P
DI RUANG BAITUSSALAM 2
CA PROSTAT
Disusun Oleh :
Fadilla Nafa Anindia (30901602045)
Fathurroyaq (30901602048)
Miftakhun Naim (30901602080)
Mila Diana Lutfiyatun N (30901602081)
Triwahyuningsih (30901602123)
Uun Maulida Hasanah (30901602125)
Yulianti Cahyaningtias (30901602139)
Zeyyin Konadila (30901602142)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai dengan hilangnya fungsi
kontrol sel terhadap regulasi daur sel pada organism multiseluler. Penyebab penyakit
ini di duga karena peningkatan industri, perubahan pola makan maupun gaya hidup.
Kanker juga merupakan penyakit yang paling ditakuti karena disamping biaya
pengobatan yang sangat mahal, penyakit ini selalu mengakibatkan penderitaan bahkan
kematian bagi orang yang menderitanya.
Penyakit kanker dapat menyerang semua tingkatan sosial dalam masyarakat
dan semua umur. Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia,
insidennya semakin meningkat. Di dunia diperkirakan 7,6 juta orang meninggal akibat
kanker dan 84 juta orang akan meninggal hingga 10 tahun ke depan. Kanker
merupakan penyebab kematian no. 6 di Indonesia (Depkes, 2010) dan diperkirakan
terdapat 100 penderita kanker baru setiap 100.000 penduduk per tahunnya.
Disamping itu salah satu masalah yang mempersulit upaya pengobatan
penyakit kanker adalah kondisi sosial ekonomi sebagian besar masyarakat yang masih
kurang disertai dengan tingkat pendidikan dan faktor lingkungan masyarakat yang
kurang mendukung. Deteksi dini penyakit kanker masih belum banyak dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, karena selain ketidaktahuan, ketidakpedulian
dan ketidakmampuan finansial, banyak masyarakat yang takut menghadapi kenyataan.
Kanker prostat adalah kondisi dimana terjadi transformasi maligna pada
jaringan glandular prostat. Di antara keganasan nonkulit, kanker prostat merupakan
yang tersering pada pria. Pada tahun 2015, di Amerika Serikat diperkirakan bahwa
kanker prostat berkontribusi 26% dari seluruh kasus baru kanker pada pria.
Pasien dengan kanker prostat bisa asimptomatik, tetapi bisa juga datang
dengan keluhan saluran kemih bagian bawah, seperti nyeri saat berkemih, peningkatan
frekuensi berkemih, urgensi berkemih, darah pada urin atau cairan semen, dan
disfungsi ereksi. Pada pemeriksaan fisik dengan colok dubur, bisa teraba benjolan atau
pembesaran prostat. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan biopsi.
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ca prostat.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian dari ca prostat
Untuk mengetahui etiologi dari ca prostat
Untuk mengetahui patofisiologi dari ca prostat
Untuk mengetahui manifestasi klinik dari ca prostat
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ca prostat
Untuk mengetahui pengkajian fokus dari ca prostat
Untuk mengetahui pathways dari ca prostat
Untuk mengetahui fokus intervensi dan rasional dari ca prostat
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Sugih Kepoh, Blora
Diagnosa medis : Adeno CA Prostat
Tanggal :
Jam masuk :
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Karni
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Sugih Kepoh, Blora
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri dibagian perut, mual dan
muntah
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: perempuan meninggal
c. Penyakit yang sedang diderita keluarga : anggota keluarga pasien saat ini tidak
memiliki riwayat penyakit yang diderita
5. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan : kebersihan rumah dan lingkungan
pasien terjaga, bersih, tidak lembab dan saat dirumah setiap hari dibersihkan
b. Kemungkinan terjadinya bahaya : tidak terjadi bahaya di sekitar
rumah dan lingkungan pasien
d. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan pasien bila
sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit) : saat sakit pasien mengurangi
aktivitassehari-harinya dan hanya bisa berbaring diatas tempat tidur
2. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
1) Pola BAB (frekwensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan pencahar/enema,
adanya keluhan diare/konstipasi)
Sebelum sakit
BAB lancar, pasien mengatakan satu hari sekali dengan konsistensi padat
,warna kuning ,tidak ada darah dalam feses, tidak menggunakan obat perlancar
BAB
Setelah sakit
Pasien mengatakn buang air besar satu hari sekali setelah bangun tidur
,dengan warna coklat, dan padat, tidak menggunakan cairan atau obat
pencahar.
Setelah sakit
Pasien tidak terpasang kolostomi
Pasien mengatakan biasanya setelah bangun tidur bisa buang air besar, dengan
warna coklat, padat, pasien tidak menggunakan obat pencahar.
Setelah sakit
Pasien terpasang kateter , dengan jumlah yang sedikit kisaran 200 mgdengan
warna kuning , pasien mengatakn nyeri saat bauang air kecil,
Setelah sakit
Pasien mengurangi kegiatan sehari-harinya dan pada saat sakit pasien hanya bias
berbaring ditempat tidur
Setelah sakit
Pasien sudah tidak pernah olahraga dan lebih memilih istirahat dirumah
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas
1) Pergerakan tubuh
Pasien mengatakan sedikit memiliki kesulitan untuk pergerakan tubuh
terutaman pada abdomen
Perawatan diri pasien dibantu dengan keluarga pasien mulai dari mandi,
mengenakan pakaian, makan dan minum
3) Berhajat (BAK/BAB)
Pasien mengatakan biasanya tidur jam 22.00 terkadang jam 00.00 dan bangun jam
05.00. pasien jarang untuk tidur siang
Setelah sakit
Pasien mengatakan biasanya tidur setengah jam lalu bangun lagi, tidak bisa tidur
nyenyak dan lamanya tidur tidak pasti
Setelah sakit
5. Pola Nutrisi-Metabolik
Pola makan : pasien mengatakan makan hanya sedikit sehari 2x, sedikit kesulitan
untuk menelan makanan karena ingin mual
Setelah sakit
Pasien mengatakan kemampuan daya ingat kuat dapat berbicara dengan lancar dan
dapat memahami pesan yang diterima
Setelah sakit
Pasien mengatakan kemampuan daya ingat menurun dapat berbicara dengan lancar
dan dapat memahami pesan yang diterima
c. Kesulitan yang dialami (sering pusing, menurunnya sensitifitas terhadap nyeri dan
panas/dingin)
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak merasakan pusing dan nyeri
Setelah sakit
Pasien mengatakan terkadang merasakan pusing, sensitivitas terhadap nyeri ada
bagian abdomen
Setelah sakit
Diharapkan nyeri berkurang, tidak merasakan mual lagi dan bias beraktivitas
kembali
b. Status emosi: bagaimana perasaan pasien saat ini, apakah perilaku non verbal
sesuai dengan perilaku verbalnya.
Sebelum sakit
Setelah sakit
c. Konsep diri:
1) Citra diri/body image
Sebelum sakit
Setelah sakit
Pasien mengatakan tetap mencintai seluruh tubuhnya walaupun saat ini kondisi
pasien sakit
2) Identitas
Sebelum sakit
Setelah sakit
Setelah sakit
4) Ideal diri
Sebelum sakit
Setelah sakit
Pasien tetap bersyukur apa yang dimilikinya tetapi terkadang putus asa
5) Harga diri
Sebelum sakit
Setelah sakit
Setelah sakit
Setelah sakit
Pasien mengatakan menghaddapi masalah dnegan pasrah tetapi tetap selalu berdoa
d. Menurut pasien apa yang dapat dilakukan perawat agar pasien merasa nyaman
Sebelum sakit
Selalu memberikan informasi terkait kesehatannya
Setelah sakit
9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Bagaimana pemahaman pasien tentang fungsi seksual.
Sebelum sakit
Pasien mengatakan fungsi seksual adalah untuk menambah keturunan
Setelah sakit
Pasien mengatakan fungsi seksual untuk menambah keturunan
Setelah sakit
Pasien mengatakan setelah sakit sedikit terganggu dalam hubungan seksualnya
Setelah sakit
Pasien mengatakan setelah sakit ada masalah dalam melakukan aktifitas seksual
d. Pengkajian pada perempuan terutama pada pasien dengan masalah tumor atau
keganasan system reproduksi
1) Riwayat menstruasi (keteraturan, keluhan selama menstruasi)
-
2) Riwayat kehamilan (jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, jumlah anak)
-
3) Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear
-
Setelah sakit
Pasien sedikit mengalami penurunan dalam berkomunikasi dengan orang lain
b. Siapa orang yang terdekat dan lebih berpengaruh pada pasien
Sebelum sakit
Pasien mengatakan orang yang terdekat dan berpengaruh adalah istri dann anak-
anaknya
Setelah sakit
Pasien mengatakan orang yang terdekat dan berpengaruh adalah istri dan anakn-
anaknya
Setelah sakit
Pasien mengatakan bila meminta bantuan kepada istrinya
Setelah sakit
Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam keluarga
Setelah sakit
Pasien mengatakan sedikit terhambat dalam kegiatan agama tetapi tetap
menjalankan sholat
Setelah sakit
Pasien mengatakann tidak ada masalah yang berkaitan dengan aktivitasnya
Setelah sakit
Pasien mengatakan tidakk ada keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang
bertentangan dengan kesehatan
d. Adakah pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan yang
dijalani.
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada larangan terhadap pengobatan yang dijalani
Setelah sakit
Pasien mengatakan tidak ada larangan terhadap pengobatan yang dijalani
2. Penampilan
Tampak lusuh dan tidak rapih, tampak lemas
3. Vital sign
a. Suhu Tubuh : 37,2 °c
b. Tekanan Darah :120/80 mmHg
c. Respirasi :20x/menit
d. Nadi :72x/menit
4. Kepala
Bentuk kepala pasien bulat, simetris, kulit kepala bersih dan tidak ada luka, rambut
warna hitam tettapi beberapa ada yang sudah berwarna putih, tidak rontok
5. Mata
Masih dapat melihat dengan jelas, reaksi terhadap cahaya, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik
6. Hidung
Bersih, tidak ada secret, tidak memakai oksigen
7. Telinga
Tidak mengalami gangguan pendengaran, tidak menggunakan alat bantu dengar,
tidak ada infeksi atau luka
9. Dada
Jantung :
Inspeksi : tidak tampak ictus kordis
Palpasi : tidak ada suara krepitasi
Paru- paru :
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor/redup
Auskultasi : vesikuler
10. Abdomen :
Inspeksi : simetris tidak ada luka
Perkusi : timpani
13. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik ( < 2 detik ) tidak ada decubitus, tidak
ada luka pada kulit
14. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laborat
Hematology Hasil
Hemoglobin 11,9 g/dl
Hematokrit 34,8 %
Leukosit 7,63 ribu/uL
Trombosit 391 ribu/uL
Golongan darah/Rh B/Positif
APTT/PTTK 24,5 detik
Kontrol 27,6 detik
PPT 9,8 detik
Kontrol 11,4 detik
Imunoserologi
HbsAg kualitatif non reaktif
Kimia
GDS 106 mg/dl
Ureum 32 mg/dl
Kreatinin darah 1,49 mg/dl
Na, K, Cl
Natrium 141,2 mmol/L
Kalium 3,50 mmol/L
Chloride 104,7 mmol/L
2) Pemeriksaan Radiologi
Hasil :
Dilakukan USG urologi dengan hasil :
Ren Dextra : ukuran dan echostruktur normal, batas cortex dan medulla tegar,
SPC melebar ringan, tak tampak massa/batu
Ren Sinistra : ukuran dan echostructur normal, batas cortex dan medulla tegas,
SPC melebar ringan, tak tampak massa/batu
VU : terisi cairan, dinding menebal dengan double layer, tampak debris, tak
tampak massa/batu
Prostat : ukuran 3,67x3,84x3,63 cm, volume 26,78 ml, echostructur normal
Kesan :
Lydronefrosis bilateral ringan e/c refluk vesicorenal
Pembesaran prostat dengan volume 26,78ml
c. Therapy
- Ceftriaxone 1 gr
- Asam flurex 1A
- Ketorolac 1A
- Asam tranexamat 500 mg
B. ANALISA DATA
Do:
- Pasien tampak lemas dan
hanya bisa berbaring
ditempat tidur
- Aktivitas pasien di bantu
oleh keluarga
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. PLANNING / INTERVENSI
E. IMPLEMENTASI
- Mengidentifikasi
tentang penyebab S: pasien mengetahui
Gangguan - Menganjurkan penyebabnya,
rasa nyaman perbanyak berdo’a mengetahui tanda-tanda
b.d gejala yang muncul dan
terkait berdo’a sebelum tidur
penyakit Menganjurkan pemberian
obat anti nyeri O: pasien tampak sudah
paham
S: pasien mengatakan
Nyeri akut nyeri berkurang
b.d agen
cidera fisik O: pasien kooperatif
F. EVALUASI
Tgl / jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan TTD
Nyeri akut b.d S: pasien mengatakan nyeri pada bagian
agen cidera fisik genetalia bekas post op ca prostat
P: lanjutkan intervensi
P: intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
- Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis
medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen
primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin
juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan
delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur
desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak
Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan
- Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara
anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak
mengatakan sulit beraktivitas dan terganggu saat bergerak, dan pasien mengatakan
lemas.
Klien sudah lanjut usia dengan gejala nyeri di abdomen bagian bawah. Sehingga
nyeri akan mengirimkan ke otak untuk ditransfer ke seluruh organ yang ada ditubuh.
Sehingga nantinya tubuh akan menerima rangsangan tersebut dengan perasaan yang
D. Rencana yang ditetapkan untuk mengatasi masalah dan tindakan yang sudah
dilakukan, kekuatan serta kendalanya
1. Nyeri Akut b.d agen cidera fisik
Menetapkan teknik distraksi dan relaksask sebagai cara untuk mengatasi nyeri. Kekuatan
yang dihasilkan adalah nyeri klien dapat berkurang dengan diajarkan teknik non farmakologi
tersebut. Namun terdapat kelemahannya yaitu teknik tersebut harus dilakukan dengan fokus
dan tanpa memikirkan hal lain sehingga efek dari distraksi relaksasi dapat berpengaruh pada
berkurangnya nyeri.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan intoleransi aktivitas
Menggunakan alat bantu jalan pasien dengan tongkat kekuatan : untuk memudahkan pasien
beraktivitas sepulang dari rumah sakit. Kelemahan : pasien belum terbiasa melakukannya
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit terkait
Melakukan pendekatan kepada pasien untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab
kecemasan pasien dengan komunikasi terapeutik.
Dan membantu pasien agar terciptanya rasa aman nyaman.
E. Evaluasi dari setiap diagnosa, kelemahan atau kendala yang ditemui serta solusinya