Anda di halaman 1dari 12

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan dan produksi tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya genetik dan lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh. Kedua faktor
tersebut harus pada kondisi yang optimum agar menghasilkan penrtumbuhan benih
yang seragam. Apabila salah satu faktor tersebut tidak terpenuhi maka pertumbuhan
benih atau tanaman yang dibudidaya akan terhambat atau tidak maksimum. Faktor
lingkungan ini bisa berupa lingkungan biotik maupun abiotik. Dimana pada lingkungan
abiotik dapat berupa iklim dan kondisi tanah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Nurrohman (2014), yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil produksi dapat
dipengaruhi oleh penyerapan unsur hara yang dilepaskan oleh bahan organik.
Untuk mengjasilkan benih yang bermutu diperlukan beberapa kegiatan pra
panen, diantaranya penggunaan benih sumber, pemilihan lahan untuk benih maupun
lahan untuk budidaya yang dilihat dari irigasi dan kesuburan tanahnya, kegiatan
persemaian dan pengolahan tanah serta pencegahan tanaman dari hama dan penyakit
yang sering menyerang pada tanaman tersebut. Tanaman harus dijaga agar tanaman
dapat menghasilkan biji atau benih yang sesuai dengan yang diharapkan. Karena
penyerbukan pada tanaman dapat dilakukan oleh tanaman itu sendiri ataupun dengan
bantuan seperti misalnya angin, hewan seperti jenis-jenis kumbang serta bantuan
manusia atau polinasi (Bernhardt et al, 2014).
Proses penyerbukan diperlukan bantuan agen penyerbuk atau yang sering
disebut dengan polinator. Jenis polinator dapat dilihat dari struktur bunga, jumlah malai
dan bau atau aroma bunga yang biasanya dapat mengundang serangga. Fase
penyerbukan dan bembentukan buah dimulai sejak awal penyerbukan atau
menempelnya benang sari pada kepala putik. Setelah penyerbukan dilanjutkan oleh
fase pertumbuhan benih atu buah. Keberhasilan dari suatu reproduksi menunjukkan
persentase keberhasilan bunga yang terserbuki, untuk berkembang sampai dengan
menjadi buah masak (Putri, 2013).
Pertumbuhan bibit pada media tanam dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
dari pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun dampak positif.
Senyawa asam saripati sebagai salah salah satu faktor yang dapat menghambat
pertumbuhan bibit mentimun, selain itu senyawa tersebut dapat mengubah kondisi
kehidupan dari komunitas organisme tanah yang hidup pada lapisan rizosfer.
Keberadaan asam saripati mengakibatkan penurunan indeks kekayaan, kemiripan, dan
keragaman komunitas bakteri rizosfer namun tidak berdampak secara signifikan pada
pertumbuhan jamur (Zhou et al., 2014).
Benih yang dikatakan unggul harus memiliki varietas tanaman yang baik,
benih yang unggul didapat dari benih penjenis atau varietas pemulian tanaman. Benih
penjenis dalam melakukan perbayakan harus dilakukan dengan cara diisolasi,
menanamnya pada lahan yang subur, benih yang digunakan harus bebas dari hama, dan
benih harus terjaga agar kemungkinan daya kecambahnya tetap besar. Menghasilkan
benih yang terjamin kualitasnya atau benih yang bersertifikat telah ditentukan pokok
dan pengawasan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan sejumlah organisasi
produsen benih (Jumin, 2014).
Pemangkasan telah menunjukkan perbedaan secara nyata terhadap umur
berbunga, umur panen, bobot kering per sampel dan bobot butir biji, namun tidak
berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman dan hasil panen. Perlakuan
pemupukan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen,
bobot kering per sampel dan bobot biji, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap indeks
panen. Oleh karena itu dalam proses budidaya tanaman harus menerapkan teknik yang
dapat menguntungkan bagi kita. Teknik tersebut yaitu dengan cara pemupukan yang
tepat dan pemangkasan pada umur tertentu (Surbakti dkk., 2013).
Pemupukan dengan melibatkan materi fosfor meningkatkan panjang akar,
bobot kering tunas per tanaman, luas daun, jumlah polong pertanaman, dan berat biji.
Oleh karena itu pemupukan menggunakan pupuk SP 36 sangat penting untuk
memperoleh hasil seperti yang telah dilakukan para peneliti. Hal ini dikarenakan pupuk
SP 36 memiliki kandungan fosfor 36% (Jaidee et al., 2013).
Benih dari tanaman berpotensi menjadi sarana yang efisien untuk mengenalkan
patogen tanaman pada suatu daerah baru dan sebagai sarana bertahan hidup patogen
dari satu musim tanam ke musim tanam selanjutnya atau menjadi fasilitator penyebaran
patogen. kesehatan benih merupakan faktor utama yang dinilai sangat menentukan
jumlah populasi tanaman yang diinginkan dan untuk mendapatkan hasil panen yang
baik dalam ilmu pertanian modern. Jamur yang tumbuh pada benih menjadi salah satu
kendala biotik terpenting dalam produksi benih di seluruh dunia. Pengujian kesehatan
benih dilakukan untuk mendeteksi patogen sehingga dapat disesuaikan dalam
pengelolaan penyakit tanaman dilahan. Kesehatan benih menjadi indikator kebebasan
benih dari patogen (Tsedaley, 2015).

DAFTAR PUSTAKA
Bernhardt, P. et al. 2014. Bee-Mediated Pollen Transfer In Two Populations Of
Cypripedium Montanum Douglas Ex Lindley. Journal of Polination Ecology, 13(20) :
188-202.
Nurrohman, M., Agus, S. dan Kurniawan, P.W., 2014. Penggunaan Fermentasi
Ekstrak Paitan (Tithonia diversifolia L.) Kotoran Kelinci Cair Sebagai Sumber Hara
Pada Budidaya Sawi (Brassica juncea L.) Secara Hidroponik Rakit Apung. Jurnal
Produksi Tanaman, 2(8) : 649- 657.
Putri, K. P., dan Agus, A. P. 2013. Perkembangan Bunga, Buah dan
Keberhasilan Reproduksi Jenis Saga (Adenanthera pavonina L.) Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 10 (3) : 147-154.

Jaidee, R., A. Polthanee, P. Saenjan, M. B. Kirkham, and A. Promkhambut.


2013. Pre- or Post- Rice Soybean Production with Phosphorus Fertilization Under
Rained Conditions. Australian Crop Science, 7(1): 22-31.
Jumin, H. B. 2014. Dasar - Dasar Agronomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Surbakti, M. F., S. Ginting, dan J. Ginting. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Jagung
(Zea mays L.) Varietas Pioneer-12 dengan Pemangkasan Daun dan Pemberian Pupuk
NPKMg. Online Agroteknologi, 1(3): 523-535.
Tsedaley, B. 2015. Review on Seed Health Tests and Detection Methods of
Seedborne Diseases. Biology, Agriculture and Healthcare, 5(5): 176-184.

Zhou, X. G., E. Z. Wu, and W. S. Xiang. 2014. Syringic Acid Inhibited


Cucumber Seedling Growth and Changed Rhizosphere Microbial Communities. Plant
Soil Environ, 60(4): 158-164.

LAMPIRAN
Jurnal

Bernhardt, P. et al. 2014. Bee-Mediated Pollen Transfer In Two Populations Of


Cypripedium Montanum Douglas Ex Lindley. Journal of Polination
Ecology, 13(20) : 188-202.
Nurrohman, M., Agus, S. dan Kurniawan, P.W., 2014. Penggunaan Fermentasi
Ekstrak Paitan (Tithonia diversifolia L.) Kotoran Kelinci Cair Sebagai
Sumber Hara Pada Budidaya Sawi (Brassica juncea L.) Secara
Hidroponik Rakit Apung. Jurnal Produksi Tanaman, 2(8) : 649- 657.
Putri, K. P., dan Agus, A. P. 2013. Perkembangan Bunga, Buah dan Keberhasilan
Reproduksi Jenis Saga (Adenanthera pavonina L.) Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 10 (3) : 147-154.

Jumin, H. B. 2014. Dasar - Dasar Agronomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Jaidee, R., A. Polthanee, P. Saenjan, M. B. Kirkham, and A. Promkhambut. 2013. Pre-
or Post- Rice Soybean Production with Phosphorus Fertilization Under Rained
Conditions. Australian Crop Science, 7(1): 22-31.
Surbakti, M. F., S. Ginting, dan J. Ginting. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Jagung
(Zea mays L.) Varietas Pioneer-12 dengan Pemangkasan Daun dan Pemberian
Pupuk NPKMg. Online Agroteknologi, 1(3): 523-535.
Tsedaley, B. 2015. Review on Seed Health Tests and Detection Methods of Seedborne
Diseases. Biology, Agriculture and Healthcare, 5(5): 176-184.
Zhou, X. G., E. Z. Wu, and W. S. Xiang. 2014. Syringic Acid Inhibited Cucumber
Seedling Growth and Changed Rhizosphere Microbial Communities. Plant Soil
Environ, 60(4): 158-164.

Anda mungkin juga menyukai