, 1atm) : 27 cp
- Titik didih (1 atm) : 300⁰ C
- Titik nyala (1 atm) : 290⁰ C
- Bilangan asam : 3,08 mg KOH/g
- Bilangan iodine : 105,2 mg
- Warna : kuning bening
- Kelarutan : tidak larut dalam air
( PT. Rajawali Nusantara Indonesia, 2015)
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 20

2. Metanol
Metanol yang akan digunakan diperoleh dari PT. Kaltim Methanol
Industri dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Wujud : Cair
- Rumus molekul : CH3OH
- Berat molekul :32,0424 g/gmol
- Densitas (ρ),(cair, 25⁰ C, 1 atm) : 0,7534 kg/L
- Viskositas (µ),(cair, 25⁰ C, 1 atm) : 0,541 cp
- Titik didih (1atm) : 64,7⁰ C
- Titik beku (1 atm) : -97,7⁰ C
- Temperatur kritis : 239,43⁰ C
- Kelarutan : larut sempurna dalam air

( PT. Kaltim metanol industri, 2015)

b. Bahan pembantu
Bahan pembantu yang akan digunakan adalah natrium hidroksida yang
diperoleh dari PT. Tjiwi Kimia dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Natrium Hidroksida
- Wujud : padat
- Rumus olekul : NaOH
- Berat molekul : 39,9971 g/mol
- Titik didih (1 atm) : 1388⁰ C
- Kelarutan dalam air (20⁰ C) : 1110 g/L
- Kelarutan dalam methanol : 139 g/L
- Kelarutan dalm gliserol : larut
(PT. Tjiwi Kimia, 2011)
2. Asam Klorida
- Wujud : cair
- Rumus molekul : HCl
- Berat molekul : 39,9971 g/mol
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 21

- Warna : tidak berwarna


- Kadar : 32%, 98% impuritas air
(PT. Tjiwi Kimia, 2011)
c. Produk
1. Metil Ester
Produk utama yang dihasilkan berupa metil ester dengan spesifikasi
disesuaikan dengan SNI No. 04-7182-2006, sebagai berikut :
- Wujud : Cair
- Rumus molekul : C19H37O2
- Berat molekul : 296,4976 g/gmol
- Densitas (ρ),(cair, 25⁰ C,1 atm) :0,874 kg/L
- Viskositas (µ),(cair, 25⁰ C, 1atm) :0,0005 cp
- Specifity gravity :0,876
- Kapasitas panas :662,4529 J/kg K
- Titik beku (1 atm) : -2⁰ C
- Titik didih (1 atm) : 273⁰ C
- Titik tuang : -20⁰ C
- Titik nyala (1 atm) :185⁰ C
- Kandungan sulfur : 0,012 % massa
- Kandungan nitrogen :7 ppm
- Panas pembakaran : -17500 Btu/lb, -40510 Kj/kg
- Bilangan iodin :100-200 g/mL
- Warna :kuning jernih
- Kandungan abu :0,01 % massa
- Bilangan cetana :59,7
( Badan Standarisasi Nasional, 2006)
2. Gliserol
- Wujud : cair
- Rumus molekul : C3H8O3
- Berat molekul : 92,0954 g/gmol
Ati’ah Pratiwi
D500 120 015
Prarancangan pabrik Metil Ester dari
Minyak Jarak Pagar dan Metanol
Kapasitas 65.000 ton/tahun 22

- Densitas(ρ),(cair, 25⁰ C,1 atm) : 1,2582 kg/L


- Viskositas(µ),(cair, 25⁰ C,1 atm) : 1449 cp
- Titik didih (1 atm) : 290 ̊C
- Titik beku (1 atm) : 18,17 ̊C
- Titik nyala (1 atm) : 177 ̊C
- Titik api : 204 ̊C
- Warna : jernih kekuningan
- Kelarutan : larut sempurna dalam air
dan metanol
( www.nist.com, 2011)

1.4.8. Tinjauan Proses Secara Umum

Proses yang dilakukan dalam pembuatan biodiesel dari trigliserida minyak jarak
pagar menggunakan proses transesterifikasi dengan cara mereaksikan metanol dan
trigliserida. Dimana pada proses ini menggunakan bahan tambahan yaitu Natrium
hidroksida (NaOH) sebagai katalis untuk mempercepat reaksi selain itu juga memberikan
konversi produk yang lebih tinggi, bahan yang kurang korosif serta murah dan mudah
didapat. Untuk bahan baku yaitu minyak jarak pagar juga murah dan mudah didapatkan.

Pada proses ini terjadi reaksi yaitu sebagai berikut :

C57H106O6 + CH3OH katalis C19H37O2+ C3H8O3………………... (6)


Trigliserida Metanol Metil Ester Gliserol

Reaksi dapat berlangsung pada kondisi tertentu yaitu pada suhu 60 ̊C pada
tekanan 1 atm selama 60 menit dengan fase cair-cair menggunakan reaktor alir tangki
berpengaduk (RATB). Proses pembuatan metil ester ini berjalan secara eksotermis dan
merupakan reaksi reversible (bolak-balik).

Ati’ah Pratiwi
D500 120 015

Anda mungkin juga menyukai