Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

ANALISA JURNAL PADA PASIEN POST OPERASI APPENDISITIS DI


RSUD WONOSARI
Untuk Memenuhi Syarat Tugas Stase Keperawatan Medika Bedah
Profesi Ners

Disusun Kelompok 3

1. Maskuri
2. Viviyani
3. Windari Pancawati

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisa Jurnal Pada
Pasien Post Operasi Appendisitis Di Rsud Wonosari”. Tujuan penulisan makalah
ini selain untuk untuk memenuhi syarat tugas stase keperawatan medika bedah
profesi ners” juga untuk menambah wawasan bagi pembaca. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Bapak Kepala Ruang (CI) di RSUD Wonosari yang telah memberikan
banyak ilmu yang sangat bermanfaat bagi kami.
2. Yafi Sabila S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membimbing kami di RSUD
Wonosari.
3. Perawat RSUD Wonosari yang telah mengajarkan banyak hal pada kami.
4. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan bekerjasama
dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai perbaikan untuk menyusun makalah
yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin.

Wonosari, 04 Desember 2019

Penulis
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKSITIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi/Pengertian
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk,
2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen
oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid,. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks
dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, danEnterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur
yang terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi (Chang, 2010)
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid
pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul, 2009).
3. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan
akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di
daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
4. Pathway
5. Manifestasi Klinik
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan lepas dijumpai.
c. Terdapat konstipasi atau diare.
d. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
e. Adanya demam sebagai tanda inflamasi.
f. Hilangnya nafsu makan karena mual
g. Rasa berputar di kepala
h. Adanya pembengkakan pada perut
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP).
Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan
bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks,
sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang
dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi
serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka
sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan apendisitis
dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita
Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama
adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi
perforasi maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik.
Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik
dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Wawancara untuk mendapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya
mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium
menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah.
kesehatan klien sekarang.
c. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
d. Kebiasaan eliminasi.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit
ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
f. Aktivitas/istirahat : Malaise.
g. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
h. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak
ada bising usus.
i. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
j. Demam lebih dari 38oC.
k. Data psikologis klien nampak gelisah.
l. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
m. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
n. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
peritaltik.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4) Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
b. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
3) Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang informasi.
3. Rencana Keperawatan
PRE OPERASI
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Kaji tingkat nyeri, lokasi dan - Untuk mengetahui sejauh mana tingkat
berhubungan dengan diharapkan nyeri klien berkurang dengan karasteristik nyeri. nyeri dan merupakan indiaktor secara dini
agen injuri biologi kriteria hasil : untuk dapat memberikan tindakan
(distensi jaringan - Klien mampu mengontrol nyeri (tahu selanjutnya
intestinal oleh penyebab nyeri, mampu menggunakan - Jelaskan pada pasien tentang - Informasi yang tepat dapat menurunkan
inflamasi) tehnik nonfarmakologi untuk penyebab nyeri tingkat kecemasan pasien dan menambah
mengurangi nyeri, mencari bantuan) pengetahuan pasien tentang nyeri.
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang - Ajarkan tehnik untuk - Napas dalam dapat menghirup O2 secara
dengan menggunakan manajemen pernafasan diafragmatik lambat adequate sehingga otot-otot menjadi
nyeri / napas dalam relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa
- Tanda vital dalam rentang normal : TD nyeri.
(systole 110-130mmHg, diastole 70- - Berikan aktivitas hiburan - Meningkatkan relaksasi dan dapat
90mmHg), HR(60-100x/menit), RR (ngobrol dengan anggota meningkatkan kemampuan kooping.
(16-24x/menit), suhu (36,5-37,50C) keluarga)
- Klien tampak rileks mampu - Observasi tanda-tanda vital - Deteksi dini terhadap perkembangan
tidur/istirahat kesehatan pasien.
- Kolaborasi dengan tim medis - Sebagai profilaksis untuk dapat
dalam pemberian analgetik menghilangkan rasa nyeri.
2. Perubahan pola Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Pastikan kebiasaan - Membantu dalam pembentukan jadwal
eliminasi (konstipasi) diharapkan konstipasi klien teratasi defekasi klien dan gaya hidup irigasi efektif
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: sebelumnya.
penurunan peritaltik. - BAB 1-2 kali/hari - Auskultasi bising usus
- Feses lunak - Kembalinya fungsi gastriintestinal
- Bising usus 5-30 kali/menit mungkin terlambat oleh inflamasi intra
- Tinjau ulang pola diet dan peritonial
jumlah / tipe masukan cairan. - Masukan adekuat dan serat, makanan
kasar memberikan bentuk dan cairan
adalah faktor penting dalam menentukan
- Berikan makanan tinggi serat. konsistensi feses.
- Makanan yang tinggi serat dapat
memperlancar pencernaan sehingga tidak
- Berikan obat sesuai indikasi, terjadi konstipasi.
contoh : pelunak feses - Obat pelunak feses dapat melunakkan
feses sehingga tidak terjadi konstipasi.
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Monitor tanda-tanda vital - Tanda yang membantu
cairan berhubungan diharapkan keseimbangan cairan dapat mengidentifikasikan fluktuasi volume
dengan mual muntah. dipertahankan dengan kriteria hasil: intravaskuler.
- kelembaban membrane mukosa - Kaji membrane mukosa, kaji - Indicator keadekuatan sirkulasi perifer
turgor kulit baik tugor kulit dan pengisian dan hidrasi seluler.
- Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg kapiler.
BB/jam - Awasi masukan dan haluaran, - Penurunan haluaran urin pekat dengan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal catat warna urine/konsentrasi, peningkatan berat jenis diduga
: TD (systole 110-130mmHg, diastole berat jenis. dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.
70-90mmHg), HR(60-100x/menit), - Auskultasi bising usus, catat
RR (16-24x/menit), suhu (36,5- kelancaran flatus, gerakan
37,50C) usus. - Indicator kembalinya peristaltic,
kesiapan untuk pemasukan per oral.
- Berikan perawatan mulut - Dehidrasi mengakibatkan bibir dan
sering dengan perhatian khusus mulut kering dan pecah-pecah
pada perlindungan bibir.
- Pertahankan penghisapan - Selang NG biasanya dimasukkan pada
gaster/usus. praoperasi dan dipertahankan pada fase
segera pascaoperasi untuk dekompresi
usus, meningkatkan istirahat usus,
mencegah mentah.
- Kolaborasi pemberian cairan - Peritoneum bereaksi terhadap
IV dan elektrolit iritasi/infeksi dengan menghasilkan
sejumlah besar cairan yang dapat
menurunkan volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi
dapat terjadi ketidakseimbangan
elektrolit
4. Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Evaluasi tingkat ansietas, catat - Ketakutan dapat terjadi karena nyeri
dengan akan diharapkan kecemasan klien berkurang verbal dan non verbal pasien. hebat, penting pada prosedur diagnostik
dilaksanakan operasi. dengan kriteria hasil : dan pembedahan.
- Melaporkan ansietas menurun sampai - Jelaskan dan persiapkan untuk - Dapat meringankan ansietas terutama
tingkat teratasi tindakan prosedur sebelum ketika pemeriksaan tersebut melibatkan
- Tampak rileks dilakukan pembedahan.
- Jadwalkan istirahat adekuat
dan periode menghentikan - Membatasi kelemahan, menghemat energi
tidur. dan meningkatkan kemampuan koping.
- Anjurkan keluarga untuk
menemani disamping klien - Mengurangi kecemasan klien
POST OPERASI
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Kaji skala nyeri lokasi, - Berguna dalam pengawasan dan keefesien
dengan agen injuri diharapkan nyeri berkurang dengan karakteristik dan laporkan obat, kemajuan penyembuhan,perubahan
fisik (luka insisi post kriteria hasil : perubahan nyeri dengan tepat. dan karakteristik nyeri.
operasi appenditomi). - Melaporkan nyeri berkurang - Monitor tanda-tanda vital - Deteksi dini terhadap perkembangan
- Klien tampak rileks kesehatan pasien.
- Dapat tidur dengan tepat - Pertahankan istirahat dengan - Menghilangkan tegangan abdomen yang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal posisi semi powler. bertambah dengan posisi terlentang.
: TD (systole 110-130mmHg, diastole - Dorong ambulasi dini. - Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
70-90mmHg), HR(60-100x/menit), - Berikan aktivitas hiburan. - Meningkatkan relaksasi.
RR (16-24x/menit), suhu (36,5- - Kolaborasi tim dokter dalam - Menghilangkan nyeri.
37,50C). pemberian analgetika.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Kaji adanya tanda-tanda infeksi - Dugaan adanya infeksi
berhubungan dengan diharapkan infeksi dapat diatasi dengan pada area insisi
tindakan invasif (insisi kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda vital.
post pembedahan). - Klien bebas dari tanda-tanda infeksi Perhatikan demam, menggigil, - Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis,
- Menunjukkan kemampuan untuk berkeringat, perubahan mental abses, peritonitis
mencegah timbulnya infeksi - Lakukan teknik isolasi untuk
- Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul) infeksi enterik, termasuk cuci - Mencegah transmisi penyakit virus ke
tangan efektif. orang lain.
- Pertahankan teknik aseptik
ketat pada perawatan luka
insisi / terbuka, bersihkan - Mencegah meluas dan membatasi
dengan betadine. penyebaran organisme infektif /
- Awasi / batasi pengunjung dan kontaminasi silang.
siap kebutuhan. - Menurunkan resiko terpajan.
- Kolaborasi tim medis dalam
pemberian antibiotik - Terapi ditunjukkan pada bakteri anaerob
dan hasil aerob gra negatif.
3. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Mandikan pasien setiap hari - Agar badan menjadi segar, melancarkan
berhubungan dengan diharapkan kebersihan klien dapat sampai klien mampu peredaran darah dan meningkatkan
nyeri. dipertahankan dengan kriteria hasil : melaksanakan sendiri serta cuci kesehatan.
- klien bebas dari bau badan rambut dan potong kuku klien.
- klien tampak bersih - Ganti pakaian yang kotor - Untuk melindungi klien dari kuman dan
- ADLs klien dapat mandiri atau dengan yang bersih. meningkatkan rasa nyaman
dengan bantuan - Berikan Hynege Edukasipada - Agar klien dan keluarga dapat termotivasi
klien dan keluarganya tentang untuk menjaga personal hygiene.
pentingnya kebersihan diri.
- Berikan pujian pada klien - Agar klien merasa tersanjung dan lebih
tentang kebersihannya. kooperatif dalam kebersihan
- Bimbing keluarga klien
memandikan / menyeka pasien - Agar keterampilan dapat diterapkan
- Bersihkan dan atur posisi serta
tempat tidur klien. - Klien merasa nyaman dengan tenun yang
bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Kaji ulang pembatasan - Memberikan informasi pada pasien untuk
tentang kondisi diharapkan pengetahuan bertambah aktivitas pascaoperasi merencanakan kembali rutinitas biasa
prognosis dan dengan kriteria hasil : tanpa menimbulkan masalah.
kebutuhan pengobatan - menyatakan pemahaman proses - Anjuran menggunakan - Membantu kembali ke fungsi usus semula
b.d kurang informasi. penyakit dan pengobatan laksatif/pelembek feses ringan mencegah ngejan saat defekasi
- berpartisipasi dalam program bila perlu dan hindari enema
pengobatan - Diskusikan perawatan insisi, - Pemahaman meningkatkan kerja sama
termasuk mengamati balutan, dengan terapi, meningkatkan
pembatasan mandi, dan penyembuhan
kembali ke dokter untuk
mengangkat jahitan/pengikat
- Identifikasi gejala yang - Upaya intervensi menurunkan resiko
memerlukan evaluasi medic, komplikasi lambatnya penyembuhan
contoh peningkatan nyeri peritonitis.
edema/eritema luka, adanya
drainase, demam
BAB II

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APPENDIKSITIS PADA Tn. W
DI RUANG CEMPAKA RSUD WONOSARI

Nama Mahasiswa : Kelompok 3


NIM : …………………………………………………
Tempat Praktik : Ruang Cempaka
Tanggal :

A. Identifikasi
1. Identitas Pasien
Nama : NN. I L/P
Tempat/Tanggal Lahir : Wonosari, 05 April 2001
Golongan Darah : O
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Siswi
Alamat : Jati 01/02 Sidoharjo Tepus Wonosari
Diagnosa Medik :

a) POS APP Tanggal: 02-04-2019

2. Identifikasi Penanggung Jawab


Nama : Tn.S
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hubungan dg Pasien : Bapak Pasien
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jati 01/02 Sidoharjo Tepus Wonosari

3. Genogram

16
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
X : Meninggal

B. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan saat ini
a. Keluhan utama:
Pasien menggatakan merasa nyeri di bagian perut kanan bawah.
b. Faktor Pencetus:
Pasien menggatakan merasa nyeri saat melakukan aktivitas seperti hendak
miring kiri atau miring kanan atau berbaring
c. Lamanya keluhan: Pasien mengatakan lama nyeri sekitar 5-10 menit
d. Timbulnya keluhan: ( ) Bertahap ( - ) Mendadak
e. Faktor yang memperberat: pasien menggatakan saat bergerak
2. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):

17
Pasien mengatakan sejak 1 tahun yang lalu mengalami tipes dan pernah
dirawat inap di rumah sakit.
b. Kecelakaan:
Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan sejak 2 tahun yang lalu dan
hanya mengalami luka lecet saja.
3. Peran perawat
a. Penyakit : Pasien mengatakan hanya mengalami mag dan
asam lambung
b. Waktu : Tidak terkaji
c. Riwayat operasi : Pasien mengatakan tidak ada riwayat operasi
sebelumnya

C. Pengkajian Pola Fungsi dan Pemeriksaan Fisik


1. Persepsi dan pemeliharaan
a. Persepsi tentang kesehatan diri
Pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan karena bagi dirinya kesehatannya
sangat penting.
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
Pasien mengatakan tahu tentang penyakit yang dideritanya dan perawatannya.
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat?
Pasien mengatakan tidak ada diit yang dianjurkan akan tetapi ada beberapa
makanan yang dipantang karena asam lambung, seperti makanan yang
terlalu pedas dan yang mengandung asam.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihaan diri, imunisasi
Pasien mengatakan jarang memeriksakan kesehatan dirinya ke fasilitas
kesehatan secara berkala kecuali saat sakit. Pasien mengatakan selalu
memperhatikan kebersihan dirinya, karena pasien merasa risih jika
badannya berbau ataupun merasa kotor. Ibu pasien mengatakan sejak kecil
selalu divaksinasi oleh tenaga kesehatan.
3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan
a) Yang dilakukan bila sakit
Pasien mengatakan disaat sakit dibiarkan saja dan jika mulai parah baru
meminum obat yang dibeli di apotek terdekat.
b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit?
Pasien mengatakan bila sakit berobat ke rumah sakit atau ke puskesmas
terdekat.
c) Kebiasaan hidup (konsumsi jamu/alkohol/rokok/kopi/kebiasaan
olahraga)
Merokok: tidak merokok
Alkohol: tidak penah

18
Kebiasaan olahraga, jenis: tidak ada. frekuensi: tidak ada
No Obat/jamu yang biasa Dosis Keterangan
dikonsumsi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada

d. Faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan


1) Penghasilan: 1.500.000/ bulan
2) Asuransi/jaminan kesehatan: BPJS
3) Keadaan lingkungan tempat tinggal: pasien mengatakan di tempat
tinggalnya di pedesaan yang bersih dan nyaman.

2. Nutrisi, cairan, & metabolik


a. Gejalah (Subjektif)
1) Diit biasa (tipe): pasien mengatakan selalu memakan nasi lembut, sayur
bening, dan lauk tempe.
2) Jumlah makan per hari: 3x/hari
3) Pola diit: Tidak ada, Makan terakhir: kemarin malam
4) Nafsu selera makan: Berkurang, karena masih mengkonsumsi makanan
yang lembut
5) Mual: Tidak ada
6) Muntah: Tidak ada
7) Nyeri ulu hati: Tidak ada
8) Alergi makanan: Tidak ada
9) Masalah mengunyah/menelan: Tidak ada gangguan
10) Keluhan demam: Tidak ada
11) Pola Minum/cairan: Jumlah minum: 2-3 gelas/hari
Cairan yang bisa diminum: Air putih dan teh panas
12) Penurunan BB dalam 6 bulan terakhir: Tidak ada

b. Tanda (Obyektif)
1) Suhu tubuh: 36,7oC
Diaphoresis: Tidak ada
2) Berat badan: 49 Kg, tinggi badan: 152cm
Turgor kulit: elastis. Tonus otot: (+2 yaitu normal)
3) Edema: Tidak ada
Lokasi dan karakteristik: tidak ada
4) Asites: Tidak ada
Jelaskan: tidak ada penumpukan cairan
5) Integritas kulit perut: terdapat luka operasi di bagian perut kanan bawah
perut. Tidak ada benjolan, tidak ada jaringan parut.
Lingkar abdomen: tidak terkaji
6) Distensi vena jugularis: Tidak ada
7) Hernia/massa: Tidak ada

19
8) Bau mulut/halitosis: Tidak ada, pasien tampak selalu menggosok giginya
walaupun dibantu oleh ibunya.
9) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah: tampak bersih dan tidak
berbau.

3. Pernafasan, aktivitas dan latihan pernapasan


a. Gejalah (Subjektif)
1) Dispnea: pasien mengatakan tidak merasa sesak.
2) Yang meningkatkan/mengurangi sesak: tidak ada
3) Pemajangaan terhadap udara berbahaya: tidak ada
4) Penggunaan alat bantu: Tidak ada

b. Tanda (Objektif)
1) Pernapasan: Frekuensi 21x/menit,
Simetris: ya, tidak ada benjolan, tidak ada luka
2) Penggunaaan alat bantu nafas: tidak ada
Nafas cuping hidung: tidak ada
3) Batuk: tidak ada , Sputum (karakter sputum): tidak ada
4) Fremitus: normal (terdengar intensitas dan kulitas yang sama antara kanan
dan kiri.
5) Egofoni: normal (suara terdengar bergema)
6) Sianosis: tidak ada

4. Aktivitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan


a. Gejalah (Subjektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan: pasien mengatakan biasanya mengangkat
beban yang berat akan tetapi sekarang sedang sakit dan minta untuk
libur/istirahat,
2) Kesulitan/keluhan dalam aktivitas
a) Pergerakan tubuh: melambat, pasien mengatakan belum bisa untuk
bergerak karen masih merasa nyeri pada luka bekas operasi.
b) Kemampuan merubah posisi ( ) Mandiri (-) perlu bantuan,
Jelaskan: dibantuh oleh ibu untuk merubah posisi
c) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll)
( ) Mandiri (-) perlu bantuan, Jelaskan: karena nyeri operasi
3) Toileting (BAB/BAK): ( ) Mandiri ( -) perlu bantuan,
Jelaskan: karena masih nyeri oerasi
4) Keluhan sesak nafas setelah beraktivitas: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
Jelaskan: pasien mengatakan tidak merasa sesak napas.
5) Mudah merasa kelelahan: ( - ) Tidak ada ( ) Ada,
Jelaskan:pasien mengatakan tidak merasa lelah atau lemah hanya saja
masih merasa sakit.
6) Toleransi terhadap aktivitas: ( ) Baik ( - ) Kurang, karena masih belum
bisa bergerak.

20
b. Tanda (Objektif)
1) Respon terhadap aktivitas yang teramati : aktivitasnya menurun karena
takut nyeri.
2) Status mental (misalnya menarik diri, eltargi): tidak ada perubahan status
mental
3) Penampilan umum
a) Tampak lemah: ( - ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan: hanya sakit pada bekas
operasi
b) Kerapian berpakaian: terlihat rapi
4) Pengkajian neuromoskular
Masa/Tonus: tidak ada masalah
Kekuatan otot: ektremitas atas kiri dan kanan 5┼5, ektremitas bawah kiri
dan kanan 4┼5
Rentang gerak: dibatasi karena ada luka operasi di perut kanan bawah
Deformasi: tidak ada masalah
5) Bau badan: tidak ada masalah,
Bau mulut: tidak ada masalah
Kondisi kulit kepala: tidak ada masalah.
Kebersihan kuku: tidak ada masalah

5. Istirahat
a. Gejalah (Subjektif)
1) Kebiasaan tidur: pasien mengatakan tidurnya pulas, walaupun kadang
terbanggun karena nyeri timbul.
Lama tidur: 6-7 jam
2) Masalah berhubungan dengan tidur
a) Insomnia: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
b) Kurang puas/seger setelah bangun tidur: ( - ) Tidak ada ( ) Ada,
c) Lain-lain, sebutkan: tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu: ( - ) Tidak ada ( ) Ada,
Jelaskan: tidak ada masalah.
2) Mata merah: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Sering menguap: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
4) Sering menguap: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
5) Kurang konsentrasi: ( - ) Tidak ada ( ) Ada

6. Sirkulasi
a. Gejalah (Subjektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
2) Riwayat edema kaki: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Flebitis: tidak ada
4) Rasa kesemutan: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
5) Palpitasi: ( - ) Tidak ada maslah ( ) Ada

21
b. Tanda (Objektif)
1) Tekanan darah: 130/80mmHg
2) Mean arteri/Tekanan nadi: 90x/menit
3) Nadi/Pulsasi:
a) Karotis: teraba
b) Femoralis: teraba
c) Popliteal:.teraba
d) Jugularis: teraba
e) Radialis: teraba
f) Dorsal pedis: teraba
g) Bunyi jantung: S1 S2 reguler
Irama: teratur
4) Ekstermitas, suhu: 36,7 oC Warna: tidak pucat
5) Tanda homan: tidak ada masalah
6) Pengisian kapiler: tidak ada masalah
Varises: tidak ada, Phlebitis: ptidak ada masalah
7) Warna: membran mukosa: merah muda bibir: tidak ada masalah
8) Konjungtiva: an anemis
Sklera: tidak ada masalah
Punggung kuku: tidak ada masalah

7. Eliminasi
a. Gejalah (Subjektif)
1) Pola BAB: Frekuensi: 1x/ hari, Konsistensi: lunak
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu, misal:
terpasang kolostomi/ileostomy): tidak ada masalah
3) Kesulitan BAB konstipasi: tidak ada masalah.
Diare: tidak ada masalah
4) Penggunaa laksatif: ( -) Tidak ada ( ) Ada
5) Waktu BAB terakhir: hari selasa (1 hari yang lalu)
6) Riwayat perdarahan: tidak ada masalah
Hemoroid: tidak ada masalah.
7) Riwayat inkontinensia: tidak ada masalah
8) Penggunaan alat-alat: misalnya pemasangan kateter: tidak ada
9) Riwayat penggunaan deuretik: tidak ada masalah
10) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK: tidak ada masalah
11) Kesulitan BAK: tidak ada masalah.

b. Tanda (Objektif)
1) Abdomen
a) Inspeksi: abdomen membucit ada/tidak, jelaskan: tampak agak
membuncit karena pasien gendut.
b) Auskultasi: bising usus: 30x/menit bunyi abnormal ( - ) tidak ada

22
c) Perkusi
(1) Bunyi tympani ( ) Tidak ada ( - ) Ada
Kembung ( - ) Tidak ada ( ) Ada
(2) Bunyi abnormal ( - ) Tidak ada ( ) Ada
Jelaskan: tidak ada masalah

8. Neurosensori dan kognitif


a. Gejalah (Subjektif)

1) Adanya nyeri
P = paliatif/propokatif (yang mengurangi/meningkatkan nyeri)
Saat bergerak
Q = qualitas/quantitas (frekuensi dan lamanya keluhan dirasakan serta
deskripsi sifat nyeri yang dirasakan :
Seperti tertusuk-tusuk
R = region/tempat (lokasi sumber & penyebarannya)
Di perut kanan bawah
S = severety/tingkat berat nyeri (skala nyer 1-10)
Skala nyeri 7
T = time (kapan keluhan dirasakan dan lamanya)
Hilang timbul sekita 5-10 menit
2) Rasa ingin pingsan/pusing ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Sakit kepala: lokasi nyeri tidak ada.
4) Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi): tidak ada masalah
5) Kejang: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
Jelaskan: tidak ada
Cara mengatasi: tidak ada
6) Mata: penurunan penglihatan ( - ) Tidak ada ( ) Ada
7) Pendengaran: penurunan pendengaran ( - ) Tidak ada ( ) Ada
8) Epitaksis: ( - ) Tidak ada ( ) Ada

b. Tanda (Objektif)
1) Status mental
Kesadaran: (- ) composmentsi, ( ) apatis, ( ) somnolen, ( ) sopor, ( )
koma
2) Skala koma glaslow (GCS): respon membuka mata (E) 4
Respon motorik (M) 6 respon verbal (V) 5
23
Persepsi sensori: ilusi: tidak ada masalah, Halusinasi: tidak ada masalah
Delusi: tidak ada masalah, Afek: tidak ada masalah
..
3) Memori: saat ini : tidak ada masalah
Masa lalu: tidak ada masalah
4) Alat bantu penglihatan/pendengaran ( -) Tidak ada ( ) Ada
5) Reaksi pupil terhadap cahaya: Ka/Ki
Ukuran pupil: mengecil jika ada cahaya
6) Facial drop: tidak ada, postur: tidak ada masalah
Reflek: tidak ada masalah
7) Penampilan umum tampak kesakitan: ( ) Tidak ada (-) Ada, menjaga
area sakit, respon emocional: ada ( wajah tampak meringis, penyempitan
fokus: ada.

9. Keamanan
a. Gejalah (Subjek)
1) Alergi
Obat-obatan: tidak ada alergi obat-obatan
Makanan: tidak ada alergi makanan
2) Faktor lingkungan
Riwayat hubungan seksual: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
3) Riwayat tranfusi darah riwayat adanya reaksi tranfusi (tidak ada)
4) Kerusakan penglihatan, pendengaran: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, sebutkan
Riwayat cidera: ( ) Tidak ada ( - ) Ada, sebutkan kecelakaan kendaraan
5) Riwayat kejang ( - ) Tidak ada ( ) Ada, sebutkan

b. Tanda (Objek)
1) Suhu tubuh: 36,7oC
2) Integritas jaringan: luka operasi
3) Jaringan parut ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Kemerahan pucat ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan bekas operasi
5) Adanya luka: Luas 8cm kedalaman:
Drainase prulen: tidak ada
Peningkatan nyeri pada luka : saat bergerak
6) Ekimosis/tanda perdarahan lain: tidak ada
7) Faktor resiko: terpasang alat invasive ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
8) Gangguan keseimbangan ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan belum bisa
berjalan, karena kaki kanan belum bisa di tekuk
9) Kekuatan umum: melemah, Tonus otot: terdapat kelemahan otot di
ekstemitas kanan bawah
Parese atau paraisa: tidak ada masalah

24
10. Seksual dan reproduksi
a. Gejalah (Subjek)
1) Pemahaman terhadap fungsi seksual
Tidak terkaji
2) Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi (fertilitas, libido,
ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi, atau kondisi
sakit)
3) Permasalahan selama aktivitas seksual ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Pengkajian pada laki-laki: raba pada penis: tidak terkaji
Gangguan prostat: tidak ada masalah
5) Pengkajian pada perempuan
a) Riwayat menstruasi (keturunan, keluhan): -
b) Riwayat kehamilan:-
c) Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear:-

b. Tanda (Objek)
1) Pemeriksaan payudara/penis/testis: tidak terkaji
2) Kutil genital, lesi: tidak ada masalah

11. Persepsi diri, konsep diri dan mekanisme koping


a. Gejalah (Subjek)
1) Faktor stres: pasien mengatakan merasa cemas serta stres dengan teman-
teman yang datang berkunjung aklibat banyak orang
2) Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan
3) Yang dilakukan jika menghadapu suatu masalah (misalnya memecahkan
masalah, mencari pertolongan/berbicara dengan orang lain, makan, tidur,
minum obat-obatan, marah, diam, dll): pasien mengatakan selalu
berdiskusi dengan istri dan ibunya
4) Upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang : berbicara dengan
keluarga
5) Perasaan cemas/takut: ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan karena teman-
teman selalu mengatakn jagan banyak gerak takut nanti jahitan terlepas
6) Perasaaan ketidakberdayaan ( -) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
7) Perasaan keputusasaan ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
8) Konsep diri
a) Citra diri: tidak ada masalah
b) Ideal diri: tidak ada masalah
c) Harga diri: tidak ada masalah
d) Ada/tidak perasaan akan perubahan identitas: tidak ada masalah

b. Tanda (Objek)
1) Status emosional: ( ) Tenang, ( - ) gelisah, ( ) marah, (- ) takut, ( )
mudah tersinggung

25
Respon fisiologis yang terobservasi: Pasien tampak meringis menahan
nyeri, pasien tampak gelisah, pasien tak waspada terhadap gerakan.
2) Perubahan tanda vital: TTV
TD: 130/80 mmHg RR: 20x/menit
N: 90x/ menit S: 36,70c
12. Interaksi sosial
a. Gejalah (Subjek)
1) Orang terdekat & lebih berpengaruh: anggota keluarga
2) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah: pasien
mengatakan selalu meminta bantu kepada anggota keluarga.
3) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua, saudara,
pasangan ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan, klien lain: ( - ) Tidak
ada ( ) Ada, jelaskan

b. Tanda (Objek)
1) Kemampuan berbicara: ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan
2) Pola bicara tidak biasa/kerusakan: tidak ada masalah
3) Penggunaan alat bantu bicara: tidak ada
4) Adanya jaringan laringaktomi/trakeostomi: tidak ada
5) Komunikasi non verbal/verbal dengan keluarga/orang lain: tidak ada
masalah
6) Perilaku menarik diri: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan

13. Pola nilai kepercayaan dan spiritual


a. Gejalah (Subjek)
1) Sumber kekuatan bagi pasien: pasien mengatakan selalu berdoa kepada
Tuhan
2) Perasaan menyalahkan tuhan: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan -
3) Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan, macam:
menjalani solat, Frekuensi: 5 waktu
4) Masalah berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat : pasien
mengatakan belum bisa solat duduk dan berdiri karena nyeri
5) Pemecahan masalah: oleh pasien dan keluarga
6) Adakah keyakinan/kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan
dengan kesehatan ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan

b. Tanda (Objek)
1) Perubahan perilaku
Menolak pengobatan (-) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
Berhenti menjalankan aktivitas agama: ( ) Tidak ada ( - ) Ada,
jelaskan: Jika nyerinya tak kunjung hilang.
Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan ( - ) Tidak ada
( ) Ada, jelaskan

26
D. Data Penunjang
1. Laboratorium
Eritrosit 5,60 meningkat ( 4,50-5,50)
Eosonafil 12 meningkat (2-4%)
Kalium 2,40 menurun (3,5-5,10)
2. Radiologi
Toraxs PA dewasa (pulmo cor normal)
3. EKG
Tidak ada
4. USG

Lingkar abdomen: ren dex & sin, echostruhtur normal, callices tak melebar, tak
tampak batu
Vesika urinaria: dinding fak melebar tak tampak batu
5. CT Scan
Tidak ada
6. Pemeriksaan lain
Tidak ada pemeriksaan lain
7. Obat-obatan
Tanggal Jam Jenis Obat Waktu Cara
Pemberian
02-12-2109 06.00 dan 18.00 ceftriaxon 2x1 (1 gr) iv
06.00 dan 18.00 ketorolac 2x1 (30 Iv
mg)
8 jam Infuse rl 20 tpm iv

8. Diit
Tidak ada diet yang di jalankan pasien

Yogyakarta, 2 Desember 2019

(Mahasiswa stikes yogyakarta)

27
E. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1. Ds pasien mengatakan nyeri Nyeri Akut Agen Cedera Fisik
dibagian kanan bawah bekas (Post Pembedahan)
operasi
P: saat bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut bagian kanan bawah
S:7
T: hilang timbul

Do
- Pasien tampak
melindungi nyeri
- Pasien tampak meringis
- TTV
TD: 130/80 mmHg
S:36,7oc
N: 90x/menit
RR: 20x/menit

2 Ds. pasien mengatakan masih Gangguan mobilitas Nyeri


susah untuk bergerak karena fisik
takut nyeri

Do
- pasien masih berbaring
ditempat tidur
- pasien tampak kesulitan
membolak balik posisi
- gerakan pasien tampak
lambat
- ttv
Td 130/80 mmHg
S. 36,7oc
N. 90x/menit
RR. 21x/menit

3 Ds. pasien mengatakan merasa Ansietas Hubungan


takut, khawatir dan cemas interpersonal
terhadap bekas jahitan.

28
Do.
- pasien tampak khawatir
- pasien tampak ragu
- pasien tampak waspada
terhadap gerak
- wajah pasien tampak
tegang

29
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (post pembedahan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal

G. Perencanaan

No Diagnosa Waktu Tujuan & Kriteria Hasil Perencanaan Rasional


Keperawatan (Tgl/Jam)
1 Nyeri akut b/d Senin 02- Setelah dilakukan Menajemen nyeri
agens cidera 12-2019 tindakan keperawatan O:
fisik (post 14:25 selama 3x24 jam - Lakukan pengkajian nyeri - Untuk memilih
pembedahan) diaharapkan nyeri akut komrehensif yang meliputi intervensi yang tepat
pada pasien dapat teratasi lokasi, karateristik, durasi, mengatasi nyeri
dengan kriteria hasil frekuensi, beratnya nyeri dan
sebagai berikut: faktor pencetus
Kepuasan klien : - Observasi adanya petunjuk - Untuk mengevaluasi
menajemen nyeri non verbal mengenai ketidaknyamamanan
- Nyeri terkontrol dari ketidaknyamanan pasien.
1-5 N:
- Tingkat nyeri - Berikan informasi mengenai - Untuk meningkatkan
dipantaui secara nyeri, seperti penyebab nyeri pemahaman pasien
reguler dari 1-5 berapa nyeri akan dirasakan terhadap nyeri yang
- Mengambil tindakan dan antisipasi dari di rasakan.
untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat
nyeri dari 1-5 prosedur
- Masalah keamanan E:
ditangani dengan

30
penggunaan obat - Ajarkan tehnik non - Untuk membantu
nyeri dari 1-5 farmakologi relaksasi (terapi mengurangi rasa
- Menajemen nyeri musik dan pijatan lembut ). nyeri.
sesuai dengan - Libatkan keluarga dalam - Dapat mengalihkan
keyakinan budaya modalitas penurun nyeri (ajak pasien agar tidak
dari 1-5 ngobrol) fokus pada rasa nyeri.
C:
- Kolaborasi dengan tim - Untuk menghilangan
kesehataan lainnya untuk nyeri
pemberian obat anti nyeri.
2 Gangguan Senin 02- Setelah dilakukan Peningkatan mekanika tubuh
mobilitas fisik 12-2019 tindakan keperawatan O:
b/d nyeri 15:00 selama 3x24 jam - Kaji komitmen pasien untuk - Untuk mengetahui
diharapkan hamabatan belajar dan menggunakan postur tubuh yang
mobilitas fisik pada postur tubuh yang benar benar .
pasien dapat teratasi - Kaji pemahaman pasien
dengan kriteria hasil mekanika tubuh dan latihan - Untuk mengetahui
sebagai berikut : (mis:mendemonstrasikan keluhan pasien.
Kemampuan berpindah kembali tehnik latihan )
- Berpindah dari satu N:
permukaan ke - Menginstruksikan untuk - Menghindari posisi
permukaan lain menghindari tidur dengan yang tidak nyaman
sambil berbaring dari posisi telungkup.
1-5 - Instruksikan pasien untuk
- Berpindah dari tempat menggerakan kaki terlebih
tidur ke kursi dari 1-5 dahulu
E:

31
- Berpindah dari kursi - Edukasi pasien tentang
ke tempat tidur dari 1- pentingnya postur tubuh unutk
5 mencegah kelelahan
- Berpindah dari kursi ketegangan atau injuri.
roda ke toilet dari 1-5 - Edukasi pasien dan keluarga
- Berpindah dari toilet tentang frekuensi dan jumlah
ke kursi roda dari 1-5 pengulangan dari setiap latihan
C:
- Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan untuk pemberian
tehnik latihan ROM

3 Ansietas Senin 02- Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan


berhubungan 12-2019 tindakan keperawatan O: -
dengan 15:20 selama 3x24 jam, - Identifikasi pada saat terjadi
hubungan diharapkan Ansietas pada perubahan tingkat kecemasan
interpersonal pasien dapat teratasi - Kaji tanda verbal dan non
dengan kriteria hasil verbal kecemasan
sebagai berikut:
Tingkat kecemasan N:
- Tidak dapat - Berikan aktivitas penggantin
beristirahat dari 1-5 yang bertujuan untuk
- Perasaan gelisah dari mengurangi tekanan
1–5 - Lakukan usapan pada
- Wajah tegang dari 1 – punggung leher
5
E:

32
- Kesulitan - Dorong keluarga untuk
berkonsentrasi dari 1 - mendampingi klien
5 - Berikan informasi faktual
- Rasa cemas di berikut diagnosis perawatan
sampaikan secara dan prognosis
lisan dari 1-5
C:
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya untuk
mengurangi kecemasan
menggunakan teknik non
farmakologi misalnya teknik
relaksasi.

H. Catatan Keperawatan (Implementasi)


No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
1. Nyeri akut b/d Senin 02-12- 1. Melakukan pengkajian nyeri S: pasien mengatakan merasa nyeri dibagian
agens cidera 2019 komprehensif yang meliputi perut kanan bawah bekas operasi.
fisik lokasi, karakteristik, durasi, O: pasien tampak menyeringis skala nyeri 6.
17:00 frekuensi, beratnya nyeri dan
faktor pencetus.

17:15 2. Mengobservasi adanya S.: Pasien mengatakan nyerinya tertusuk-


petunjuk non verbal mengenai tusuk
ketidak nyamanan. O: Pasien tampak memegang perutnya

33
17.25 3. Memberikan informasi S: Pasien mengatakan nyeri saat memiring
mengenai nyeri, seperti ke kiri ataupun kekanan
penyebab nyeri berapa nyeri O: Pasien tampak berbaring terlentang
akan dirasakan dan antisipasi
dari ketidaknyamanan akibat
prosedur

17:40 4. Mengajarkan tehnik non S: Pasien mengatakan masih merasakan


farmakologi relaksasi (terapi nyeri
musik dan pijatan lembut ) O: pasien tampak melakukan tehnik napas
dalam

17:45 5. Me libatkan keluarga dalam S: Pasien mengatakan ibunya selalu


modalitas penurun nyeri (ajak mengajak ngobrol
ngobrol) O: pasien tampak meengikuti instruksi

18:00 6. Mengkolaborasikan dengan S: pasien mengatakan sudah di berikan


tim kesehatan untuk O: obat ketorolax masuk melalui IV 30 gram
memberikan ketolorax 30 mg

2. Gangguan Senin 02-12- 1. Mengkaji komitmen pasien S: pasien mengatakan belum bisa duduk
Mobilitas fisik 2019 untuk belajar dan karena nyeri
b/d Nyeri 18.15 menggunakan postur tubuh O: pasien tampak berbaring terlentang
yang benar terpasang infuse RL 20 tpm

34
2. Mengkaji pemahaman pasien S:pasien mengatakan paham dengan
mekanika tubuh dan latihan instruksi yang diberikan
(mis : mendemonstrasikan O: pasien tampak mengingat
18.27 kembali tehnik latihan )

3. Menginstruksikan untuk S:Pasien mengatakan mengerti dengan


menghindari tidur dengan instruksi yang diberikan
posisi telungkup O: pasien tampak mengerti

4. Menginstruksikan pasien S: Pasien mengatakan mengerti instruksi


untuk menggerakan kaki O: pasien tampak paham
terlebih dahulu
18.35
5. Mengedukasi pasien tentang
S: pasien mengatakan memahami instruksi
pentingnya postur tubuh
yang diberikan
unutk mencegah kelelahan
O: pasien tampak mengerti
ketegangan atau injuri

6. Mengedukasi pasien dan


S: pasien mengatakan mengerti dengan
keluarga tentang frekuensi
instruksi yang diberikan
dan jumlah pengulangan dari
O: pasien tampak memahami
setiap latihan
18.45
7. Mengkolaborasi dengan S:-
tenaga kesehatan untuk O: Latihan ROM diberikan
pemberian tehnik latihan
ROM

35
3. Ansietas b/d Senin 02-12- 1. Mengidentifikasi pada saat terjadi S: pasien mengatakan merasakan cemas dan
hubungan 2019 perubahan tingkat kecemasan takut dengan bekas operasinya
interpersonal Jam O: pasien tampak gelisah
19. 00

19.15 2. Mengkaji tanda verbal dan non S:pasien mengatakan jahitannya masih basah
verbal kecemasan O:wajah pasien tampak kosong

19.30 3. Memberikan aktivitas penggantin S: pasien mengatakan memahami instruksi


yang bertujuan untuk mengurangi yang diberikan
tekanan O: pasien tampak mengingat

4. Melakukan usapan pada S: pasien mengatakan ibunya selalu


punggung leher mengusap di punggung
O:pasien tampak gelisah
5. Mendorong keluarga untuk
19.40 S: pasien mengatakan ibunya selalu
mendampingi klien
menemaninya
O:pasien tampak sedikit rileks

6. Mengkolaborasi dengan tim


S: pasien mengatakan paham instruksi yang
kesehatan lainnya untuk
diberikan
mengurangi kecemasan
O:pasien mengingat
menggunakan teknik non
farmakologi misalnya teknik
relaksasi

36
1. Nyeri akut b/d Selasa 03-12- 1. Melakukan pengkajian nyeri S:pasien mengatakan nyeri post kanan
agens cidera 2019 komprehensif yang meliputi bawah bekas operasi
fisik 08.30 lokasi, karakteristik, durasi, O: pasien tampak nyeri denagn skala 4
frekuensi, beratnya nyeri dan
faktor pencetus.

08.40 2. Memberikan informasi mengenai S: pasien mengatakan nyeri saat bergerak


nyeri, seperti penyebab nyeri O:pasien tampak berbaring dengan minim
berapa nyeri akan dirasakan dan gerakan
antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur

08.50 3. Mengajarkan tehnik non S: pasien mengatakan nyeri berkurang


farmakologi relaksasi (terapi O: pasien mampu melakukan tehnik napas
musik dan pijatan lembut ) dalam

09. 00 4. Melibatkan keluarga dalam S:pasien mengatakan tenang ditemani ibu


modalitas penurun nyeri (ajak mengobrol
ngobrol) O:pasien tampak mengerti instruksi

5. Mengkolaborasikan dengan tim


09. 30 S: pasien mengatakan bersedia diberikan
kesehatan untuk memberikan
ketorolax
ketolorax 30 mg
O: obat ketorolac masuk iv 30 mg

37
2. Gangguan Selasa 03-12- 1. Mengkaji komitmen pasien S: pasien mengatakan sudah bisa duduk
Mobilitas fisik 2019 untuk belajar dan menggunakan O: pasien tampak duduk
b/d Nyeri 09.40 postur tubuh yang benar

2. Mengkaji pemahaman pasien S: pasien mengatakan paham dengan


mekanika tubuh dan latihan instruksi perawat
(mis : mendemonstrasikan O: pasien tampak bergerak sesuai latihan
kembali tehnik latihan )

3. Menginstruksikan untuk S: pasien mengatakan paham dengan


menghindari tidur dengan posisi instruksi yang di berikan
telungkup O:pasien tampak mengerti

4. Menginstruksikan pasien untuk S: pasien mengatakan mengerti instruksi


menggerakan kaki terlebih O: pasien tampak memahami
dahulu

S: pasien mengatakan memahami instruksi


5. Mengedukasi pasien tentang
yang diberikan
pentingnya postur tubuh unutk
O:pasien tampak memahami
mencegah kelelahan ketegangan
atau injuri

6. Mengedukasi pasien dan


S: pasien mengatakan mengerti dengan
keluarga tentang frekuensi dan
instruksi dan melakukannya
jumlah pengulangan dari setiap
O: pasien tampak memahami
latihan

38
S: pasien mengatakan tehnik ROM yang
7. Mengkolaborasi dengan tenaga diajarkan oleh perawat
kesehatan untuk pemberian O: latihan rom diberikan
tehnik latihan ROM

3. Ansietas b/d Selasa 03-12- 1. Mengidentifikasi pada saat terjadi S: pasien mengatakan kecemasan berkuramg
hubungan 2019 perubahan tingkat kecemasan O:pasien tampak sedikit tenang
interpersonal Jam
22.00 2. Mengkaji tanda verbal dan non S: pasien mengatakan jahitan lukanya sudah
verbal kecemasan mulai mengering
O:wajah pasien tampak rileks

22.15 3. Memberikan aktivitas penggantin S: pasien mengatakan selalu mengobrol


yang bertujuan untuk mengurangi dengan ibunya
tekanan O:pasien tampak riilks dan mengobrol
dengan ibunya

22.35 4. Melakukan usapan pada S: pasien mengatakan ibunya selalu


punggung leher mengusap punggungnya
O: pasien tampak kooperatife

22.40 5. Mendorong keluarga untuk S: pasien mengatakan selalu ditemani oleh


mendampingi klien ibunya
O:ibu pasien tampak berada di samping
pasien

22.50 6. Mengkolaborasi dengan tim S: pasien mengatakan mengerti dengan


kesehatan lainnya untuk instruksi dan melakukannya

39
mengurangi kecemasan O: pasien tampak melakukan gerakan ROM
menggunakan teknik non
farmakologi misalnya teknik
relaksasi

1. Nyeri akut b/d Rabu 04-12- 1. Melakukan pengkajian nyeri S: pasien mengatakan nyerinya susdah
agens cidera 19 komprehensif yang meliputi berkurang P: Saat bergerak/berbaring Q:
fisik 06.00 lokasi, karakteristik, durasi, tertusuk-tusuk R: di perut bagian kanan
frekuensi, beratnya nyeri dan bawah S: skala nyeri 2 T: 11-20 detik
faktor pencetus. (hilang timbul)
O: pasien tampak kooperatif, pasien tampak
rileks

06.20 2. Mengajarkan tehnik non S: pasien mengatakan selalu menggunakan


farmakologi relaksasi (terapi teknik napas dalam saat nyeri timbul
musik dan pijatan lembut ) O: pasien tampak melakukan

06.30 3. Mengkolaborasikan dengan tim S: pasien mengatakan obat ketorolac sudah


kesehatan untuk memberikan disuntik oleh perawat
ketolorax 30 mg O: obat masuk melalui iv 30 gram

2. Gangguan Rabu 04-12- 1. Menginstruksikan untuk S: pasien mengatakan tidak pernah


Mobilitas fisik 19 menghindari tidur dengan posisi melakukan tidur dengan posisi teruncup
b/d Nyeri 07. 00 telungkup O: pasien tampak tidur terlentang dan miring
kiri walaupun kanan

40
07.10 2. Mengedukasi pasien dan keluarga S: pasien mengatakan memahami instruksi
tentang frekuensi dan jumlah yang diberikan dan jumlah pengulangan
pengulangan dari setiap latihan 1-2 kali sehari
O: pasien tampak melakukan

07.20 3. Mengkolaborasi dengan tenaga S: pasien mengatakan sudah melakukan


kesehatan untuk pemberian tehnik teknik ROM tadi agi
latihan ROM O: pasien tampak melakukannya

3. Ansietas b/d Rabu 04-12- 1. Memberikan aktivitas penggantin S: pasien mengatakan selalu diajak ngobrol
hubungan 19 yang bertujuan untuk mengurangi oleh ibunya
interpersonal 07.47 tekanan yaitu mengobrol dengan O: pasien tampak mengobrol dengan ibunya
ibunya

07.57 2. Mendorong keluarga untuk S: pasien mengatakan ibunya selalu


mendampingi klien mendampingi
O:ibu pasien tampak disamping pasien

08.05 3. Mengkolaborasi dengan tim S: pasien mengatakan selalu menggunakan


kesehatan lainnya untuk teknik napas dalam
mengurangi kecemasan O: pasien tampak melakukan teknik napas
menggunakan teknik non dalam.
farmakologi misalnya teknik
relaksasi

41
J. Catatan Perkembangan (Evaluasi)
No Diagnosa Waktu Respon perkembangan (SOAP) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
1. Nyeri Akut Senin 02 S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri di bagian perut bawah
behubungan Desember 2019, kanan akibat jahitan operasi
dengan Agen Jam 21.00 P: Saat bergerak
Pencedera Fisik Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: dibagian perut bawah kanan
S: Skala nyeri 5
T: 5-6 menit hilang timbul

O: - Pasien tampak lemas


- Pasien tampak lemas
- Pasien terpasang RL 20 tpm
- Skala nyeri 5

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi 1, 3, 4, 5 dan 6.

2. Gangguan Senin 02 S: Pasien mengatakan masih susah untuk bergerak seperti


mobilitas fisik Desember 2019, miring kiri maupun kanan
berhubungan Jam 12.15
dengan nyeri O: - pasien tampak berbaring terlentang
- Pasien tampak kesulitan membolak balik posisi
- Gerakan pasien tampak lambat

A: Masalah belum teratasi

42
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
3. Ansietas Senin 02 S: pasien mengatakan merasa cemas dan takut terhadap lukanya
berhubungan Desember 2019,
dengan hubungan Jam 21.40 O: - pasien tampak tegang
interpersonal - Pasien terlihat berkeringat
- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dan 6


1. Nyeri Akut Selasa, 03 S: Pasien mengatakan nyeri dibagian perut kanan bawah bekas
berhubungan Desember 2019, operasi, nyeri saat bergerak
dengan Agen Jam 13.20
Pencedera Fisik O: - pasien tampak nyeri saat bergerak
- skala 3
- Pasien tampak lemas
- obat masuk melaui iv dengan dosis 30mg ketorolak

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi 1, 4, 6
2. Gangguan Selasa, 03 S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa bergerak seperti miring
mobilitas fisik Desember 2019, kiri dan miring kanan
berhubungan Jam 23.00
dengan nyeri O: - pasien tampak bisa bergerak
- Pasien tampak rileks
- Gerakan pasien mulai lancar

43
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi 3, 5, dan 7


3. Ansietas Selasa, 03 S: Pasien mengatakan cemasnya sudah mulai berkurang
berhubungan Desember 2019,
dengan hubungan Jam 23.20 O: - pasien tampak rileks
interpersonal - Pasien tampak mulai tenang
- Pasien tampak kooperatif
- TTV:
- TD: 120/80 mmHg
- N: 80 x/Menit
- RR: 20 x/menit
- S: 36,5 oC

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi 3, 5, dan 6


1. Nyeri Akut Rabu 04-12-19 S: Pasien mengatakan nyerinya sudah milai berkurang Irene
berhubungan Jam 09.15 P: saat bergeral/berbaring
dengan Agen Q: ditusuk-tusuk
Pencedera Fisik R: diperut bagian kanan bawah
S: skala nyeri 1
T: 2-3 detik

O: - pasien tampak rileks


- Pasien tampak kooperatif
- TD: 120/80 mmHg

44
- Nadi: 80 x/menit
- RR: 19 x/menit
- Suhu: 36,5 oC

A: Maslaah teratasi

P: Hentikan intervensi
2. Gangguan Rabu 04-12-19, S: Pasien mengatakan sudah bisa berjalan, duduk, dan berdiri Irene
mobilitas fisik Jam 09.30 serta sudah bisa menekuk kaki kanannya
berhubungan
dengan nyeri O: - Pasien tampak berpindah dari tempat tidur ke kursi
- Pasien tampak berjalan ke kamar mandi
- Pasien tampak duduk tenang di tempat tidur

A: masalah teratasi

P: Hentikan intervensi
3. Ansietas Rabu 04-12-19 S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa cemas dan takut lagi Irene
berhubungan , Jam 09.45 O: - pasien tampak tenang
dengan hubungan - Pasien tampak rileks
interpersonal - Pasien tampak kooperatif
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 80 x/menit
- RR: 19 x/menit
- Suhu: 36,5 oC
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

45
BAB II
ANALISIS JURNAL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Jurnal Penelitian
1. Latar Belakang:
Apendisitis adalah peradangan dari apendik vermiformis, dan merupakan
penyebab masalah abdomen yang paling sering. Insidens apendisitis di dunia tahun
2007 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia. Angka kejadian
apendisitis di negara maju lebih besar daripada di negara berkembang. Satu dari 15
orang pernah menderita apendisitis dalam hidupnya, yakni jumlah penderita
appendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan angka kejadian apendisitis
meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang. Data Depkes 2008 didapatkan
bahwa insidens apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus
kegawatan abdomen lainya.
2. Tujuan: Menganalisis pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien
post operasi apendektomi.
3. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental: one group
pretest-postest. Subjek penelitian ini adalah BBLR sesuai kriteria. Teknik sampling
yang digunakan adalah consecutive sampling yang melibatkan 8 orang tanpa kelompok
kontro. Analisis data yang digunakan adalah dependent ttest dengan tingkat signifikansi
95% (α = 0,05).
4. Hasil : Hasil penelitian ini yang menggunakan analisa dependent-t test didapatkan hasil
p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri
sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini
5. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendektomi. Mobilisasi dini ini
diharapkan dapat diterapkan sebagai salah satu metode dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan post operasi apendektomi.
B. Analisis PICO
P (Problem) : Penelitian ini dilakukan pada pasien post operasi apendektomi sebanyak 8
orang.
I (Intervention) : Mobilisasi dini dilakukan 1x24 jam selama ± 45 menit, dalam 6-8 jam
pertama post operasi apendektomi yang terdiri dari dua langkah yakni langkah pertama
menggerakkan ekstremitas klien dengan menekuk dan meluruskannya, masing-masing

46
diulang 3 kali, setiap pengulangan 8 kali hitungan, kemudian langkah kedua melakukan
miring kanan dan miring kiri, masing-masing selama 15 menit.
C (Comparison) : Pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post
operasi appendiktomi. Variabel bebasnya adalah mobilisasi dini. Variabel terikatnya adalah
perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendiktomi.
O (Outcome) :
a. Hasil penelitian menunjukan klien dengan post operasi apendektomi sebelum dilakukan
mobilisasi dini ini menununjukkan bahwa klien post operasi apendektomi masih
merasakan nyeri yang berat meskipun diberikan terapi farmakologis. Oleh karena itu
diperlukan terapi nonfarmakologis yang digunakan untuk mendampingi terapi
farmakologis, sehingga dapat membantu untuk mengurangi nyeri.
b. Hasil penelitian menunjukan penurunan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi juga
dipengaruhi karena mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa
nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah
operasi, mengurangi aktivasi mediator kimiawi seperti histamin, bradikinin,
prostaglandin, asetilkolin, substansi P, leukotrien, dan kalium pada proses peradangan
yang meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju
saraf pusat. Pergerakan fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur dengan menggerakkan
tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam
keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke
kiri atau ke kana
c. Hasil penelitian didapatkan hasil uji bivariat dependent t-test atau paired t-test dengan
p value = 0,000 yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara skala nyeri sebelum
dilakukan mobilisasi dini dengan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi dini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, nilai skala nyeri responden setelah dilakukan
mobilisasi dini didapatkan hasil bahwa 100% responden mengalami penurunan nilai
skala nyeri dan hasil rerata penurunan skala nyeri klien sebelum dan setelah dilakukan
mobilisasi dini adalah dari rerata 7,75 yang termasuk kategori skala nyeri berat menjadi
5,62 yang termasuk kategori skala nyeri sedang

47
No Elemen Kritik Riset Ulasan Kritik Riset
1. Dimensi substansi dan teori
Tingkat kepentingan Masalah yang diteliti dalam jurnal ini sangat penting
masalah dan menarik karena meneliti tentang Pengaruh
mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien
post operasi appendiktomi. Klien bersedia menjadi
responden penelitian.
Kepentingan untuk perawat, penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu referensi dengan teknik
mobilisasi dini yang mampu menurunkan tingkat nyeri
pada klien post operasi appendiktomi.
Kekuatan konsep Konsep yang ada pada jurnal sudah cukup kuat yaitu
dengan menjelaskan teori yang mendasari penelitian
yang mengacu pada penggunaan teknik mobilisasi dini
yang mampu menurunkan tingkat nyeri pada klien post
operasi appendiktomi.
Pertanyaan memahami Pertanyaan memahami fenomena sudah baik yaitu
fenomena untuk mengevaluasi pengaruh mobilisasi dini terhadap
perubahan tingkat nyeri klien post operasi
appendiktomi sehingga dapat mengevaluasi juga hasil
intervensi tindakan yang dilakukan.
2. Dimensi metodologi
Desain Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental
dengan desain penelitian pre eksperimen dengan
menggunakan metode one group pretest posttest.
Desain ini tidak memiliki kelompok pembanding
(kontrol), tetapi setidaknya telah dilakukan observasi
pertama (pretest) yang memungkinkan menguji
perubahan yang terjadi setelah dilakukan eksperimen
meskipun tidak ada jaminan bahwa perubahan yang
terjadi pada variabel dependen karena intervensi atau
perlakuan.

48
Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik consecutive sampling. Sampel diambil sebanyak
8 responden.
Metode Penelitian ini dilakukan di Ruang Bedah Mawar
Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
lembar observasi Numeric Rating Scale (NRS).
Mobilisasi dini dilakukan 1x24 jam selama ± 45 menit,
dalam 6-8 jam pertama post operasi apendektomi yang
terdiri dari dua langkah yakni langkah pertama
menggerakkan ekstremitas klien dengan menekuk dan
meluruskannya, masing-masing diulang 3 kali, setiap
pengulangan 8 kali hitungan, kemudian langkah kedua
melakukan miring kanan dan miring kiri, masing-
masing selama 15 menit.
Analisis statistik Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan
analisis inferensial. Analisis deskriptif untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
responden. Analisis inferensial menggunakan uji
statistik paramaterik dependent-t test.
Instrumen Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan lembar observasi Numeric Rating Scale
(NRS).
3. Dimensi Etik
Subjek penelitian Subjek pada penelitian ini yaitu klien post operasi
apendektomi.
Dilema etik Sebelum melakukan penelitian ini peneliti tidak
menyatakan telah memberikan informed consent pada
keluarga atau pasien sebelum diberikan perlakuan

Pencegahan pelanggaran Dalam penelitian ini tidak terjadi adanya pelanggaran


etik etik selama proses penelitian.
4. Dimensi Interpretasi

49
Pembahasan Dalam pembahasan cukup mendalam karena disertai
teori yang mendukung hasil penelitian dan terdapat
perbandingan dengan hasil penelitian lain.
Simpulan Kesimpulan dari hasil penelitian adalah terdapat
pengaruh dari teknik mobilisasi dini terhadap
perubahan tingkat nyeri klien post operasi
apendektomi. Hasil ini menunjukkan bahwa mobilisasi
dini dapat diberikan untuk menurunkan skala nyeri
klien pada klien post operasi apendektomi.

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis jurnal penelitan diatas dapat dibahas mengenai kekuatan,
kelemahan dan kemungkinan penerapannya di RSUD Wonosari terkait dengan terapi non
farmakologis dengan mengobservasi mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien
post operasi apendektomi, sehingga dapat diketahui hasil dari tindakan yang dilakukan.
1. Kekuatan
a. Instrumen pada penelitian ini yang digunakan berupa lembar observasi Numeric
Rating Scale (NRS).
b. Hasil penelitian dalam jurnal diterangkan serta dijabarkan satu per satu secara
mendetail dan disertai dengan tabel sehingga hasilnya lebih akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Hasil penelitian cukup bagus sehingga dapat memberikan kontribusi pada kalangan
kesehatan khususnya perawat untuk lebih melakukan pengembangan pengetahuan pada
penggunaan teknik mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi
apendektomi,
3. Kelemahan
Pada penelitian ini tidak terdapat kelemahan pada hasil, pembahasan dan kesimpulan
dijelaskan secara rinci, akan tetapi pada rencana peneliti tidak menjelaskan tentang
pemberian informed consent.
4. Kemungkinan dan Strategi Penerapannya di RSUD Wonosari
Hasil penelitian ini bisa diterapkan di RSUD Wonosari dengan menggunakan
teknik mobilisasi dini yang dapat menurunkan tingkat nyeri pada klien post operasi

50
apendektomi. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan
memberikan salah satu intervensi yaitu untuk mengurangi nyeri non farmakologis.

51
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Pristahayuningtyas, C.Y., Murtaqib, M., Siswoyo, S. 2016. Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap
Perubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Apendektomi di Rumah Sakit Baladhika
Husada Kabupaten Jember (The Effect of Early Mobilization on The Change of Pain
Level in Clients with Post Appendectomy Operation at Mawar S. Tersedia di:
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/2510. Diakses pada tanggal 30
November 2019.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC

52

Anda mungkin juga menyukai