TINJAUAN PUSTAKA
Analisis survival adalah salah satu metode statistik yang dapat digunakan untuk
menjawab pertanyaan apakah dan kapan suatu kejadian (event) menarik terjadi. (Guo,
2010)
Analisis survival adalah suatu metode yang berhubungan dengan waktu, mulai
dari time origin atau start point sampai dengan terjadinya suatu kejadian khusus atau
end point. Data yang diperoleh di bidang kesehatan merupakan pengamatan terhadap
pasien yang diamati dan dicatat waktu terjadinya kegagalan dari setiap individu
(Collet, 1994).
kematian, dan peristiwa-peristiwa lainnya sampai pada periode waktu tertentu. Ada
apakah bersifat parametrik atau non-parametrik, sebab tiap penyakit dan keadaan-
keadaan lainnya memiliki bentuk distribusi masing-masing; (2) Apakah faktor risiko
Analisis survival adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari variabel yang mempengaruhi suatu awal
kejadian sampai akhir kejadian, contohnya waktu yang dicatat dalam hari, minggu,
bulan, atau tahun. Untuk kejadian awal contohnya awal pasien terjangkit penyakit dan
untuk kejadian akhir contohnya kematian pasien dan kesembuhan pasien (Kleinbaum
Menurut Jakperik dan Ozoje (2012) dalam analisis survival, ada istilah failure
(meskipun peristiwa sebenarnya mungkin saja sukses) yaitu suatu kejadian dimana
tercatatnya kejadian yang diinginkan. Dalam menentukan waktu survival, ada tiga
Waktu akhir pencatatan adalah waktu pencatatan berkahir. Waktu ini berguna
untuk mengetahui status tersensor atau tidak tersensor seorang pasien untuk bisa
melakukan analisis.
3. Dan skala pengukuran sebagai batas dari waktu kejadian dari awal sampai akhir
data tersebut dikatakan sebagai waktu survival. Namun, kejadian tidak selalu
berujung pada kematian, bisa juga mengenai sembuhnya pasien dari penyakit,
kali tidak seluruh individu dapat diikuti sampai saat studi berakhir. Dengan kata lain,
beberapa individu gagal mengikuti studi sebelum studi selesai dengan berbagai
alasan, sehingga terjadilah observasi waktu yang terputus. Masalah tersebut juga
Menurut Collet (1997), data survival tidak memenuhi syarat prosedur standar
statistika yang digunakan pada analisis data. Alasan pertama karena data survival
sekelompok individu yang sama akan cenderung “positive skewed”, oleh karena itu
histogram akan semakin miring ke kanan sesuai dengan interval waktu dengan jumlah
pengamatan terbesar, sehingga tidak ada alasan untuk mengasumsikan bahwa data
2. Membandingkan fungsi survival dan fungsi hazard pada dua atau lebih kelompok.
Perbedaan antara analisis survival dengan analisis statistik lainnya adalah adanya
data tersensor. Data tersensor adalah data tercatat saat adanya informasi tentang
waktu survival individual, tetapi tidak tahu persis waktu survival yang sebenarnya
(Kleinbaum & Klein, 2011: 5-6). Menurut Catala, Orcau, Millet, Olal la, Mondragon,
1. Seseorang tidak mengalami suatu peristiwa dari awal pencatatan sampai akhir
pencatatan.
2. Sesorang hilang tanpa ada alasan ketika pencatatan sampai akhir pencatatan.
3. Seseorang tercatat keluar dari penelitian karena kematian atau beberapa alasan lain
pengamatan waktu survival hanya sebagian, tidak sampai failure event. Penyebab
1. Loss to follow up, terjadi bila obyek pindah, meninggal atau menolak untuk
berpartisipasi.
Jenis-Jenis penyensoran (Yasril, 2009) yaitu Sensor kanan dan Sensor kiri.
Dikatakan tersensor sebelah kanan (right censored) apabila subyek yang diteliti
keluar dari penelitian atau penelitian berhenti sebelum kegagalan terjadi. Dikatakan
tidak normal, sebagai contoh lepasnya atribut pekerja secara tidak wajar.
1. Penyensoran Jenis I
pengamatan yang ditentukan tercapai. Jika waktu pengamatan sama untuk semua
unit maka dikatakan penyensoran tunggal. Jika waktu pengamatan untuk setiap
unit berbeda maka dikatakan penyensoran ganda. Pada penyensoran jenis I sebelah
kiri, pengamatan dilakukan jika telah melampaui awal waktu yang ditentukan.
2. Penyensoran Jenis II
Pada penyensoran jenis II, pengamatan diakhiri setelah sejumlah kegagalan yang
telah ditetapkan, atau dapat dikatakan banyaknya kegagalan adalah tetap dan
waktu pengamatan adalah acak. Dengan penyensoran sebelah kanan jenis II,
penelitian diakhiri pada waktu kegagalan berturut ke-k dari n sampel (k < n),
dan untuk penyensoran jenis II sebelah kiri, titik awal penelitian dilakukan saat
Pada penyensoran maju, suatu jumlah yang ditentukan dari unit-unit bertahan
konseptual, hal ini sama dengan suatu praktek yang dikenal sebagai sudden-death
penyensoran sebelah kanan baik penyensoran jenis I maupun penyensoran jenis II.
Pada penelitian ini jenis yang digunakan ialah (right-concored) dengan tipe I,
yaitu ketika waktu survival (ketahanan tubuh) objek tidak lengkap pada masa follow-
up, dan ketika penelitian berakhir objek masih bertahan atau objek hilang pada masa
tiga diantaranya dipakai secara luas dalam aplikasi, yaitu dengan menerapkan fungsi
kelangsungan (survivor function), fungsi densitas (density function) dan fungsi hazard
bertahan hidup lebih dari waktu t, dan biasanya dinotasikan dengan S(t). Fungsi
survival dapat diestimasikan melalui proporsi individu yang hidup dari t atau
S(t) = (2.1)
akan meninggal pada interval yang pendek (Δt) dan dinotasikan dengan f(t).
F (t) = (2.2)
waktu (t,Δt) dengan asumsi individu tetap hidup pada interval waktu tersebut. Dan
Ln (t) = (2.3)
Untuk menghitung rata-rata hazard pada interval waktu tertentu digunakan rumus
jumlah individu yang hidup per unit waktu dalam interval difusi dengan rata-rata
Menurut (Kleinbaum dan Klein, 2005) Pada analisis survival ada 2 hal yang
mendasar yaitu fungsi survival dan fungsi hazard. Fungsi survival merupakan dasar
dari analisis ini, karena meliputi probabilitas survival dari waktu yang berbeda-beda
yang memberikan informasi penting tentang data survival. Secara teori, fungsi
2. Untuk t = 0,5 = s (0) = 1 adalah awal dari penelitian, karena tidak ada objek
meningkat tanpa limit maka tidak ada satu pun yang bertahan sehingga kurva
Berbeda dengan fungsi survival yang fokus pada tidak terjadinya peristiwa, fungsi
hazard fokus pada terjadinya peristiwa. Oleh karena itu fungsi hazard dapat
dipandang sebagai pemberi informasi yang berlawan dengan fungsi survival. Sama
halnya dengan kurva fungsi survival, kurva fungsi hazard juga memiliki karakteristik,
peristiwa yang merupakan variabel acak yang memiliki karakteristik fungsi survival
dan fungsi hazard. Jika fungsi survival dinotasikan dengan s(t) , didefinisikan sebagai
probabilitas suatu objek yang bertahan lebih dari t waktu, maka (Le, 2003):
2.2.Kaplan-Meier
Metode Kaplan Meier (1985) sangat popular untuk analisis survival yang paling
cocok digunakan ketika ukuran sampel kecil. Analisis Kaplan Meier menggunakan
asumsi sebagai berikut : (1) Subyek yang menarik diri dari penelitian secara rata-rata
memiliki “nasib” kesudahan variabel hasil (peristiwa) yang sama dengan subyek yang
variabel hasil (peristiwa). Probabilitas peristiwa untuk berbagai jangka waktu tersebut
kelangsungan hidup (yaitu, alasan observasi yang disensor tidak berhubungan dengan
selama masa interval adalah konstan, sehingga data yang diperoleh akan lebih umum.
Sedangkan pada metode Kaplan-Meier objek dianalisis sesuai dengan waktu aslinya
menggunakan waktu survival secara tepat sehingga diperoleh data yang lebih akurat.
Selain itu Kaplan-Meier merupakan metode yang digunakan ketika tidak ada model
yang layak untuk data survival. Selama hampir 4 dekade metode estimasi Kaplan-
Meier merupakan salah satu dari kunci metode statistika untuk analisis data survival
Sari, 2011)
Pada penelitian ini ialah penelitian statistik nonparametrik dengan data tersensor,
Menurut (Peto & Peto) asumsi yang sedikit berbeda dalam jumlah data dari yang
Uji log rank digunakan untuk melihat kesesuaian atau ketidak sesuaian diantara
Caranya adalah dengan membandingkan estimasi hazard function dari grup yang
diobservasi dalam waktu tertentu. Log rank test dapat di notasikan sebagai berikut
= (2.6)
(2.7)
i = 1,2,.........
Dengan Log Rank test akan di dapat hazard dan ratio grup di dalam masing-
masing covariate dan akan diketahui grup mana yang mempunyai hazard dan resiko
Model regresi Cox diperkenalkan oleh D.R. Cox pada tahun 1972 dan pertama
kali diterapkan pada data survival. Pada model tersebut variabel peyerta dimasukkan
dalam model sebagai variabel bebas dan waktu survival sebagai variabel tak bebas.
Dengan menerapkan model regresi Cox, maka akan diketahui bentuk hubungan antar
menghasilkan atau menghubungkan apa yang diinginkan dengan apa yang dikaji.
Model regresi ini dikenal juga dengan istilah proportional Hazard Model karena
asumsi proporsional pada fungsi hazardnya. Secara umum, model regresi cox
dihadapkan pada situasi dimana kemungkinan kegagalan individu pada suatu waktu
yang dipengaruhi oleh satu atau lebih variabel penjelas. (Collet, 1994)
survival yang merupakan model semi parametrik. Regresi cox proportional hazard ini
digunakan bila outcome yang diobservasi adalah panjang waktu suatu kejadian. Pada
yaitu digunakan untuk menganalisis kematian atau harapan hidup seseorang. Namun
Model regresi Cox mengasumsikan bahwa fungsi hazard adalah sebagai berikur :
h(t,x) = (2.8)
= (2.9)
variabel penjelas , relatif terhadap fungsi hazard pada waktu t untuk individu
Bentuk log linier dari merupakan bentuk yang paling umum digunakan.
= exp ( ) (2.10)
sebagai berikut:
= ( + (2.11)
disebut sebagai komponen linier model atau disebut juga risk score atau
prognostic index.
h(t) = (2.12)
Menurut Collet (1994), apabila suatu penelitian yang lebih dipentingkan seperti
variabel yang masuk atau keluar dari model dapat dilakukan dengan prosedur
seleksi maju, prosedur seleksi maju, prosedur eliminasi mundur atau prosedur
bertatar.
model
lainnya.
model dengan semua parameter estimasi (LI) dan log-likelihood dari model yang
dimana semua kovariat dianggap mendekati 0 (nol, L0). Jika nilai dari Chi-square ini
signifikan, maka kita menolak hipotesis awal dan mengasumsikan bahwa variabel
penjelas ada hubungan yang signifikan dengan waktu survival. (Collet, 1994)
Model cox proportional hazard merupakan pemodelan yang sangat terkenal pada
analisis survival. Menurut Kleinbaum dan Klein (2005) hal yang menyebabkan model
2. Dapat mengestimasi hazard ratio tanpa perlu diketahui (t) atau baseline
hazard function
spesifik
4. Merupakan model robust sehingga hasil dari model cox hampir sama dengan
yang salah
6. Lebih baik daripada model logistik ketika tersedianya informasi tentang waktu
2. Menguji hipotesis
Secara umum, ada tiga pendekatan untuk mengkaji asumsi propotional hazard
1. Pendekatan grafik
Caranya dengan membuat plot Log Minus Log (LML) dari fungsi survival.
Pada plot ini untuk setiap strata harus paralel/sejajar. Cara ini hanya dapat
Caranya adalah dengan melihat nilai p (Chi-square). Jika nilai p > 0,05 maka
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
Dengue haemorhagic fever adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina) (Seoparman , 1990).
Dengue haemorhagic fever adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes ae-
gepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
Dengue haemorhagic fever adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh vi-
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
Menurut Ditjen PPM & PL (2001) dalam Fathi. et al. (2005), penyakit demam
berdarah dengue adalah penyakit akibat infeksi virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak yang disertai
(shock).
demam berdarah dengue ini cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas
sejak tahun 1968. Keadaan ini sangat berhubungan dengan mobilitas penduduk, juga
disebabkan hubungan tranportasi yang semakin lancar serta virus dengue dan nyamuk
penularnya yang semakin tersebar luas di seluruh wilayah di Indonesia. Selain itu,
2.5.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue keempat
Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow
fever, Japanase encephalitis, dan west Nile Virus. (Suhendro, Nainggolan, Chen)
Masa inkubasi penyakit demam berdarah dengue, yaitu periode sejak virus
dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis antara 3-14 hari, rata-
rata antara 4-7 hari. Penyakit demam berdarah dengue tidak ditularkan langsung dari
orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk saat viremia, yaitu beberapa
saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam berakhir, berlangsung
Nyamuk Aedes aegypti menjadi infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah
penderita demam berdarah dengue sebelumnya. Selama periode ini, nyamuk Aedes
yang telah terinfeksi oleh virus dangue ini akan tetap infektif selama hidupnya dan
Kedua nyamuk Aedes ini, terdapat hampir di seluruh pelososk Indonesia, Kecuali
di ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Nyamuk Aedes agypti
merupakan penyebar penyakit (vektor) demam berdarah dengue yang paling efektif
Aedes aegypti sering dikaitkan dengan tempat tinggal manusia. Larva vektor ini
kebanyakan ditemukan di dalam wadah buatan yang bisa menampung air misalnya
ban-ban buangan, vas-vas bunga, kolam terbiar, dan longkang, namun bisa juga
Nyamuk dewasa biasanya gemar berada di tempat-tempat gelap yang tertutup seperti
di dalam lemari dan di bawah tempat tidur. Spesies Aedes aegypti ini selalunya aktif
pada siang hari dengan waktu puncaknya ketika awal pagi atau lewat siang. Nyamuk
tersebut dikatakan terinfeksi apabila ia menghisap darah dari orang yang darahnya
mengandung virus Dengue dan nyamuk tersebut menjadi infeksius setelah periode
nyamuk itu bisa menularkan virus Dengue dengan menghisap darah atau hanya
dengan menggigit kulit orang yang rentan (Perez J.G.R.et al., 1998).
Dalam hal ini adalah manusia yang rentan tertular penyakit demam berdarah
dengue.
2. Faktor penyebar (Vektor) dan penyebab penyakit (Agen), dalam hal ini adalah
virus DEN tipe 1-4 sebagai agen penyebab penyakit, sedangkan nyamuk
3. Faktor lingkungan
berdarah dengue.
diperdebatkan (Suhendro, 2006). Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat
dengue adalah :
mempercepat replikasi virus pad monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1
3. Semakin panjang interval antara infeksi virus dengue primer dan sekunder,
Ciri-ciri yang terdapat pada penderita penyakit demam berdarah dengue adalah
demam yang muncul secara tiba-tiba, biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari,
dan banyak lagi tanda dan gejala yang tidak spesifik. Pada fase akut serangan
penyakit ini, agak sukar untuk membedakan demam berdarah dengue dengan demam
Dengue yang biasa dan penyakit-penyakit lain yang terdapat di negara tropikal. Tidak
ada tanda patognomonik untuk penyakit demam berdarah dengue pada fase akut
(Gubler D.J., 1998). Penderita demam berdarah dengue biasanya dikenal dengan
gejala bintik-bintik atau ruam merah pada kulit yang apabila diregangkan malah
terlihat lebih jelas bintik-bintiknya. Hal itu memang telah menjadi salah satu tanda
bahwa seseorang itu telah digigit nyamuk Aedes aegypti (Departemen Kesehatan RI,
2005 dalam Pratiwi D.S., 2009). Berikut adalah beberapa gejala demam berdarah
Demam berdarah dengue dimulai dengan demam tinggi secara tiba-tiba yang terus
– menerus berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Pada hari ke-3, panas mungkin
turunyang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika
suhu tubuh tetap tinggi setelah hari ke-3, tes darah dianjurkan untuk dilakukan
karena jika penderita tidak ditangani dengan cepat dan tepat dalam waktu kurang
membedakan petekie dengan bekas gigitan nyamuk, regangkan kulit, jika bintik
merah pada kulit tersebut hilang maka bukan petekie. Petekie sering ditemukan
terutama pada hari-hari pertama demam.Jika terdapat 10 atau lebih petekie pada
kulit seluas 1 inci persegi (2,5 cm x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar)
dekat lipat siku (fossa cubiti), maka Uji Torniquet dikatakan positif.
Pembesaran hati tidak sejajar dengan tingkat keparahan penyakit dan sering
d. Renjatan (shock) Antara tanda-tanda renjatan adalah seperti kulit teraba dingin dan
gelisah, sianosis di bibir, nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba dan
trombosit kurang daripada 100.000/mm3 dan biasanya ini ditemukan di antara hari
ke-3 hingga 7 sakit. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan sampai terbukt i bahwa
jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun. Pemeriksaan dilakukan pada
saat pasien diduga menderita demam berdarah dengue, bila normal maka diulang
g. Gejala klinis lain seperti nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut,
diare atau konstipasi, dan kejang. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia yang
2.5.6 Diagnosis
diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan bila semua hal ini terpenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
kelamin.
hiponatremia.
Terdapat 4 derajat spektrum klinis demam berdarah dengue (WHO, 1997 dalam
perdarahan lain.
tekanan darah menurun atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
untuk mengatasi kehilangan suatu cairan plasma sebagai akibat dari peningkatan
dianjurkan untuk dirawat dirumah sakit di ruang perawatan biasa, akan tetapi pada
intensif. Untuk dapat melakukan perawatan demam berdarah dengue dengan baik
perlu dokter dan perawat yang terampil serta laboratorium yang memadai, cairan
kristaloid dan koloid serta bang darah yang siap bila diperlukan. Untuk mengurangi
angka kematian perlu dilakukan diagnosis dini dan edukasi untuk dirawat bila
dengue terletak pada keterampilan dokter dalam mengatasi peralihan fase, dari fase
demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.
spesifik, oleh karena itu masyarakat atau orang tua diharapkan untuk waspada jika
melihat tanda atau gejala yang mungkin merupakan gejala awal perjalanan penyakit
demam berdarah dengue. Petama – tama ditentukan terlebih dahulu adakah tanda
kedaruratan yaitu tanda syok ( gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin,
kulit lembab), muntah terus menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah,
berak hitam, maka pasien perlu dirawat (tatalaksana disesuaikan). Apabila tidak
dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji tourniquet: apabila uji tourniquet positif
dirawat untuk observasi. Apabila uji tourniquet positif dengan trombosit >100.000/ul
atau normal atau uji tourniquet negativ, pasien boleh pulang dengan pesan untuk
datang kembali setiap hari sampai suhu turun. Nilai gejala klinis dan lakukan
pemeriksaan Hb,Ht dan trombosit setiap kali selama anak masih demam. Bila terjadi
kepada orang tua : anak dianjurkan minum banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit,
jus buah, dan lain –lain, serta diberikan obat antipiretik golongan parasetamol
seperti anak menjadi gelisah, ujung kaki/tangan dingin, muntah, lemah, dianjurkan
e. Telah mengalami masa perawatan lebih dari 2 hari, bagi pasien DBD yang
mengalami syok
tersebut diperlukan beberapa prosedur yang sulit yang melibatkan Rumah Sakit
terdekat. Hal ini karena fogging yang terlalu sering tidak baik untuk kesehatan
mulanya dianggap oleh masyarakat sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi
masalah penyakit demam berdarah. Hal tersebut ternyata tidak selalu benar, karena
pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan metode ini hanyalah bertujuan untuk
membunuh nyamuk dewasa yang infektif, yaitu nyamuk yang di dalam tubuhnya
telah mengandung virus Dengue dan siap menularkan pada orang lain. Sedangkan
masyarakat berperilaku hidup sehat, yaitu menjaga kebersihan lingkungan yang dapat
Aedes aegypti. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit, yaitu
penampungan air, mengganti air vas bunga atau tanaman air seminggu sekali,
mengganti air tempat minum burung, menimbun barang-barang bekas yang dapat
menampung air, menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan
air yang sulit dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat sehingga perlu
dengue selain 3M adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk).
Upaya dalam menerapkan PSJN ini ditempuh dengan beberapa cara di antaranya
Wamantik (Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik) yang
mereka, tidak lupa juga memberikan penyuluhan. Selain itu ikanisasi, abatesasi
(temephos), dan fogging dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar
a. Umur
Selama awal tahun epidemi pada setiap negara, penyakit demam berdarah dengue
kebanyakan menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang
dari 15 tahun. Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus demam
berdarah dengue terbanyak adalah pada kelompok umur 4-5 tahun. Tetapi pada tahun
1998 - 2000 proporsi kasus demam berdarah dengue pada umur 15-44 tahun
cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan dewasa. Yang dimaksud
dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin pernah ditemukan perbedaan nyata diantara anak laki-laki dan
c. Jumlah Trombosit
sebelum ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah
trombosit dibawah 100.000/UI, biasanya dapat dijumpai pada antara hari ketiga sakit
sampai hari ketujuh. Apabila diperlukan pemeriksaan trombosit perlu diulangi setiap
e. Lama perawatan
2. Pulang atas permintaan sendiri : penderita DBD atau keluarga penderita DBD
meminta pulang atau keluar dari rumah sakit dengan permintaan sendiri tanpa
Demam merupakan keluhan utama pada semua penderita demam berdarah dengue
penanganan yang cepat dan tepat. Penelitian Chatarina (1999) yang menyatakan ada
Derajat demam berdarah dengue adalah tingkat keparahan yang dialami oleh
berdarah dengue 1,2,3, dan 4 menurut Melani (1992), salah satu yang mempengaruhi
berat ringannya penyakit adalah derajat demam berdarah dengue, semakin tinggi
UMUR
JENIS KELAMIN
HEMATOKRIT
KEADAAN SAAT
PULANG
1. Ada hubungan umur, jenis kelamin, derajat demam berdarah dengue, trombosit,
hematokrit, keadaan saat pulang, dan lama rawat terhadap lama sembuh penderita
2. Ada pengaruh umur, jenis kelamin, derajat dmam berdarah dengue, trombosit,
hematokrit, keadaan saat pulang, dan lama rawat terhadap lama sembuh penderita