Anda di halaman 1dari 25

JOURNAL READING

“Factors Influencing Children’s Eating Behaviours”

Oleh:
Zenia Maulivia Fadila
H1A 015 070

Pembimbing:
dr. Rifa Atuzzaqiyah, M.Sc, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan petunjuk dari-Nya penyusunan tugas journal reading dengan judul “Factors
Influencing Children’s Eating Behaviours” dapat diselesaikandengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan journal reading ini adalah untuk memenuhi tugas
dalam proses kepanitraan klinik di bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain itu,
saya berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi profesi kedokteran, serta dapat
meningkatkan dan memperluas pemahaman mengenai demam enterik pada anak.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan
dan belum sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk perbaikan kedepannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
bantuan dan melimpahkan petunjuk-Nya kepada kita semua.

Mataram,10 Oktober 2019

Penulis
I. IDENTITAS JURNAL
Judul Jurnal : Factors Influencing Children’s Eating Behaviours
Penulis : Silvia Scaglioni, Valentina De Cosmi, Valentina Ciappolino,
Fabio Parazzini, Paolo Brambilla, dan Carlo Agostoni.
Tahun : 2018

II. ISI JURNAL


Abstrak: Faktor-faktor relevan membentuk prevensi makanan dan perilaku
makan pada beberapa anak telah diperiksa dan digarisbawahi topik tersebut dan
memberikan instrument praktis kepada dokter anak untuk memahami latar
belakang perilaku makan dan mengelola nutrisi anak-anak sebagai upaya
pencegahan. Sistem keluarga dalam kehidupan rumah tangga anak akan memiliki
peran aktif dalam membangun dan menunjukkan perilaku yang akan bertahan
sepanjang hidupnya. Pengalaman awal kehidupan dengan berbagai cita rasa dan
selera memiliki peran dalam menunjukkan makanan sehat di kehidupan
mendatang. Dalam analisis saat ini, kebiasaan makanan orang tua dan strategi
makan adalah faktor penentu yang paling dominan dari perilaku makan dan
pilihan makan pada anak. Orang tua seharusnya menjadi factor utama untuk
mengatur pilihan makanan yang baik dan juga sebagai contoh yang baik untuk
anak. Program pencegahan harus diberitahukan kepada orang tua, dengan
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan pendidikan.
Kata kunci: pengaruh orang tua, lingkungan obesogenic, makanan keluarga,
preferensi makanan anak, cita rasa.

1. Pendahuluan

Makanan berfungsi untuk menyediakan nutrisi dan memberi energi. Nutrisi


merupakan zat penting untuk kesehatan manusia, dan juga komponen lainnya yang
terdapat dalam makanan, dan hal lain yang menyangkut kesehatan sebaiknya juga
dipahami. Hubungan antara nutrisi, makanan, dan kebiasaan makan memiliki
implikasi yang penting, khususnya untuk prevensi dan proses perkembangan penyakit
kronik, seperti penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke), kanker,
penyakit respirasi kronik (seperti penyakit paru obstruksi kronis dan asma), dan
diabetes. Pemilihan makanan selanjutnya dapat merubah kehidupan secara
keseluruhan, dibawah pengaruh faktor biologis, sosial dan lingkungan. Prefensi
tersebut adalah kunci yang menentukan pilihan makanan, dan termasuk kualitas
makanan.

Mengikuti model ekologis pengembangan pilihan makanan, kita harus


mempertimbangkan teori perintis Urie Bronfenbrenner, karena memiliki potensi
untuk memengaruhi arah dan pengembangan baru dalam perawatan anak dan remaja.
Teori Sistem Ekologi tersebut menyatakan bahwa perilaku manusia tergantung pada
interaksi berbagai factor lingkungan dan karakteristik pribadi, seperti genetic, jenis
kelamin, dan usia.

Lingkungan anak dipengaruhi oleh keluarga dan teman sebaya, dimana


keduanya juga dipengaruhi oleh komunitas, media, dan penawaran makanan.
Keragaman dan kompleksitas lingkungan anak-anak selalu meningkat sepanjang
kehidupan. Anak-anak mencontoh perilaku makan, gaya hidup, perilaku makan, dan
kepuasan atau ketidakpuasan orang tua terhadap citra tubuh dirinya.

Kebiasaan diet dibentuk pada usia muda dan dipertahankan selama kehidupan
selanjutnya. Perilaku makanan yang mewah pada masa kanak-kanak, akan berdampak
seperti anak menjadi rewel dan variasi makanan yang buruk, atau responsive yang
tinggi terhadap keinginan makan dan peningkatan risiko obesitas. Meskipun perilaku
makan dan berat badan anak sulit untuk dimodifikasi secara langsung, praktik
pemberian makan orang tua berpotensi menjadi target yang baik dalam intervensi
untuk mencegah pola makan yang tidak sehat dan mengembangkan kelebihan berat
badan pada anak.

Dalam review ini, kami menggambarkan lingkungan keluarga dengan peran


dan strategi orang tua untuk meningkatkan perilaku makan anak-anak, melihat
pengalaman makan awal, dan pilihan makanan selanjutnya, menggambarkan
lingkungan obesogenic, khususnya pada input media, serta status sosial, ekonomi, dan
pendidikan. Pengetahuan tentang mekanisme yang mendasari kebiasaan makanan
mungkin bermanfaat bagi dokter anak untuk mendukung menciptakan praktik
makanan sehat di seluruh populasi anak-anak. Studi tentang perilaku anak-anak harus
dilihat sebagai titik awal untuk program pendidikan gizi yang ditargetkan dan efektif,
sementara pada saat yang sama menyarankan strategi penelitian lebih lanjut untuk
menjelaskan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku makan
anak-anak.
Metode- Strategi mencari Sumber

Basis data elektronik (PubMed, Medline, Embase, dan Google Cendekia) dicari untuk
menemukan dan menilai studi yang relevan. Kami melakukan pencarian untuk
mengidentifikasi artikel yang berpotensi menarik tentang faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku makan anak-anak. Artikel yang relevan yang diterbitkan dari 2011 hingga Januari
2018 diidentifikasi menggunakan kelompok kata kunci berikut, yaitu: (a) Perilaku makan
anak-anak dan praktik pemberian makan orang tua; (b) perilaku makan anak-anak dan
lingkungan makan keluarga; (c) lingkungan makan keluarga dan pilihan anak-anak; (d)
perilaku makan anak-anak dan makanan keluarga; (e) perilaku makan anak-anak dan
pengaruh orang tua; (f) perilaku makan anak-anak dan lingkungan obesogenik; (g)
pemodelan perilaku makan orang tua; (h) perilaku makan pada anak dan status sosial
ekonomi. Makan anak didefinisikan sebagai asupan makanan, pola diet, asupan makanan atau
minuman tertentu, pilihan makanan, preferensi makanan, gaya makan dan perilaku makan.
Perilaku pengasuhan termasuk perilaku makan tertentu (mis., menggunakan makanan sebagai
hadiah, pemodelan) dan perilaku mengasuh anak secara umum. Semua studi harus
memberikan ukuran status antropometrik.
Lingkungan Keluarga

Pentingnya lingkungan keluarga untuk perilaku kesehatan anak-anak dan remaja telah
dibuktikan, tetapi mekanisme yang mendasari pengaruh ini masih belum jelas. Studi
sebelumnnya telah mengindikasikan bahwa sistem keluarga yang baik dapat menjadi bagian
dari proses yang menetapkan dan menunjukan perilaku kesehatan yang baik dengan cara
sebagai role model, penyedia makanan sehat, dan terlibat untuk mendukung perilaku makan
yang sehat.

Keluarga dapat dianggap sebagai sebuah sistem, karena lebih dari satu orang. Salah satu
aspek yang mungkin relevan dari keluarga adalah “family health climate”, yang menjadi
persepsi dan kesadaran bersama mengenai gaya hidup sehat dalam keluarga. Hal tersebut
mencerminkan kehidupan individu sehari-hari dalam keluarga, evaluasi materi mengenai
kesehatan, dan harapan yang berhubungan dengan nilai khas perilaku sehar-hari, dan pola
interaksi dalam keluarga. Kerangka kerja konseptual ini merupakan konsep psikososial,
seperti fungsi keluarga, kohesi, konflik, komunikasi, status sosial ekonomi, sikap orang tua,
dan gaya hidup orang tua. Kemampuan anak-anak mengikuti sikap orang lain dan belajar
yaitu dengan cara mengamati khususnya pada orang tua dan pengasuh mereka dan juga jenis
gaya makanan.

Pengaruh Orang Tua secara Umum

Studi mengenai pengaruh pengasuhan pada anak telah bergantung pada empat tipe
orang tua. Awalnya Baumrind mengklasifikasikan gaya pengasuhan menjadi tiga, yaitu
otoriter, permisif, dan gaya pengasuhan yang otoriter. Pada tahun 1983, Baumrind, Maccobu,
dan Martin memperbarui gaya pengasuhan dan menambahkan yang keempat, yaitu tidak
terlibat atau mengabaikan.

Sifat orang tua yang otoriter, menuntut, dan responsif, dan ditandai dengan tingkat
kontrol dan kehangatan yang tinggi, merekalah yang memantau perilaku anak dan memiliki
standar tanpa menggunakan pendekatan intrusif atau restriktif. Orang tua yang otoriter,
menuntut dan mengarahkan dengan tingkat responsive yang rendah, namun menunjukan
tingkat kontrol yang tinggi, (seperti orang tua yang memerintah), namun menunjukan tingkat
kehangatan yang lebih rendah. Permissive parents yang cenderung tidak menuntut dan tidak
mewajibkan sesuatu hal namun menunjukkan tingkat responsive yang tinggi, mereka
cenderung bersikap lembut dan menghindari masalah. Orang tua yang mengabaikan tidak
pernah menuntut ataupun menanggapi anaknya.

Dengan konsep tersebut, anak-anak dengan pola asuh otoriter menunjukkan efikasi
diri, disiplin diri, dan emotional maturity dapat mempengaruhi perilaku makan mereka.
Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa gaya pengasuhan yang otoriter juga dikaitkan
dengan risiko obesitas lebih rendah. Selain itu, perilaku pemberian makan orang tua itu
sendiri dipengaruhi oleh banyak factor, termasuk teman sebaya. Prefensi makanan adalah hal
yang penting pada makanan anak-anak. Perilaku pemberian makan orang tua memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan prefensi makanan anak-anak. Orang tua
berperan penting dalam penetapan pola asupan anak, baik secara langsung maupun tidak
langsung, diadopsi dari kontrol terbuka dan tertutup. Kontrol terbuka mencangkup
pembatasan dan tekanan untuk makan, kontrol tertutup mencakup strategi seperti hanya
membeli makanan sehat untuk rumah dan menghindari toko dan restoran yang menjual
makanan yang tidak sehat. Anak-anak dapat mengetahui kontrol terbuka, tetapi tidak
mengenali kontrol tertutup. Birch et al membuktikan hasil eksperimen pertama bahwa orang
tua yang menghambat menerapkan pembatasan pengaturan makanan pada anak akan
meningkatkan asupan anak sebelum masuk sekolah terhadap pembatasan makanan dan
menjadi factor risiko terjadinya berat badan yang berlebih. Menahan untuk makan dikaitkan
dengan sifat penghindaran makanan yang lebih tinggi dan konsumsi makanan pokok yang
dikurangi. Rollins et al, menegaskan bahwa pembatasan pemberian makanan yang bersifat
kontraproduktif, dan pengaturan diri yang rendah pada anak-anak dan pada risiko untuk
obesitas menunjukkan kerentanan lebih besar pada efek negative pembatasan untuk makan.
Pada lingkungan penyebab obesitas saat ini, beberapa kontrol orang tua mungkin diperlukan
untuk mengatur asupan makanan anak-anak. Temuan ini memperkuat hipotesis bahwa gaya
pengasuhan yang otoriter, dimana orang tua mengontrol penuh anaknya, dapat mempengaruhi
pengembangan pengaturan diri anak-anak dan asupan makanan ringan yang enak untuk anak-
anak, meningkatkan kualitas makanan anak-anak, dan mengurangi risiko obesitas.

Pengaruh Ibu

Ibu sering bertanggung jawab untuk menentukan kuantitas makanan yang diberikan
kepada anak-anak mereka. Namun, faktor-faktor yang memengaruhi keputusan seorang ibu
tentang seberapa banyak yang diberikan kepada anak-anaknya, dan juga motivasi serta
tujuannya untuk memberi makan dan dikonsumsi tidak dipahami dengan baik. Menurut
temuan penelitian baru-baru ini, para ibu memiliki respon emosional dalam makanan anak-
anak mereka, dan ukuran porsi yang diberikan berbeda untuk anak-anak yang merupakan
pemakan "baik" dan pemakan "pilih-pilih". Beberapa faktor yang memengaruhi berpusat
pada anak (misalnya kesukaan dan ketidaksukaan anak dan makanan yang sebelumnya
dimakan pada hari itu) dan beberapa yang terkait dengan harapan dan kekhawatiran orang
dewasa, khususnya, kandungan nutrisi dan sisa makanannya. Para ibu tahu "jumlah yang
tepat" untuk memberikan anak mereka dan memiliki respon emosional dalam makanan anak-
anak mereka. Selanjutnya, Bouhlal et al. menunjukkan bahwa jenis kelamin anak dapat
memengaruhi pilihan makanan ibu, karena kandungan kalori makanan anak laki-laki lebih
tinggi daripada anak perempuan dan perbedaan kalori ekstra ini berasal dari kategori
makanan yang kurang sehat.

Bergmeier et al mempelajari hubungan antara yang dilaporkan dan mengamati


tekanan makan pada ibu ke anaknya dan factor-faktor yang mempengaruhi pengontrolan ibu.
Perbandingan antara tekanan makan pada ibu ke bayinya yang dilaporkan dan diamati,
menunjukkan bahwa beberapa ibu tidak memperhatikan sikapnya. Membatasi konsumsi
makanan tertentu dikaitkan dengan kekhawatiran tentang berat badan dan kecendeerungan
anak untuk bertambahnya berat badan. Seiring waktu orang tua dapat memperoleh
kepercayaan terhadap kemampuan anak mereka untuk mengetahui isyarat rasa kenyang atau
mereka dapat mengembangkan strategi lain, seperti menyimpan makanan untuk membatasi
makan pada anak. Beberapa studi pada anak usia pra-sekolah menunjukkan bahwa para ibu
mungkin secara sengaja mencontohkan makanan sehat sementara secara tidak sengaja
mencontohkan makan makanan ringan yang kurang sehat bagi anak-anak mereka.

Pengaruh Ayah

Ayah memiliki pengaruh besar terhadap gizi anak-anak kecil dan beberapa perbedaan dicatat
ketika dibandingkan dengan praktek ibu dalam pemberian makan. Ayah umumnya cenderung
memantau asupan makanan anak-anak dan membatasi akes ke makanan. Pengaruh pemberian
makan yang umum adalah menekan anak-anak untuk makan. Khandpur et al menunjukkan
bahwa mengontrol berlebihan pemberian makan pada anak akan mengabaikan kemandirian
anak. Sebaliknya, menuruti permintaan makanan anak juga tidak tepat, karena hal itu dapat
mengesampingkan kemampuan anak untuk makan sesuai isyarat rasa lapar dan rasa kenyang.
Kedua perilaku ini dapat menyebabkan makan berlebihan dan dapat menyebabkan
penambahan berat badan berlebih.

Guerrero et al. menyelidiki frekuensi yang melaporkan bahwa aktivitas makan ini
dikaitkan dengan konsumsi makanan cepat saji dan minuman dengan pemanis buatan pada
anak-anak. Selain itu, mereka menemukan bahwa ketika ayah makan pagi bersama anak-anak
mereka, konsumsi minuman manis berkurang. Meskipun peran mereka berkembang dalam
membesarkan anak, para ayah kurang terwakili dalam penelitian pemberian makan anak.
Studi yang tersedia memberikan bukti bahwa perilaku makan ayah berpotensi dimodifikasi
dan dapat menjadi komponen penting dari intervensi manajemen berat badan anak, baik
secara klinis maupun dalam pengaturan masyarakat.

Makanan Keluarga

Interaksi individu mempengaruhi lingkungan keluarga. Karakteristik fisik lingkungan


rumah termasuk aksesibilitas dan ketersediaan bahan makanan yang berbeda, sementara
makanan keluarga merupakan latar sosiokultural utama. Waktu makan menciptakan suasana
yang menentukan, dimana orang tua sering mengatur perilaku anak, memaksakan aturan dan
harapan, dan berinteraksi dengan anak-anak mereka. Karena alasan ini, makanan keluarga
dan interaksi sosial selama makan adalah peristiwa penting dalam kehidupan anak dan terkait
dengan status berat badan anak serta perkembangan pola makannya, hubungan antara
frekuensi makanan keluarga dan asupan gizi, asupan makanan, obesitas, makan yang
terganggu/ tidak teratur, dan efek psikososial ada di semua kelompok usia. Kualitas makanan
dipengaruhi oleh kebiasaan, seperti sarapan, makanan keluarga, dan konsumsi makanan cepat
saji. Baik kualitas makanan dan praktik makan berhubungan dengan karakteristik
sosiodemografi.
Remaja dan anak-anak yang jarang konsumsi makanan keluarga akan mengonsumsi
lebih banyak makanan yang tidak sehat. Memang, terdapat hubungan positif lebih besar
antara seringnya makan bersama keluarga dan konsumsi makanan sehat. Sebuah penelitian
terhadap anak-anak berusia 2-5 tahun di Inggris menemukan bahwa makan makanan yang
sama dengan orang tua mereka adalah prediktor terbaik untuk konsumsi sayuran anak usia
prasekolah. Dengan demikian, frekuensi asupan buah, sayur dan biji-bijian berhubungan
positif dengan ketersediaan sayuran, makanan keluarga, dan sarapan, dan berbanding terbalik
dengan makanan cepat saji. Minuman bersoda dan makanan ringan berhubungan positif
dengan makanan televisi dan makanan cepat saji, sedangkan minuman berserat berbanding
terbalik dengan frekuensi sarapan. Manfaat makanan keluarga mengikuti hingga masa remaja
dan dewasa muda. Berbagi sarapan dengan orang tua ketika seorang anak berusia 10 tahun
dikaitkan dengan probabilitas yang lebih tinggi bahwa anak akan lebih sering sarapan ketika
dia berusia 16 tahun. Dewasa muda yang makan makanan keluarga setiap hari selama masa
remaja, makan lebih banyak porsi buah dan sayuran setiap hari sebagai orang dewasa muda
daripada rekan-rekan yang tidak pernah makan bersama keluarga pada masa remaja.

Individu mungkin lebih cenderung makan berlebihan ketika menonton televisi dan
dapat mempelajari kebiasaan makanan yang tidak sehat dari iklan dan program. Anak-anak
yang menonton televisi selama dua atau lebih kali makan per hari mengkonsumsi lebih
sedikit porsi makanan sehat dan lebih banyak daging merah / olahan dan junk food daripada
anak-anak dari keluarga di mana televisi tidak pernah menyala selama waktu makan atau
hanya untuk satu kali makan per hari. Studi IDEFICS ("Identifikasi dan pencegahan dampak
kesehatan yang disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup pada Anak-anak dan Bayi")
adalah survei yang dilakukan di delapan negara Eropa pada 15.144 anak dari usia 2 hingga 9
tahun. Para peneliti menilai antropometri anak-anak dan memberikan kuesioner kepada orang
tua mengenai diet anak-anak mereka dan kebiasaan televisi. Sejumlah 1696 anak sekolah
menjalani pengujian sensorik lebih lanjut untuk preferensi rasa manis dan lemak dan
konsumsi makanan biasa yang tinggi lemak dan gula. Semua indikator televisi secara
signifikan terkait dengan peningkatan risiko kelebihan berat badan. Anak-anak sekolah
dengan paparan televisi lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi gula dan lemak tinggi
tanpa memiliki preferensi untuk makanan uji manis atau lemak, menunjukkan bahwa
konsumsi pasif dari produk ini dapat terjadi dalam kaitannya dengan televisi.

Sebagai kesimpulan, dokter harus memberi tahu pasien mereka tentang manfaat
berbagi tiga atau lebih waktu makan keluarga per minggu; manfaatnya termasuk pengurangan
kelebihan berat badan, makan makanan yang tidak sehat, dan makan yang tidak teratur, serta
peningkatan konsumsi makanan sehat.
Pendidikan dan Status Ekonomi Sosial

Di negara maju, obesitas sangat berhubungan dengan status ekonomi social rendah
(SES), yang merupakan penentu kuat dari asupan makanan anak-anak dan remaja.
kelompok-kelompok sosial di mana anak-anak tertanam merefleksikan norma-norma sosial
dan sikap mereka dan bertindak sebagai “buffer komunikasi” antara mereka dan pesan
media yang diserrap dan dievaluasi oleh grup tersebut. Ada hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dan perilaku makan sehat pada anak-anak dan remaja. Di Amerika Serikat,
bayi dari ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, atau yang ekstraksi Afrika
Amerika non-Hispanik (versus non-Hispanik Kaukasia) memiliki asupan tinggi gula, lemak,
dan protein, dengan peningkatan yang lebih besar dalam indeks massa tubuh ( BMI) skor z
dari usia 6 sampai 12 bulan. Anak dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi yang
dikonsumsi lebih banyak buah dan sayuran dan lebih mungkin untuk sarapan setiap hari
daripada anak-anak dari ibu dengan pendidikan tingkat rendah.

Dalam analisis prospektif data dari Family Study New England pada 565 subyek (a
2005-2007 dewasa tindak lanjut dari kohort dimulai pada 1959-1966) menemukan bahwa
efek dari SES yang bertahan lama. Lingkungan sosial masa kanak (pada usia 7 tahun)
dinilai menggunakan indeks kumulatif faktor stabilitas sosial ekonomi dan keluarga,
dibangun di atas 10 faktor biner diukur dengan kuesioner yang diberikan kepada ibu antara
kehamilan dan usia 7 tahun. Hasil menunjukkan bahwa kerugian sosial di masa kecil dapat
berkontribusi pada perkembangan penyakit metabolik kardio di masa dewasa dengan
predisposisi anak-anak untuk mengadopsi perilaku tidak sehat (terutama merokok dan
kelebihan minum). Efek ini dapat terwujud lebih dari 40 tahun kemudian dan menyebabkan
lebih tinggi BMI, melebihi dan di atas pengaruh orang tua dengan SES [54.55].

Dalam studi Kim et al. meneliti tren dalam asupan makanan yang tidak sehat di
kalangan remaja Korea dengan posisi sosial ekonomi. Mereka menemukan bahwa ada efek
positif dari kebijakan gizi pada asupan makanan yang tidak sehat, dan kelompok dengan
status sosial ekonomi tinggi tampaknya mengalami perubahan yang bermanfaat besar dalam
perilaku diet setelah pelaksanaan kebijakan gizi daripada kelompok sosial ekonomi rendah.
preferensi makanan juga telah ditemukan berkaitan dengan perilaku makan orangtua,
kondisi ekonomi, dan pengetahuan gizi pada anak-anak Cina.

Perilaku Makan pada Anak

Orang tua mempengaruhi perilaku dan karakteristik anak-anak mereka. Orang tua dari
anak-anak prasekolah ditemukan untuk menyesuaikan praktik makan mereka dimana orang
tua berperan dalam mengendalikan berat badan anak mereka, mereka cenderung memaksa
bayi yang lebih kurus dan memiliki nafsu makan yang kurang, dan membatasi bayi dengan
nafsu makan yang lebih tinggi, khususnya jika mereka diberi susu botol. Temuan serupa telah
dilaporkan untuk perilaku nafsu makan dimana orang tua memberikan lebih banyak paksaan
pada anak, meninjukkan anak menjadi kurang minat pada makanan dan menjadi menahan
pada anak yang sangat responsive terhadap makanan. Kontrol berlebihan terhadap asupan
makanan pada anak-anak berusia 5-7 tahun dapat secara tidak langsung mengajarkan anak-
anak untuk makan makanan yang enak untuk mengelola emosi negatif pada anak.

10. Preferensi Makanan

Selera dan aroma makanan diakui berkembang sebelum kelahiran selama


perkembangan janin, seperti janin menelan cairan ketuban, yang dibumbui oleh diet ibu,
termasuk senyawa aromatik seperti bawang putih, adas manis, dan bawang. Ada keinginan
yang cukup besar dalam pemprograman prenatal dalam preferensi rasa karena dapat
mempengaruhi penerimaan awal makanan bergizi.

Awal kehidupan, sebagian besar bayi dan anak-anak lebih memilih rasa manis dan
asin. Manisnya adalah stimulus psychobiological ampuh bagi banyak spesies hewan,
terutama bagi manusia dari segala usia. Manisnya jelas meningkatkan palatabilitas
makanan dan minuman, merangsang asupan. Rasa pahit, seperti di beberapa sayuran, sering
ditolak ketika pertama kali mengalami, tetapi diterima dengan peningkatan eksposur.
Persepsi rasa dapat bervariasi antara individu tergantung pada variasi dalam gen reseptor
rasa. Setelah lahir, bayi yang diberi ASI masih terkena rasa dari diet ibu. Sebaliknya, bayi
yang diberi susu formula belajar untuk lebih memilih profil rasa yang unik dan dapat
menerima, nanti, diet bervariasi dengan lebih banyak kesulitan. Terlepas dari cara
pemberian makanan dini, bayi dapat belajar melalui paparan berulang dan berbagai
makanan jika pengasuh fokus pada kemauan anak untuk mengkonsumsi makanan dan
bukan hanya ekspresi wajah yang dibuat selama makan. Pengenalan berbagai buah-buahan
dan sayuran dan membatasi paparan makanan non-core sejak usia dini merupakan strategi
penting untuk meningkatkan kualitas diet nanti. Hetherington et al. melakukan studi
intervensi acak pada asupan dan keinginan sayuran dengan 36 ibu dan bayi. Mereka
menguji paparan langkah-demi-langkah untuk sayuran, pertama dalam susu, dan kemudian
beras, selama periode makanan pendamping ASI. Mereka menyimpulkan bahwa paparan
awal sayuran dalam protokol langkah-demi-langkah dapat berhasil diperkenalkan dalam
pedoman pemberian makanan tambahan.
Dalam beberapa budaya, anak-anak sengaja terkena rasa yang kuat. Misalnya, di
Meksiko, mereka diberi makanan dibumbui dengan cabai di bertahap meningkatkan
kekuatan. Belajar seperti awalnya makanan enak mungkin menjadi bagian dari proses
sosialisasi. Pola individu preferensi makanan dan perilaku makan muncul dan berbeda,
tergantung pada makanan yang ditawarkan dan pada konteks makan selama makanan
pendamping ASI. Bayi yang sebelumnya terkena berbagai besar makanan padat
menunjukkan lebih sedikit perilaku penolakan dalam menanggapi tawaran kemudian
makanan baru. Makanan neophobia, kecenderungan untuk menolak makanan yang asing
atau tidak dikenal, adalah fase perkembangan yang normal, yang biasanya puncak antara 2
dan 6 tahun. Anak-anak yang lebih neophobic cenderung paling sering menunjukkan
preferensi yang lebih rendah untuk sayuran. konstruk terkait makanan “kerewelan” [atau
“pickiness”] juga telah dikaitkan dengan berbagai makanan rendah dan kualitas. anak
fussier, selain menolak makanan baru, sering makan rentang yang sangat sempit makanan.
Seperti neophobia, kerewelan telah dikaitkan dengan penurunan konsumsi makanan nabati.

11. Menyusui Dini

Peran menyusui pada perilaku diet kemudian telah disajikan dalam studi longitudinal
baru-baru ini. Tidak pernah disusui atau diberi ASI dalam jangka waktu yang singkat
dikaitkan dengan variasi makanan yang kurang sehat pada 2, 3, dan 4 tahun. Sebaliknya,
tidak ada hubungan yang konsisten antara waktu pemberian makanan tambahan dan
berbagai diet, dengan hubungan positif yang kuat antara ibu dan diet anak-anak. Menyusui
telah diusulkan sebagai intervensi pencegahan yang efektif untuk asupan rendah sayuran di
masa kecil. Menyusui, dibandingkan dengan susu botol, dapat mempromosikan gaya makan
ibu yang kurang mengontrol dan lebih responsif terhadap isyarat bayi lapar dan kenyang,
sehingga bayi lebih besar asupan energi self-regulation.

Praktik pemberian makan pada bayi berhubungan dengan kebiasaan diet masa kanak
selanjutnya, tetapi sedikit yang mengetahui mengenai hubungan tersebut di negara-negara
non-Barat dengan budaya makanan yang berbeda. Untuk alasan ini, Okubo et al. meneliti
hubungan durasi menyusui dan usia pengenalan makanan padat dengan asupan kemudian
buah dan sayuran pada balita Jepang. Temuan mereka sejalan dengan orang-orang di
negara-negara Barat: 6 bulan menyusui dapat mencegah rendahnya asupan sayuran pada
anak usia dini.

Baby-led weaning [BLW], dimana bayi yang diberi makanan keluarga di tempat
metode penyapihan tradisional, terus tumbuh dalam popularitas. Dalam BLW, makanan
ditawarkan kepada bayi dengan berbagai bentuk, seperti finger food, daripada sup kental.
Bayi makan sendiri dengan memilih dan memegang makanan, dan bergabung dengan
makan keluarga, mengkonsumsi makanan keluarga.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa bayi disapih dengan pendekatan bayi
yang dikelola secara signifikan lebih berespon terhadap rasa kenyang dan menurunkan
kemungkinan mengalami kelebihan berat badan, dibandingkan dengan mereka disapih
dengan pendekatan standar. Dengan cara mandiri terhadap durasi menyusui, waktu
pengenalan makanan pendamping, dan kontrol ibu. Ibu yang mengadopsi gaya BLW secara
signifikan berbeda dalam kepribadian, perilaku makan, dan kesejahteraan karakteristik.
Secara signifikan, mereka mengerahkan hambatan dan rasa cemas yang rendah
dibandingkan dengan mereka memanfaatkan pendekatan tradisional. Orang tua yang
mengikuti BLW dilaporkan dengan tingkat yang lebih rendah terhadap pembatasan, tekanan
untuk makan, dan pemantauan asupan makanan anak. Selain itu, mereka kurang peduli
tentang berat tubuh anak. Karakteristik ini dapat mempengaruhi hasil untuk bayi yang
disapih menggunakan pendekatan ini, tetapi kebutuhan gizi khusus bayi harus
dipertimbangkan selama makanan pendamping ASI. Disamping makanan, hal yang umum,
dapat mempengaruhi perilaku anak-anak juga. Misalnya, anak-anak mengkonsumsi diet,
pengecualian untuk alergi susu sapi, memiliki skor yang lebih tinggi untuk kesulitan makan
dan makan rewel daripada yang mengkonsumsi diet terbatas, bahkan jika pertumbuhan
mereka tidak terpengaruh. Pengalaman awal kehidupan dengan selera yang sehat dan rasa
mungkin pergi jauh ke arah mempromosikan makan sehat. Pendekatan ini bisa memiliki
dampak yang signifikan dalam mengatasi berbagai penyakit kronis yang berhubungan
dengan pilihan makanan yang buruk.

12. Lingkungan Obesogenik

Masa kanak merupakan periode kritis dalam perkembangan obesitas. Praktik


pemberian makan yang berkembang di seluruh sejarah manusia sebagai respon orangtua
yang efektif terhadap ancaman kelangkaan makanan kaleng, bila dikombinasikan dengan
preferensi terpelajar bayi dan kecenderungan, mempromosikan makan berlebihan dan
kelebihan berat badan mengingat ketersediaan saat padat kalori makanan. Perilaku diet
memberikan kontribusi pemikiran untuk obesitas termasuk ciri-ciri appetitive seperti:
kesulitan dalam pencocokan asupan energi dengan kebutuhan, perilaku yang dikenal
sebagai tanggap rendah untuk sinyal kenyang internal, responsif tinggi terhadap isyarat
makanan eksternal; penghargaan subjektif tinggi dialami ketika makan makanan yang
disukai; dan preferensi untuk makanan padat energi. Semua faktor ini dapat mempengaruhi
kuantitas asupan makanan anak-anak, dan preferensi makanan, yang memberikan kontribusi
untuk diet 'kualitas'.

Orang tua yang kelebihan berat badan, yang memiliki masalah mengendalikan asupan
makanan mereka sendiri, atau yang peduli tentang risiko anak-anak mereka untuk kelebihan
berat badan dapat mengadopsi mengendalikan praktek makanan anak dalam upaya untuk
mencegah anak-anak mereka menjadi kelebihan berat badan juga. Orang tua harus
menyadari bahwa sebagian besar mempengaruhi dan mempromosikan asupan total energi
antara anak-anak dengan regulasi selera makan yang lebih rendah. Dengan demikian,
beberapa studi menunjukkan efek dari paket yang lebih besar pada peningkatan asupan total
energi dengan berbagai makanan, sedangkan pengurangan porsi atau paket ukuran
menyebabkan berkelanjutan penurunan asupan energy.

Ketika orang tua berusaha untuk membatasi makan anak-anak mereka untuk
mengurangi berat badan dan menjaga kesehatan, makan emosional, dorongan untuk makan,
dan pembatasan lemak dikaitkan dengan perkembangan perilaku makan obesogenic pada
anak-anak seperti makan emosional, kecenderungan untuk makan berlebihan, dan perilaku
pendekatan makanan seperti sebagai kenikmatan makanan dan nafsu makan yang baik.

Status kelebihan berat badan dan peningkatan berat badan yang cepat selama masa bayi
dikaitkan dengan peningkatan massa lemak, kemudian risiko menjadi komorbiditas
kelebihan berat badan dan banyak. Savage et al., Baru-baru ini menunjukkan bahwa awal
responsif pengasuhan [RP] intervensi difokuskan pada bayi menenangkan, tidur, dan makan
dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam berat badan bayi dan berat badan yang
terkena dampak untuk panjang pada usia 1 tahun. Dalam Randomized Clinical Trial ibu
menerima panduan tentang RP, yang didefinisikan sebagai sesuai dengan tahapan
perkembangan, cepat dan bergantung pada kebutuhan bayi mereka. RP mempromosikan
berbagai hasil adaptif pada anak-anak termasuk lampiran aman, regulasi emosi, kognitif dan
bahasa pengembangan, dan aspek self-regulation termasuk kontrol penghambatan dan
fungsi eksekutif.

13. Pengaruh Media

Paparan kumulatif terhadap iklan makanan di televisi, yang lebih tinggi pada kelompok
dengan SES rendah, terkait dengan konsumsi makanan cepat saji pada orang dewasa.
Lingkungan media, dan dalam iklan tertentu, menunjukkan adanya bentuk makanan yang
berhubungan dengan pengetahuan, sikap, preferensi, dan praktik. Ada hubungan sebab
akibat langsung antara iklan untuk produk makanan dan diet anak-anak; khususnya, ini
terjadi sebagai peningkatan asupan makanan ringan dan kalori secara keseluruhan dan
penurunan konsumsi buah-buahan dan sayuran. Berdasarkan “konteks pilihan” di mana
anak-anak memperoleh pengetahuan makanan mereka, mengembangkan preferensi, dan
benar-benar membuat pilihan makanan, kebutuhan untuk menciptakan “lingkungan bebas
junk foods” untuk anak-anak telah memperoleh peningkatan dukungan dari para profesional
kesehatan, pendukung konsumen, dan prihatin kelompok politik. Anak-anak di Eropa dan
Amerika Serikat sangat terpapar media massa. Tergantung pada usia anak-anak dan
mempertimbangkan serbaguna media, laporan terbaru menunjukkan paparan rata-rata 8
sampai 18-year-olds di Amerika Serikat untuk lebih dari 7 jam media elektronik per hari.
Akibatnya, di Amerika Serikat, makanan yang dikonsumsi di depan akun televisi untuk
sekitar 20-25% dari anak-anak sehari-hari asupan energi. Dalam studi IDEFICS menguji
efek iklan di pengetahuan dan preferensi makanan anak-anak, serta pada pilihan diet dan
status berat badan, pra-intervensi kepatuhan terhadap beberapa perilaku kunci yang terkait
dengan obesitas, seperti konsumsi minuman manis dan buah / sayuran, televisi sehari-hari
waktu, aktivitas fisik, waktu keluarga, dan durasi tidur yang cukup, dievaluasi. Kepatuhan
terhadap rekomendasi internasional diubah menjadi komposit skor. Sebagai kepatuhan
terhadap rekomendasi meningkat, kesempatan yang lebih rendah dari kelebihan berat badan
/ obesitas diamati. Kegemukan / anak-anak obesitas lebih cenderung untuk tidak mematuhi
setidaknya salah satu perilaku direkomendasikan dari berat badan normal / kurus. Temuan
kunci dari penelitian ini adalah bahwa pengetahuan makanan yang lebih baik tidak langsung
terkait dengan preferensi makanan sehat dan diet yang tampaknya tidak berpengaruh
signifikan terhadap status berat badan. Hal ini diduga terjadi karena perilaku kunci yang
dipilih tidak memberikan kontribusi sama untuk kesempatan mengurangi kelebihan berat
badan. Meskipun upaya kebijakan konsumen untuk memperkuat kemampuan anak untuk
menolak umpan industri makanan telah dicoba, tidak ada yang efektif “pemasaran makanan
Model pertahanan” telah dikembangkan, dan strategi kebijakan tradisional yang didasarkan
terutama pada model informasi dan pendidikan tidak cukup untuk mengurangi efek dari
iklan pada anak-anak . Orang tua dan pengasuh harus menyadari peran menentukan mereka
sebagai perencana pilihan dan mereka harus membatasi paparan televisi dan waktu yang
dialokasikan untuk perilaku menetap lainnya.

14. Strategi untuk Meningkatkan Makan pada Anak

Makan anak-anak berhasil memerlukan pengetahuan gizi oleh orang tua atau
pengasuh untuk memastikan bahwa praktik pemberian makan dan makanan, serta jumlah
kalori yang ditawarkan, sesuai. studi intervensi untuk mengidentifikasi cara-cara untuk
meningkatkan perilaku makan anak-anak masih sangat terbatas dan strategi yang berkaitan
dengan usia dan tidak berdasarkan bukti. Namun, wawasan yang berguna untuk praktek
orangtua dapat diekstraksi dari studi cross-sectional dan observasional. Meja1merangkum
strategi ini.

Tabel 1. Strategi untuk meningkatkan perilaku makan anak.

Strategi Praktek
Kontrol tidak langsung - Membeli hanya makanan sehat di rumah
- Menghindari tempat makan yang tidak
sehat dan fast food,
Hindari penggunaan makanan sebagai Makanan mempertahankan perilaku yang
imbalan bergantung pada yang diperoleh dan disampaikan
Menunjukkan self-regulation - Mengatakan jika sudah kenyang
- Memberikan porsi sedang
- Membantu mengatur lingkungan makanan
Gaya pengasuhan otoritatif - Mendorong anak untuk mencoba makanan
baru
- Orang tua menjadi contoh dalam makan
sehat dan menikmati makanan
- Jangan menunjukkan ketidaksukaan
terhadap makanan
- Dalam lingkungan obesogenik, beberapa
kontrol orang tua diperlukan untuk member
asupan makanan ringan yang lezat.
- Mengintervensi awal dalam pengasuhan
yang responsive.
Makanan keluarga - Paparkan berbagai makanan
- Ulangi memaparkan makanan pada anak
- Izinkan anak untuk memilih makanan
- Tingkatkan frekuensi berbagi makanan
keluarga
- Sarapan setiap hari
- Berkomunikasi selama waktu makan
- Matikan TV selama makan
Intervensi terfokus pada orang tua - Edukasi intervensi disesuaikan dengan
orang tua dan pengasuh
- Saran terkait makanan
- Memberdayakan orang tua
- Dukungan sosial
Lingkungan orangtua - Pengalaman kehidupan awal dengan cita
rasa yang sehat dapat memaparkan
makanan sehat.
- Peran orang tua dalam membeli dan
menyiapkan makanan
- Ketersediaan makanan sehat
- Mengurang terpapar layar untuk
mendapatkan tidur yang cukup.
Menggunakan makanan untuk menenangkan emosi dan “membuat hal-hal yang lebih
baik” telah ditemukan terkait dengan peningkatan BMI pada anak 3-34 bulan-tua dan
makan lebih banyak makanan dengan tidak adanya kelaparan di 3 sampai 4 tahun anak-
anak, perilaku yang telah dikaitkan dengan menjadi kelebihan berat badan.
Orang tua memiliki peran yang penting: mereka adalah contoh, mereka harus model
kebiasaan baik, dan memperhatikan reaksi mereka sendiri terhadap makanan, sehingga
untuk mempromosikan asupan makanan sehat pada anak-anak mereka dan untuk membawa
makanan hanya sehat ke dalam rumah. Artinya, penciptaan lingkungan membesarkan anak
non-obesogenic dimulai dari berbagi makanan di rumah dan menciptakan pengalaman
waktu makan yang positif. Banyak penulis menyarankan bahwa kontrol orangtua harus
dihindari karena dapat berpotensi menghambat kemampuan anak untuk mengembangkan
praktek makan self-regulatory yang memadai, yang biasanya harus didorong oleh isyarat
lapar / kenyang. Namun demikian, Stifter et al. menyimpulkan bahwa, dalam suatu
masyarakat obesogenic, semacam kontrol moderat yang diinginkan.

15. Kesimpulan

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dan timbal balik yang saling
berinteraksi, sehingga mereka tidak dapat dilihat secara terpisah. Sistem keluarga yang
mengelilingi kehidupan rumah tangga anak akan memiliki peran aktif dalam
mengembangkan dan mempromosikan perilaku yang akan bertahan sepanjang hidupnya.
Ayah dan ibu bertindak secara berbeda terhadap anak-anak mereka; ayah umumnya
bertindak dengan cara yang lebih memanjakan dan melakukan kontrol kurang aktif pada
asupan makanan. Dalam lingkungan obesogenic, perilaku berwibawa dan beberapa kontrol
orangtua mungkin diperlukan untuk moderat asupan anak-anak makanan padat kalori lezat.
Membatasi seberapa sering makanan tertentu yang dibawa ke dalam lingkungan rumah,
menghindari toko dan restoran yang menjual makanan yang tidak sehat, dan melayani porsi
kecil tapi cukup harus memberikan anak-anak kesempatan untuk mengembangkan self-
regulation di makan perilaku. pengalaman awal kehidupan dengan berbagai selera dan rasa
memiliki peran dalam mempromosikan makan sehat dan mendukung konsumsi yang lebih
luas dari buah-buahan dan sayuran. Menawarkan bayi makanan yang berbeda dimulai pada
periode pemberian makanan tambahan dan memberikan paparan berulang makanan tidak
menyukai untuk merangsang selera mereka dan membantu mereka untuk menerima banyak
makanan di kemudian hari adalah strategi yang diperlukan untuk mengembangkan
kebiasaan makan yang baik. Semua strategi ini datang bersama-sama saat makan keluarga.
Pengaturan ini memiliki kepentingan sosial yang signifikan dalam kehidupan seorang anak
dan orang tua harus mengekspos anak-anak mereka ke berbagai pilihan makanan yang baik
sementara bertindak sebagai model peran positif untuk melindungi anak-anak dan remaja
dari bahaya lingkungan obesogenic kehidupan modern. status sosial ekonomi yang terlibat
dalam masalah ini, sebagai keluarga di mana orang tua memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi mengkonsumsi makanan yang lebih sehat dibandingkan keluarga lain yang kurang
menyadari masalah. Dengan demikian, program pendidikan harus ditawarkan kepada semua
anak dari tingkat sosial ekonomi yang berbeda, dengan tujuan mempromosikan aktivitas
fisik, mengurangi televisi, video game, dan waktu komputer, dan mendapatkan tidur yang
cukup. Orang tua harus menerima saran tentang cara untuk membangun kebiasaan sehat
jangka panjang dan untuk menciptakan pola makan yang menyenangkan pada anak-anak
mereka, sementara menyadari penentu perilaku yang mendukung gizi buruk dan gangguan
makan. dan waktu komputer, dan mendapatkan tidur yang cukup. Orang tua harus menerima
saran tentang cara untuk membangun kebiasaan sehat jangka panjang dan untuk
menciptakan pola makan yang menyenangkan pada anak-anak mereka, sementara
menyadari penentu perilaku yang mendukung gizi buruk dan gangguan makan. dan waktu
komputer, dan mendapatkan tidur yang cukup. Orang tua harus menerima saran tentang cara
untuk membangun kebiasaan sehat jangka panjang dan untuk menciptakan pola makan yang
menyenangkan pada anak-anak mereka, sementara menyadari penentu perilaku yang
mendukung gizi buruk dan gangguan makan.

Analisis PICO

Analisis PICO merupakan suatu metode yang digunakan untuk menelaah suatu
informasi klinis dari penelitian ilmiah dalam sebuah jurnal. PICO merupakan akronim dari 4
kata, antara lain P (Patient, Population, Problem), I (Intervention, Prognostic, Factor,
Exposure), C (Comparison, Control), dan O (Outcome). Metode ini dapat membantu kita
untuk menentukan apakah informasi yang kita peroleh sudah memenuhi kriteria validitas dan
relevansi dalam profesi kedokteran. Berikut hasil telaah jurnal ini berdasarkan analisis PICO:

1. Patient, Population, Problem: Saat ini banyak anak di Indonesia yang mengalami gizi
buruk dan gizi kurang, sehingga perlu diketahui penyebabnya salah satunya adalah
perilaku makan pada anak. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi perilaku
makan anak, salah satunya adalah peran orang tua.
2. Intervention, Prognostic, Factor, Exposure: Dalam penelitian ini tidak dilakukan
intervensi yang mempengaruhi hasil. Adapun faktor yang ingin diketahui adalah
kelompok usia beban substansial dari demam enterik di masa kanak-kanak, perbedaan
gambaran klinis dari penyakit, dan ketepatan penggunaan vaksin pada demam enterik di
masa kanak-kanak.

3. Comparison, Control: Penelitian ini mengambil data yang bersumber dari Pubmed,
MEDLINE, EMBASE, Scopus, Web of Science, dan Google Scholar dengan terminologi
yang sudah ditentukan tentang artikel penelitian demam enterik pada anak-anak di Afrika
dan/atau Asia yang dipublikasi dengan bahasa Inggris di antara 1 Januari 2000 – 31
Desember 2015. Setelah dilakukan skrining berdasarkan judul, abstrak, kelengkapan
naskah dan metode, didapatkan sebanyak 19 Jurnal.
4. Outcome: Dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui beban substansial dari
demam enterik, mengetahui gambaran klinis penyakit pada kelompok usia anak-anak,
dan penggunaan vaksin terutama ketika terjadi penyebaran resistensi antibiotik.
Critical Appraisal

Peneliti :Carl Britto, Andrew J. Pollard, Merryn Voysey, dan


Christoph J. Blohmke.

Judul Penelitian :An Appraisal of the Clinic Features of Pediatric Enteric


Feber: Systematic Review and Meta-Analysis of the
Age Stratifies Disease Occurrence

Jurnal/Tahun/Volume/Halaman :Clinical Infectious Disease Journal/


Maret 2017/64/1604-1611

A. Apakah Hasil dari Review Valid?


1. Apakah jawaban Ya (√)
pertanyaan yang Peneliti melakukan tinjauan sistematis dan studi
dicari penulis meta analisis di Asia dan Afrika untuk
terjawab dalam membandingkan proporsi relatif anak-anak dengan
review sistematis demam enterik pada kelompok usia <5 tahun, 5-9
ini? tahun, dan 10-14 tahun. Pada penelitian ini,
penyumbang/proporsi terkecil terdapat pada anak
dalam kelompok usia <5 tahun, baik di Asia
maupun di Afrika. Selain itu, penulis menyoroti
bahwa pada kelompok anak usia <5 tahun memiliki
heterogenitas atau perbedaan dalam penampilan
klinis penyakit ini dan kemungkinan ada beban
tersembunyi pada kasus klinis yang terlewatkan.
2. Apakah penelitian- Ya (√)
penelitian relevan Penelitian ini mengumpulkan data secara
digunakan dalam komprehensif dari seluruh database yang relevan
penelitian ini? (Pubmed, MELINE, EMBASE, Scopus, Web of
Science, dan Google Scholar dengan terminologi
kunci agar mendapatkan penelitian-penelitian yang
relevan.
3. Apakah terdapat Ya (√)
kriteria dalam Setelah menemukan artikel-artikel jurnal di
memilih artikel yang database yang sesuai dengan kata kunci, peneliti
akan digunakan? menyeleksi artikel dengan mengeliminasi artikel
yang terduplikat, artikel dengan abstrak tidak
sesuai, artikel tidak sesuai eligibilitasnya (artikel
dengan lokasi tidak sesuai, tahun penelitian tidak
sesuai, kelompok umur tidak sesuai, tidak
menggunakan kultur darah sebagai dasar diagnosis,
memiliki sampel <50), studi yang tidak
menggunakan metode kuantitatif, dan stsudi yang
tidak menggunakan analisis sensitif (meta-analisis).
4. Apakah studi yang Ya(√)
digunakan dapat Peneliti menggunakan meta-analisis untuk
menjawab membandingkan prevalensi kelompok usia di Asia
pertanyaan yang dan Afrika, kemudian peneliti menganalisa
dicari penulis dalam menggunakan model random-effects sehingga dapat
review sistematis? menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian
penulis.
5. Apakah studi-studi Ya (√)
tersebut memiliki Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
hasil yang sama? ditemukan bahwa kelompok anak usia <5 tahun
memiliki prevalensi terkecil dalam demam enterik.
Namun, tedapat heterogenitas gambaran klinis yang
lebih beragam di Asia.
B. Apa hasil studi ini?
Dari studi ini didapatkan hasil bahwa di Asia dan Afrika anak kelompok
usia <5 tahun memiliki kejadian penyakit yang relatif lebih kecil
dibandingkan kelompok usia liannya dan anak pada kelompok usia ini di
Asia memiliki heterogenitas gambaran klinis lebih beragam. Penggunaan
antibiotic empiris mungkin tidak dapat efektif karena telah banyak terjadi
resistensi antibiotic, sehingga penggunaan vaksin konjugat tifoid dapat
mengkatalisasi pemberantasan tifoid di tahun-tahun yang akan datang.
C. Apakah hasil studi bisa di aplikasikan ke masyarakat?
Apakah populasi didalam studi sama Ya (√)
dengan populasi ditempat saya? Populasi dalam penelitian ini
merupakan anak-anak yang
mengalami demam enterik dimana
dapat terjadi pada negara berkembang
atau secara global.
Apakah hasil studi bisa digunakan Ya (√)
untuk konseling pasien saya? Penerapan hasil studi dapat
diaplikasikan secara umum di
Indonesia terkait penegakkan
diagnosis dan edukasi mengenai
penyakit ini.

Kesimpulan
Hasil atau rekomendasi adalah Valid Ya (√)
(form A)
Hasil bermanfaat secara klinis ( form Ya (√)
B)
Hasil relevan dengan praktek nyata Ya (√)
(form C)
DAFTAR PUSTAKA

Scaglioni, S., et al. 2018. Factors Influencing Children’s Eating Behaviours. Nutrients
18;10;706; doi: 10.3390/nu10060706. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6024598/ [Accessed on September
26th2019].

Anda mungkin juga menyukai