Disusun Kelompok 3
1. Maskuri
2. Viviyani
3. Windari Pancawati
Penulis
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKSITIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi/Pengertian
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk,
2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen
oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid,. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks
dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, danEnterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur
yang terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi (Chang, 2010)
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid
pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul, 2009).
3. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan
akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di
daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
4. Pathway
5. Manifestasi Klinik
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan lepas dijumpai.
c. Terdapat konstipasi atau diare.
d. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
e. Adanya demam sebagai tanda inflamasi.
f. Hilangnya nafsu makan karena mual
g. Rasa berputar di kepala
h. Adanya pembengkakan pada perut
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP).
Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan
bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks,
sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang
dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi
serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka
sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan apendisitis
dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita
Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama
adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi
perforasi maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik.
Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik
dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Kaji ulang pembatasan - Memberikan informasi pada pasien untuk
tentang kondisi diharapkan pengetahuan bertambah aktivitas pascaoperasi merencanakan kembali rutinitas biasa
prognosis dan dengan kriteria hasil : tanpa menimbulkan masalah.
kebutuhan pengobatan - menyatakan pemahaman proses - Anjuran menggunakan - Membantu kembali ke fungsi usus semula
b.d kurang informasi. penyakit dan pengobatan laksatif/pelembek feses ringan mencegah ngejan saat defekasi
- berpartisipasi dalam program bila perlu dan hindari enema
pengobatan - Diskusikan perawatan insisi, - Pemahaman meningkatkan kerja sama
termasuk mengamati balutan, dengan terapi, meningkatkan
pembatasan mandi, dan penyembuhan
kembali ke dokter untuk
mengangkat jahitan/pengikat
- Identifikasi gejala yang - Upaya intervensi menurunkan resiko
memerlukan evaluasi medic, komplikasi lambatnya penyembuhan
contoh peningkatan nyeri peritonitis.
edema/eritema luka, adanya
drainase, demam
BAB II
A. Identifikasi
1. Identitas Pasien
Nama : NN. I L/P
Tempat/Tanggal Lahir : Wonosari, 05 April 2001
Golongan Darah : O
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Siswi
Alamat : Jati 01/02 Sidoharjo Tepus Wonosari
Diagnosa Medik :
3. Genogram
16
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
X : Meninggal
B. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan saat ini
a. Keluhan utama:
Pasien menggatakan merasa nyeri di bagian perut kanan bawah.
b. Faktor Pencetus:
Pasien menggatakan merasa nyeri saat melakukan aktivitas seperti hendak
miring kiri atau miring kanan atau berbaring
c. Lamanya keluhan: Pasien mengatakan lama nyeri sekitar 5-10 menit
d. Timbulnya keluhan: ( ) Bertahap ( - ) Mendadak
e. Faktor yang memperberat: pasien menggatakan saat bergerak
2. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):
17
Pasien mengatakan sejak 1 tahun yang lalu mengalami tipes dan pernah
dirawat inap di rumah sakit.
b. Kecelakaan:
Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan sejak 2 tahun yang lalu dan
hanya mengalami luka lecet saja.
3. Peran perawat
a. Penyakit : Pasien mengatakan hanya mengalami mag dan
asam lambung
b. Waktu : Tidak terkaji
c. Riwayat operasi : Pasien mengatakan tidak ada riwayat operasi
sebelumnya
18
Kebiasaan olahraga, jenis: tidak ada. frekuensi: tidak ada
No Obat/jamu yang biasa Dosis Keterangan
dikonsumsi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
b. Tanda (Obyektif)
1) Suhu tubuh: 36,7oC
Diaphoresis: Tidak ada
2) Berat badan: 49 Kg, tinggi badan: 152cm
Turgor kulit: elastis. Tonus otot: (+2 yaitu normal)
3) Edema: Tidak ada
Lokasi dan karakteristik: tidak ada
4) Asites: Tidak ada
Jelaskan: tidak ada penumpukan cairan
5) Integritas kulit perut: terdapat luka operasi di bagian perut kanan bawah
perut. Tidak ada benjolan, tidak ada jaringan parut.
Lingkar abdomen: tidak terkaji
6) Distensi vena jugularis: Tidak ada
7) Hernia/massa: Tidak ada
19
8) Bau mulut/halitosis: Tidak ada, pasien tampak selalu menggosok giginya
walaupun dibantu oleh ibunya.
9) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah: tampak bersih dan tidak
berbau.
b. Tanda (Objektif)
1) Pernapasan: Frekuensi 21x/menit,
Simetris: ya, tidak ada benjolan, tidak ada luka
2) Penggunaaan alat bantu nafas: tidak ada
Nafas cuping hidung: tidak ada
3) Batuk: tidak ada , Sputum (karakter sputum): tidak ada
4) Fremitus: normal (terdengar intensitas dan kulitas yang sama antara kanan
dan kiri.
5) Egofoni: normal (suara terdengar bergema)
6) Sianosis: tidak ada
20
b. Tanda (Objektif)
1) Respon terhadap aktivitas yang teramati : aktivitasnya menurun karena
takut nyeri.
2) Status mental (misalnya menarik diri, eltargi): tidak ada perubahan status
mental
3) Penampilan umum
a) Tampak lemah: ( - ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan: hanya sakit pada bekas
operasi
b) Kerapian berpakaian: terlihat rapi
4) Pengkajian neuromoskular
Masa/Tonus: tidak ada masalah
Kekuatan otot: ektremitas atas kiri dan kanan 5┼5, ektremitas bawah kiri
dan kanan 4┼5
Rentang gerak: dibatasi karena ada luka operasi di perut kanan bawah
Deformasi: tidak ada masalah
5) Bau badan: tidak ada masalah,
Bau mulut: tidak ada masalah
Kondisi kulit kepala: tidak ada masalah.
Kebersihan kuku: tidak ada masalah
5. Istirahat
a. Gejalah (Subjektif)
1) Kebiasaan tidur: pasien mengatakan tidurnya pulas, walaupun kadang
terbanggun karena nyeri timbul.
Lama tidur: 6-7 jam
2) Masalah berhubungan dengan tidur
a) Insomnia: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
b) Kurang puas/seger setelah bangun tidur: ( - ) Tidak ada ( ) Ada,
c) Lain-lain, sebutkan: tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu: ( - ) Tidak ada ( ) Ada,
Jelaskan: tidak ada masalah.
2) Mata merah: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Sering menguap: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
4) Sering menguap: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
5) Kurang konsentrasi: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
6. Sirkulasi
a. Gejalah (Subjektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
2) Riwayat edema kaki: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Flebitis: tidak ada
4) Rasa kesemutan: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
5) Palpitasi: ( - ) Tidak ada maslah ( ) Ada
21
b. Tanda (Objektif)
1) Tekanan darah: 130/80mmHg
2) Mean arteri/Tekanan nadi: 90x/menit
3) Nadi/Pulsasi:
a) Karotis: teraba
b) Femoralis: teraba
c) Popliteal:.teraba
d) Jugularis: teraba
e) Radialis: teraba
f) Dorsal pedis: teraba
g) Bunyi jantung: S1 S2 reguler
Irama: teratur
4) Ekstermitas, suhu: 36,7 oC Warna: tidak pucat
5) Tanda homan: tidak ada masalah
6) Pengisian kapiler: tidak ada masalah
Varises: tidak ada, Phlebitis: ptidak ada masalah
7) Warna: membran mukosa: merah muda bibir: tidak ada masalah
8) Konjungtiva: an anemis
Sklera: tidak ada masalah
Punggung kuku: tidak ada masalah
7. Eliminasi
a. Gejalah (Subjektif)
1) Pola BAB: Frekuensi: 1x/ hari, Konsistensi: lunak
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu, misal:
terpasang kolostomi/ileostomy): tidak ada masalah
3) Kesulitan BAB konstipasi: tidak ada masalah.
Diare: tidak ada masalah
4) Penggunaa laksatif: ( -) Tidak ada ( ) Ada
5) Waktu BAB terakhir: hari selasa (1 hari yang lalu)
6) Riwayat perdarahan: tidak ada masalah
Hemoroid: tidak ada masalah.
7) Riwayat inkontinensia: tidak ada masalah
8) Penggunaan alat-alat: misalnya pemasangan kateter: tidak ada
9) Riwayat penggunaan deuretik: tidak ada masalah
10) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK: tidak ada masalah
11) Kesulitan BAK: tidak ada masalah.
b. Tanda (Objektif)
1) Abdomen
a) Inspeksi: abdomen membucit ada/tidak, jelaskan: tampak agak
membuncit karena pasien gendut.
b) Auskultasi: bising usus: 30x/menit bunyi abnormal ( - ) tidak ada
22
c) Perkusi
(1) Bunyi tympani ( ) Tidak ada ( - ) Ada
Kembung ( - ) Tidak ada ( ) Ada
(2) Bunyi abnormal ( - ) Tidak ada ( ) Ada
Jelaskan: tidak ada masalah
1) Adanya nyeri
P = paliatif/propokatif (yang mengurangi/meningkatkan nyeri)
Saat bergerak
Q = qualitas/quantitas (frekuensi dan lamanya keluhan dirasakan serta
deskripsi sifat nyeri yang dirasakan :
Seperti tertusuk-tusuk
R = region/tempat (lokasi sumber & penyebarannya)
Di perut kanan bawah
S = severety/tingkat berat nyeri (skala nyer 1-10)
Skala nyeri 7
T = time (kapan keluhan dirasakan dan lamanya)
Hilang timbul sekita 5-10 menit
2) Rasa ingin pingsan/pusing ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Sakit kepala: lokasi nyeri tidak ada.
4) Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi): tidak ada masalah
5) Kejang: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
Jelaskan: tidak ada
Cara mengatasi: tidak ada
6) Mata: penurunan penglihatan ( - ) Tidak ada ( ) Ada
7) Pendengaran: penurunan pendengaran ( - ) Tidak ada ( ) Ada
8) Epitaksis: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
b. Tanda (Objektif)
1) Status mental
Kesadaran: (- ) composmentsi, ( ) apatis, ( ) somnolen, ( ) sopor, ( )
koma
2) Skala koma glaslow (GCS): respon membuka mata (E) 4
Respon motorik (M) 6 respon verbal (V) 5
23
Persepsi sensori: ilusi: tidak ada masalah, Halusinasi: tidak ada masalah
Delusi: tidak ada masalah, Afek: tidak ada masalah
..
3) Memori: saat ini : tidak ada masalah
Masa lalu: tidak ada masalah
4) Alat bantu penglihatan/pendengaran ( -) Tidak ada ( ) Ada
5) Reaksi pupil terhadap cahaya: Ka/Ki
Ukuran pupil: mengecil jika ada cahaya
6) Facial drop: tidak ada, postur: tidak ada masalah
Reflek: tidak ada masalah
7) Penampilan umum tampak kesakitan: ( ) Tidak ada (-) Ada, menjaga
area sakit, respon emocional: ada ( wajah tampak meringis, penyempitan
fokus: ada.
9. Keamanan
a. Gejalah (Subjek)
1) Alergi
Obat-obatan: tidak ada alergi obat-obatan
Makanan: tidak ada alergi makanan
2) Faktor lingkungan
Riwayat hubungan seksual: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
3) Riwayat tranfusi darah riwayat adanya reaksi tranfusi (tidak ada)
4) Kerusakan penglihatan, pendengaran: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, sebutkan
Riwayat cidera: ( ) Tidak ada ( - ) Ada, sebutkan kecelakaan kendaraan
5) Riwayat kejang ( - ) Tidak ada ( ) Ada, sebutkan
b. Tanda (Objek)
1) Suhu tubuh: 36,7oC
2) Integritas jaringan: luka operasi
3) Jaringan parut ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Kemerahan pucat ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan bekas operasi
5) Adanya luka: Luas 8cm kedalaman:
Drainase prulen: tidak ada
Peningkatan nyeri pada luka : saat bergerak
6) Ekimosis/tanda perdarahan lain: tidak ada
7) Faktor resiko: terpasang alat invasive ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
8) Gangguan keseimbangan ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan belum bisa
berjalan, karena kaki kanan belum bisa di tekuk
9) Kekuatan umum: melemah, Tonus otot: terdapat kelemahan otot di
ekstemitas kanan bawah
Parese atau paraisa: tidak ada masalah
24
10. Seksual dan reproduksi
a. Gejalah (Subjek)
1) Pemahaman terhadap fungsi seksual
Tidak terkaji
2) Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi (fertilitas, libido,
ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi, atau kondisi
sakit)
3) Permasalahan selama aktivitas seksual ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Pengkajian pada laki-laki: raba pada penis: tidak terkaji
Gangguan prostat: tidak ada masalah
5) Pengkajian pada perempuan
a) Riwayat menstruasi (keturunan, keluhan): -
b) Riwayat kehamilan:-
c) Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear:-
b. Tanda (Objek)
1) Pemeriksaan payudara/penis/testis: tidak terkaji
2) Kutil genital, lesi: tidak ada masalah
b. Tanda (Objek)
1) Status emosional: ( ) Tenang, ( - ) gelisah, ( ) marah, (- ) takut, ( )
mudah tersinggung
25
Respon fisiologis yang terobservasi: Pasien tampak meringis menahan
nyeri, pasien tampak gelisah, pasien tak waspada terhadap gerakan.
2) Perubahan tanda vital: TTV
TD: 130/80 mmHg RR: 20x/menit
N: 90x/ menit S: 36,70c
12. Interaksi sosial
a. Gejalah (Subjek)
1) Orang terdekat & lebih berpengaruh: anggota keluarga
2) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah: pasien
mengatakan selalu meminta bantu kepada anggota keluarga.
3) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua, saudara,
pasangan ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan, klien lain: ( - ) Tidak
ada ( ) Ada, jelaskan
b. Tanda (Objek)
1) Kemampuan berbicara: ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan
2) Pola bicara tidak biasa/kerusakan: tidak ada masalah
3) Penggunaan alat bantu bicara: tidak ada
4) Adanya jaringan laringaktomi/trakeostomi: tidak ada
5) Komunikasi non verbal/verbal dengan keluarga/orang lain: tidak ada
masalah
6) Perilaku menarik diri: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
b. Tanda (Objek)
1) Perubahan perilaku
Menolak pengobatan (-) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
Berhenti menjalankan aktivitas agama: ( ) Tidak ada ( - ) Ada,
jelaskan: Jika nyerinya tak kunjung hilang.
Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan ( - ) Tidak ada
( ) Ada, jelaskan
26
D. Data Penunjang
1. Laboratorium
Eritrosit 5,60 meningkat ( 4,50-5,50)
Eosonafil 12 meningkat (2-4%)
Kalium 2,40 menurun (3,5-5,10)
2. Radiologi
Toraxs PA dewasa (pulmo cor normal)
3. EKG
Tidak ada
4. USG
Lingkar abdomen: ren dex & sin, echostruhtur normal, callices tak melebar, tak
tampak batu
Vesika urinaria: dinding fak melebar tak tampak batu
5. CT Scan
Tidak ada
6. Pemeriksaan lain
Tidak ada pemeriksaan lain
7. Obat-obatan
Tanggal Jam Jenis Obat Waktu Cara
Pemberian
02-12-2109 06.00 dan 18.00 ceftriaxon 2x1 (1 gr) iv
06.00 dan 18.00 ketorolac 2x1 (30 Iv
mg)
8 jam Infuse rl 20 tpm iv
8. Diit
Tidak ada diet yang di jalankan pasien
27
E. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1. Ds pasien mengatakan nyeri Nyeri Akut Agen Cedera Fisik
dibagian kanan bawah bekas (Post Pembedahan)
operasi
P: saat bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut bagian kanan bawah
S:7
T: hilang timbul
Do
- Pasien tampak
melindungi nyeri
- Pasien tampak meringis
- TTV
TD: 130/80 mmHg
S:36,7oc
N: 90x/menit
RR: 20x/menit
Do
- pasien masih berbaring
ditempat tidur
- pasien tampak kesulitan
membolak balik posisi
- gerakan pasien tampak
lambat
- ttv
Td 130/80 mmHg
S. 36,7oc
N. 90x/menit
RR. 21x/menit
28
Do.
- pasien tampak khawatir
- pasien tampak ragu
- pasien tampak waspada
terhadap gerak
- wajah pasien tampak
tegang
29
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (post pembedahan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal
G. Perencanaan
30
penggunaan obat - Ajarkan tehnik non - Untuk membantu
nyeri dari 1-5 farmakologi relaksasi (terapi mengurangi rasa
- Menajemen nyeri musik dan pijatan lembut ). nyeri.
sesuai dengan - Libatkan keluarga dalam - Dapat mengalihkan
keyakinan budaya modalitas penurun nyeri (ajak pasien agar tidak
dari 1-5 ngobrol) fokus pada rasa nyeri.
C:
- Kolaborasi dengan tim - Untuk menghilangan
kesehataan lainnya untuk nyeri
pemberian obat anti nyeri.
2 Gangguan Senin 02- Setelah dilakukan Peningkatan mekanika tubuh
mobilitas fisik 12-2019 tindakan keperawatan O:
b/d nyeri 15:00 selama 3x24 jam - Kaji komitmen pasien untuk - Untuk mengetahui
diharapkan hamabatan belajar dan menggunakan postur tubuh yang
mobilitas fisik pada postur tubuh yang benar benar .
pasien dapat teratasi - Kaji pemahaman pasien
dengan kriteria hasil mekanika tubuh dan latihan - Untuk mengetahui
sebagai berikut : (mis:mendemonstrasikan keluhan pasien.
Kemampuan berpindah kembali tehnik latihan )
- Berpindah dari satu N:
permukaan ke - Menginstruksikan untuk - Menghindari posisi
permukaan lain menghindari tidur dengan yang tidak nyaman
sambil berbaring dari posisi telungkup.
1-5 - Instruksikan pasien untuk
- Berpindah dari tempat menggerakan kaki terlebih
tidur ke kursi dari 1-5 dahulu
E:
31
- Berpindah dari kursi - Edukasi pasien tentang
ke tempat tidur dari 1- pentingnya postur tubuh unutk
5 mencegah kelelahan
- Berpindah dari kursi ketegangan atau injuri.
roda ke toilet dari 1-5 - Edukasi pasien dan keluarga
- Berpindah dari toilet tentang frekuensi dan jumlah
ke kursi roda dari 1-5 pengulangan dari setiap latihan
C:
- Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan untuk pemberian
tehnik latihan ROM
32
- Kesulitan - Dorong keluarga untuk
berkonsentrasi dari 1 - mendampingi klien
5 - Berikan informasi faktual
- Rasa cemas di berikut diagnosis perawatan
sampaikan secara dan prognosis
lisan dari 1-5
C:
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya untuk
mengurangi kecemasan
menggunakan teknik non
farmakologi misalnya teknik
relaksasi.
33
17.25 3. Memberikan informasi S: Pasien mengatakan nyeri saat memiring
mengenai nyeri, seperti ke kiri ataupun kekanan
penyebab nyeri berapa nyeri O: Pasien tampak berbaring terlentang
akan dirasakan dan antisipasi
dari ketidaknyamanan akibat
prosedur
2. Gangguan Senin 02-12- 1. Mengkaji komitmen pasien S: pasien mengatakan belum bisa duduk
Mobilitas fisik 2019 untuk belajar dan karena nyeri
b/d Nyeri 18.15 menggunakan postur tubuh O: pasien tampak berbaring terlentang
yang benar terpasang infuse RL 20 tpm
34
2. Mengkaji pemahaman pasien S:pasien mengatakan paham dengan
mekanika tubuh dan latihan instruksi yang diberikan
(mis : mendemonstrasikan O: pasien tampak mengingat
18.27 kembali tehnik latihan )
35
3. Ansietas b/d Senin 02-12- 1. Mengidentifikasi pada saat terjadi S: pasien mengatakan merasakan cemas dan
hubungan 2019 perubahan tingkat kecemasan takut dengan bekas operasinya
interpersonal Jam O: pasien tampak gelisah
19. 00
19.15 2. Mengkaji tanda verbal dan non S:pasien mengatakan jahitannya masih basah
verbal kecemasan O:wajah pasien tampak kosong
36
1. Nyeri akut b/d Selasa 03-12- 1. Melakukan pengkajian nyeri S:pasien mengatakan nyeri post kanan
agens cidera 2019 komprehensif yang meliputi bawah bekas operasi
fisik 08.30 lokasi, karakteristik, durasi, O: pasien tampak nyeri denagn skala 4
frekuensi, beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
37
2. Gangguan Selasa 03-12- 1. Mengkaji komitmen pasien S: pasien mengatakan sudah bisa duduk
Mobilitas fisik 2019 untuk belajar dan menggunakan O: pasien tampak duduk
b/d Nyeri 09.40 postur tubuh yang benar
38
S: pasien mengatakan tehnik ROM yang
7. Mengkolaborasi dengan tenaga diajarkan oleh perawat
kesehatan untuk pemberian O: latihan rom diberikan
tehnik latihan ROM
3. Ansietas b/d Selasa 03-12- 1. Mengidentifikasi pada saat terjadi S: pasien mengatakan kecemasan berkuramg
hubungan 2019 perubahan tingkat kecemasan O:pasien tampak sedikit tenang
interpersonal Jam
22.00 2. Mengkaji tanda verbal dan non S: pasien mengatakan jahitan lukanya sudah
verbal kecemasan mulai mengering
O:wajah pasien tampak rileks
39
mengurangi kecemasan O: pasien tampak melakukan gerakan ROM
menggunakan teknik non
farmakologi misalnya teknik
relaksasi
1. Nyeri akut b/d Rabu 04-12- 1. Melakukan pengkajian nyeri S: pasien mengatakan nyerinya susdah
agens cidera 19 komprehensif yang meliputi berkurang P: Saat bergerak/berbaring Q:
fisik 06.00 lokasi, karakteristik, durasi, tertusuk-tusuk R: di perut bagian kanan
frekuensi, beratnya nyeri dan bawah S: skala nyeri 2 T: 11-20 detik
faktor pencetus. (hilang timbul)
O: pasien tampak kooperatif, pasien tampak
rileks
40
07.10 2. Mengedukasi pasien dan keluarga S: pasien mengatakan memahami instruksi
tentang frekuensi dan jumlah yang diberikan dan jumlah pengulangan
pengulangan dari setiap latihan 1-2 kali sehari
O: pasien tampak melakukan
3. Ansietas b/d Rabu 04-12- 1. Memberikan aktivitas penggantin S: pasien mengatakan selalu diajak ngobrol
hubungan 19 yang bertujuan untuk mengurangi oleh ibunya
interpersonal 07.47 tekanan yaitu mengobrol dengan O: pasien tampak mengobrol dengan ibunya
ibunya
41
J. Catatan Perkembangan (Evaluasi)
No Diagnosa Waktu Respon perkembangan (SOAP) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
1. Nyeri Akut Senin 02 S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri di bagian perut bawah
behubungan Desember 2019, kanan akibat jahitan operasi
dengan Agen Jam 21.00 P: Saat bergerak
Pencedera Fisik Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: dibagian perut bawah kanan
S: Skala nyeri 5
T: 5-6 menit hilang timbul
42
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
3. Ansietas Senin 02 S: pasien mengatakan merasa cemas dan takut terhadap lukanya
berhubungan Desember 2019,
dengan hubungan Jam 21.40 O: - pasien tampak tegang
interpersonal - Pasien terlihat berkeringat
- Pasien tampak gelisah
P: Lanjutkan intervensi 1, 4, 6
2. Gangguan Selasa, 03 S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa bergerak seperti miring
mobilitas fisik Desember 2019, kiri dan miring kanan
berhubungan Jam 23.00
dengan nyeri O: - pasien tampak bisa bergerak
- Pasien tampak rileks
- Gerakan pasien mulai lancar
43
A: Masalah teratasi sebagian
44
- Nadi: 80 x/menit
- RR: 19 x/menit
- Suhu: 36,5 oC
A: Maslaah teratasi
P: Hentikan intervensi
2. Gangguan Rabu 04-12-19, S: Pasien mengatakan sudah bisa berjalan, duduk, dan berdiri Irene
mobilitas fisik Jam 09.30 serta sudah bisa menekuk kaki kanannya
berhubungan
dengan nyeri O: - Pasien tampak berpindah dari tempat tidur ke kursi
- Pasien tampak berjalan ke kamar mandi
- Pasien tampak duduk tenang di tempat tidur
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
3. Ansietas Rabu 04-12-19 S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa cemas dan takut lagi Irene
berhubungan , Jam 09.45 O: - pasien tampak tenang
dengan hubungan - Pasien tampak rileks
interpersonal - Pasien tampak kooperatif
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 80 x/menit
- RR: 19 x/menit
- Suhu: 36,5 oC
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
45
BAB II
ANALISIS JURNAL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Jurnal Penelitian
1. Latar Belakang:
Apendisitis adalah peradangan dari apendik vermiformis, dan merupakan
penyebab masalah abdomen yang paling sering. Insidens apendisitis di dunia tahun
2007 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia. Angka kejadian
apendisitis di negara maju lebih besar daripada di negara berkembang. Satu dari 15
orang pernah menderita apendisitis dalam hidupnya, yakni jumlah penderita
appendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan angka kejadian apendisitis
meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang. Data Depkes 2008 didapatkan
bahwa insidens apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus
kegawatan abdomen lainya.
2. Tujuan: Menganalisis pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien
post operasi apendektomi.
3. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental: one group
pretest-postest. Subjek penelitian ini adalah BBLR sesuai kriteria. Teknik sampling
yang digunakan adalah consecutive sampling yang melibatkan 8 orang tanpa kelompok
kontro. Analisis data yang digunakan adalah dependent ttest dengan tingkat signifikansi
95% (α = 0,05).
4. Hasil : Hasil penelitian ini yang menggunakan analisa dependent-t test didapatkan hasil
p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri
sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini
5. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendektomi. Mobilisasi dini ini
diharapkan dapat diterapkan sebagai salah satu metode dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan post operasi apendektomi.
B. Analisis PICO
P (Problem) : Penelitian ini dilakukan pada pasien post operasi apendektomi sebanyak 8
orang.
I (Intervention) : Mobilisasi dini dilakukan 1x24 jam selama ± 45 menit, dalam 6-8 jam
pertama post operasi apendektomi yang terdiri dari dua langkah yakni langkah pertama
menggerakkan ekstremitas klien dengan menekuk dan meluruskannya, masing-masing
46
diulang 3 kali, setiap pengulangan 8 kali hitungan, kemudian langkah kedua melakukan
miring kanan dan miring kiri, masing-masing selama 15 menit.
C (Comparison) : Pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post
operasi appendiktomi. Variabel bebasnya adalah mobilisasi dini. Variabel terikatnya adalah
perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendiktomi.
O (Outcome) :
a. Hasil penelitian menunjukan klien dengan post operasi apendektomi sebelum dilakukan
mobilisasi dini ini menununjukkan bahwa klien post operasi apendektomi masih
merasakan nyeri yang berat meskipun diberikan terapi farmakologis. Oleh karena itu
diperlukan terapi nonfarmakologis yang digunakan untuk mendampingi terapi
farmakologis, sehingga dapat membantu untuk mengurangi nyeri.
b. Hasil penelitian menunjukan penurunan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi juga
dipengaruhi karena mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa
nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah
operasi, mengurangi aktivasi mediator kimiawi seperti histamin, bradikinin,
prostaglandin, asetilkolin, substansi P, leukotrien, dan kalium pada proses peradangan
yang meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju
saraf pusat. Pergerakan fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur dengan menggerakkan
tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam
keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke
kiri atau ke kana
c. Hasil penelitian didapatkan hasil uji bivariat dependent t-test atau paired t-test dengan
p value = 0,000 yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara skala nyeri sebelum
dilakukan mobilisasi dini dengan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi dini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, nilai skala nyeri responden setelah dilakukan
mobilisasi dini didapatkan hasil bahwa 100% responden mengalami penurunan nilai
skala nyeri dan hasil rerata penurunan skala nyeri klien sebelum dan setelah dilakukan
mobilisasi dini adalah dari rerata 7,75 yang termasuk kategori skala nyeri berat menjadi
5,62 yang termasuk kategori skala nyeri sedang
47
No Elemen Kritik Riset Ulasan Kritik Riset
1. Dimensi substansi dan teori
Tingkat kepentingan Masalah yang diteliti dalam jurnal ini sangat penting
masalah dan menarik karena meneliti tentang Pengaruh
mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien
post operasi appendiktomi. Klien bersedia menjadi
responden penelitian.
Kepentingan untuk perawat, penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu referensi dengan teknik
mobilisasi dini yang mampu menurunkan tingkat nyeri
pada klien post operasi appendiktomi.
Kekuatan konsep Konsep yang ada pada jurnal sudah cukup kuat yaitu
dengan menjelaskan teori yang mendasari penelitian
yang mengacu pada penggunaan teknik mobilisasi dini
yang mampu menurunkan tingkat nyeri pada klien post
operasi appendiktomi.
Pertanyaan memahami Pertanyaan memahami fenomena sudah baik yaitu
fenomena untuk mengevaluasi pengaruh mobilisasi dini terhadap
perubahan tingkat nyeri klien post operasi
appendiktomi sehingga dapat mengevaluasi juga hasil
intervensi tindakan yang dilakukan.
2. Dimensi metodologi
Desain Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental
dengan desain penelitian pre eksperimen dengan
menggunakan metode one group pretest posttest.
Desain ini tidak memiliki kelompok pembanding
(kontrol), tetapi setidaknya telah dilakukan observasi
pertama (pretest) yang memungkinkan menguji
perubahan yang terjadi setelah dilakukan eksperimen
meskipun tidak ada jaminan bahwa perubahan yang
terjadi pada variabel dependen karena intervensi atau
perlakuan.
48
Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik consecutive sampling. Sampel diambil sebanyak
8 responden.
Metode Penelitian ini dilakukan di Ruang Bedah Mawar
Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
lembar observasi Numeric Rating Scale (NRS).
Mobilisasi dini dilakukan 1x24 jam selama ± 45 menit,
dalam 6-8 jam pertama post operasi apendektomi yang
terdiri dari dua langkah yakni langkah pertama
menggerakkan ekstremitas klien dengan menekuk dan
meluruskannya, masing-masing diulang 3 kali, setiap
pengulangan 8 kali hitungan, kemudian langkah kedua
melakukan miring kanan dan miring kiri, masing-
masing selama 15 menit.
Analisis statistik Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan
analisis inferensial. Analisis deskriptif untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
responden. Analisis inferensial menggunakan uji
statistik paramaterik dependent-t test.
Instrumen Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan lembar observasi Numeric Rating Scale
(NRS).
3. Dimensi Etik
Subjek penelitian Subjek pada penelitian ini yaitu klien post operasi
apendektomi.
Dilema etik Sebelum melakukan penelitian ini peneliti tidak
menyatakan telah memberikan informed consent pada
keluarga atau pasien sebelum diberikan perlakuan
49
Pembahasan Dalam pembahasan cukup mendalam karena disertai
teori yang mendukung hasil penelitian dan terdapat
perbandingan dengan hasil penelitian lain.
Simpulan Kesimpulan dari hasil penelitian adalah terdapat
pengaruh dari teknik mobilisasi dini terhadap
perubahan tingkat nyeri klien post operasi
apendektomi. Hasil ini menunjukkan bahwa mobilisasi
dini dapat diberikan untuk menurunkan skala nyeri
klien pada klien post operasi apendektomi.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis jurnal penelitan diatas dapat dibahas mengenai kekuatan,
kelemahan dan kemungkinan penerapannya di RSUD Wonosari terkait dengan terapi non
farmakologis dengan mengobservasi mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien
post operasi apendektomi, sehingga dapat diketahui hasil dari tindakan yang dilakukan.
1. Kekuatan
a. Instrumen pada penelitian ini yang digunakan berupa lembar observasi Numeric
Rating Scale (NRS).
b. Hasil penelitian dalam jurnal diterangkan serta dijabarkan satu per satu secara
mendetail dan disertai dengan tabel sehingga hasilnya lebih akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Hasil penelitian cukup bagus sehingga dapat memberikan kontribusi pada kalangan
kesehatan khususnya perawat untuk lebih melakukan pengembangan pengetahuan pada
penggunaan teknik mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi
apendektomi,
3. Kelemahan
Pada penelitian ini tidak terdapat kelemahan pada hasil, pembahasan dan kesimpulan
dijelaskan secara rinci, akan tetapi pada rencana peneliti tidak menjelaskan tentang
pemberian informed consent.
4. Kemungkinan dan Strategi Penerapannya di RSUD Wonosari
Hasil penelitian ini bisa diterapkan di RSUD Wonosari dengan menggunakan
teknik mobilisasi dini yang dapat menurunkan tingkat nyeri pada klien post operasi
50
apendektomi. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan
memberikan salah satu intervensi yaitu untuk mengurangi nyeri non farmakologis.
51
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Pristahayuningtyas, C.Y., Murtaqib, M., Siswoyo, S. 2016. Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap
Perubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Apendektomi di Rumah Sakit Baladhika
Husada Kabupaten Jember (The Effect of Early Mobilization on The Change of Pain
Level in Clients with Post Appendectomy Operation at Mawar S. Tersedia di:
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/2510. Diakses pada tanggal 30
November 2019.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC
52