Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

P
DI RUANG BAITUSSALAM 2
CA PROSTAT

Disusun Oleh :
Fadilla Nafa Anindia (30901602045)
Fathurroyaq (30901602048)
Miftakhun Naim (30901602080)
Mila Diana Lutfiyatun N (30901602081)
Triwahyuningsih (30901602123)
Uun Maulida Hasanah (30901602125)
Yulianti Cahyaningtias (30901602139)
Zeyyin Konadila (30901602142)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai dengan hilangnya fungsi
kontrol sel terhadap regulasi daur sel pada organism multiseluler. Penyebab penyakit
ini di duga karena peningkatan industri, perubahan pola makan maupun gaya hidup.
Kanker juga merupakan penyakit yang paling ditakuti karena disamping biaya
pengobatan yang sangat mahal, penyakit ini selalu mengakibatkan penderitaan bahkan
kematian bagi orang yang menderitanya.
Penyakit kanker dapat menyerang semua tingkatan sosial dalam masyarakat
dan semua umur. Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia,
insidennya semakin meningkat. Di dunia diperkirakan 7,6 juta orang meninggal akibat
kanker dan 84 juta orang akan meninggal hingga 10 tahun ke depan. Kanker
merupakan penyebab kematian no. 6 di Indonesia (Depkes, 2010) dan diperkirakan
terdapat 100 penderita kanker baru setiap 100.000 penduduk per tahunnya.
Disamping itu salah satu masalah yang mempersulit upaya pengobatan
penyakit kanker adalah kondisi sosial ekonomi sebagian besar masyarakat yang masih
kurang disertai dengan tingkat pendidikan dan faktor lingkungan masyarakat yang
kurang mendukung. Deteksi dini penyakit kanker masih belum banyak dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, karena selain ketidaktahuan, ketidakpedulian
dan ketidakmampuan finansial, banyak masyarakat yang takut menghadapi kenyataan.
Kanker prostat adalah kondisi dimana terjadi transformasi maligna pada
jaringan glandular prostat. Di antara keganasan nonkulit, kanker prostat merupakan
yang tersering pada pria. Pada tahun 2015, di Amerika Serikat diperkirakan bahwa
kanker prostat berkontribusi 26% dari seluruh kasus baru kanker pada pria.
Pasien dengan kanker prostat bisa asimptomatik, tetapi bisa juga datang
dengan keluhan saluran kemih bagian bawah, seperti nyeri saat berkemih, peningkatan
frekuensi berkemih, urgensi berkemih, darah pada urin atau cairan semen, dan
disfungsi ereksi. Pada pemeriksaan fisik dengan colok dubur, bisa teraba benjolan atau
pembesaran prostat. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan biopsi.
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ca prostat.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian dari ca prostat
Untuk mengetahui etiologi dari ca prostat
Untuk mengetahui patofisiologi dari ca prostat
Untuk mengetahui manifestasi klinik dari ca prostat
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ca prostat
Untuk mengetahui pengkajian fokus dari ca prostat
Untuk mengetahui pathways dari ca prostat
Untuk mengetahui fokus intervensi dan rasional dari ca prostat

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN UTAMA


KEPERAWATAN DEWASA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Sugih Kepoh, Blora
Diagnosa medis : Adeno CA Prostat
Tanggal :
Jam masuk :
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Karni
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Sugih Kepoh, Blora
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri dibagian perut, mual dan
muntah

Alasan masuk RS : Pasien mengatakan merasakan nyeri bagian perut, mual


muntah

Factor pencetus : Pasien mengalami nyeri perut dan ingin muntah

Lamanya keluhan : Lama keluhan ± 10 hari


Timbulnya keluhan : Pasien mengatakan nyeri timbul

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : mengkonsumsi makanan yang


bergizi dan makanan yang bervitamin A, E yang berserat

Factor yang memperberat : pasien mengatakan factor yang memperberat


pada saat bergerak dan makan

3. Riwayat kesehatan lalu


Penyakit yang pernah dialami : pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu

Kecelakaan : pasien tidak pernah mengalami kecelakaan

Pernah dirawat : pasien tidak pernah dirawat sebelumnya

Alergi obat : pasien tidak memiliki alergi obat

Imunisasi : pasien mengatakan pernah mendapatkan imunisasi, tetapi


pasien lupa jenis imunisasi dan kapan waktunya
4. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Genogram

Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

: perempuan meninggal

---------: garis tinggal serumah


: garis keturunan
: pasien laki-laki

b. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : anggota keluarga tidak


pernah memiliki riwayat penyakit dahulu

c. Penyakit yang sedang diderita keluarga : anggota keluarga pasien saat ini tidak
memiliki riwayat penyakit yang diderita
5. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan : kebersihan rumah dan lingkungan
pasien terjaga, bersih, tidak lembab dan saat dirumah setiap hari dibersihkan
b. Kemungkinan terjadinya bahaya : tidak terjadi bahaya di sekitar
rumah dan lingkungan pasien

II POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)


► TULIS DATA SEBELUM SAKIT DAN SETELAH DIRAWAT
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri : pasien mengatakan kurang percaya diri
dengan keadaannya

b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya : pasien


mengatakan belum mengetahui penyebab sakit yang diderita dan factor yang dapat
memicu ca prostat, serta belum mengetahui perawatan pada ca prostat

c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan (gizi /makanan


yang kuat pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi,
dll ) : sering mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan mengandung
vitamin A dan E

d. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan pasien bila
sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit) : saat sakit pasien mengurangi
aktivitassehari-harinya dan hanya bisa berbaring diatas tempat tidur

e. Kebiasaan hidup (konsumsi obat-obatan/ jamu, konsumsi alkohol, konsumsi


rokok, konsumsi kopi, kebiasaan berolahraga) : pasien mengatakan mengkonsumsi
jamu tetapi tidak mengkonsumsi minuman alkohol dan jarang berolahraga

f. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan (penghasilan, asuransi/


jaminan kesehatan, keadaan lingkungan tempat tinggal) :
Pasien mengatakan menggunakan asuransi kesehatan BPJS

2. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
1) Pola BAB (frekwensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan pencahar/enema,
adanya keluhan diare/konstipasi)
Sebelum sakit

BAB lancar, pasien mengatakan satu hari sekali dengan konsistensi padat
,warna kuning ,tidak ada darah dalam feses, tidak menggunakan obat perlancar
BAB

Setelah sakit

Pasien mengatakn buang air besar satu hari sekali setelah bangun tidur
,dengan warna coklat, dan padat, tidak menggunakan cairan atau obat
pencahar.

2) Adakah perubahan dalam kebiasaan BAB (terpasang kolostomi/ileostomy)


Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan dan tidak terpasang kolostomi
Warna feses kuning, feses padat, BAB sehari satu kali

Setelah sakit
Pasien tidak terpasang kolostomi
Pasien mengatakan biasanya setelah bangun tidur bisa buang air besar, dengan
warna coklat, padat, pasien tidak menggunakan obat pencahar.

b. Pola BAK (frekwensi, waktu, warna, jumlah)


Sebelum sakit
Pasien mengatakan 5x dalam sehari, warna kuning

Setelah sakit

Pasien terpasang kateter , dengan jumlah yang sedikit kisaran 200 mgdengan
warna kuning , pasien mengatakn nyeri saat bauang air kecil,

3. Pola aktifitas dan latihan


a. Kegiatan dalam pekerjaan
Sebelum sakit
Kegiatan sehari-hari pasien bekerja, menonton tv dan bermain dengan anak-
anaknya

Setelah sakit

Pasien mengurangi kegiatan sehari-harinya dan pada saat sakit pasien hanya bias
berbaring ditempat tidur

b. Olahraga yang dilakukan (jenis dan frekwensi)


Sebelum sakit

Pasien biasanya berolahraga pada hari minggu saat libur kerja

Setelah sakit

Pasien sudah tidak pernah olahraga dan lebih memilih istirahat dirumah
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas
1) Pergerakan tubuh
Pasien mengatakan sedikit memiliki kesulitan untuk pergerakan tubuh
terutaman pada abdomen

2) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll)

Perawatan diri pasien dibantu dengan keluarga pasien mulai dari mandi,
mengenakan pakaian, makan dan minum
3) Berhajat (BAK/BAB)

BAK dan BAB tidak lancar, merasakan nyeri bagian abdomen


Saat mau buang air kecil pasien mengatakn nyeri dibagian perut bawah.

4) Keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas

Pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak nafas

5) Mudah merasa kelelahan

Pasien mudah merasa kelelahan dalam beraktivitas

4. Pola Istirahat dan Tidur


a. Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari)
Sebelum sakit

Pasien mengatakan biasanya tidur jam 22.00 terkadang jam 00.00 dan bangun jam
05.00. pasien jarang untuk tidur siang

Setelah sakit

Pasien mengatakan biasanya tidur setengah jam lalu bangun lagi, tidak bisa tidur
nyenyak dan lamanya tidur tidak pasti

b. Kesulitan tidur (mudah terbangun, sulit memulai tidur, insomnia, dll)


Sebelum sakit

Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur, tetapi terkadang insomnia

Setelah sakit

Pasien mengatakan setelah operasi tidak tidur semalam

5. Pola Nutrisi-Metabolik
Pola makan : pasien mengatakan makan hanya sedikit sehari 2x, sedikit kesulitan
untuk menelan makanan karena ingin mual

Pola minum : pasien mengatakn minum sedikit-sedikit

Diet khusus : pasien konsumsi nasi

Nafsu makan : nafsu makan menurun

Mual : pasien merasakan mual pada saat makan

Muntah : pasien tidak merasakan muntah saat makan

Stomatitis : pasien mengatakan tidak stomatitis

BB naik turun 6 bulan terakhir : pasien mengatakan mengalami penurunan BB


saat sakit

Kesulitan menelan : pasien mengatakan mengalami kesulitan menelan dan saat


menelan merasakan seperti tersedat

6. Pola Kognitif-Perseptual sensori


a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran)
Sebelum sakit

Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran

Setelah sakit

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran

b. Kemampuan kognitif (kemampuan mengingat, bicara dan memahami pesan yang


diterima, pengambilan keputusan yang bersifat sementara)
Sebelum sakit

Pasien mengatakan kemampuan daya ingat kuat dapat berbicara dengan lancar dan
dapat memahami pesan yang diterima

Setelah sakit

Pasien mengatakan kemampuan daya ingat menurun dapat berbicara dengan lancar
dan dapat memahami pesan yang diterima

c. Kesulitan yang dialami (sering pusing, menurunnya sensitifitas terhadap nyeri dan
panas/dingin)
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak merasakan pusing dan nyeri

Setelah sakit
Pasien mengatakan terkadang merasakan pusing, sensitivitas terhadap nyeri ada
bagian abdomen

d. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P, Q, R, S,T


P = terdapat ca prostat
Q = seperti ditusuk tusuk
R = prostat
S=5
T = nyeri berulang
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
a. Persepsi diri (hal yang dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani perawatan,
perubahan yang dirasa setelah sakit)
Sebelum sakit

Pasien mengatakan ingin selalu sehat

Setelah sakit

Diharapkan nyeri berkurang, tidak merasakan mual lagi dan bias beraktivitas
kembali

b. Status emosi: bagaimana perasaan pasien saat ini, apakah perilaku non verbal
sesuai dengan perilaku verbalnya.
Sebelum sakit

Pasien mengatakan jika tidak mudah emosi

Setelah sakit

Pasien mengatakan jika tidak mudah emosi

c. Konsep diri:
1) Citra diri/body image
Sebelum sakit

Pasien mengatakan mencintai seluruh tubuhnya

Setelah sakit

Pasien mengatakan tetap mencintai seluruh tubuhnya walaupun saat ini kondisi
pasien sakit

2) Identitas
Sebelum sakit

Pasien berkulit sawo matang, tinggi

Setelah sakit

Pasien berkulit sawo matang, tinggi


3) Peran
Sebelum sakit

Pasien mengatakan seorang ayah 2 anak

Setelah sakit

Pasien mengatakan seorang ayah dan 2 orang anak

4) Ideal diri
Sebelum sakit

Pasien bersyukur dengan apa yang dimilikinya

Setelah sakit

Pasien tetap bersyukur apa yang dimilikinya tetapi terkadang putus asa

5) Harga diri
Sebelum sakit

Pasien mengatakan tidak merasakan harga diri rendah sekarang

Setelah sakit

Pasien mengatakan tidak merasakan harga diri rendah sekarang

8. Pola Mekanisme Koping


a. Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau dibantu)
Sebelum sakit

Pasien mengatakan mengambil keputusan sendiri

Setelah sakit

Saat sakit terkadang pasien mengambil keputusan dibantu oleh istrinya

b. Yang dilakukan jika menghadapi masalah


Sebelum sakit

Pasien mengatakan menghadapi masalah dengan sabar dan selalu berdoa

Setelah sakit

Pasien mengatakan menghaddapi masalah dnegan pasrah tetapi tetap selalu berdoa

c. Bagaimana upaya pasien dalam menghadapi masalahnya sekarang


Sebelum sakit
Pasien mengatakan menghadapi masalahnya dengan bisa berkumpul setiap hari
dengan keluarganya
Setelah sakit

Pasien mengatakan bisa berkumpul dengan istri, anak-anaknya dan keluarganya

d. Menurut pasien apa yang dapat dilakukan perawat agar pasien merasa nyaman
Sebelum sakit
Selalu memberikan informasi terkait kesehatannya

Setelah sakit

Memberikan pelayanan dengan baik dengan membersihkan lukanya setiap hari

9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Bagaimana pemahaman pasien tentang fungsi seksual.
Sebelum sakit
Pasien mengatakan fungsi seksual adalah untuk menambah keturunan

Setelah sakit
Pasien mengatakan fungsi seksual untuk menambah keturunan

b. Adakah gangguan hubungan seksual disebabkan oleh berbagai kondisi


Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam hubungan seksual

Setelah sakit
Pasien mengatakan setelah sakit sedikit terganggu dalam hubungan seksualnya

c. Adakah permasalahan selama melakukan aktifitas seksual


Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam melakukan aktifitas seksual

Setelah sakit
Pasien mengatakan setelah sakit ada masalah dalam melakukan aktifitas seksual

d. Pengkajian pada perempuan terutama pada pasien dengan masalah tumor atau
keganasan system reproduksi
1) Riwayat menstruasi (keteraturan, keluhan selama menstruasi)
-
2) Riwayat kehamilan (jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, jumlah anak)
-
3) Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear
-

10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain


a. Kemampuan pasien dalam berkomunikasi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi dengan orang lain

Setelah sakit
Pasien sedikit mengalami penurunan dalam berkomunikasi dengan orang lain
b. Siapa orang yang terdekat dan lebih berpengaruh pada pasien
Sebelum sakit
Pasien mengatakan orang yang terdekat dan berpengaruh adalah istri dann anak-
anaknya

Setelah sakit
Pasien mengatakan orang yang terdekat dan berpengaruh adalah istri dan anakn-
anaknya

c. Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah


Sebelum sakit
Pasien mengatakan bila meminta bantuan kepada istrinya

Setelah sakit
Pasien mengatakan bila meminta bantuan kepada istrinya

d. Adakah kesulitan dalam keluarga


Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam keluarga

Setelah sakit
Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam keluarga

11. Pola Nilai dan Kepercayaan


a. Bagaimana pasien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sering mengikuti kegiatan agama seperti tahlilan dan
marhabanan

Setelah sakit
Pasien mengatakan sedikit terhambat dalam kegiatan agama tetapi tetap
menjalankan sholat

b. Masalah yang berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat


Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada masalah yang berkaitan dengan aktivitasnya

Setelah sakit
Pasien mengatakann tidak ada masalah yang berkaitan dengan aktivitasnya

c. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan


dengan kesehatan.
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang
bertentangan dengan kesehatan

Setelah sakit
Pasien mengatakan tidakk ada keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang
bertentangan dengan kesehatan
d. Adakah pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan yang
dijalani.
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada larangan terhadap pengobatan yang dijalani

Setelah sakit
Pasien mengatakan tidak ada larangan terhadap pengobatan yang dijalani

III. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


1. Kesadaran
Composmentis

2. Penampilan
Tampak lusuh dan tidak rapih, tampak lemas

3. Vital sign
a. Suhu Tubuh : 37,2 °c
b. Tekanan Darah :120/80 mmHg
c. Respirasi :20x/menit
d. Nadi :72x/menit
4. Kepala
Bentuk kepala pasien bulat, simetris, kulit kepala bersih dan tidak ada luka, rambut
warna hitam tettapi beberapa ada yang sudah berwarna putih, tidak rontok

5. Mata
Masih dapat melihat dengan jelas, reaksi terhadap cahaya, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik

6. Hidung
Bersih, tidak ada secret, tidak memakai oksigen

7. Telinga
Tidak mengalami gangguan pendengaran, tidak menggunakan alat bantu dengar,
tidak ada infeksi atau luka

8. Mulut dan Tenggorokan


Bibir pasien kering, tidak ada luka, tidak ada peradangan

9. Dada
Jantung :
Inspeksi : tidak tampak ictus kordis
Palpasi : tidak ada suara krepitasi

Perkusi : suara pekak

Auskultasi : suara lubdup

Paru- paru :
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : sonor/redup

Auskultasi : vesikuler

10. Abdomen :
Inspeksi : simetris tidak ada luka

Auskultasi : terdengar peristaltic usus

Perkusi : timpani

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


11. Genetalia :
Bagian genetalia pasien terpasang kateter

12. Ekstremitas atas dan bawah


a. Inspeksi kuku, kulit : turgor kulit baik, kuku sedikit pucat

b. Capilarry refill : normal < 2 detik

c. Kemampuan berfungsi : pasien hanya dapat berbaring ditempat tidur

d. Bila terpasang infus : infus pasien terpasang di ekstremitas kanan

13. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik ( < 2 detik ) tidak ada decubitus, tidak
ada luka pada kulit
14. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laborat
Hematology Hasil
Hemoglobin 11,9 g/dl
Hematokrit 34,8 %
Leukosit 7,63 ribu/uL
Trombosit 391 ribu/uL
Golongan darah/Rh B/Positif
APTT/PTTK 24,5 detik
Kontrol 27,6 detik
PPT 9,8 detik
Kontrol 11,4 detik
Imunoserologi
HbsAg kualitatif non reaktif
Kimia
GDS 106 mg/dl
Ureum 32 mg/dl
Kreatinin darah 1,49 mg/dl
Na, K, Cl
Natrium 141,2 mmol/L
Kalium 3,50 mmol/L
Chloride 104,7 mmol/L
2) Pemeriksaan Radiologi
Hasil :
Dilakukan USG urologi dengan hasil :
Ren Dextra : ukuran dan echostruktur normal, batas cortex dan medulla tegar,
SPC melebar ringan, tak tampak massa/batu
Ren Sinistra : ukuran dan echostructur normal, batas cortex dan medulla tegas,
SPC melebar ringan, tak tampak massa/batu
VU : terisi cairan, dinding menebal dengan double layer, tampak debris, tak
tampak massa/batu
Prostat : ukuran 3,67x3,84x3,63 cm, volume 26,78 ml, echostructur normal
Kesan :
Lydronefrosis bilateral ringan e/c refluk vesicorenal
Pembesaran prostat dengan volume 26,78ml

b. Diit yang diperoleh


- Nasi
- Sayuran
- Lauk
- Buah

c. Therapy
- Ceftriaxone 1 gr
- Asam flurex 1A
- Ketorolac 1A
- Asam tranexamat 500 mg
B. ANALISA DATA

Tgl / jam Data Fokus Problem Etiologi TTD

7/12/2019 Ds : pasien mengatakan nyeri Intoleransi Kelemahan


dibagian perut, dan tidak bisa aktivitas umum
melakukan aktifitas seperti biasa
Do : pasien tampak lemas dan
tampak lelah.
TD: 120/80 mmHg
N: 72x/menit
S: 37,2°C
RR: 20x/menit

7/12/2019 Ds : pasien mengatakan merasa Nyeri akut Agen cidera


nyeri pada bagian perut bagian fisik
perut bawah
P = terdapat ca prostat
Q = seperti ditusuk tusuk
R = perut bagian bawah
S=5
T = nyeri berulang
Do:
- pasien terlihat menahan
nyeri
- Pasientampak meringis
kesakitan
TD: 120/80 mmHg
N: 72x/menit
S: 37,2°C
RR: 20x/menit

7/12/2019 Ds: Hambatan Gangguan


- Pasien mengatakan sulit mobilitas fisik intoleransi
beraktivitas dan aktivitas
terganggu saat bergerak
- Pasien mengatakan lemas

Do:
- Pasien tampak lemas dan
hanya bisa berbaring
ditempat tidur
- Aktivitas pasien di bantu
oleh keluarga
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik


2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan intoleransi aktivitas
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

D. PLANNING / INTERVENSI

Tgl / jam Diagnosa Tujuan & Planning TTD


keperawata Kriteria Hasil
n
7/12/2019 Nyeri akut Setelah diberika asuhan - Lakukan
b,d agen keperawatan 3x24 jam pengkajian nyeri
cidera fisik diharapkan nyeri secara
berkurang dengan KH: komprehensif
- Mampu (PQRST)
mengontrol nyeri - Pantau reaksi non
- Melaporkan nyeri verbal dari
berkurang ketidakntamanan
- Skala nyeri 2-1 - Kurangi faktor
pencetus nyeri
- Ajarkan teknik
relaksasi dan
distraksi
- Kombinasi
pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri

Hambatan Setelah dilakukan asuhan - Monitoring vital


mobilitas keperawatan 3x24 jam sign
fisik b.d pasien mampu sebelum/sesudah
gangguan meningkatkan latihan dan lihat
intoleransi kemampuan mobilitas respon pasien
aktivitas fisik dengan kriteria hasil: - Bantu pasien
- pasien meningkat untuk
dalam aktivitas menggunakan
fisik alat tongkat saat
- mempertahankan berjalan dan
kekuatan dan cegah pasien
kemampuan terhadap cidera
berpindah
- memperagakan
penggunaan alat
Gangguan setelah dilakukan asuhan - Gunakan
rasa keperawatan selama 3x24 pendekatan yang
nyaman b.d jam pasien mampu menenangkan
gejala meningkatkan rasa - Dorong keluarga
terkait nyaman dengan kriteria untuk menemani
penyakit hasil: - Berikan obat
- mampu untuk
mengontrol mengurangi
kecemasan kecemasan
- status lingkungan - Dengarkan
yang aman dengan penuh
- kualitas tidur yang perhatian
adekuat
- respon terhadap
pengobatan

E. IMPLEMENTASI

Tgl / Diagnosa Implementasi Respon TTD


jam keperawatan
Nyeri akut Menganjurkan melakukan S: pasien mengatakan
b.d agen Teknik relaksasi dan nyeri sedikit berkurang
cidera fisik distraksi
O: pasien tampak
tenang

Hambatan Menganjurkan pasien S: pasien mengatakan


mobilitas berjalan dengan alat bantu / masih belum bisa
fisik b.d dengan pendampingan berjalan
gangguan
intoleransi O: pasien belum bisa
aktivitas melakukan secara
mandiri

- Mengidentifikasi
tentang penyebab S: pasien mengetahui
Gangguan - Menganjurkan penyebabnya,
rasa nyaman perbanyak berdo’a mengetahui tanda-tanda
b.d gejala yang muncul dan
terkait berdo’a sebelum tidur
penyakit Menganjurkan pemberian
obat anti nyeri O: pasien tampak sudah
paham
S: pasien mengatakan
Nyeri akut nyeri berkurang
b.d agen
cidera fisik O: pasien kooperatif

F. EVALUASI
Tgl / jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan TTD
Nyeri akut b.d S: pasien mengatakan nyeri pada bagian
agen cidera fisik genetalia bekas post op ca prostat

O: pasien tampak berbaring ditempat tidur


Hasil TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 72x/menit
S: 37,2°C
RR: 20x/menit

A: nyeri akut b.d agen cidera fisik

P: Diharapkan nyeri dapat berkurang


dengan Teknik relaksasi dan distraksi

Hambatan S: pasien mengatakan susah berjalan sendiri


mobilitas fisik
b.d gangguan O: pasien tampak kesulitan melakukan
intoleransi sendiri
aktivitas
A: Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan
intoleransi aktivitas

P: Pasien dapat berlatih dengan alat bantu

S: Pasien mengatakan susah untuk tidur


Gangguan rasa
nyaman b.d O: pasien tampak cemas
gejala terkait
penyakit A: gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait
penyakit

P: diharapkan pasien mudah untuk tidur

S: pasien sudah merasakan nyerinya


Nyeri akut b.d berkurang
agen cidera fisik
O: Pasien tampak kooperatif
A: Nyeri akut b.d agen cidera fisik

P: lanjutkan intervensi jika masih nyeri, jika


tidak intervensi dihentikan

S: pasien tampak belum bisa berjalan


Hambatan dengan alat
mobilitas fisik
b.d gangguan O: pasien tampak paham
intoleransi
aktivitas A: hambatan mobilitas fisik b.d ganguan
intoleransi aktivitas

P: lanjutkan intervensi

S: pasien mudah untuk tidur dan cemas


Gangguan rasa berkurang
nyaman b.d
gejala terkait O: Pasien tampak kooperatif
penyakit
A: gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait
penyakit

P: intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diagnosa Keperawatan yang Ditegakkan

Pengertian diagnosa yang ditegakkan menurut Diagnosa Nanda 2015-2017 Edisi 10


yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(international Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi. Berhubungan dengan agen cidera fisik penyebab nyeri karena trauma
fisik.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan intoleransi aktivitas
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau
lebih ektremitas secara mandiri atau terarah. Berhubungan dengan gangguan
intoleransi aktivitas, Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energy
fisiologis atay psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari
yang ingin atau harus dilakukan (Wikinsor & Ahem, 2002).
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
Gangguan rasa nyaman adalah kondisi dimana seseorang merasa kurang nyaman,
lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual, lingkungan, budaya, dan atau
sosial.

B. Proses Terjadinya Diagnosa


1. Nyeri akut muncul akibat luka post op prostatektomi yang dijalani pasien, selain itu

proses terjadinya nyeri menurut Bahrudin (2017) meliputi :

- Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis

medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen

primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.

Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan

dengan banyak neuron spinal.


- Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural

signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin

juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan

delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur

desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak

tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis.

Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan

penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.

- Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil

dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan

karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi

untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri

adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat

yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara

anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak

bermiyelin dari syaraf aferen.

2. Proses terjadinya hambatan mobilitas fisik pada pasien :

Diagnosa tersebut ditegakkan karena dari hasil pengkajian didapatkan klien

mengatakan sulit beraktivitas dan terganggu saat bergerak, dan pasien mengatakan

lemas.

3. Proses terjadinya gangguan rasa nyaman pada pasien :

Klien sudah lanjut usia dengan gejala nyeri di abdomen bagian bawah. Sehingga

nyeri akan mengirimkan ke otak untuk ditransfer ke seluruh organ yang ada ditubuh.

Sehingga nantinya tubuh akan menerima rangsangan tersebut dengan perasaan yang

gelisah dan cemas yang dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman.


C. Alasan mengapa diagnosa ditegakkan atau diprioritaskan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
Diagnosa tersebut ditegakkan karena dari hasi pengkajian didapatkan data P,Q,R,S,T
yaitu :
P = terdapat ca prostat
Q = seperti ditusuk tusuk
R = perut bagian bawah
S=5
T = nyeri berulang
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan intoleransi aktivitas
Diagnosa tersebut ditegakkan karena dari hasil pengkajian didapatkan klien
mengatakan sulit beraktivitas dan terganggu saat bergerak, dan pasien mengatakan
lemas.
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit terkait
Diagnosa tersebut di tegakkan karena dari hasil pengkajian pasien mengatakan tidak
bisa tidur, dan pasien mengatakan tidak puas saat tidur dirumah sakit.

D. Rencana yang ditetapkan untuk mengatasi masalah dan tindakan yang sudah
dilakukan, kekuatan serta kendalanya
1. Nyeri Akut b.d agen cidera fisik
Menetapkan teknik distraksi dan relaksask sebagai cara untuk mengatasi nyeri. Kekuatan
yang dihasilkan adalah nyeri klien dapat berkurang dengan diajarkan teknik non farmakologi
tersebut. Namun terdapat kelemahannya yaitu teknik tersebut harus dilakukan dengan fokus
dan tanpa memikirkan hal lain sehingga efek dari distraksi relaksasi dapat berpengaruh pada
berkurangnya nyeri.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan intoleransi aktivitas
Menggunakan alat bantu jalan pasien dengan tongkat kekuatan : untuk memudahkan pasien
beraktivitas sepulang dari rumah sakit. Kelemahan : pasien belum terbiasa melakukannya
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit terkait
Melakukan pendekatan kepada pasien untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab
kecemasan pasien dengan komunikasi terapeutik.
Dan membantu pasien agar terciptanya rasa aman nyaman.

E. Evaluasi dari setiap diagnosa, kelemahan atau kendala yang ditemui serta solusinya

Anda mungkin juga menyukai