Anda di halaman 1dari 40

1

A. JUDUL PENELITIAN
Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMPIT Future Islamic School
Pekanbaru

B. LATAR BELAKANG
Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah memiliki
beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran matematika sesuai
dengan Kurikulum 2013 yaitu peserta didik diharapkan dapat: (a) menunjukkan
sikap logis, kritis, analitis, cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan
tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah; (b) memiliki rasa ingin tahu,
semangat belajar yang kontinu, rasa percaya diri, dan ketertarikan pada
matematika; (c) memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika yang
terbentuk melalui pengalaman belajar; (d) memiliki sikap terbuka, objektif dalam
interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari; dan (e) memiliki kemampuan
mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas (Permendikbud Nomor 21
Tahun 2016).
Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil
belajar matematika peserta didik. Proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik
dilakukan melalui ulangan. Kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh
satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan
mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan
kondisi satuan pendidikan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal yang
selanjutnya disebut KKM (Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016). Peserta didik
dikatakan mencapai tujuan pembelajaran jika telah mencapai KKM untuk setiap
kompetensi dasar yang ditentukan sekolah.
Untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM di sekolah, peneliti
melakukan wawancara dengan guru matematika kelas VII SMPIT Future Islamic
School Pekanbaru. Diperoleh informasi bahwa KKM yang ditetapkan sekolah
2

untuk mata pelajaran matematika kelas VII adalah 75. Peneliti mengumpulkan
data hasil ulangan harian matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru sebagaimana dapat dilihat pada tabel distribusi
frekuensi berikut.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ulangan Harian Materi Bilangan
No Kelas Interval Frekuensi
1 43 – 51 3
2 52 – 60 4
3 61 – 69 2
4 70 – 78 3
5 79 – 87 4
6 88 – 96 7

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ulangan Harian Materi Himpunan


No Kelas Interval Frekuensi
1 23 – 34 5
2 35 – 46 4
3 47 – 58 0
4 59 – 70 5
5 71 – 82 2
6 83 – 94 7

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat bahwa masih banyak
peserta didik kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru yang hasil
belajar matematikanya rendah apabila dibandingkan dengan KKM yang
ditetapkan sekolah. Persentase ketercapaian KKM ulangan harian peserta didik
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Persentase Ketercapaian KKM Ulangan Harian Peserta Didik Kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru Semester Ganjil 2017/2018
Jumlah Peserta Didik yang Persentase
No Materi Pokok
Mencapai KKM Ketercapaian KKM
1 Bilangan 12 52,17 %
2 Himpunan 8 34,78 %

Berdasarkan data ketercapaian KKM ulangan harian matematika materi


Bilangan, persentase peserta didik yang mencapai KKM adalah 52,17% atau 12
orang dari 23 orang peserta didik, sedangkan pada materi Himpunan persentase
peserta didik yang mencapai KKM yaitu 34,78% atau 8 orang dari 23 orang
3

peserta didik. Terlihat bahwa ketercapaian hasil belajar peserta didik masih
tergolong rendah.
Jika dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian materi Bilangan seluruh
peserta didik tersebut yaitu 73,17. Sedangkan nilai rata-rata ulangan harian materi
Himpunan seluruh peserta didik tersebut yaitu 61,72. Terlihat bahwa nilai rata-
rata seluruh peserta didik tersebut belum mencapai KKM yang diharapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara hasil belajar yang diharapkan
dengan hasil belajar yang dicapai peserta didik.
Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran di kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru pada materi
Bentuk Aljabar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, guru mengawali
pembelajaran dengan meminta peserta didik membaca doa dan mengucapkan
salam. Kemudian menanyakan kabar dan kehadiran peserta didik. Selanjutnya
guru memotivasi peserta didik agar mengikuti pembelajaran matematika dengan
sungguh-sungguh.
Pada kegiatan inti, guru menuliskan judul materi di papan tulis. Guru
menjelaskan materi pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian contoh soal.
Guru menyajikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan meminta peserta
didik untuk mengubahnya dalam bentuk aljabar. Tidak banyak dari peserta didik
yang antusias menjawab pertanyaan dari guru tersebut. Lebih dari setengah
peserta didik di dalam kelas tampak tidak berusaha untuk mencari jawaban dan
cenderung pasif dalam pembelajaran. Pada proses pembelajaran peserta didik
kurang berpartisipasi dalam menemukan sendiri konsep materi yang diberikan.
Peserta didik lambat dalam merespon apa yang ditanyakan guru dan hanya
menjadi pendengar sehingga tidak terbiasa belajar secara mandiri.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Setelah tidak
ada lagi pertanyaan, guru memberikan soal-soal tambahan sebagai pekerjaan
rumah kemudian guru mengucapkan salam. Pada kegiatan ini guru tidak
memberikan kesimpulan dan menginformasikan materi selanjutnya.
4

Setelah melakukan pengamatan di kelas, peneliti melakukan wawancara


dengan beberapa peserta didik kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru
mengenai proses pembelajaran di kelas, diperoleh informasi bahwa 1) peserta
didik kurang mengikuti pembelajaran untuk materi yang abstrak; 2) dalam
berdiskusi, peserta didik belum memahami langkah-langkah dalam menyelesaikan
permasalahan yang disajikan sehingga cenderung menunggu hasil dari temannya;
dan 3) peserta didik hanya mengerti ketika guru menjelaskan pelajaran dan
kebingungan saat guru meminta menyelesaikan persoalan secara mandiri.
Guru matematika kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru,
menuturkan bahwa rendahnya hasil belajar matematika diduga karena peserta
didik kurang berpartisipasi aktif dan kurang mengikuti pembelajaran dengan baik
jika materi yang disajikan terlalu abstrak dan tidak dihubungkan dengan
kehidupan nyata. Peserta didik kurang memahami konsep yang diajarkan sehingga
sering mengalami kesulitan dalam menggunakan dan mengaitkan konsep dalam
kehidupan nyata secara mandiri. Selain itu, peserta didik mengalami kesulitan
dalam pengerjaan soal yang berbentuk masalah kontekstual.
Menurut penuturan guru, usaha yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran diantaranya: 1) dalam penyampaian materi guru memberikan contoh
soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar pelajaran yang didapatkan
tidak bersifat abstrak; 2) menerapkan diskusi dengan teman sebangku untuk
menyelesaikan persoalan, namun hanya peserta didik yang memiliki pasangan
yang berkemauan belajar tinggi dan berkemampuan tinggi yang mendiskusikan
persoalan yang disajikan; dan 3) guru memberikan nilai tambahan bagi peserta
didik yang cepat dalam pengerjaan soal yang diberikan saat pembelajaran, namun
hanya 2-3 orang yang selesai mengerjakan soal dalam batas waktu yang telah
ditentukan.
Setelah mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar peserta didik,
pengamatan proses pembelajaran di kelas, wawancara dengan peserta didik, dan
penuturan guru, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk
merumuskan permasalahan di kelas. Dilihat dari tingkat ketercapaian hasil belajar,
masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM. Sehingga perlu
5

perbaikan dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar


peserta didik.
Permasalahan yang dirasakan guru terhadap peserta didik di dalam kelas
antara lain: 1) peserta didik kurang merespon pertanyaan yang diajukan guru; 2)
peserta didik kurang mandiri (berusaha sendiri) untuk menyelesaikan persoalan;
3) peserta didik kurang mampu menggunakan konsep yang diajarkan dan
mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Permasalahan demikian apabila terus
dibiarkan akan berdampak terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas
VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru.
Proses pembelajaran di kelas masih perlu disesuaikan dengan Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas hendaknya
mencakup kegiatan pemberian motivasi belajar peserta didik secara kontekstual
sesuai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, melakukan apersepsi dan
menjelaskan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti disarankan untuk mendorong
peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual serta berbasis
pemecahan masalah baik individu maupun kelompok. Dalam kegiatan penutup,
guru bersama peserta didik melakukan refleksi untuk mengevaluasi aktivitas
pembelajaran, menyimpulkan materi, pemberian tugas dan menginformasikan
kegiatan pembelajaran pertemuan selanjutnya.
Dengan memerhatikan kondisi di atas, maka perlu adanya perbaikan
dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
Diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta
didik dalam belajar, merangsang peserta didik berpikir kritis, dapat menggunakan
konsep jika menemukan masalah dalam kehidupan nyata dan mampu bekerja aktif
dalam tim untuk memecahkan masalah dengan suasana menyenangkan sehingga
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah penerapan model
pembelajaran berdasarkan masalah.
Berbagai penelitian mengenai penerapan pembelajaran berdasarkan
masalah menunjukkan hasil yang positif. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa
6

Zakiya di SMPN 36 Pekanbaru tahun 2015 menunjukkan bahwa penerapan model


pembelajaran berdasarkan masalah dapat memperbaiki proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Penelitian lain oleh Isoka
Amanah Kurnia di SMPN 16 Pekanbaru tahun 2016 menunjukkan bahwa telah
terjadi perbaikan pada proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar peserta
didik saat model pembelajaran berdasarkan masalah diterapkan pada proses
pembelajaran.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, pusat pembelajaran adalah
peserta didik, sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi
peserta didik untuk aktif menyelesaikan masalah dan membangun
pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok. Peranan guru dalam
model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan model pembelajaran
berdasarkan masalah dapat memberikan kondisi belajar yang aktif kepada peserta
didik karena melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah. Peneliti akan
melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan
masalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 pada materi pokok
Segiempat dan Segitiga yaitu pada kompetensi dasar 3.11 mengaitkan rumus
keliling dan luas berbagai jenis segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat,
jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga, serta kompetensi dasar
4.11 menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling
segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga.
Peneliti memilih materi pokok Segiempat dan Segitiga karena materi
pembelajaran tersebut banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
penerapan materi dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk menghitung jarak
yang ditempuh atlet sepak bola ketika berlari mengelilingi lapangan sepak bola
yang berbentuk persegipanjang. Dengan mempelajari materi ini menggunakan
7

model pembelajaran berdasarkan masalah, diharapkan peserta didik dapat


meningkatkan hasil belajar matematika.

C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah model
pembelajaran berdasarkan masalah dapat memperbaiki proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru?”.

D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru.

E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik, penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat mengkonstruksi pengetahuan peserta didik secara berpasangan
ataupun berkelompok sehingga dapat menigkatkan hasil belajar
matematika.
2. Bagi guru, model pembelajaran berdasarkan masalah diharapkan dapat
diterapkan sebagai alternatif pembelajaran guru matematika bagi peserta
didik kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru.
3. Bagi sekolah, model pembelajaran berdasarkan masalah dapat
dikembangkan sebagai model pembelajaran matematika di SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru.
4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman yang
berharga untuk melaksanakan penelitian lain di masa mendatang.
8

F. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran
terhadap variabel yang digunakan, maka definisi operasional yang perlu
dijelaskan adalah:
1. Pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) adalah model pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata sebagai konteks bagi peserta didik
untuk terampil memecahkan masalah matematika. Tahapan yang
dilakukan dalam PBM yaitu orientasi peserta didik terhadap masalah,
mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan
individual ataupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
PBM diterapkan pada pembelajaran matematika kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 pada kompetensi
dasar 3.11 mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis segiempat
dan segitiga serta kompetensi dasar 4.11 menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat dan
segitiga.
2. Hasil belajar matematika yang dimaksud pada penelitian ini adalah
angka-angka atau skor yang dicapai atau dimiliki peserta didik kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 dari
hasil tes matematika secara tertulis setelah melalui kegiatan belajar
matematika pada kompetensi dasar 3.11 mengaitkan rumus keliling dan
luas berbagai jenis segiempat dan segitiga serta kompetensi dasar 4.11
menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan
keliling segiempat dan segitiga melalui penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah.

G. KAJIAN TEORITIS
1. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah
9

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model


pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (M. Taufiq
Amir, 2009). Pendapat lain dari Trianto (2014) menyebutkan bahwa model
pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik
yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari
permasalahan nyata.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, pusat pembelajaran
adalah peserta didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai
fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif
meyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara
berpasangan ataupun berkelompok (Muhammad Fathurrohman, 2016).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang
menggunakan masalah kehidupan nyata sebagai konteks bagi peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan secara aktif dan kolaboratif.
b. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Trianto (2014) berpendapat bahwa pembelajaran berdasarkan
masalah memiliki beberapa tujuan diantaranya: (a) membantu peserta
didik mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah; (b) belajar peranan orang dewasa yang autentik; dan (c) menjadi
pembelajar yang mandiri. Sejalan dengan Trianto, Muhammad
Fathurrohman (2016) mengemukanan bahwa tujuan utama dari
pembelajaran berdasarkan masalah bukanlah penyampaian sejumlah besar
pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah, sekaligus
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun
pengetahuan sendiri. Jadi tujuan pembelajaran berdasarkan masalah
10

dirancang untuk dapat merangsang keterampilan berpikir dan kemampuan


pemecahan masalah serta menjadi peserta didik yang mandiri.
c. Karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Ciri utama yang membedakan suatu model pembelajaran dengan
yang lainnya adalah adanya karakteristik yang khusus dari model
pembelajaran tersebut. Berdasarkan pendapat Muhammad Fathurrohman
(2016) pembelajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik yaitu: (a)
belajar dimulai dengan suatu masalah; (b) memastikan bahwa masalah
yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata peserta didik atau
integrasi konsep dan masalah di dunia nyata; (c) mengorganisasikan
pelajaran di seputar masalah, bukan di seputar disiplin ilmu; (d)
memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam
membentuk dan menjalankan secara lansung proses belajar mereka
sendiri; (e) menggunakan kelompok kecil; dan (f) menuntut pembelajar
untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk
suatu produk.
Karakteristik pembelajaran berdasarkan masalah yang telah
disebutkan di atas, memberikan kelebihan dibanding dengan model
pembelajaran lainnya. Keunggulan tersebut seperti: (a) peserta didik lebih
memahami konsep yang diajarkan; (b) terlibat secara aktif memecahkan
masalah dan menuntut keterampilan berpikir peserta didik yang lebih
tinggi; (c) pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki
peserta didik sehingga pembelajaran lebih bermakna; (d) peserta didik
dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan
langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata; (e) menjadikan peserta didik
lebih mandiri, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang
lain; dan (f) pengondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang
saling berinteraksi, sehingga pencapaian ketuntasan belajar peserta didik
dapat diharapkan (Trianto, 2014).
11

d. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Proses penyelesaian masalah dilakukan melalui beberapa langkah
aktivitas guru dan peserta didik. Mengutip dari Trianto (2014), Ibrahim &
Nur mengatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah terdiri atas
lima tahap atau sintaks yaitu:
Tabel 4. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap/Sintaks Aktivitas Guru
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Mengorientasi peserta didik logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
terhadap masalah demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap 2 Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan
Mengorganisasi peserta didik mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
untuk belajar dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
individual maupun kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4 Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
menyajikan hasil karya dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
Tahap 5 Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau
Menganalisis dan mengevaluasi evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
proses pemecahan masalah proses pemecahan masalah yang mereka gunakan.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran yang


penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan
membuka dialog. Ridwan Abdullah Sani (2013) mengembangkan variasi
tahapan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah yaitu:
1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan
sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta
didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang harus
dilakukan, dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
12

3) Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan


mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain).
4) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
5) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
6) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sunardi dan Imam Sujadi (2017) menyusun langkah-langkah
pembelajaran berdasarkan masalah untuk sumber belajar calon peserta
program PLPG. Langkah-langkah yang disusun tersebut yaitu:

Tabel 5. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Langkah Deskripsi
Langkah 1  Guru menyajikan fenomena yang mengandung masalah yang sesuai
Klarifikasi dengan kompetensi dasar atau indikator. Bentuknya bisa berupa gambar,
Permasalahan teks, video, vignettes, fenomena riil, dan sebagainya.
 Peserta didik melakukan identifikasi terhadap fenomena yang
ditampilkan guru untuk menmukan masalah dari fenomena yang
ditampilkan.
 Peserta didik melakukan klarifikasi terhadap masalah yang ditemukan.
Langkah 2  Peserta didik mengidentifikasi masalah dan melakukan brainstorming
Brainstorming dengan fasilitasi guru.
 Guru memfasilitasi peserta didik untuk mengklarifikasi fakta, konsep,
prosedur dan kaidah dari masalah yang ditemukan.
 Peserta didik melakukan brainstorming dengan cara sharing
information, klarifikasi informasi dan data tentang masalah yang ada,
melakukan peer learning dan bekerjasama (working together).
 Peserta didik mendapatkan deskripsi dari masalah, apa saja yang perlu
dipelajari untuk menyelesaikan masalah, deskripsi konsep yang sudah
dan belum diketahui, menemukan penyebab masalah, dan menyusun
rencana untuk menyelesaikan masalah.
 Peserta didik mengembangkan alternatif penyelesaian masalah.
 Peserta didik menyusun dan mengembangkan action plan untuk
penyelesaian masalah.
Langkah 3  Peserta didik melakukan kegiatan pengumpulan data dan informasi
Pengumpulan terkait dengan penyelesaian masalah, perpustakaan, web, dan berbagai
Informasi dan Data sumber data yang lain serta melakukan observasi.
 Peserta didik secara mandiri mengolah hasil pengumpulan
informasi/data untuk dipergunakan sebagai solusi dalam menyelesaikan
masalah.
13

Langkah 4  Peserta didik kembali melakukan brainstorming, klarifikasi informasi,


Berbagi Informasi konsep dan data terkait dengan permasalahan yang ada dan menemukan
dan Berdiskusi solusinya, melakukan peer learning dan bekerjasama (working
untuk Menemukan together).
Solusi  Peserta didik merumuskan dan menetapkan solusi (pemecahan masalah).
Penyelesaian  Peserta didik menyusun laporan hasil diskusi penyelesaian masalah.
Masalah
Langkah 5  Peserta didik mempresentasikan hasil brainstorming-nya tentang solusi
Presentasi Hasil yang dikemukakan untuk penyelesaian masalah.
Penyelesaian  Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.
Masalah  Peserta didik me-review, menganalisis, mengevaluasi dan refleksi
terhadap pemecahan masalah yang ditawarkan beserta reasoning-nya
dalam diskusi kelas.
 Peserta didik melakukan perbaikan berdasarkan hasil diskusi.
Langkah 6  Peserta didik mengemukakan ulasan terhadap pembelajaran yang
Refleksi dilakukan.
 Guru dan peserta didik memberikan apresiasi atas partisipasi semua.

Dalam penelitian ini, peneliti mengombinasikan pendapat dari


Ibrahim dan Nur, Ridwan Abdullah Sani, Sunardi dan Imam Sujadi untuk
menyusun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan masalah. Secara
umum langkah pembelajaran diawali dengan pengenalan masalah kepada
peserta didik. Selanjutnya peserta didik diarahkan untuk berbagi tugas
belajar dalam kelompoknya. Dilanjutkan dengan kegiatan penyelesaian
masalah kemudian mempresentasikan hasil pemecahan masalah tersebut di
depan kelas. Akhir dari kegiatan itu dilakukan refleksi dan evaluasi
terhadap hasil penyelidikan peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran
berdasarkan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Mengorientasi peserta didik terhadap masalah
Pada tahap ini, guru menyajikan fenomena yang mengandung masalah
yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi yang hendak
dicapai. Guru membangun sikap positif terhadap pelajaran dan
mengarahkan peserta didik untuk memahami serta mengidentifikasi
permasalahan.
2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Tahap kedua, guru mengarahkan peserta didik agar bekerjasama dalam
kelompoknya. Kerjasama meliputi pembagian tugas kerja, berdiskusi
dan mempersiapkan presentasi kelompok.
14

3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok


Tugas guru pada tahap ini yaitu mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan proses pemecahan masalah.
Guru memfasilitasi peserta didik selama proses pemecahan masalah.
Peserta didik diharapkan agar bekerjasama menyelesaikan tugas dalam
kelompok dengan teliti dan aktif berdiskusi mencari penyelesaian
masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Setelah tahap pemecahan masalah selesai, guru meminta peserta didik
menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya tersebut. Selanjutnya guru
mempersilahkan peserta didik untuk menampilkan hasil diskusinya
kepada kelompok lain.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah meliputi aktivitas
menganalisis dan mengevaluasi hasil diskusi. Guru bertugas
mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi dan melengkapi
informasi yang telah disajikan peserta didik.

2. Hasil Belajar Matematika


a. Pengertian Belajar
Tugas utama dari peserta didik adalah belajar. Belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik (Syaiful Bahri Djamarah, 2008). Daryanto (2010),
mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya
Slameto (2010) berpendapat bahwa belajar adalah proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
15

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri


dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seorang
peserta didik untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sikap,
pengetahuan dan pola pikir peserta didik tersebut.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, secara
umum hasil belajar selalu dipandang sebagai perwujudan nilai yang
diperoleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Nana Sudjana (2011)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil
belajar peserta didik dapat ditentukan oleh proses pembelajaran.
Hasil belajar dapat diukur dengan penilaian atau tes setelah proses
belajar terlaksana sebagaimana dijelaskan Dimyati dan Mudjiono (2006)
bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka
atau skor setelah diberikan tes hasil belajar setiap akhir pembelajaran. Jadi,
hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai atau dimiliki peserta didik
setelah menerima pengalaman belajar dalam bentuk angka-angka atau
skor.
c. Hasil Belajar Matematika
Mulyono Abdurrahman (2003) menyatakan hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar.
Mengutip dari Jefri Rohan (2012), Hudoyo mengatakan bahwa hasil
belajar matematika adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang
peserta didik terhahap bidang studi matematika setelah menempuh proses
pembelajaran yang terlihat pada nilai yang diperoleh melalui tes hasil
belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika yang dimaksud pada penelitian ini adalah angka-angka atau
skor yang dicapai atau dimiliki peserta didik dari hasil tes matematika
secara tertulis setelah melalui proses belajar matematika pada kompetensi
16

dasar 3.11 mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis segiempat
dan segitiga serta kompetensi dasar 4.11 menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat dan
segitiga melalui penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah.

3. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam


Pembelajaran Matematika
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016). Kegiatan pendahuluan
merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran. Kegiatan
pendahuluan ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan
perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru menyiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, memotivasi belajar peserta
didik secara kontekstual, mengajukan pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya, menjelaskan tujuan pembelajaran dan cakupan
materi.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas
dan kemandirian. Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Kegiatan inti pada
penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Kegiatan belajar dilakukan sesuai dengan tahap pembelajaran berdasarkan
masalah.
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran. Dalam kegiatan penutup, guru bersama
peserta didik melakukan refleksi untuk mengevaluasi aktivitas pembelajaran,
17

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, pemberian


tugas dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran dalam Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016 pada uraian di atas dan menyesuaikan tahapan pembelajaran
berdasarkan masalah, maka penerapan pembelajaran matematika pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran melalui kegiatan berikut:
1) Guru meminta ketua kelas memimpin doa dan memberi salam.
2) Guru menanyakan kehadiran dan kabar peserta didik.
3) Guru menanyakan kesiapan peserta didik untuk belajar.
4) Guru meminta peserta didik untuk menyiapkan perlengkapan dan
peralatan yang diperlukan untuk belajar matematika.
5) Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari dan mengaitkannya
dengan materi yang akan dipelajari untuk menggali materi prasyarat.
6) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan memberi
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini sehingga dapat
menumbuhkan ketertarikan peserta didik terhadap materi yang
dipelajari dengan menyajikan permasalahan kontekstual.
7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
8) Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan belajar yang akan dilakukan peserta didik untuk
menyelesaikan permasalahan atau tugas.
9) Peserta didik akan belajar dan bekerja dalam kelompok yang telah
ditetapkan. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
10) Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang telah
disiapkan kepada setiap anggota kelompok.
b. Kegiatan Inti
Tahap 1: Mengorientasi peserta didik terhadap masalah
18

1) Guru meminta peserta didik untuk membaca dan memahami


permasalahan yang ada di LKPD (mengamati).
2) Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi apa yang diketahui dan
ditanyakan dari masalah yang ada di LKPD (menanya).
Tahap 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
3) Guru meminta peserta didik bekerjasama dalam kelompok untuk
mendiskusikan penyelesaian masalah pada LKPD.
4) Guru mengarahkan agar masing-masing kelompok menunjuk
moderator dalam kelompoknya untuk mengkoordinir jalannya
diskusi.
5) Guru meminta agar semua peserta didik menuliskan hasil diskusinya
pada LKPD masing-masing.
6) Guru memberitahukan bahwa tiap kelompok akan membuat laporan
hasil diskusi kelompoknya pada kertas karton yang telah disediakan.
7) Guru meminta masing-masing kelompok membagi tugas dalam
mempersiapkan presentasi dan menunjuk perwakilan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
8) Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan penyelesaian
permasalahan pada LKPD (mengumpulkan informasi).
9) Guru membimbing peserta didik memahami langkah-langkah dalam
mengisi LKPD, namun tidak membimbing penyelesaian masalah
(mengasosiasi).
10) Guru menyemangati peserta didik agar bekerjasama menyelesaikan
tugas dalam kelompok dengan teliti, disiplin, peduli, santun dan
berkomunikasi dengan baik.
11) Guru memonitor pekerjaan tiap kelompok selama mengerjakan
LKPD. Semua anggota kelompok diminta untuk aktif berdiskusi
mencari penyelesaian masalah.
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
19

12) Guru meminta peserta didik untuk menyimpulkan hasil diskusi


kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan di LKPD.
13) Guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas secara tertulis dan lisan
(mengkomunikasikan).
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
14) Guru bersama-sama dengan peserta didik menganalisis dan
mengevaluasi hasil diskusi kelompok penyaji serta tanggapan
peserta didik yang lain.
15) Guru mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, maupun
melengkapi informasi yang telah disajikan peserta didik.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup dilakukan melalui kegiatan berikut:
1) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2) Guru memberikan tes tertulis secara individu tentang materi yang
telah dipelajari.
3) Guru memberikan tugas sebagai penguatan untuk dikerjakan di
rumah.
4) Guru meginformasikan agar peserta didik mempelajari materi
berikutnya.
5) Guru menutup pembelajaran dengan mengajak peserta didik
membaca doa dan mengucapkan salam.

4. Hubungan Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah


dengan Hasil Belajar Matematika
Guru adalah faktor yang sangat menentukan keberhasilan peserta
didik. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan peserta didik dalam
belajar adalah model pembelajaran yang diterapkan guru. Oleh karena itu,
guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai diterapkan dalam proses
pembelajaran sehingga peserta didik memperoleh hasil belajar yang
20

diharapkan. Hasil belajar peserta didik akan baik jika peserta didik memiliki
pemahaman dan keterampilan berpikir terhadap materi pelajaran. Salah satu
upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan
menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan adalah model pebelajaran berdasarkan masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa tahapan
pembelajaran. Pada fase orientasi peserta didik pada masalah, peserta didik
diberikan kesempatan untuk memahami permasalahan secara individu. Guru
dapat memancing peserta didik untuk bertanya atau memberikan tanggapan
terhadap permasalahan yang disajikan. Permasalahan kontekstual yang
disajikan dapat menimbulkan rasa ingintahu pada peserta didik sehingga
menambah minat peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada fase mengorganisasi peserta didik untuk belajar, guru
memberikan informasi kegiatan yang akan dilakukan peserta didik, sehingga
peserta didik lebih terarah dan mempunyai tujuan yang jelas dalam
menyelesaikan LKPD melalui diskusi kelompok. Peserta didik juga dapat
mempersiapkan diri untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya sesuai dengan
penjelasan guru.
Pada fase membimbing penyelidikan individu maupun kelompok,
peserta didik mulai mengumpulkan informasi dari permasalahan yang
diberikan. Dengan diskusi kelompok, peserta didik dapat bertukar pikiran
sehingga masing-masing anggota kelompok memperoleh pengetahuan yang
sama. Kegiatan dalam menyelesaikan LKPD dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah dimulai dari memahami permasalahan, mengumpulkan
informasi, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan proses
penyelesaian masalah, hingga evaluasi proses pemecahan masalah merupakan
kegiatan yang dapat membantu peserta didik lebih mendalami materi yang
dipelajari.
Pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya, peserta didik
dilatih untuk mengkomunikasikan hasil diskusinya. Kegiatan ini melatih
21

keaktifan peserta didik di dalam pembelajaran dan menumbuhkan keberanian


peserta didik berbicara di depan kelas.
Pada fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, guru akan memberikan penguatan terhadap proses pemecahan
masalah. Guru juga mengajak peserta didik mengingat kembali langkah-
langkah apa saja yang telah dilalui peserta didik dalam menyelesaikan LKPD.
Kegiatan ini menambah penguasaan materi oleh peserta didik.
Selain kelebihan berdasarkan kegiatan pembelajarannya, penerapan
PBM juga memiliki beberapa kelebihan. Wina Sanjaya (2011) menyusun
beberapa kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu:
a. memiliki teknik yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran;
b. menantang kemampuan peserta didik untuk menemukan pengetahuan
baru;
c. meningkatkan aktivitas pembelajaran;
d. mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata;
e. membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan dan memberikan
tanggungjawab kepada peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan;
f. mendorong peserta didik melakukan evaluasi diri.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan di atas,
terlihat bahwa penerapan pembelajaran berdasarkan masalah dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran, membantu peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan, mengembangkan komunikasi dan
membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan pembelajaran kolaboratif yang pada hakikatnya merupakan
pengalaman pribadi peserta didik yang didapat melalui kerja ilmiah selama
menyelesaikan lembar kerja. Dalam diskusi kelompok, setiap peserta didik
berperan aktif, saling memberi kontribusi, saling menghargai pendapat dan
saling menghargai kemampuan orang lain. Masalah kontekstual yang
digunakan dalam PBM akan memudahkan peserta didik untuk memahami
22

secara keseluruhan apa yang terjadi dan apa yang menjadi masalah sehingga
peserta didik dapat menyusun rencana penyelesaian dengan baik.
Kegiatan belajar yang efektif tidak hanya meningkatkan pemahaman
dan daya serap peserta didik tetapi juga melibatkan keterampilan berpikir.
Herman Hudojo (2005) mengatakan bahwa peningkatan hasil belajar peserta
didik tidak terlepas dari pengalaman belajar yang dialami peserta didik
sebagai suatu proses belajar. Dengan demikian, berdasarkan kelebihan-
kelebihan yang telah diuraikan, maka memungkinkan terjadinya perbaikan
proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar peserta didik setelah
diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah.
Hal ini juga didukung oleh penelitian tindakan kelas yang dilakukan
oleh Muhammad Sergio Virnando (2015) yang menunjukkan bahwa
penerapan model PBM dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta
didik kelas VII.5 SMPN 4 Pekanbaru dengan persentase peningkatan hasil
belajar dari 39,9% pada skor dasar, 45,46% pada ulangan harian I hingga
84,85% pada ulangan harian II. Oleh karena itu, penerapan model
pembelajaran berdasarkan masalah diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future Islamic School
Pekanbaru pada KD 3.11 mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis
segiempat dan segitiga serta KD 4.11 menyelesaikan masalah kontekstual
yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat dan segitiga.

H. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan model
pembelajaran berdasarkan masalah maka dapat memperbaiki proses pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future
Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 pada kompetensi dasar
pengetahuan yaitu 3.11 mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis
segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga, serta kompetensi dasar keterampilan yaitu 4.11
menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling
23

segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan


layang-layang) dan segitiga.

I. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII SMPIT Future Islamic
School Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2017/2018.

2. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pola
kolaboratif. Penelitian tindakan kelas didefinisikan oleh Kunandar (2011)
sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru
yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang
lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di
kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu peneliti dan guru
bekerjasama dalam perencanaan, proses pelaksanaan tindakan yang dilakukan
sejalan dengan pengamatan dan refleksi. Dalam proses pembelajaran nantinya
akan menggunakan model yang mengarahkan peserta didik pada kegiatan
orientasi pada masalah, menemukan masalah dan pemecahan masalah.
Peneliti akan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah agar
peserta didik dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari, lebih aktif dalam proses berpikir dan terbiasa
berkolaborasi dalam kegiatan belajar.
Pelaksanaan tindakan akan dilakukan oleh peneliti (sebagai guru),
sedangkan guru mata pelajaran matematika dan seorang mahasiswa
pendidikan matematika akan bertindak sebagai pengamat. Tindakan yang
akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
24

berdasarkan masalah pada materi pokok Segiempat dan Segitiga kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru tahun pelajaran 2017/2018 pada
semester genap.
Suharsimi Arikunto (2015) mengatakan bahwa secara garis besar
penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Siklus pada
penelitian ini berpedoman pada Suharsimi Arikunto (2015) namun hanya
menggunakan dua siklus dengan empat tahapan. Setiap siklus terdiri dari tiga
pertemuan. Siklus dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas


Secara lebih rinci penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui empat
tahap, yaitu :
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti akan mempersiapkan instrumen
penelitian yaitu perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data.
Peneliti akan menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk enam kali pertemuan dan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk enam kali pertemuan.
Instrumen pengumpul data yang digunakan ialah lembar pengamatan dan
25

tes hasil belajar matematika. Lembar pengamatan terdiri dari lembar


pengamatan aktivitas guru dan lembar pengamatan aktivitas peserta didik
untuk tiap pertemuan. Perangkat tes hasil belajar matematika dalam
penelitian ini terdiri dari kisi-kisi kuis I dan kisi-kisi kuis II, kuis I dan kuis
II serta alternatif jawaban kuis I dan kuis II.
Pada tahap perencanaan ini peneliti akan berdiskusi dengan guru
matematika kelas VII yang akan menjadi pengamat dalam penelitian.
Diskusi ini bertujuan untuk merumuskan hal-hal teknis yang akan peneliti
gunakan dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman atau tindakan
peneliti di kelas. Selain itu, diskusi ini juga berguna agar peneliti dan
pengamat sama-sama memahami prosedur yang akan peneliti terapkan di
kelas penelitian.
Selain itu, peneliti juga akan menentukan skor dasar individu dan
akan menyusun kelompok. Skor dasar individu diperoleh dari hasil
ulangan harian pada materi sebelumnya yang diberikan oleh guru
matematika. Penyusunan kelompok terdiri dari 4-5 orang peserta didik
dengan tingkat kemampuan akademis heterogen. Pembagian anggota
kelompok terdiri dari tiga kelompok yang beranggotakan lima orang
peserta didik dan dua kelompok yang beranggotakan empat orang peserta
didik.
b. Pelaksanaan Tindakan (action)
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari perencanaan.
Pada tahap ini, peneliti akan bertindak sebagai guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan RPP-1, RPP-2 dan RPP-3 yang
dilaksanakan pada siklus I, sedangkan RPP-4, RPP-5 dan RPP-6 yang
dilaksanakan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah pada model pembelajaran berdasarkan masalah.
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan
peserta didik selama proses pembelajaran di dalam kelas. Pengamatan
berlangsung dalam waktu yang bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
26

Dari hasil pengamatan akan diketahui keoptimalan pelaksanaan tindakan.


Pengamat aktivitas guru pada penelitian ini yaitu guru mata pelajaran
matematika kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru, sedangkan
pengamat aktivitas peserta didik yaitu seorang mahasiswa pendidikan
matematika.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2015). Dalam refleksi, ada
beberapa kegiatan penting, yaitu:
1) Mengkaji kekuatan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan;
2) Menjawab penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung;
3) Memperkirakan solusi atas kelemahan yang muncul;
4) Mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi;
Refleksi akan dilakukan pada tiap akhir siklus atau setelah tiga
kali pertemuan pembelajaran di kelas. Dalam melaksanakan refleksi,
peneliti akan berdiskusi dengan pengamat. Peneliti dan pengamat
menganalisis data hasil pengamatan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan tindakan guru pada siklus I. Kekuatan yang ditemukan akan
dipertahankan pada siklus II. Sedangkan kelemahan yang ditemukan akan
menjadi dasar untuk rencana perbaikan siklus II.
Saat tindakan dan pengamatan pada siklus II berakhir, peneliti
dan pengamat akan kembali melakukan refleksi. Pada tahap ini, peneliti
mengakhiri siklus pada penelitian tindakan. Hasil dari refleksi siklus II
akan disarankan untuk rencana penelitian kepada peneliti lain yang akan
melaksanakan penelitian sejenis.

3. Subjek Penelitian
Adapun subjek dari penelitian yang dilakukan adalah peserta didik
kelas VII semester genap tahun pelajaran 2017/2018 SMPIT Future Islamic
School Pekanbaru. Jumlah peserta didik di kelas tersebut adalah 23 orang
27

yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 8 orang perempuan dengan tingkat
kemampuan akademis yang heterogen.

4. Instrumen Penelitian
a. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang disusun pada penelitian ini adalah:
1) Silabus
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, silabus
merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Silabus memuat identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, materi pokok, kompetensi inti, kompetensi
dasar, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
Kompetensi dasar yang termuat dalam silabus ini yaitu 3.11
mengaitkan rumus keliling dan luas berbagai jenis segiempat (persegi,
persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga, dan 4.11 menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegipanjang,
belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). RPP merupakan pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Komponen RPP terdiri atas identitas sekolah, identitas mata
pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan
pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran,
28

sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian hasil


pembelajaran.
Pembuatan RPP pada penelitian ini mengacu pada langkah-
langkah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. RPP
dirancang untuk enam kali pertemuan dengan pembagian materi yang
telah dikembangkan pada silabus, yaitu:
a) RPP-1 memuat materi Persegipanjang dan Persegi
b) RPP-2 memuat materi Jajargenjang
c) RPP-3 memuat materi Trapesium
d) RPP-4 memuat materi Belahketupat
e) RPP-5 memuat materi Layang-layang
f) RPP-6 memuat materi Segitiga
3) Lembar Kerja Peserta Didik
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berisi langkah kerja
dalam mengkonstruksi konsep dan prosedur yang dibuat sedemikian
rupa sehingga peserta didik mampu menyelesaikan suatu permasalahan
secara individu maupun kelompok. Pembuatan LKPD bertujuan untuk
mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran kelompok dan
membantu peserta didik mengumpulkan informasi tentang materi yang
dipelajari sehingga peserta didik dapat mengembangkan dan
membangun pemahamannya terhadap materi. LKPD dirancang untuk
enam kali pertemuan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, yaitu:
a) LKPD-1 materi Persegipanjang dan Persegi
b) LKPD-2 materi Jajargenjang
c) LKPD-3 materi Trapesium
d) LKPD-4 materi Belahketupat
e) LKPD-5 materi Layang-layang
f) LKPD-6 materi Segitiga
b. Instrumen Pengumpul Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data hasil
pengamatan tentang aktivitas guru dan peserta didik selama proses
29

pembelajaran, serta data tentang hasil belajar matematika setelah proses


pembelajaran. Pengumpulan data tersebut melalui:
1) Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Lembar pengamatan digunakan untuk melihat pelaksanaan
tindakan berdasarkan RPP sesuai model pembelajaran berdasarkan
masalah. Lembar pengamatan aktivitas guru memuat indikator yang
harus dilaksanakan guru. Sedangkan lembar pengamatan aktivitas
peserta didik memuat indikator yang dilaksanakan peserta didik. Data
dari lembar pengamatan digunakan saat refleksi untuk rencana
perbaikan siklus berikutnya dan akan dianalisis untuk melihat perbaikan
proses pembelajaran.
2) Tes Hasil Belajar Matematika
Tes hasil belajar matematika digunakan untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan persoalan matematika.
Data akan dikumpulkan melalui tes tertulis dalam kuis I dan kuis II.
Soal akan disusun dalam bentuk uraian sesuai kisi-kisi yang dibuat
untuk mencapai indikator pada kompetensi dasar pengetahuan dan
keterampilan.
Penilaian kuis dilakukan untuk mengukur kemampuan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Pemeriksaan tes hasil
belajar matematika peserta didik didasarkan pada alternatif jawaban.
Alternatif jawaban digunakan sebagai pedoman penskoran untuk
mengukur kemampuan pengetahuan dan rubrik penilaian untuk
mengukur kemampuan keterampilan.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas guru
dan peserta didik adalah teknik pengamatan. Sedangkan teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar matematika peserta didik
adalah teknik tes tertulis.
30

a. Teknik Pengamatan
Kunandar (2011) menyatakan pengamatan dalam PTK adalah
kegiatan mengumpulkan data berupa proses perubahan kinerja. Teknik
pengamatan pada penelitian ini dilakukan dengan berpedoman pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan peserta didik. Pengamat aktivitas
guru dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru. Langkah-langkah dalam
melaksanakan pengamatan aktivitas guru adalah:
1) Pengamat mengamati aktivitas guru berdasarkan deskriptor yang ada
pada lembar pengamatan.
2) Pengamat memberi tanda checklist (√) pada kotak yang telah tersedia
sesuai dengan kriteria kemunculan deskriptor.
3) Pengamat menuliskan komentar sebagai bentuk uraian lebih lanjut
jika ada yang perlu diperbaiki atau diperhatikan dalam refleksi untuk
penyusunan rencana tindakan selanjutnya.
4) Pengamat dan peneliti mendiskusikan kekuatan dan kelemahan pada
tindakan guru sesuai dengan lembar pengamatan yang telah diisi.
Pengamat aktivitas peserta didik adalah seorang mahasiswa
pendidikan matematika. Langkah-langkah dalam melaksanakan
pengamatan aktivitas peserta didik adalah:
1) Pengamat mengamati aktivitas peserta didik berdasarkan deskriptor
yang ada pada lembar pengamatan.
2) Apabila pengamat merasa pengamatannya pada tiap kelompok
belum maksimal, pengamat diperbolehkan merekam aktivitas peserta
didik menggunakan media elektronik.
3) Pengamat memberi tanda checklist (√) pada kotak yang telah tersedia
sesuai dengan kriteria kemunculan deskriptor.
4) Pengamat menuliskan komentar sebagai bentuk uraian lebih lanjut
terhadap aktivitas yang dilakukan peserta didik.
31

5) Pengamat dan peneliti mendiskusikan aktivitas peserta didik yang


belum sesuai dengan deskriptor agar tidak terulang pada pertemuan
selanjutnya.
b. Teknik Tes
Pelaksanaan kuis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Peneliti menginstruksikan peserta didik untuk menjarakkan tempat
duduk, sehingga tidak ada peserta didik yang berdekatan.
2) Peneliti memberitahu aturan pelaksanaan kuis.
3) Peneliti membagikan soal kuis yang terdiri dari dua paket.
4) Peneliti memberitahu peserta didik mengenai waktu pengerjaan soal.
5) Peneliti dibantu pengamat dalam mengawasi pelaksanaan kuis.
6) Peserta didik menyelesaikan kuis selama waktu yang disediakan.
7) Peneliti memberitahu bahwa waktu kuis berakhir dan meminta
peserta didik mengumpulkan lembar jawaban ke meja guru.

6. Teknik Analisis Data


Sugiyono (2007) berpendapat bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.
Data pada penelitian ini diperoleh melalui pengamatan aktivitas guru
dan peserta didik serta tes hasil belajar matematika peserta didik. Data yang
diperoleh dari lembar pengamatan merupakan data kualitatif. Data dianalisis
dengan teknik analisis deskriptif naratif, yang bertujuan menggambarkan data
tentang aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran.
Data yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika peserta didik
dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
32

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul


sebagaimana adanya tanpa bermaksud memberikan kesimpulan yang berlaku
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2007). Adapun analisis yang dilakukan
pada penelitian ini adalah:
a. Analisis Data tentang Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Analisis data ini didasarkan dari hasil lembar pengamatan. Data
hasil pengamatan aktivitas guru dan peserta didik yang merupakan data
kualitatif dianalisis secara deskriptif naratif. Tahapan dalam analisis data
kualitatif terdiri dari tiga yaitu reduksi data, paparan data dan penarikan
kesimpulan.
1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan
fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah
sehingga data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih
jelas. Dalam mereduksi data, peneliti berkolaborasi dengan pengamat.
Setelah melakukan pengamatan, pengamat dan peneliti mendiskusikan
hasil pengamatan masing-masing pertemuan.
2) Paparan Data
Paparan data adalah penjabaran data sedemikian rupa sehingga
dapat dipahami secara jelas. Data yang dijabarkan berasal dari data
yang telah direduksi sebelumnya. Pemaparan data disajikan dalam
bentuk teks naratif sehingga diperoleh deskripsi tentang kelemahan dan
kekuatan atas pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Pemaparan
data dilakukan setelah berakhir satu siklus. Penjabaran data yang
bersifat sistematis akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang
terjadi sehingga memudahkan dalam penarikan kesimpulan.
3) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan upaya memberikan penilaian
atau interpretasi berdasarkan paparan data yang telah dilakukan.
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah berakhir satu siklus.
Kesimpulan ini merupakan evaluasi terhadap proses dan hasil yang
33

telah dicapai setelah dilakukan tindakan. Kesimpulan yang dirumuskan


apakah telah menjawab rumusan masalah penelitian. Peneliti merefleksi
hasil pengolahan data tersebut. Hasil refleksi ini dijadikan acuan dalam
merencanakan perbaikan pada tindakan siklus selanjutnya.
b. Analisis Data Pencapaian Hasil Belajar Matematika Peserta Didik
Data hasil belajar peserta didik yang merupakan data kuantitatif
dianalisis secara statistik deskriptif. Data hasil belajar matematika peserta
didik dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik
pada siklus I dan siklus II. Analisis data dilakukan dengan melihat hasil
belajar peserta didik secara individu. Data hasil belajar matematika peserta
didik dianalisis berdasarkan ketercapaian KKM, rata-rata hasil belajar
peserta didik, dan distribusi frekuensi.
1) Analisis Data Ketercapaian KKM
Analisis ketercapaian KKM dilakukan dengan
membandingkan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM
pada skor dasar dan tes hasil belajar matematika setelah diterapkan
model pembelajaran berdasarkan masalah yaitu gabungan kuis I dan
kuis II. Peningkatan hasil belajar peserta didik dilihat dengan mencari
selisih kedua perbandingan persentase tersebut. Hasil belajar dikatakan
meningkat apabila persentase jumlah peserta didik yang mencapai
KKM setelah tindakan lebih tinggi dari sebelum dilakukan tindakan.
KKM ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada
standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik
peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan. KKM yang digunakan pada penelitian ini sesuai yang
ditetapkan SMPIT Future Islamic School Pekanbaru untuk pelajaran
matematika kelas VII yaitu 75. Pada penelitian ini, peserta didik
dikatakan mencapai KKM jika memperoleh nilai ≥ 75. Persentase
jumlah peserta didik yang mencapai KKM dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
34

𝐽𝑠
𝑃𝑠 = x 100%
𝐽𝑘
Keterangan : Ps = Persentase peserta didik yang mencapai KKM
Js = Jumlah peserta didik yang mencapai KKM
Jk = Jumlah seluruh peserta didik
a) Analisis Data Ketercapaian KKM Indikator Pengetahuan
Analisis data ketercapaian KKM indikator pengetahuan
dilakukan untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator oleh
masing-masing peserta didik. Peserta didik dikatakan telah mencapai
kriteria ketuntasan untuk setiap indikator apabila peserta didik
mencapai skor ≥75. Data peserta didik yang belum mencapai KKM
indikator selanjutnya disarankan kepada guru untuk melaksanakan
remedial. Ketercapaian KKM untuk setiap indikator dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑃
KI = x 100%
𝑆𝑀
Keterangan : KI = Ketercapaian indikator
SP = Skor yang diperoleh peserta didik
SM = Skor maksimum
b) Analisis Data Ketercapaian KKM Indikator Keterampilan
Analisis data ketercapaian KKM indikator keterampilan
dilakukan berdasarkan penilaian ketercapaian KKM seperti tabel 6
berikut:
35

Tabel 6. Kriteria Penilaian Ketercapaian KKM Indikator Keterampilan


Kriteria Skor Indikator
4 Menuliskan apa yang diketahui dan ditanya
dari permasalahan yang diberikan dengan
tepat dan lengkap
3 Menuliskan apa yang diketahui dan ditanya
dari permasalahan yang diberikan dengan
tepat tetapi kurang lengkap
Menulis yang
2 Menuliskan apa yang diketahui dan ditanya
diketahui dan ditanya
dari permasalahan yang diberikan tetapi
(skor maksimal 4)
kurang tepat dan kurang lengkap
1 Menuliskan apa yang diketahui dan ditanya
dari permasalahan yang diberikan tetapi tidak
tepat dan tidak lengkap
0 Tidak menuliskan apa yang diketahui dan
ditanya dari permasalahan yang diberikan
4 Menuliskan rumus yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dengan lengkap
3 Menuliskan rumus yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dengan tetapi kurang
lengkap
Menulis rumus
2 Menuliskan rumus yang digunakan untuk
(skor maksimal 4)
menyelesaikan masalah tetapi kurang tepat
dan kurang lengkap
1 Menuliskan rumus yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah tetapi tidak tepat
0 Tidak menuliskan rumus
4 Melakukan perhitungan dengan lengkap dan
tepat
3 Melakukan perhitungan dengan lengkap tetapi
kurang lengkap
Menghitung
2 Melakukan perhitungan tetapi kurang tepat
(skor maksimal 4)
dan kurang lengkap
1 Melakukan perhitungan tetapi tidak tepat dan
tidak lengkap
0 Tidak melakukan perhitungan

2) Analisis Data Rata-rata Hasil Belajar


Hasil belajar peserta didik tidak cukup hanya dilihat dari
ketercapaian KKM, karena ada kemungkinan nilai peserta didik
meningkat dari nilai skor dasar tetapi bisa juga menurun atau sama
dengan nilai skor dasar sehingga tidak terlihat peningkatan hasil belajar
36

peserta didik. Oleh karena itu diperlukan analisis rata-rata hasil belajar
peserta didik untuk melihat keakuratan peningkatan hasil belajar.
Data hasil belajar matematika seluruh peserta didik dihitung
rata-ratanya. Data yang dihitung rata-ratanya yaitu skor dasar, kuis I
dan kuis II. Hasil belajar yang sudah dirata-ratakan akan dilihat
peningkatan atau penurunannya. Jika rata-rata hasil belajar peserta didik
pada kuis I lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar peserta didik
pada skor dasar maka terjadi peningkatan hasil belajar. Sama halnya,
jika rata-rata hasil belajar peserta didik pada kuis II lebih tinggi
daripada rata-rata hasil belajar peserta didik pada kuis I maka terjadi
peningkatan hasil belajar.
Sugiyono (2007) menyatakan bahwa rata-rata didapat dengan
menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok kemudian dibagi
dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Untuk
mencari rata-rata hasil belajar seluruh peserta didik dapat dilakukan
dengan:
jumlah nilai seluruh peserta didik
Rata − rata = jumlah seluruh pesera didik

3) Analisis Data Distribusi Frekuensi


Data hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah tindakan
dikumpulkan. Data hasil belajar matematika peserta didik akan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi
frekuensi adalah alat penyajian data statistik yang berbentuk kolom dan
baris yang didalamnya termuat angka yang dapat menggambarkan
pencaran atau pembagian frekuensi variabel yang menjadi objek
penelitian. Penyajian data menggunakan distribusi frekuensi
dimaksudkan agar diperoleh gambaran yang ringkas dan jelas mengenai
hasil belajar peserta didik.
Pembuatan tabel distribusi frekuensi dapat dilakukan dengan
langkah pertama yaitu menentukan kelas interval. Menghitung banyak
kelas interval dapat menggunakan aturan Sturgess (Sugiyono, 2009)
dengan rumus:
37

K = 1 + 3,3 log 𝑛
Keterangan : K = Jumlah Kelas Interval
𝑛 = Jumlah peserta didik
log = Logaritma
Langkah berikutnya yaitu menghitung rentang data,
menghitung panjang kelas, menyusun interval kelas dan memasukkan
data untuk mengetahui frekuensi pada setiap kelas. Jika pada tabel
distribusi frekuensi terlihat bahwa frekuensi peserta didik yang belum
mencapai KKM menurun dari sebelum dilakukan tindakan ke setelah
dilakukan tindakan atau jika frekuensi peserta didik yang mencapai
KKM meningkat dari sebelum dilakukan tindakan ke setelah dilakukan
tindakan maka terjadi peningkatan hasil belajar.

7. Kriteria Keberhasilan Tindakan


Menurut Wina Sanjaya (2012), PTK dikatakan berhasil jika masalah
yang dikaji semakin mengerucut atau melalui tindakan setiap siklus,
permasalahan semakin terpecahkan. Dilihat dari aspek hasil belajar yang
diperoleh peserta didik, apabila hasil belajar peserta didik setelah tindakan
lebih baik dibanding sebelum tindakan maka dapat dikatakan bahwa tindakan
berhasil. Keadaan lebih baik yang dimaksudkan adalah jika terjadi perbaikan
proses pembelajaran dan meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas VII
SMPIT Future Islamic School Pekanbaru setelah penerapan pembelajaran
berdasarkan masalah. Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a) Terjadinya Perbaikan pada Proses Pembelajaran
Perbaikan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil
refleksi terhadap proses pembelajaran yang diperoleh melalui lembar
pengamatan aktivitas guru dan peserta didik. Perbaikan proses dilihat dari
terlaksananya rencana perbaikan pembelajaran pada siklus I ke siklus II.
Perbaikan proses pembelajaran terjadi jika aktivitas guru dan peserta didik
telah dilakukan dengan sempurna atau optimal.
38

b. Peningkatan Hasil Belajar Matematika


Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari analisis
data ketercapaian KKM, analisis data rata-rata hasil belajar, dan analisis
data distribusi frekuensi. Apabila dari analisis data ketercapaian KKM,
rata-rata hasil belajar dan distribusi frekuensi meningkat maka dapat
dikatakan hasil belajar peserta didik meningkat. Apabila ada salah satu
analisis yang tidak menunjukkan peningkatan hasil belajar, maka perlu
dilihat analisis mana yang lebih menunjukkan peningkatan hasil belajar.
Jika pada siklus I dan siklus II terjadi perbaikan pada proses
pembelajaran dan peningkatan hasil belajar matematika peserta didik, maka
dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik kelas VII SMPIT Future Islamic School Pekanbaru.

J. DAFTAR PUSTAKA
Annisa Zakiya. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 36
Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Yrama Widya. Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Usaha Nasional. Surabaya.
Imam Sujadi dan Sunardi. 2017. Sumber Belajar Calon Peserta Program PLPG:
Desain Pembelajaran. Kemendikbud RI. Jakarta.
Isoka Amanah Kurnia. 2017. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII5 SMP
Negeri 16 Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Riau.
Pekanbaru.
Jefrian Rohan. 2012. Hasil Belajar Menurut Ahli. (Online).
http://duniatalerun.blogspot.co.id/2012/03/hasil-belajar-menurut-ahli
(diakses 19 Februari 2018).
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Press. Jakarta.
39

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud
RI. Jakarta.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud RI.
Jakarta.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan. Kemendikbud RI. Jakarta.

M. Taufiq Amir. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.


Kencana Prenadamedia Group. Jakarta.

Muhammad Fathurrohman. 2016. Model-model Pembelajaran Inovatif: Alternatif


Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Muhammad Sergio Virnando. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VII5 SMP Negeri 4 Pekanbaru. Skripsi tidak
dipublikasikan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Rineka Cipta. Jakarta.
Nana Sudjana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Ridwan Abdullah Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.


Jakarta.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas


Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Alfabeta.


Bandung.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Syaiful Bahri Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.


40

Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan


Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Impelementasinya pada Kurikulum
2013 (Kurikulum Tematik Integratif/KTI). Kencana Prenadamedia Group.
Jakarta.

Wina Sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta.

Wina Sanjaya. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenadamedia Group.


Jakarta.

K. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai