1, Maret 2015
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the economic sector which is economic base and how the
competitiveness level in the Kedungbanteng District. The analytical methods that used are Location
Quotient and Shift Share. By using Gross Domestic Product data, analysis start 2009 to 2013. The result
of this research is that the economic sectors that include economic base are agriculture sector, trade and
the financial sector, leasing and business services sector. Sector which has a slow growth is agricultural
sector. Meanwhile, in the district Kedungbanteng economic sectors that can not compete well with other
economic sectors in the region are agriculture, quarrying, construction and services.
Keywords: economic base, Kedungbanteng District, Location Quotient, Shift Share
13
Analisis Potensi Relatif..... (Dewi)
Potensi relatif suatu daerah dapat 1. Jenis Data dan Sumber Data
mendorong pembangunan baik secara nasional Penelitian ini menggunakan data
maupun daerah. Karena pembangunan daerah sekunder yang diambil dari BPS. Data yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari digunakan mulai tahun 2009 sampai dengan
pembangunannasional dalam rangka pencapaian 2013 meliputi PDRB Kecamatan Kedung
sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan Banteng dan PDRB kabupaten Banyumas atas
potensi danpermasalahan pembangunan di dasar harga konstan.
daerah (Suhartono, 2011).
Banyaknya potensi relative suatu wilayah 2. Metode Analisis Data
yang belum diketahui secara pasti dapat Metode penelitian yang digunakan dalam
menghambat pembangunan. Karena penelitian ini adalah metode analisa kualitatif
pembangunan tanpa pengetahuan terhadap melalui
potensi relative menyebabkan tidak fokusnya arah pendekatan basis ekonomi (LQ) dan Shift Share.
dan rencana pembangunan. Sehingga informasi
mengenai potensi wilayah sangat penting bagi a. Metode location quotient
perencana pembangunan. Proses perencanaan Teori basis ekonomi mendasarkan
akan selalu tanggap dan menyesuaikan diri pandangannya bahwa laju pertumbuhan
dengan perkembangan didalam masyarakat ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
maupun berbagai sumberdaya yang peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.
menunjangnya (Arsyad,2010). Selain potensi (Tarigan, 2009). Analisis basis dan non basis
ekonomi, daya saing sektor ekonomi di pada umumnya didasarkan atas nilai tambah
kecamatan Kedungbanteng dibanding kecamatan ataupun lapangan kerja.
lain di kabupeten Banyumas juga sangat penting Metode LQ membandingkan porsi lapangan
untuk diketahui mengingat daya saing kerja/nilai tambah untuk sector tertentu diwilayah
perekonomian suatu wilayah sangat kita dibandingkan dengan porsi lapangan kerja
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Oleh /nilai tambah untuk sector yang sama secara
karena itu sangat diperlukan penelitian mengenai nasional (Tarigan,2009). Untuk mengetahui
potensi relatif wilayah kecamatan Kedungbanteng. sector basis dan non basis menggunakan
Kepemilikan atas sumberdaya suatu analisis Quotient (LQ) sebagai beriku:
wilayah dapat merubah struktur perekonomian. 𝐼𝑖⁄
𝑒
Suatu wilayah yang memiliki sumberdaya alam 𝐿𝑄 =
𝐿𝑖⁄
yang mendukung sektor pertanian maka 𝐸
perekonomiannya cenderung dikuasai oleh sektor Keterangan:
pertanian. Sehingga produk yang dihasilkan dapat li = PDRB sector i di wilayah analisis
dijual kewilayah lain dan dapat dikatakan bahwa e = PDRB di wilayah analisis
sektor pertanian menjadi sektor basis. Namun Li = PDRB sector i secara nasional
kondisi tersebut dapat berubah dalam waktu E = PDRB secara nasional
tertentu karena dengan dilaksanakannya Dari rumus diatas diketahui bahwa apabila LQ>
pembangunan dapat menyebabkan perubahan 1maka porsi lapangan kerja sector I di wilayah
struktur ekonomi. Suatu sektor analisis terhadap total lapangan kerja wilayah
dapatberkurangkontribusinya terhadap PDRB adalah lebih besar dibandingkan dengan porsi
karena digeser oleh sektor lainnya. Sehingga lapangan kerja untuk sector I secara nasional,
perekonomian yang tadinya berbasis pertanian sehingga dapat dikatakan bahwa sector tersebut
dapat berubah menjadi industri atau sebaliknya. adalah sector basis. Jika LQ< 1 adalah
Pergeseran tersebut dapat disebabkan karena sebaliknya.
pembangunan suatu sektor dengan sektor lainnya
yang tidak merata, pengelolaan sumberdaya, b. Analisis Shift-Share
investasi maupun teknologi. Analisis Shift Share digunakan untuk
Kegiatan ekonomi basis maupun menganalisis dan mengetahui pergeseran dan
kemampuan setiap sektor ekonomi dalam peranan perekonomian di daerah. Metode itu
bersaing dengan sektor yang sama dari dipakai untuk mengamati struktur perekonomian
kecamatan lain di kabupaten Banyumas sektor dan pergeserannya dengan cara menekankan
ekonomi dapat mendorong kesejahteraan pertumbuhan sektor di daerah,yang
masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka dibandingkan dengan sektor yang sama pada
meningkatkan kesejahteraan masyrakat tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional
diperlukan informasi mengenai sektor ekonomi (Lolowang dkk, 2014). Dalam analisis Shift
yang menjadi basis di kecamatan Kedungbanteng Share dibagi menjadi tiga komponen perubahan
dan bagaimana daya saingnya. atau pertumbuhan ekonomi local yaitu:
a. National Share (NS), yaitu mengukur
METODE ANALISIS perubahan ekonomi wilayah sebagai akibat
adanya kebijakan nasional.Dapat diartikan
bahwa suatu sektor ekonomi dalam suatu
14
EKO-REGIONAL, Vol.10, No.1, Maret 2015
wilayah dapat tumbuh sebagai akibat dari Sektor perdagangan merupakan salah satu
adanya kebijakan nasional. sektor yang menopang kegiatan ekonomi
b. roportional Shift /pertumbuhan masyarakat Kedungbanteng. Banyaknya
proporsional(PP), untuk mengukur perbedaan masyarakat yang bekerja pada sektor ini
pertumbuhan sektor ekonomi suatu wilayah membuat sektor perdagangan menjadi sektor
dengan pertumbuhan sektor ekonomi basis di kecamatan Kedungbanteng.
nasional. Apabila bernilai positif berarti sektor Sektor non basis di kecamatan
tersebut pertumbuhannya cepat sedangkan Kedungbanteng meliputi sektor penggalian,
apabila bernilai negative berarti sektor sektor industry, sektor listrik,gas dan air bersih,
tersebut pertumbuhannya lambat. sektor bangunan dan sektor
ppij< 0 , menunjukkan bahwa sektor i pada angkutan/komunikasi. Sektor industri tidak
wilayah j pertumbuhannya lambat. tergolong sektor basis karena di kecamatan
ppij> 0, menunjukkan bahwa sektor i pada Kedungbanteng tidak memiliki industri
wilayah j pertumbuhannya cepat. pengolahan yang cukup besar sehingga produk
c. Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan olahannya tidak dapat dinikmati pada wilayah
Pangsa Wilayah (PPW), untuk mengukur lain. Untuk sektor listrik, gas dan air bersih tidak
kinerja/ daya saing sektor ekonomi suatu termasuk sektor basis disebabkan karena
wilayah dibandingkan dengan sektor ekonomi kecamatan kedungbanteng masih mengknsumsi
wilayah nasional. listrik dan gas dari wilayah lain (impor) dan tidak
ppwij> 0 , berarti sektor/wilayah j mempunyai dapat memproduksi sendiri. Sedangkan air
daya saing yang baik dibandingkan bersih, kecamatan kedungbanteng mampu
dengan sektor/wilayah lainnya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, namun tidak
sektor i. dijual kewilayah lain. Sektor
ppwij< 0 , berarti sektor i pada wilayah j tidak angkutan/komunikasi bukan merupakan sektor
dapat bersaing dengan baik apabila basis karena dikecamatan Kedungbanteng tidak
dibandingkan dengan wilayah lainnya. memiliki sarana untuk angkutan maupun
komunikasi (terminal). Sehingga untuk
kebutuhan transportasi, masyarakat
HASIL ANALISIS kedungbanteng lebih menggantungkan pada
wilayah lain.
1. Analisis Location Quotient
2. Shift Share
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
nilai LQ setiap sektor ekonomi di kecamatan Berdasarkan hasil pengolahan data,
Kedungbanteng seperti dalam tabel 2. sektor ekonomi dengan kontribusi PN terkecil
Sektor basis di kecamatan adalah sektor penggalian. Hal ini
Kedungbanteng meliputi sektor pertanian, sektor mengindikasikan bahwa sektor penggalian di
perdagangan dan sektor keuangan, persewaan kecamatan Kedungbanteng sangat terpengaruh
dan jasa perusahaan. Sektor pertanian di atas perubahan kebijakan di kabupaten
kecamatan kedungbanteng merupakan sektor Banyumas, yang berarti bahwa apabila terjadi
yang mampu mengekspor kewilayah lain. Hal ini perubahan kebijakan kabupaten Banyumas
dikarenakan kecamatan Kedungbanteng memiliki maka kontribusi sektor penggalian beserta
dukungan alam yang baik. Dari segi lahan subsektornya akan mengalami penurunan.
pertanian yang cukup luas dengan pengairan Sedangkan sektor ekonomi dengan kontribusi
yang baik. Kecamatan kedungbanteng dilalui jalur PN terbesar adalah sektor pertanian. Hal ini
sungai banjaran yang cukup besar sehingga berarti bahwa kebijakan kabupaten Banyumas
pengairan untuk sektor pertanian cukup memadai. tidak terlalu mempengaruhiperubahan pada
sektor basis lainnya adalah sektor perdagangan. sektor pertanian kecamatan Kedungbanteng.
Tabel 2. Hasil perhitungan analisis Location Quotient (LQ) kecamatan Kedungbanteng tahun
2009 sampai dengan tahun 2013.
LQ
Sektor Ekonomi
2009 2010 2011 2012 2013
Pertanian 1,8192 1,8262 1,8504 1,8539 1,5344
Penggalian 0,5350 0,5366 0,5420 0,5430 0,3679
Industri 0,3201 0,3203 0,3228 0,3221 0,4921
Listrik, Gas, dan Air bersih 0,8506 0,8576 0,8621 0,8726 1,3387
Bangunan 0,4957 0,4919 0,4973 0,4983 0,2902
Perdagangan 1,0066 1,0055 1,0052 1,0047 1,4564
15
Analisis Potensi Relatif..... (Dewi)
16
EKO-REGIONAL, Vol.10, No.1, Maret 2015
17