A. JUDUL PENELITIAN
Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMPIT Future Islamic School
Pekanbaru
B. LATAR BELAKANG
Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah memiliki
beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran matematika sesuai
dengan Kurikulum 2013 yaitu peserta didik diharapkan dapat: (a) menunjukkan
sikap logis, kritis, analitis, cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan
tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah; (b) memiliki rasa ingin tahu,
semangat belajar yang kontinu, rasa percaya diri, dan ketertarikan pada
matematika; (c) memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika yang
terbentuk melalui pengalaman belajar; (d) memiliki sikap terbuka, objektif dalam
interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari; dan (e) memiliki kemampuan
mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas (Permendikbud Nomor 21
Tahun 2016).
Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil
belajar matematika peserta didik. Proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik
dilakukan melalui ulangan. Kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh
satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan
mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan
kondisi satuan pendidikan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal yang
selanjutnya disebut KKM (Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016). Peserta didik
dikatakan mencapai tujuan pembelajaran jika telah mencapai KKM untuk setiap
kompetensi dasar yang ditentukan sekolah.
Untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM di sekolah, peneliti
melakukan wawancara dengan guru matematika kelas VII SMPIT Future Islamic
School Pekanbaru. Diperoleh informasi bahwa KKM yang ditetapkan sekolah
2
untuk mata pelajaran matematika kelas VII adalah 75. Peneliti mengumpulkan
data hasil ulangan harian matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru sebagaimana dapat dilihat pada tabel distribusi
frekuensi berikut.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ulangan Harian Materi Bilangan
No Kelas Interval Frekuensi
1 43 – 51 3
2 52 – 60 4
3 61 – 69 2
4 70 – 78 3
5 79 – 87 4
6 88 – 96 7
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat bahwa masih banyak
peserta didik kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru yang hasil
belajar matematikanya rendah apabila dibandingkan dengan KKM yang
ditetapkan sekolah. Persentase ketercapaian KKM ulangan harian peserta didik
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Persentase Ketercapaian KKM Ulangan Harian Peserta Didik Kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru Semester Ganjil 2017/2018
Jumlah Peserta Didik yang Persentase
No Materi Pokok
Mencapai KKM Ketercapaian KKM
1 Bilangan 12 52,17 %
2 Himpunan 8 34,78 %
peserta didik. Terlihat bahwa ketercapaian hasil belajar peserta didik masih
tergolong rendah.
Jika dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian materi Bilangan seluruh
peserta didik tersebut yaitu 73,17. Sedangkan nilai rata-rata ulangan harian materi
Himpunan seluruh peserta didik tersebut yaitu 61,72. Terlihat bahwa nilai rata-
rata seluruh peserta didik tersebut belum mencapai KKM yang diharapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara hasil belajar yang diharapkan
dengan hasil belajar yang dicapai peserta didik.
Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran di kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru pada materi
Bentuk Aljabar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, guru mengawali
pembelajaran dengan meminta peserta didik membaca doa dan mengucapkan
salam. Kemudian menanyakan kabar dan kehadiran peserta didik. Selanjutnya
guru memotivasi peserta didik agar mengikuti pembelajaran matematika dengan
sungguh-sungguh.
Pada kegiatan inti, guru menuliskan judul materi di papan tulis. Guru
menjelaskan materi pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian contoh soal.
Guru menyajikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan meminta peserta
didik untuk mengubahnya dalam bentuk aljabar. Tidak banyak dari peserta didik
yang antusias menjawab pertanyaan dari guru tersebut. Lebih dari setengah
peserta didik di dalam kelas tampak tidak berusaha untuk mencari jawaban dan
cenderung pasif dalam pembelajaran. Pada proses pembelajaran peserta didik
kurang berpartisipasi dalam menemukan sendiri konsep materi yang diberikan.
Peserta didik lambat dalam merespon apa yang ditanyakan guru dan hanya
menjadi pendengar sehingga tidak terbiasa belajar secara mandiri.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Setelah tidak
ada lagi pertanyaan, guru memberikan soal-soal tambahan sebagai pekerjaan
rumah kemudian guru mengucapkan salam. Pada kegiatan ini guru tidak
memberikan kesimpulan dan menginformasikan materi selanjutnya.
4
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah model
pembelajaran berdasarkan masalah dapat memperbaiki proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru?”.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik, penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat mengkonstruksi pengetahuan peserta didik secara berpasangan
ataupun berkelompok sehingga dapat menigkatkan hasil belajar
matematika.
2. Bagi guru, model pembelajaran berdasarkan masalah diharapkan dapat
diterapkan sebagai alternatif pembelajaran guru matematika bagi peserta
didik kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru.
3. Bagi sekolah, model pembelajaran berdasarkan masalah dapat
dikembangkan sebagai model pembelajaran matematika di SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru.
4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman yang
berharga untuk melaksanakan penelitian lain di masa mendatang.
8
F. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran
terhadap variabel yang digunakan, maka definisi operasional yang perlu
dijelaskan adalah:
1. Pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) adalah model pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata sebagai konteks bagi peserta didik
untuk terampil memecahkan masalah matematika. Tahapan yang
dilakukan dalam PBM yaitu orientasi peserta didik terhadap masalah,
mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan
individual ataupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
PBM diterapkan pada pembelajaran matematika kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 pada kompetensi
dasar 3.11 mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis segiempat
dan segitiga serta kompetensi dasar 4.11 menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat dan
segitiga.
2. Hasil belajar matematika yang dimaksud pada penelitian ini adalah
angka-angka atau skor yang dicapai atau dimiliki peserta didik kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 dari
hasil tes matematika secara tertulis setelah melalui kegiatan belajar
matematika pada kompetensi dasar 3.11 mengaitkan rumus keliling dan
luas berbagai jenis segiempat dan segitiga serta kompetensi dasar 4.11
menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan
keliling segiempat dan segitiga melalui penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah.
G. KAJIAN TEORITIS
1. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah
9
dasar 3.11 mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis segiempat
dan segitiga serta kompetensi dasar 4.11 menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat dan
segitiga melalui penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah.
diharapkan. Hasil belajar peserta didik akan baik jika peserta didik memiliki
pemahaman dan keterampilan berpikir terhadap materi pelajaran. Salah satu
upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan
menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan adalah model pebelajaran berdasarkan masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa tahapan
pembelajaran. Pada fase orientasi peserta didik pada masalah, peserta didik
diberikan kesempatan untuk memahami permasalahan secara individu. Guru
dapat memancing peserta didik untuk bertanya atau memberikan tanggapan
terhadap permasalahan yang disajikan. Permasalahan kontekstual yang
disajikan dapat menimbulkan rasa ingintahu pada peserta didik sehingga
menambah minat peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada fase mengorganisasi peserta didik untuk belajar, guru
memberikan informasi kegiatan yang akan dilakukan peserta didik, sehingga
peserta didik lebih terarah dan mempunyai tujuan yang jelas dalam
menyelesaikan LKPD melalui diskusi kelompok. Peserta didik juga dapat
mempersiapkan diri untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya sesuai dengan
penjelasan guru.
Pada fase membimbing penyelidikan individu maupun kelompok,
peserta didik mulai mengumpulkan informasi dari permasalahan yang
diberikan. Dengan diskusi kelompok, peserta didik dapat bertukar pikiran
sehingga masing-masing anggota kelompok memperoleh pengetahuan yang
sama. Kegiatan dalam menyelesaikan LKPD dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah dimulai dari memahami permasalahan, mengumpulkan
informasi, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan proses
penyelesaian masalah, hingga evaluasi proses pemecahan masalah merupakan
kegiatan yang dapat membantu peserta didik lebih mendalami materi yang
dipelajari.
Pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya, peserta didik
dilatih untuk mengkomunikasikan hasil diskusinya. Kegiatan ini melatih
21
secara keseluruhan apa yang terjadi dan apa yang menjadi masalah sehingga
peserta didik dapat menyusun rencana penyelesaian dengan baik.
Kegiatan belajar yang efektif tidak hanya meningkatkan pemahaman
dan daya serap peserta didik tetapi juga melibatkan keterampilan berpikir.
Herman Hudojo (2005) mengatakan bahwa peningkatan hasil belajar peserta
didik tidak terlepas dari pengalaman belajar yang dialami peserta didik
sebagai suatu proses belajar. Dengan demikian, berdasarkan kelebihan-
kelebihan yang telah diuraikan, maka memungkinkan terjadinya perbaikan
proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar peserta didik setelah
diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah.
Hal ini juga didukung oleh penelitian tindakan kelas yang dilakukan
oleh Muhammad Sergio Virnando (2015) yang menunjukkan bahwa
penerapan model PBM dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta
didik kelas VII.5 SMPN 4 Pekanbaru dengan persentase peningkatan hasil
belajar dari 39,9% pada skor dasar, 45,46% pada ulangan harian I hingga
84,85% pada ulangan harian II. Oleh karena itu, penerapan model
pembelajaran berdasarkan masalah diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future Islamic School
Pekanbaru pada KD 3.11 mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis
segiempat dan segitiga serta KD 4.11 menyelesaikan masalah kontekstual
yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat dan segitiga.
H. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan model
pembelajaran berdasarkan masalah maka dapat memperbaiki proses pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 pada kompetensi dasar
pengetahuan yaitu 3.11 mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis
segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga, serta kompetensi dasar keterampilan yaitu 4.11
menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling
23
I. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII SMPIT Future Islamic
School Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2017/2018.
2. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pola
kolaboratif. Penelitian tindakan kelas didefinisikan oleh Kunandar (2011)
sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru
yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang
lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di
kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu peneliti dan guru
bekerjasama dalam perencanaan, proses pelaksanaan tindakan yang dilakukan
sejalan dengan pengamatan dan refleksi. Dalam proses pembelajaran nantinya
akan menggunakan model yang mengarahkan peserta didik pada kegiatan
orientasi pada masalah, menemukan masalah dan pemecahan masalah.
Peneliti akan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah agar
peserta didik dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari, lebih aktif dalam proses berpikir dan terbiasa
berkolaborasi dalam kegiatan belajar.
Pelaksanaan tindakan akan dilakukan oleh peneliti (sebagai guru),
sedangkan guru mata pelajaran matematika dan seorang mahasiswa
pendidikan matematika akan bertindak sebagai pengamat. Tindakan yang
akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
24
berdasarkan masalah pada materi pokok Segiempat dan Segitiga kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 pada
semester genap.
Suharsimi Arikunto (2015) mengatakan bahwa secara garis besar
penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Siklus pada
penelitian ini berpedoman pada Suharsimi Arikunto (2015) namun hanya
menggunakan dua siklus dengan empat tahapan. Setiap siklus terdiri dari tiga
pertemuan. Siklus dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
3. Subjek Penelitian
Adapun subjek dari penelitian yang dilakukan adalah peserta didik
kelas VII semester genap tahun pelajaran 2017/2018 SMPIT Future Islamic
School Pekanbaru. Jumlah peserta didik di kelas tersebut adalah 23 orang
27
yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 8 orang perempuan dengan tingkat
kemampuan akademis yang heterogen.
4. Instrumen Penelitian
a. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang disusun pada penelitian ini adalah:
1) Silabus
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, silabus
merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Silabus memuat identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, materi pokok, kompetensi inti, kompetensi
dasar, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
Kompetensi dasar yang termuat dalam silabus ini yaitu 3.11
mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis segiempat (persegi,
persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga, dan 4.11 menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegipanjang,
belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). RPP merupakan pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Komponen RPP terdiri atas identitas sekolah, identitas mata
pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan
pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran,
28
a. Teknik Pengamatan
Kunandar (2011) menyatakan pengamatan dalam PTK adalah
kegiatan mengumpulkan data berupa proses perubahan kinerja. Teknik
pengamatan pada penelitian ini dilakukan dengan berpedoman pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan peserta didik. Pengamat aktivitas
guru dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru. Langkah-langkah dalam
melaksanakan pengamatan aktivitas guru adalah:
1) Pengamat mengamati aktivitas guru berdasarkan deskriptor yang ada
pada lembar pengamatan.
2) Pengamat memberi tanda checklist (√) pada kotak yang telah tersedia
sesuai dengan kriteria kemunculan deskriptor.
3) Pengamat menuliskan komentar sebagai bentuk uraian lebih lanjut
jika ada yang perlu diperbaiki atau diperhatikan dalam refleksi untuk
penyusunan rencana tindakan selanjutnya.
4) Pengamat dan peneliti mendiskusikan kekuatan dan kelemahan pada
tindakan guru sesuai dengan lembar pengamatan yang telah diisi.
Pengamat aktivitas peserta didik adalah seorang mahasiswa
pendidikan matematika. Langkah-langkah dalam melaksanakan
pengamatan aktivitas peserta didik adalah:
1) Pengamat mengamati aktivitas peserta didik berdasarkan deskriptor
yang ada pada lembar pengamatan.
2) Apabila pengamat merasa pengamatannya pada tiap kelompok
belum maksimal, pengamat diperbolehkan merekam aktivitas peserta
didik menggunakan media elektronik.
3) Pengamat memberi tanda checklist (√) pada kotak yang telah tersedia
sesuai dengan kriteria kemunculan deskriptor.
4) Pengamat menuliskan komentar sebagai bentuk uraian lebih lanjut
terhadap aktivitas yang dilakukan peserta didik.
31
𝐽𝑠
𝑃𝑠 = x 100%
𝐽𝑘
Keterangan : Ps = Persentase peserta didik yang mencapai KKM
Js = Jumlah peserta didik yang mencapai KKM
Jk = Jumlah seluruh peserta didik
a) Analisis Data Ketercapaian KKM Indikator Pengetahuan
Analisis data ketercapaian KKM indikator pengetahuan
dilakukan untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator oleh
masing-masing peserta didik. Peserta didik dikatakan telah mencapai
kriteria ketuntasan untuk setiap indikator apabila peserta didik
mencapai skor ≥75. Data peserta didik yang belum mencapai KKM
indikator selanjutnya disarankan kepada guru untuk melaksanakan
remedial. Ketercapaian KKM untuk setiap indikator dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑃
KI = x 100%
𝑆𝑀
Keterangan : KI = Ketercapaian indikator
SP = Skor yang diperoleh peserta didik
SM = Skor maksimum
b) Analisis Data Ketercapaian KKM Indikator Keterampilan
Analisis data ketercapaian KKM indikator keterampilan
dilakukan berdasarkan penilaian ketercapaian KKM seperti tabel 6
berikut:
35
peserta didik. Oleh karena itu diperlukan analisis rata-rata hasil belajar
peserta didik untuk melihat keakuratan peningkatan hasil belajar.
Data hasil belajar matematika seluruh peserta didik dihitung
rata-ratanya. Data yang dihitung rata-ratanya yaitu skor dasar, kuis I
dan kuis II. Hasil belajar yang sudah dirata-ratakan akan dilihat
peningkatan atau penurunannya. Jika rata-rata hasil belajar peserta didik
pada kuis I lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar peserta didik
pada skor dasar maka terjadi peningkatan hasil belajar. Sama halnya,
jika rata-rata hasil belajar peserta didik pada kuis II lebih tinggi
daripada rata-rata hasil belajar peserta didik pada kuis I maka terjadi
peningkatan hasil belajar.
Sugiyono (2007) menyatakan bahwa rata-rata didapat dengan
menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok kemudian dibagi
dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Untuk
mencari rata-rata hasil belajar seluruh peserta didik dapat dilakukan
dengan:
jumlah nilai seluruh peserta didik
Rata − rata = jumlah seluruh pesera didik
K = 1 + 3,3 log 𝑛
Keterangan : K = Jumlah Kelas Interval
𝑛 = Jumlah peserta didik
log = Logaritma
Langkah berikutnya yaitu menghitung rentang data,
menghitung panjang kelas, menyusun interval kelas dan memasukkan
data untuk mengetahui frekuensi pada setiap kelas. Jika pada tabel
distribusi frekuensi terlihat bahwa frekuensi peserta didik yang belum
mencapai KKM menurun dari sebelum dilakukan tindakan ke setelah
dilakukan tindakan atau jika frekuensi peserta didik yang mencapai
KKM meningkat dari sebelum dilakukan tindakan ke setelah dilakukan
tindakan maka terjadi peningkatan hasil belajar.
J. DAFTAR PUSTAKA
Annisa Zakiya. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 36
Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Yrama Widya. Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Usaha Nasional. Surabaya.
Imam Sujadi dan Sunardi. 2017. Sumber Belajar Calon Peserta Program PLPG:
Desain Pembelajaran. Kemendikbud RI. Jakarta.
Isoka Amanah Kurnia. 2017. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII5 SMP
Negeri 16 Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Riau.
Pekanbaru.
Jefrian Rohan. 2012. Hasil Belajar Menurut Ahli. (Online).
http://duniatalerun.blogspot.co.id/2012/03/hasil-belajar-menurut-ahli
(diakses 19 Februari 2018).
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Press. Jakarta.
39
K. LAMPIRAN