RT 7 RW 3
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Profesi Ners
Disusun Oleh :
NIM. 20902100034
SEMARANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN HIPERTENSI
DENGAN SENAM HIPERTENSI DI KELURAHAN
PENGGARON LOR
RT 7 RW 3
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Profesi Ners
Disusun Oleh :
NIM. 20902100034
SEMARANG
2022
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Ilmiah Akhir berjudul:
RT 7 RW 3
Pembimbing I
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iv
1. Pengertian.............................................................................................................6
2. Etiologi .................................................................................................................6
3. Patiofisiologi ........................................................................................................7
6. Komplikasi ...........................................................................................................9
1. Pengertian...........................................................................................................13
1. Pengkajian ..........................................................................................................20
A. PENGKAJIAN.....................................................................................................29
1) KLIEN 1 ........................................................................................................29
a. Pengkajian ............................................................................................................29
b. Analisa Data.........................................................................................................35
g. Evaluasi.................................................................................................................40
2) KLIEN 2 ........................................................................................................41
a. Pengkajian .....................................................................................................41
v
4. Lingkungan....................................................................................................44
7. Harapan keluarga...........................................................................................47
a. Diagnosa keperawatan...................................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................54
A. Diagnose keperawatan...................................................................................54
A. Kesimpulan....................................................................................................63
B. Saran....................................................................................................................64
vi
DAFTAR TABEL
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia adalah sekelompok populasi yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia
adalah mereka yang memasuki tahap akhir kehidupan. Seiring bertambahnya umur
seorang, maka banyak pula penyakit yang dirasakan, penyakit yang banyak dipunyai
salah satunya merupakan hipertensi. Hipertensi ialah suatu kondisi dimana darah
seseorang meningkat melebihi batas normal pada saat diperiksa dengan alat pengukur
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga
penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah
karena banyak penderita hipertensi yang tidak melakukan pengobatan secara rutin atau
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat dengan patuh antara lain karena
penderita hipertensi merasa sehat dan saat mengalami keluhan sedikit tidak mempunyai
fikiran sampai mengalami tensi darah meningkat, kunjungan tidak teratur ke fasyankes
minum obat tradisional, menggunakan terapi lain , lupa minum obat, tidak mampu beli
obat ,terdapat efek samping obat dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes.
Berdasarkan prediksi WHO tahun 2025 angka kejadian hipertensi di dunia pada
kenaikan di seluruh dunia. Hal ini dapat dilihat dari hasil pervalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan hasil pengukuran tahun 2013 hingga 2018 pada penduduk yang
berumur di atas 18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 25,8%
banyak diderita oleh lanjut usia yaitu antara 45- 75 tahun ke atas.(Kementrian
hipertensi akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang
penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika
sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Dan untuk Kawasan Asia penyakit ini telah
membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Indonesia sendiri cukup tinggi yakni
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Sumatra Barat, penderita Hipertensi ada 31,2% sedangkan terendah di Papua sebesar
(22,2%) dan Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2018
Timur yaitu sebanyak 4.903 kasus. Kasus hipertensi di wilayah Kecamatan Pontianak
Timur semakin meningkat dari 1.094 kasus ditahun 2016, 4.233 kasus ditahun 2017
dan 4.903 kasus ditahun 2018. Sedangkan untuk Puskesmas yang menduduki peringkat
pertama kasus hipertensi tertinggi di tahun 2018 yaitu Puskesmas Kampung Dalam
2
Kecamatan Pontianak Timur sebanyak 1.644 kasus.
Provinsi Jawa Tengah, Riskesdas 2018 di, Semarang penderita hipertensi sebanyak
40,69 %, di Pati ada sebanyak 31,72 % , di Kudus ada sebanyak 34,82% ,di Jepara
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbilitas yang menjadi resiko gagal
jantung, stroke, dan ginjal. Komplikasi hipertensi dapat sangat berbahaya karena
hipertensi dapat timbul dengan perlahan dan tanpa gejala apapun, sehingga perlu
adanya dukungan yang baik dari keluarga maupun penderita untuk mencegah
klien. Komplikasi dari hipertensi bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai adalah dapat menyebabkan rusaknya organ tubuh seperti
mata, ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), otak (menyebabkan
stroke), dan pembuluh darah besar. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah
tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua
tekanan darah dan tata cara pengobatannya. Dalam penatalaksanaan hipertensi upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan cara farmokologis (obat- obatan) dan
nonfarmakologis (memodifikasi gaya hidup). Menjalani pola hidup sehat telah banyak
3
terbukti dapat menurunkan tekanan darah, pola hidup sehat yang sangat dianjurkan
adalah dengan penurunan berat badan( bagi yang memiliki berat badan yang tinggi),
mengurangi asupan garam, olah raga secara teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan
penanganan hipertensi dan untuk membentuk sikap yang positif agar dapat melakukan
komplikasi. berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengambil topik
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Secara umum penulisan KIA ini berfungsi untuk mengetahui dan menerapkan
penatalaksanaan “asuhan keperawatan keluarga pada pasien ny. n dan ny. A dengan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada keluarga Tn.R dan Tn.A dengan
Hipertensi
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga Tn.R dan
Tn.A dengan Hipertensi.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada keluarga Tn.R
dan Tn.A dengan Hipertensi
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada keluarga Tn.R dan Tn.A
dengan Hipertensi
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada keluarga Tn.R dan Tn.A dengan
4
Hipertensi
f. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pemberian senam hipertensi terhadap
penurunan tekanan darah pada keluarga Tn.R dan Tn.A dengan Hipertensi
3. Manfat penulisan
Karya tulis ilmiah yang disusuan oleh penulis diharapkan dapat bermanfaat bagi
Menjadi pedoman bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan prodi Profesi Ners
Ilmu Keperawatan serta sebagai bahan pembelajaran dan untuk meningkatkan ilmu
Untuk memenuhi persyaratan ujian akhir dalam mengikuti pendidikan profesi Ners
3. Bagi Masyarakat
5
6
BAB II
KONSEP DASAR
1. Pengertian
gejala yang dapat dilihat dari luar. Penyakit hipertensi juga disebut sebagai “the silent
killer” yang dapat menyebabkan kematian tanpa menunjukkan tanda dan gejala apapun
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis dimana angka
hipertensi apabila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (Triyanto, 2014). Mayoritas penderita hipertensi tidak
tanda dan gejala yang menunjukkan adanya hipertensi, oleh sebab itu hipertensi
2. Etiologi
Penyebab dari hipertensi ada dua macam yaitu primer dan sekunder.
Hipertensi primer bisa dipengaruhi oleh faktor genetik dan ras dengan resiko
utama juga menderita penyakit ini adapun faktor lain yang dapat dimasukkan
dalam daftar penyebab hipertensi yaitu stres, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup kelainan metabolis.
Hiperteni sekunder merupakan akibat sekunder dari proses penyakit lain yang
Hipertensi memerlukan perawatan yang teratur meliputi diit rendah garam dan
lemak, latihan fisik seperti senam hipertensi, bersepeda, jogging serta minum obat
yang teratur. Apabila tingkat pengetahuan baik pasien akan mengerti tentang
3. Patiofisiologi
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui
7
sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
4. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif (2015), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
sebagai berikut:
8
3) Sesak nafas, gelisah
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau diagnostik(Fitri & Rianti Dina, 2015) meliputi :
diabetes.
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak
9
1) Otak
oleh hipertensi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
2) Kardiovaskular
3) Ginjal
sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian
ginjal.
10
Senam hipertensi merupakan salah satu cara pemeliharaan kesegaran jasmani atau
latihan fisik yang dapat dilakukan untuk mengurangi berat badan dan mengelola stress
aktifitas kerja jantung dan dapat menguatkan otot-otot jantung. Fenomena yang terjadi
dilakukan.
yang dirancang secara khusus untuk lansia dengan penyakit Hipertensi. Senam ini
dilakukan minimal 2 kali dalam 1 minggu dengan durasi minimal 30 menit. Senam
Penderita hipertensi yang tidak melakukan kegiatan olahraga atau senam dapat
tidak melakukan olah raga seperti senam hipertensi secara teratur dapat terjadinya
peningkatan berat badan atau obesitas jika tidak ditangani akan mengalami gangguan
iskemik dan stroke. Penderita hipertensi yang rutin mengikuti senam hipertensi dapat
menurunkan tekanan darahnya, hal ini menunjukkan bahwa olah raga atau senam
hipertensi yang teratur dapat membantu meningkatkan aliran darah dan pasokan
oksigen ke dalam otot – otot jantung dan dapat merilekskan pembuluh darah sehingga
11
Pelatihan senam Hipertensi dilakukan dengan mengajarkan gerakan senam.
Dimulai dari jalan ditempat,kemudian tepuk tangan, tepuk jari dan jalin jari, tangan
leter I, silang ibu jari, adu sisi kelingking dan adu sisi telunjuk, tangan leter I, ketuk
pergelangan tangan, bua dan mengepal, tepuk pinggang dan betis, tepuk perut
bergantian, jinjit kaki, dan tangan mengepal lalu di gerakan keatas dan kebawah.
Andri et al., (2019); Rizki (2016) juga menunjukkan bahwa olahraga senam hipertensi
lansia dengan tekanan darah khususnya pada lansia cukup efektif dalam menurunkan
tekanan darah yang dilakukan 6 kali berturut turut. Senam dilakukan 3 hari selama 3
minggu dengan hasil rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 11,26 mmHg
dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik adalah 18,48 mmHg. Hal ini terjadi
karena senam Hipertensi dapat menurunkan kecemasan dan stres sehingga pembuluh
pemenuhan kuantitas dan kualitas kebutuhan tidur sehingga tekanan darah tetap
oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi
peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi sekuncup bertambah.
Dengan demikian tekanan darah akan meningkat. Jika melakukan olahraga secara rutin
dan terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan
pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme penurunan tekanan darah setelah
12
Senam terbukti dapat meningkatkan kadar endorphin empat sampai lima kali
dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan senam maka akan semakin tinggi
pula kadar bendorphin. Ketika seseorang melakukan senam, maka bendorphin akan
keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang
dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan,
kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan. Olahraga juga dapat mengurangi
tekanan darah melalui pengurangan berat badan sehingga jantung akan bekerja lebih
fungsi kognitif yang tidak baik bagi kesehatan lansia. Berdasarkan uraian diatas,
proses penuaan atau lanjut usia merupakan suatu hal yang alamiah dan tidak dapat
dihentikan. Untuk mencegah penurunan fungsional tubuh pada lansia terutama tekanan
darah tinggi dapat dilakukan dengan melakukan latihan fisik. Akan tetapi tidak semua
latihan fisik sesuai dengan lansia mengingat kemampuan mobilisasi lansia terbatas.
1. Pengertian
atau sebagai sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling
ketergantungan dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem- sistem lain. Definisi
lain dari Keluarga adalah suatu ikatan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
13
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah sendirian
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal bersama dalam sebuah
c) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
kesehatan.
Tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe
keluarga modern.
Ayah dalam keterlibatan bermain anaknya selalu melibatkan fisik dan bermain
diluar rumah. Selain itu pada keluarga tradisional masih menerapkan aturan-
aturan yang ketat bahkan sifatnya otoriter. menerapkan aturan-aturan yang ketat
baru. Dalam keluarga modern antara orang tua dan anak terdapat hubungan yang
14
tidak otoriter atau berciri demokratis, seperti yang katakan oleh Ihromi dalam
bukuinya yang berjudul “Sosiologi Keluarga”. Begitu juga kaitannya dengan tipe
3. Fungsi keluarga
Salah satu peran dan fungsi keluarga adalah memberikan fungsi afektif untuk
sayang. (Friedman, 2010). Fungsi dan peran keluarga adalah sebagai sistem
menderita perilaku kekerasan dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang
fungsi keluarga:
a. Fungsi biologis
menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan
b. Fungsi ekonomi
memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara yang cukup efektif dan efisien.
15
c. Fungsi kasih sayang
lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya sesuai
d. Fungsi pendidikan
e. Fungsi perlindungan
g. Fungsi rekreasi
yang lain. Fungsi ini menunjuk pada kadar kedudukan (status) keluarga
i. Fungsi beragama
16
Fungsi ini sangat berkaitan dengan fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi dan
Duvall dan Miller mengajukan teori 8 Stages of The Family Life Cycle yang
2020) yaitu
yang harus dicapai oleh keluarga sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan
biologis keluarga, penekanan budaya, dan aspirasi serta nilai keluarga. Tahap kedua
dalam tumbuh kembang keluarga, yaitu tahap ketika seorang bayi mulai lahir di
tengah pasangan baru yang terdiri dari dua individu sebagai pasangan. Keluarga
tahap II (childbearing family) dimulai sejak kelahiran anak pertama sampai bayi
berumur 30 bulan [2]. Tahap kedua ini merupakan tahap transisi dari peran individu
17
menjadi orang tua dan membentuk sistem permanen. Tahap ini memiliki perhatian
2014)
a. Tindakan Promotif
penyakit hipertensi.
b. Tindakan Preventif
4. Menghentikan merokok.
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur yang dianjurkan untuk penderita
18
: Macam olahraga yaitu isotonic dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
dan berenang
b) Lamanya latihan berkisar anatara 20-25 menit berada dalam zona latihan.
c. Tindakan Kuratif
1. Diuretik
2. Beta-blockers
4. Alpha Blockers
2) Buah ketimun
3) Buah belimbing
4) Buah seledri
d. Tindakan Rehabilitatif.
19
2.kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit,
sama yang bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
Salah satu lingkup praktik keperawatan keluarga adalah asuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang lasung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan
1. Pengkajian
keperawatan, agar dapat diperoleh data pengkajian yang akurat serta sesuai dengan
pada anggota keluarga. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
20
a. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Pekerjaan
4) Pendidikant
5) Genogram
kesehatan adalah tahap dewasa dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi
yaitu keluarga Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri
dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggunganya dan tinggal
21
4. Riwayat keluarga sebelumnya/asal.
riwayat hipertensi.
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
d. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
e. Struktur keluarga
22
berkomunikasi antar anggota keluarga.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
5) Fungsi keluarga :
23
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
perawatan/pengobatan D.0115
perawatan/pengobatan
24
b. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x60 manit diharapkan :
Rencana Tindakan :
1) Observasi
2) Terapiutik
3) Edukasi
keluarga
25
dapat memahami dan menjelaskan penyebab pusing kepala yang dialami klien
pola tidur.
Rencana Tindakan :
1) Observasi
2) Trapiutik
26
masalah(Silva, 2016)
antara praktek kesehatan yang optimal dengan apa yang sedang terjadi.
Burcu, 2010) .
pada nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin
nafas dalam. Keuntungan dari teknik relaksasi nafas dalam antara lain
dapat dilakukan setiap saaat di mana saja dan kapan saja (Ibrahim et al.,
2020)
27
materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
dari dalam individu, kelompok, atau masyarakat itu sendir (Sari, 2013).
lebih lanjut.
Edukasi
kesehatan pasien.
28
29
BAB III
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien pertama yaitu pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18
April 2021 jam 10.00 WIB. penulis mengelola kasus pada keluarga Ny. N dengan
Semarang, orang yang paling dekat dengan anak Laki lakinya yang tinggal satu
Pengkajian pada pasien kedua, dilakukan pada tanggal 18 April 2022 jam 09.00
WIB. Penulis mengelola kasus pada keluarga Ny. A dengan masalah : Hipertensi
1) KLIEN 1
a. Pengkajian
alergi obat namun memiliki riwayat keturunan penyakit hipertensi dari ibunya
Riwayat kesehatan yang lalu Tn.R tidak pernah dirawat di rumah sakit,tidak
2. kebiasaan sehari-hari
Ny. N pada pola makan dan minum Ny.N mengatakan makan sehari 3x
dengan porsi setengah dan Ny.N lebih menyukai makanan yang asin mengatakan
minum kurang lebih 3 botol perhari. Ny.A mengatakan sering makan makanan
yang tinggi akan garam. Menu yang biasa dikonsumsi yaitu nasi, sayuran, serta
lauk pauk. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan yaitu terkait aspek pola tidur
susah untuk tidur yaitu tidur pukul 22.00 kemudian tegah malam sekitar pukul
02.30 bangun dan tidur kemudian dapat tidur lagi pukul 03.30 hingga pukul 04.30,
oleh karenanya saat bangun tidur sering pusing dan merasa tidak fresh.
Ny.N mengatakan dua tahun yang lalu sebelum mengidap hipertensi tidurnya
selalu teratur yaitu tidur dari pukul 21.00 hingga pukul 05.00 namun sekarang
setalah mengidap penyakit hipertensi ketika malam tidurnya sering terbangun gara
– gara merasa sakit pada leher sehingga Ny.N sulit tidur tidur malam pukul 21.00
dan BAK. BAK kurang lebih 5-6 kali sehari berwarna kuning konsisten cair dan
30
mnegatakan seorang ibu rumah tangga aktivitas sehari-hari dilakukan secara
dimasa pandemic covid-19 ini tidak ada aktivitas rekreasi yang dilakukan. klien
mengatakan ingin pergi untuk berhibur namun belum ada waktunya biasanya
penyakit yang diderita dan meyakini bahwa penyakit datangnya dari Allah dan
terus berdoa agar diberi kesembuhan serta kesabaran menghadapi penyakit yang
diberinya. Status sosial ekonomi keluarga : klien mengatakan dirinya sebagai ibu
rumah tangga dan dulu seorang pedagang di pasar, klien mengatakan anaknya dua
ditempati Ny.N adalah 6x20 meter dan merupakan rumah sendiri dengan 2 kamar
tidur, satu ruang tamu, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang keluarga. Tipe rumah
ventilasi dan jendela yang memadai. Sumber air untuk kebutuhan keluarga Ny N
menggunakan air galon isi ulang untuk minum dan air sumur untuk mandi,
Keluarga Ny N mengatakan selalu membeli air galon untuk dikonsumsi dan untuk
31
dimasak. Ny.N juga mengatakan membuang sampah di tempat sampah depan
jika ada salah satu anggota keluarganya yang membutuhkan bantuan, keluarga
saling menolong.
keluarga Ny.N berkomunikasi dengan Bahasa jawa dan apabila keluarga klien
mengambil keputusan adalah klien serta mengatur dan mengelola keungan dll
adalah suami klien atau Tn.R. Struktuk peran (formal dan informal), klien
anak, selain itu,anaknya yang masih tinggal serumah yang selalu menjalankan
32
tugasnya serta membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di pabrik
sprin bad/busa itu juga menghormati dan memtuhi perintah orang tuanya. Nilai
dan norma keluarga: nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan
dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan menurut agama yang
menyayangi satu sama lain sehingga tercipta suatu keluarga yang harmonis.
Salah satu anggota kelarga yang sakit keluarga saling mengingatkan untuk
minum obat dan memotivasi supaya cepat sembuh. Fungsu sosial ,keluarga
kondisi tentang klien yang sedang mengalami pusing kepala, anggota keluarga
keputusan tidak tepat hanya menyarankan minum obat dari apotik tanpa
bertambah dengan kepala yang sangat pusing hebat sampai mau bangun susah
anak kedua sudah berumah tangga sendiri, dan anak yang terkhir masih
33
kebutuhan sandang, pangan, papan.
merespon terhadap situasi dan stressor: klien selalu berusaha menjadi ibu yang
menerima keadaan tentang penyakit yang dialami sekarang dan selalu meminta
bantuan kepada keluarga yang lain (yang masih saudara) jika sudah tidak
sederhana, ekonomi bias tercukupi, keluarga yang sakit semoga cepat diberi
Allah SWT.
penyakit hipertansi. saat ini klien dalam keadaan baik, Tingkat kesadaran
composmentis, tanda – tanda vital, TD: 160/100 mmHg, RR: 21x/menit, HR:
rapi, klien mandi 2x sehari pagi dan sore hari, kuku tangan dan kaki terlihat
bersih. Keadaan umum klien baik. Integumen (kulit): kulit tampak mulai
keriput, warna sawo matang. kepala: rambut hitam lurus, tidak berketombe.
34
mata: simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, penglihatan baik.
hidung: simetris, tidak ada secret, dan tidak ada cuping hidung. Mulut dan
tenggorokan: mukosa mulut lembab, gigi bersih tidak ada nyeri telan.Telinga:
simetris, tidak ada serumen, pendengaran normal. Leher: tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada lesi. Pernafasan : tidak mengalami
sesak nafas dan tidak mengguanakan alat bantu pernafasan. Abdomen: tidak
b. Analisa Data
keluarga tidak efektif. Data fokus, Data subyektif: Ny.N mengatakan sering
tengkuk terasa berat dan semalam tidak bisa tidur. Ny.N mengatakan tidak
pernah olah raga. Ny.N mengatakan takut jika tensinya semakin tinggi ny.N
merasa pusing , Ttv: TD: 160/100, RR : 21, HR: 97. Diagnosa keperawatan
terbangun karena merasakan kepalanya pusing dan susah untuk tidur yaitu
kemudian tegah malam sekitar pukul 02.30 bangun dan tidur kemudian
dapat tidur lagi pukul 03.30 hingga pukul 04.30, oleh karenanya saat bangun
tidur sering pusing dan merasa tidak fresh. Ny.N mengatakan dua tahun
yang lalu sebelum mengidap hipertensi tidurnya selalu teratur yaitu tidur
dari pukul 21.00 hingga pukul 05.00 namun sekarang setalah mengidap
35
penyakit hipertensi ketika malam tidurnya sering terbangun gara – gara
merasa sakit pada leher sehingga Ny.N sulit tidur tidur malam pukul 21.00
WIB dan bangun pukul 04.00 pagi. Data objektif : Ny.N matanya tampak
c. Diagnosa Keperawatan
stressor pada masalah , pada masalah actual yang memiliki skor 1, bobot 1,
kesehatan keluarga Ny.N cukup besar bila tidak segera ditengani karena
pendidikannya keluarga tidak tinggi namun ada motivasi dari keluarga untuk
36
mencari tahu, dan keinginan untuk merawat anak dengan baik dan inggi.
2/3.
Pada skoring diagnosa gangguan pola tidur pada kriteria sifat masalah
Kriteria potensi masalah untuk di cegah rendah dengan skor 1, bobot 1 nilai
37
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x60 menit di harapkan
komunitas. evaluasi kriteria ada respon verbal yaitu dengan standart Ny. N
kali kunjungan rumah diharapkan pola tidur menjadi lebih efektif . tujuan
kriteria, verbal evaluasi pada standart klien dapat mengontrol makanan dan
di puskesmas setiap 10 hari sekali. Data obyektif klien tampak paham apa
38
yang di sampaikan perawat. Implementasi keperawatan mengajarkan cara
NY.N mengatakan sulit tidur karena sering merasakan pusing. pada data
obyektif Ny.N tampak kurang tidur dan lemas. Ny.N tampak lebih segar .
Ny.N mengatakan sudah menetapkan jadwal rutin tidur pukul 21.00 WIB.
pentingnya tidur cukup selama sakit, data obyektif Ny. N tampak sudah
sedikit pusing berkurang dengan terapi relaksasi rendam kaki dengan air
hangat, tekanan darah 170/90 pada data obyektif Ny.N tampak kurang tidur
39
g. Evaluasi
sebagian.
pada pagi hari sudah melakukan olahraga ringan klien mengatakan sudah
daging, kopi. Data Obyektif klien tampak lebih segar. Assesment dalam
intervensi.
Evaluasi pada diagnose gangguan pola tidur yaitu: Data Subyektif Ny.N
karena sering merasakan pusing. Data Obyektif Ny.N tampak lemas, gelisah
identifikasi pola aktivitas dan tidur dan identifikasi faktor pengganggu tidur.
40
serta Ny.N sudah dapat mengontrol makanan sebelum tidur. Evaluasi pada
gangguan pola tidur dengan terapi relaksasi rendam kaki dengan air hangat
data subyektif klien mengatakan pusing berkutang, dana lebih sehat, tekanan
darah menurun dan ridur lebih nyenyak dan nyaman. Data obyektif klien
2) KLIEN 2
a. Pengkajian
08.00 WIB. Penulis mengelola kasus pada keluarga Ny. A dengan masalah :
dirawat di rumah sakit, tidak pernah mengalami kecelakaan dan tidak pernah
41
kanan dan kiri terasa pegal, dengkul bagian kanan dan kadang di buat berdiri
makanan yang tinggi garam, Ny.A mengatakan tidak pernah olah raga. Ny.A
kesehatan lalu pada An. A mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit,
tidak pernag mengalami kecelakaan dan tidak pernah memiliki alergi obat akan
dikaji. Riwayat kesehatan lalu pada An. T mengatakan tidak pernah dirawat di
rumah sakit, tidak pernag mengalami kecelakaan dan tidak pernah memiliki
2. Kebiasaan sehari-hari
minum kurang dari 8 gelas perhari. Menu yang biasa dikonsumsi yaitu nasi ,
sayur serta lauk pauk, Pola tidur : klien mengatakan sering terbangun karena
merasakan kepalanya pusing dan susah untuk tidur yaitu tidur pukul 22.30
kemudian tegah malam sekitar pukul 02.00 bangun dan tidur kemudian
dapat tidur lagi pukul 04.00 hingga pukul 04.30, oleh karenanya saat bangun
tidur sering pusing dan merasa tidak fresh. Ny.N mengatakan satu tahun
yang lalu sebelum mengidap hipertensi tidurnya selalu teratur yaitu tidur
42
dari pukul 21.00 hingga pukul 05.00 namun sekarang setalah mengidap
pusing dan sedikit susah untuk tidur. Klien tidur malam 21.00 WIB dan
bangun pada pukul 04.30 pagi. Pola eliminasi : Klien mengatakan tidak
mengalami kesulitan dalam BAB dan BAK. BAK kurang lebih 5-6 kali
sehari berwarna kuning konsisten cair dan BAB 1kali perhari dengan
meyakini bahwa penyakit datangnya dari Allah dan terus berdoa agar diberi
3. Pemeriksaan fisik
dan kebersihan perorangan : Klien terlihat bersih dan rapi, klien mandi 2x
43
sehari pagi dan sore hari, kuku tangan dan kaki terlihat bersih , tetapi tidak
dan sclera tidak ikterik, penglihatan sudah mulai kabur tidak menggunakan
berkurang,tidak ada nyeri telan, leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
payudara : bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat benjolan,
tidak ada pembesaran teroid dan tidak terdapat luka,palpasi : tidak teraba
4. Lingkungan
sinar matahari yang masuk melalui pintu dan genting kaca. Pembuangan
tidak dipisahkan antara organik dan nonorganic dan saat sudah penuh di
44
bakar. Bahaya kecelakaan kemungkinan kecil karena lantai kering tetapi
yang aman,kecelakaan lalu lintas kemugkinan kecil karena jauh dari jalan
rumah yang sekarang, transportasi keluarga yaitu sepeda motor jika mau
jauh menggunakan sepeda motor, jika jarak yang ditempuh dekat jalan kaki.
yaitu menantu, anak dan dua cucu. Ketika salah satu anggota keluarga yang
5. Struktur Keluarga
45
keluarga Ny A sebagai istri bekerja membantu suami, An A sebagai cucu
6. Fungsi Keluarga
tercipta suatu keluarga yang harmonis. Salah satu anggota kelarga yang sakit
dahulu
saat gejala Ny. A bertambah dengan kepala yang sangat pusing hebat
sudah berumah tangga dan anak kedua juga sudah menikah namun cucunya
46
7. Harapan keluarga
sederhana, ekonomi bias tercukupi, keluarga yang sakit semoga cepat diberi
Allah SWT.
B. ANALISA DATA
mengatakan mengeluh tangan kanan dan kiri terasa pegal, dengkul bagian
kanan dan kadang di buat berdiri agak susah dan merasa sering pusing.
mengatakan tidak pernah olah raga. Ny.A mengatakan takut jika tensinya
puaing.
20x/menit. BB : 37 kg.
pusing dan susah untuk tidur data subjektif : klien mengatakan sering
terbangun karena merasakan kepalanya pusing dan susah untuk tidur yaitu
tidur pukul 22.30 kemudian tegah malam sekitar pukul 02.00 bangun dan
47
tidur kemudian dapat tidur lagi pukul 04.00 hingga pukul 04.30, oleh
karenanya saat bangun tidur sering pusing dan merasa tidak fresh. Ny.A
selalu teratur yaitu tidur dari pukul 21.00 hingga pukul 05.00
a. Diagnosa keperawatan
stressor pada masalah , pada masalah actual yang memiliki skor 1, bobot 1,
kesehatan keluarga Ny.A cukup besar bila tidak segera ditengani karena
namun ada motivasi dari keluarga untuk mencari tahu, dan keinginan untuk
merawat anak dengan baik dan inggi. Potensi masalah untuk di cegah:
48
penyuluhan. total keseluruhan yaitu: 4 2/3.
Pada skoring diagnosa gangguan pola tidur pada kriteria sifat masalah
Kriteria potensi masalah untuk di cegah rendah dengan skor 1, bobot 1 nilai
49
komunitas. evaluasi kriteria ada respon verbal yaitu dengan standart Ny.A
kali kunjungan rumah diharapkan pola tidur menjadi lebioh efektif . tujuan
kriteria, verbal evaluasi pada standart klien dapat mengontrol makanan dan
minum air putih, tetapkan jadwl rutin. Untuk intervensi pada diagnosa
gangguan pola tidur sebagai berikut observasi, identifikasi pola aktivitas dan
tetapkan jadwal tidur rutin. Edukasi, jelaskan pentingnya tidur cukup selama
d. Implementasi keperawatan.
penyakitnya dan tekanan darahnya bisa normal kembali. Data objeltif TD:
50
180/100. Implementasi keperawatan menggunakan sarana dan fasilitas yang
garam, daging dan kopi. Data obyektif klien tampak mengerti, TD: 160/100.
A mengatakan sudah menetapkan jadwal rutin tidur pukul 21.00 WIB. Data
51
sedikit pusing berkurang dengan terapi relaksasi rendam kaki dengan air
hangat, tekanan darah 160/90 pada data obyektif Ny A tampak kurang tidur
A. Evaluasi
Evalusai pada hari pertama tanggal 20 april 2022 pada implementasi
pada intervensi. Data Subyektif klien mengatakan pada pagi hari sudah
Evaluasi pada diagnose gangguan pola tidur yaitu: Data Subyektif Ny.A
karena sering merasakan pusing. Data Obyektif Ny.A tampak lemas, gelisah
identifikasi pola aktivitas dan tidur dan identifikasi faktor pengganggu tidur.
gangguan pola tidur dengan terapi relaksasi rendam kaki dengan air hangat
data subyektif klien mengatakan pusing berkutang, dana lebih sehat, tekanan
darah menurun dan ridur lebih nyenyak dan nyaman. Data obyektif klien
53
54
BAB IV
PEMBAHASAN
Penggaron Lor Genuk Semarang pada tanggal 19 bulan April 2022, proses asuhan
kepewatan dilakukan mulai dari pengkajian, lalu melakukan analisa terkait data
dengan melakukan penilaian dan evaluasi untuk menetukan keberhasilan atas proses
asuhan keperawatan yang dilakukan secara proses ini akan dibahas dalam
pembahasan ini.
A. Diagnose keperawatan
diagnosa yang sama dari keluarga Ny.N dan Ny.A yaitu Manajemen kesehatan
adalah suatu kondisi pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak
faktor resiko.
subyektif Ny.N dan Ny. A sama sama mengatakan sering mengkonsumsi makanan
yang tinggi garam dan kopi, Ny.N dan Ny.A sama sama mengatakan tengkuk terasa
berat dan Ny.N dan Ny. A mengatakan tidak pernah olah raga. Ny.N mengatakan
takut jika tensinya semakin tinggi.dan Ny.A jarang melakukan olahraga dikarenakan
klien mudah merasakan pusing. Data obyektif Ny.N dan Ny. A sama sama tampak
merasa pusing dan tempak lemas,gelisah . ny. N Ttv: TD: 160/100, RR : 21, HR: 97
Alasan diagnosa ini di angkat karena Ny.N dan dan Ny.A sama sama tidak
Ny.N dan Ny. A ketika sakit hanya membeli obat di warung biasa, Ny.N dan Ny. A
tinggi garam. Jika hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan maupun yang
sudah diobati tekanan darah belum mencapai target serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi ( Akrhiansyah,2019).
Ny N dan Ny A merupakan lansia yang usia salah satu klien >60 tahun, dibuktikan
dengan semakin meningkatnya usia maka lebih beresiko terhadap peningkatan tekanan
55
mengalami hipertensi dibandingkan perempuan (Hanum & Lubis,2017)
Sesuai dengan teori aging procces yang mengatakan bahwa semua proses
menua ialah alami yang disertai adanya penurunan fisik,psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain, serta mengalami perubahan-perubahan aki bat
gejala penyakit anggota keluarga menurun. Rencana keperawatan yang disusun oleh
menjaga tekanan darah tetap stabil. Dengan melakukan senam hipertens maka
kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat dan pada fase istirahat pembuluh
darah akan dilatasi,aliran dara akan menurun sehingga pembuluh darah akan lebih
elastis dan melebarnya pembuluh darah maka tekanan akan turun. Fenomema yang
terjadi saat ini penderita hipertensi hanya mengandalkan farmakologi namun untuk
56
kunjungan setelah dilakukan tindakan keperawatan yang ditetapkan dengan respon
kesulitan menjalankan perawatan yang tepat dari meningkat menjadi menuru. tujuan
tindakan keperawatan yang telah dilajukan 4x60 menit tersebut diharapkan klien bisa
kesehatan tepat, Partisipasi dalam program kesehatan komunitas. evaluasi kriteria ada
respon verbal yaitu dengan standart Ny. N mengatakan sudah mengalami hipertensi
selama 2 tahun yang lalu dan Ny A mengatakan sudah mengalami hipertensi selama
intervensi semuanya. Respon Ny.N dan Ny.A saat diberikan intervensi sangat
kooperatif dan aktif saat bertanya tentang hal yang klien tidak ketahui. Implementasi
yang diberikan yaitu senam hipertensi pada klien dan keluarga. senam hipertensi
membutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses pembentukan energi,
sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, dan isi sekuncup bertambah. Dengan
demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah beristirahat pembuluh darah akan
berdilatasi tau meregang, dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-
120 menit kemudian akan kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika terus
menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh
57
darah akan lebih elastis. Mekanisme penurunan tekanan darah setelah olahraga
pembuluh darah tekanan akan turun (hermawan, 2017). diberi implementasi klien dan
keluarga mengikuti instruksi dari penulis mulai dari prosedur hingga selesai. Kendala
penulis saat melakukan implementasi salah satu didalam anggota keluarga masih
misalnya salah satu anggota kelarga masih membeli jajanan sembarangan tanpa tau
Ny. 95 80 00 85 80 85 00 90
N mm mm mmH mm mm mm mmH mm
Hg Hg g Hg Hg Hg g Hg
Ny. 95 90 00 85 87 80 00 90
A mm mm mmH mm mm mm mmH mm
Hg Hg g Hg Hg Hg g Hg
hipertensi terhadap klien Ny.N dan Ny.A menyatakan bahwa hasil tekanan
darah pada saat pertama sebelum melakukan senam hipertensi dan sesudah
58
melakukan senam hipertensi bahwa di hari pertama di minggu pertama Ny. N
yaitu hari senin tanggal 18 April 2022 tekanan sebelum melakukan senam
dan sesudah melakukan senam hipertensi 163/90 mmHg. Setelah itu di hari
kedua diminggu pertama Ny. N yaitu hari selasa 19 April 2022 yaitu tekanan
mmHg. Selanjutnya di hari pertama minggu ke dua Ny. N yaitu hari senin
melakukan senam hipertensi 152/80 mmHg. Setelah itu di hari kedua diminggu
pertama Ny. N yaitu hari selasa 26April 2022 yaitu tekanan sebelum
mmHg.
tidak efektif selama empat kali Respon yang diperoleh Ny.N dan Ny. A dan
59
melakukan senam hipertensi. Data obyektif TD 140/100. Assesment masalah
mengatakan pada pagi hari sudah melakukan senam hipertensi selama 4x dua
minggu, dan setelah dilakukan senam hipertensi Ny. A tampak lebih segar dan
36.5C denyut nadi 80 kali permenit sedangkan Ny.A dengan hasil pengkajian
terahkir 148/90 mmHg, RR: 21kali permenit, suhu 36,8 denyut nadi 82 kali
permenit. Hal ini dikarenakan Ny.N lebih efektif saat melakukan senam
setelah diajarkan perawat dan saat ada waktu luang dipagi hari dan sore hari per
hipertansi seperti tinggi garam, daging, kopi. klien tampak lebih segar.
menghentikan intervensi
yang terjadi pada kualitas dan kuantitas waktu tidur seseorang akibat faktor
eksternal. Sedangkan tanda mayor subyektif yaitu mengeluh sulit tidur dan
60
Sedangakan tanda minor subyektif yaitu mengeluh kemampuasn beraktivitas
menurun.
Alasan diagnosa ini di angkat karena Ny.N dan dan Ny.A tidak memiliki
tidur yang kurang susah dikarenakan kepalanya pusing Ny.N dan dan Ny.A
sering terbangun dijam tertentu disetiap malamnya,oleh kaena itu saat bangun
tidur sering merasakan pusing dan merasa tidak fresh. Ny.N mengatakan sering
terbangun karena merasakan kepalanya pusing dan susah untuk tidur yaitu tidur
pukul 22.00 kemudian tegah malam sekitar pukul 02.30 bangun dan tidur
kemudian dapat tidur lagi pukul 03.30 hingga pukul 04.30, oleh karenanya saat
bangun tidur sering pusing dan merasa tidak fresh Ny.N mengatakan dua tahun
yang lalu sebelum mengidap hipertensi tidurnya selalu teratur yaitu tidur dari
pukul 21.00 hingga pukul 05.00 namun sekarang setalah mengidap penyakit
hipertensi ketika malam tidurnya sering terbangun gara – gara merasa sakit pada
leher sehingga Ny.N sulit tidur dan Ny.A mengatakan satu tahun yang lalu
sebelum mengidap hipertensi tidurnya selalu teratur yaitu tidur dari pukul 21.00
hingga pukul 05.00 namun sekarang setalah mengidap penyakit hipertensi ketika
merasakan kepalanya yang pusing dan sedikit susah untuk tidur. Klien tidur
keperawatan diharapkan pola tidur menjadi lebih efektif. tujuan khusus, setelah
keluhan istirahan tidak cukup menurun. Evaluasi pada standart klien dapat
61
mengontrol makanan dan minuman sebelum tidur, klien dapat menghindari
stress, sebelum tidur minum air putih, tetapkan jadwl rutin. Untuk intervensi
tidur rutin. Edukasi yang di jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit,
pengganggu tidur. Pada data subyektif NY.N dan Ny.A mengatakan sulit tidur
karena sering merasakan pusing. pada data obyektif Ny.N dan Ny.A tampak
kurang tidur dan lemas. Ny.N dan ny. A tampak lebih segar. Evaluasi pada
pola tidur tidak efektif data subyektif klien mengatakan pusing berkurang, dana
lebih sehat, tekanan darah menurun dan tidur lebih nyenyak dan nyaman. Data
62
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga Ny.A
dan keluarga Ny.N dengan penyakit hipertensi di kelurahan Penggaron lor RT 7/RW 3
1. Pengkajian
Karakteristik klien berdasarkan usia disominasi usia yaitu NY. N berusia 55thn berjenis
pada kedua keluarga Ny.A dan keluarga Ny.N yang menderita hipertensi, tekanan darah
2. Diagnose keperawatan
Data subynektif dan obyektif yang mengarah berbagai diagnose keperawatan yaitu, D.
0115 manajemen kesehatan keluarga tidak efekrif, lalu D.0055 ganggaun pola tidur
keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak efekrif D.005 gangguan pola tidur.
3. Intervensi Keperawatan
pada klien keluaran Ny N yaitu untuk masalah kesehatan keluarga tidak efektif dengan
dukungan keluarga,lalu untuk masalah gangguan pola tidur dengan manajemen kesehatan
4. Implementasi keperawat
Implementasi keperawat di lakukan sesuai intervensi yang telah ditegakkan implementasi
yang di lakukan keluarga dengan masalah peningkatan pengetahuan: hipertensi pada Ny.
N berfokus pada masalah manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, sedangkan pada
5. Evaluasi
Evaluasi Yang di dapatkan masalah dari Ny.A khususnya masalah keperawatan prioritas
menajamen kesehatan keluarga tidak efektif serta Ny.A dengan gangguan pola tidur Cara
mencegah gangguan pola tidur dan cara perawatan hipertensi keluarga juga mampu
merubah gaya hidup yang kurang sehat. Dengan hasil yang didapat Ny.N bisa
menjalankan senam hipertensi dengan baik sehingga menurunkan tekanan darah yang
lebih cepat dibandingkan Ny.A yang memiliki hasil penurunan tekanan darah yang lebih
banyak dibandingkan Ny.N. klien juga sudah mulai memahami faktor faktor yang
memengaruhi pola tidur tidak teratur dan bisa menerapakan hasil pankes pada saat
B. Saran
1. Profesi
Perawat diharapkan dapat memberikan suatu implementasi atau tindakan rendam air
2. Institusi
Institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi dasar kepustakaan dalam
64
3. Masyarakat
Meningkatkan 5 ( lima ) fungsi keperawatan keluarga antara lain, keluarga mengenal
65
DAFTAR PUSTAKA
hermawan, t. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia
dengan hipertensi di panti werdha darma bhakti kelurahan pajang surakarta. Jurnal Kesehatan,
26-32.
Sinapar, S. S. (2018). Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah penderita hipertensi di
puskesmas kayon kota palangka raya . Dinamika Kesehatan , 558-566.
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi. Yogyakarta: Grafika Desmita.
2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. PT. Bandung: Karya Rosdakarya Puskesmas 1
Muara Bungo, 2018. Data Profil Kesehatan puskesmas Muara Bungo
Divine, J.G. 2012. Tekanan Darah Tinggi Panduan Untuk Mengatur Olahraga dan Medikasi Mengobati
Hipertensi. Yogyakarta: PT Citra Aji Prama
Friedman. 2008. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: Rajawana Robert R Bel,
dalam Ihromi, 2004 Hubungan dalam keluarga
Dewi & Famila, 2010 dikutip oleh Kusnul. 2014Bailon dan Maglya, 1989 dalam Mubarak 2002
Hidayat, D.R. 2009. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media Kozier, B. 2005.
Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC Khodijah. 2008. Aktivitas
Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta: MediaAesculapius Mubarak, W.I. 2002.
Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV Sagung Seto
, W.I. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. Muhlisin, A. 2012.
Keperawatan Keluarga. Jakarta: Gosyen Publishing
66
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Vol 1. Edisi 4. Jakarta : EGC Pudiastuti, R.D. 2011.
Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. 2008. Konsep & Proses : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu Smeltzer, S.
2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Syamsuddin. 2011. Buku Ajar Farmakologi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta: Salemba
Medika
Tamher, S; Heryati. 2008. Patologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans InfoMedika
Wolf, H.P. 2008. Hipertensi, Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak
Dini. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
Manurung, 2009. Pengaruh karakteristik, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola
makan dan aktivitas dengan kejadian obesitas.
M. Isra. K. H. Bisnu, 2017. Hubungan dukungan keluarga dengan derajat hipertensi pada
pasien hipertensi di puskesmas ranomuut kota manado.
67
LAMPIRAN
1. HASIL TURNITIN
68
2.DOKUMENTASI
69
70