Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH RISET

HARGA BERAS PASAR JOHAR


Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Statistik Ekonomi II
Dosen Pengampu : Thomas Nadeak,SE.,MM

Disusun Oleh :
Kelompok

Santi Apriyani : 18416262201064


Megawati Lestari : 18416262201065
Arita Putri : 18416262201044

AK18A
PROGRAMSTUDI AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya memberikan
petunjuk, rahmat dan karunia-Nya. Tak lupa Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Dengan segala rasa syukur yang
tinggi penyusun berhasil menyelesaikan tugas makalah riset yang berjudul “Harga Beras Pasar
Johar”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi kewajiban
sebagai mahasiswa yang senantiasa melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen dan juga
sebagai penambahan pengetahuan tentang model sistem umum perusahaan.
Penyusun menyusun laporan ini dengan baik, namun penyusun menerima saran dan
kritikan konstruktif dari pembaca dengan senang hati.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan
pembaca semua pada umumnya.

Karawang, 03 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.4 Guna Penelitian/Manfaat Penelitian ........................................................................... 2
1.5 Pengembangan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Teori Harga ..................................................................................................................... 3
2.2 Harga Gabah .................................................................................................................. 4
2.3 Produksi Beras................................................................................................................ 5
2.4 Jenis-jenis Beras ............................................................................................................. 6
2.5 Karakteristik Beras ........................................................................................................ 7
2. 6 Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Beras ...................................................... 7
2.7 Kandungan Nutrisi dan Gizi pada Beras .................................................................... 8
1. Perubahan Pasca Panen pada Beras ..................................................................... 15
BAB III HASIL PENGUMPULAN DATA ......................................................................... 22
3.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 22
3.2 Hasil Pengumpulan Data ............................................................................................. 23
3.3 Contoh perhitungan menggunakanDistribusi Sampel Rata-Rata .......................... 26
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 27
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 27
4.2 Saran.............................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi
beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia. Ketergantungan masyarakat Indonesia yang sangat tinggi
terhadap beras akan menjadi masalah jika ketersediaan beras sudah tidak dapat tercukupi.
Hal inilah yang dapat mengganggu ketahanan pangan nasional (Badan Pusat Statistik
Nasional, 2009). Pada tahun 2014 konsumsi beras di Indonesia sebesar 96,32kg/ kapita/
tahun. Meskipun mengalami penurunandari tahun sebelumnya,akan tetapi masih jauh
melebihi rata-rata tingkat konsumsi beras dunia yaitu sebesar 60 kg/ kapita/ tahun. Hal ini
akibat dari kebijakan pemerintah mengenai pergeseran pangan pokok dari pangan lokal
seperti jagung dan umbi-umbian ke pangan pokok nasional yaitu beras. Dengan kondisi
ketergantungan pangan pada satu jenis produk dapat menjadikan Indonesia rawan pangan,
oleh sebab itu diperlukan pengembangan produk pangan pokok lain pengganti beras
(Kementerian Riset dan Teknologi, 2014). Ketergantungan penduduk Indonesia terhadap
makanan pokok beras sangat tinggi. Sekalipun Negara Indonesia adalah Negara agraris,
Indonesiamasih mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan akan beras. Upaya
mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi beras yang
sangat tinggi adalah dengan diversifikasi konsumsi pangan 2 alternatif. Program
diversifikasi pangan belum dapat berhasil sepenuhnya karena keterikatan masyarakat yang
sangat kuat dengan konsumsi beras (Rachman, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelasan tentang teori harga beras?
2. Bagaimana kebijakan harga gabah?
3. Bagaimana Produksi beras?
4. Apa saja jenis beras?
5. Bagaimana karakteristik beras?
6. Apa faktor yang mempengaruhi beras?
7. Apa kandungan nutrisi dan gizi pada beras?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk memberikan pengetahuan tentang Teori Harga Beras
2. Untuk mengetahui Harga gabah
3. Untuk mengetahui Produksi beras
4. Untuk mengetahui jenis beras
5. Untuk mengetahui karakteristik beras
6. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi beras
7. Untuk mengetahui nutrisi dan zat yang ada pada beras

1.4 Guna Penelitian/Manfaat Penelitian


1. Guna? Yakni untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Statistik Ekonomi II

2. Manfaat? Untuk memberikan pengetahuan bagi mahasiswa agar mempunyai


pengalaman penelitian secara langsung agar berinteraksi langsung kepada masyarakat

1.5 Pengembangan
Sistem Perancangan dan pembangunan sistem yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Analysis (Penelitian) Merupakan tahapan untuk manganalisa kebutuhan yang diperlukan
dalam proyek pembangunan sistem. Sehingga tahapan – tahapan selanjutnya tidak ada
kesalahan atau terjadi pengulangan dalam tahapan tersebut.
2.Design (Perancangan) Merupakan tahapan merancang atau mendesain sistem berdasarkan
hasil analisis dalam bentuk yang bisa dimengerti oleh user.
3.Coding (Implementasi) Merupakan tahapan penerjemahan data atau pemecahan masalah
yang telah dirancang ke dalam bahasa pemprograman tertentu.
4.Testing (Pengujian) Merupakan tahapan untuk menentukan tujuan sistem yang dibangun
atau dirancang sesuai dengan kebutuhan user.
5. Maintenance (Pemeliharaan) Tahap akhir dimana suatu perangkat lunak yang sudah
selesai dapat mengalami perubahan – perubahan atau pemeliharaan sesuai dengan
permintaan user.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Harga


Harga beras menjadi salah satu tolak ukur kesetabilan perekonomian nasional maupun
regional. Peningkatan harga ditentukan oleh banyaknya penawaran dan permintaan. Hal
yang sering terjadi adalah jumlah penawaran yang tidak sesuai dengan jumlah permintaan
sehingga produsen belum tentu dapat memenuhi permintaan konsumen, tetapi dengan
kebutuhan konsumen yang cendrung meningkat menyebabkan harga cenderung tidak stabil.
Adanya keterkaitan antara barang yang satu dengan yang lain menyebabkan perubahan
harga suatu barang akan membuat perubahan harga barang lain (Aryanti, 2001). Harga
terjadi sebagai hubungan tarik menarik antara permintaan dan penawaran di pasar.
Djojodipuro (1991) menyatakan bahwa fungsi permintaan adalah jumlah barang yang
diminta yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti harga barang yang diminta, harga
barang lain, pendapatan dan selera.

Dari Gambar 2.1 keseimbangan pasar dinyatakan pada titik S dan D. Bila harga naik
menjadi OP 1, maka jumlah yang ditawarkan lebih besar dari pada yang diminta dan
terjadilah kelebihan di pasar. Pedagang berusaha untuk menghilangkan kelebihan ini dengan
menurunkan harga dan harga bergerak menuju ke harga semula. Sebaliknya bila harga turun
hingga OP2, maka permintaan bertambah dan harga cenderung meningkat menuju ke harga

3
semula (OP). Harga beras di Indonesia tidak hanya dipengaruhi permintaan dan penawaran
saja, namun juga dipengaruhi pemerintah yang diwakili oleh Bulog (Badan Urusan
Logistik). Menurut Suparmin (2005) Bulog sebagai suatu lembaga formal yang dibentuk
oleh pemerintah mempunyai tugas dan komitmen untuk memenuhi penyediaan pangan,
terutama beras, bagi masyarakat dan sebagai stabilisator harga beras di pasar domestik. Dua
kebijakan pokok yang ditempuh adalah operasi pembelian gabah/beras petani dengan
instrument kbijakan harga dasar (floor price) dan operasi pasar murni dengan kebijakan
harga tertinggi.

2.2 Harga Gabah


Sejak awal Repelita I pembangunan pertanian, pemerintah menempuh kebijakan harga dasar
pada komoditi padi. Tujuan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan produksi beras dan
pendapatan petani melalui jaminan harga yang wajar. Dengan ada nya jaminan harga, petani
diharapkan terdorong untuk mengusahakan dan meningkatkan produksi padi. Hal ini sangat
penting karena pada awal pembangunan nasional yang dimulai dari Repelita I, kebutuhan
beras Indonesia masih sangat tergantung pada impor. Pendekatan demikian juga ditempuh
oleh negara-negara lain, termasuk yang sudah maju (Hadi, 2003).
Kebijakan harga dasar gabah telah dimulai sejak musim tanam awal Repelita I yaitu
tahun 1969/1970 dan terus berlangsung hingga saat analisis ini dilaksanakan tahun 2003.
Setiap tahunnya, harga dasar gabah ditetapkan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Republik
Indonesia tentang Penetapan Harga Dasar Gabah. Ada beberapa macam harga dasar yang
ditetapkan pada setiap Inpres, yaitu harga dasar gabah, harga pembelian gabah terendah oleh
Bulog dan harga pembelian beras oleh Bulog (Hadi, 2003).11 Gabah dalam ketentuan
tersebut adalah Gabah Kering Giling (GKG), yaitu gabah yang memenuhi persyaratan
kualitas sebagai berikut: kadar air maksimum 14%, butir hampa/kotoran maksimum 3%,
butir kuning/rusak maksimum 3%, butir mengapur/hijau maksimum 5% dan butir merah
maksimum 3%. Bilamana petani atau kelompok tani belum mampu memenuhi persyaratan
kualitas tersebut, mereka dapat menjual hasilnya dalam berbagai kondisi kualitas gabah
kepada Bulog sesuai dengan tabel harga yang berlaku (Hadi, 2003).
Ketentuan-ketentuan tentang harga pembelian gabah oleh Bulog dari petani di
tingkat Bulog adalah: (1) Apabila harga gabah sama atau di bawah harga dasar, maka untuk
pengamanan harga dasar itu Bulog harus membeli gabah dari petani atau kelompok tani
pada berbagai tingkat kualitas sesuai dengan pedoman harga pembelian; (2) Apabila
pembelian gabah oleh Bulog dilakukan di tempat petani, maka harga pembelian adalah

4
harga dasar dikurangi ongkos angkut ke gudang Bulog; dan (3) Apabila di suatu kecamatan
tidak ada Bulog atau apabila Bulog yang ada tidak mampu mengamankan harga dasar, maka
Bulog dapat menurunkan Satuan Tugas (Satgas) Operasional Pengadaan Dalam Negeri
untuk melakukan pembelian langsung dari petani (Hadi, 2003).

2.3 Produksi Beras


Secara sederhana produksi diartika sebagai usaha mengubah input menjadi output yang
dapat diambil manfaatnya oleh konsumen. Produksi beras merupakan proses pengelolaan
padi sebagai inputnya menjadi beras sebagai outputnya yg nantinya diambil manfaatnya
oleh konsumen. Produksi beras merupakan usaha pemerintah untuk mengadakan beras.
Hal ini dilakukan dengan melakukan penanaman padi yg nantinya akan menghasilkan
beras untuk memenuhi konsumsi beras dalam negeri.
Produksi padi di Indonesia dipengaruhi oleh luanya wilayah yang digunakan sebagai
lahan untuk menanam padi serta produktivitas. Selain itu iklim dan cuaca juga sangat
berpengaruh. Apabila iklim dan cuaca mendukung maka jumlah produksi beras biasanya
akan mengalami kanaikan. Begitu juga sebaliknya, jika 12 iklim dan cuaca tidak
mendukung maka produksi beras akan mengalami penurunan (BPS 2013). Produksi beras
(PBt) merupakan perkalian antara konvensi atau tingkat rendemen pengolahan dari padi
menjadi beras (Kt) dan produksi padi tahun tersebut (PPt).
Secara empiris persamaan produksi beras dirumuskan sebagai berikut:
PBt = Kt × PPt
dengan:
PBt = Produksi beras tahun ke-t
Kt = Angka konversi padi ke beras (66,7%)
PPt = Produksi padi pada tahun ke-t
Sebagai contoh pada tahun 1980 Indonesia memproduksi padi sebesar 29.651.912 ton dan
angka konversi padi ke beras yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2012 adalah sebesar
66,7%. Sehingga produksi padi pada tahun 1980
adalah:
PBt = 0,667 × 29.651.912 = 197.778.25,3 Ton

5
2.4 Jenis-jenis Beras

a. Secara umum :
 Beras putih (white rice)
 Beras merah (brown rice)
 Beras hitam
 Beras ketan (glutinous rice)
 Beras ketan hitam

b. Berdasarkan asal daerah :


 Beras Cianjur
 Beras Solok
 Beras Delanggu
 Beras Banyuwangi

c. Berdasarkan varietas padi :


 IR 64
 Situ bagendit
 Membramo
 Celebes
 Bengawan
 Pelita

d. Berdasarkan cara prosesing :


 Beras tumbuk
 Beras giling

6
2.5 Karakteristik Beras

a. Beras putih : berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit
aleurondan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%
b. Beras merah : aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang
merupakan sumber warna merah atau ungu pada beras
c. Beras ketan : berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya
merupakan amilopektin
d. Beras ketan hitam : merupakan versi ketan dari beras ketan
e. Beras Cianjur : mengeluarkan aroma yang harum bila ditanak, bau ini disebabkan
beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek harum
f. Beras Pandan wangi : mengeluarkan aroma yang harum bila ditanak, bau ini
disebabkan beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek harum
g. Beras Rojolele : mengeluarkan aroma yang harum bila ditanak,bau ini disebabkan
beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek harum
Sifat mutu beras yang tidak disenangi adalah yang berbau apek dan yang berbau alkohol.
Bau apek disebabkan oleh hasil perusakan minyak, bau asam dan bau alkohol disebabkan
oleh hasil fermentasi gula. Keberadaan bahan kimia ini dapat ditentukan dengan pembauan

2. 6 Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Beras

Beras yang dijual di pasar bermacam-macam jenisnya dan berbeda-beda pula


mutunya. Berikut dikemukakan secara umum kriteria dan pengertian mutu beras yang
meliputi mutu pasar, mutu rasa, mutu tanak (Haryadi, 2006).
Tinggi rendahnya mutu beras bergantung pada beberapa faktor, yaitu spesies dan
varietas, kondisi lingkungan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara
penyimpanan (Astawan, 2004).
Di Indonesia, tingkat mutu didasarkan antara lain pada kesepakatan oleh sebagian
besar pedagang beras. Tingkatan mutu yang berlaku di masyarakat sangat beragam.
Menurut Haryadi (2006), secara umum mutu beras dapat dikelompokkan menjadi empat
yaitu mutu giling, mutu rasa dan mutu tanak, mutu gizi, mutu berdasar ketampakan dan
kemurnian biji.

a. Mutu giling
Mutu giling merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu beras. Mutu
giling mencakup berbagai ciri, yaitu rendemen beras giling, rendemen beras kepala,
persentase beras pecah dan derajat sosoh beras. (Balittan Sukamandi, 1987 dalam
Damardjati dan Endang Y. Purwani, 1991).

7
b. Mutu rasa dan mutu tanak
Di Indonesia, mutu tanak belum dijadikan syarat dalam menetapkan mutu beras. Lain
halnya dengan dunia internasional, khususnya di Amerika Serikat, mutu tanak
merupakan salah satu persyaratan terutama dalam pengolahan beras. Ciri-ciri umum
yang memengaruhi mutu tanak ialah perkembangan volume, kemampuan mengikat air,
stabilitas pengalengan nasi parboiling, lama waktu penanakan dan sifat viskositas pati.

c. Mutu gizi
Beras pecah kulit hanya disenangi oleh sejumlah persentase kecil konsumen meskipun
beras pecah kulit mengandung protein, vitamin, mineral, dan lipid lebih banyak
daripada beras sosoh.

d. Mutu berdasar ketampakan dan kemurnian biji


Ketampakan biji pada umunya ditemukan berdasarkan keburaman endosperm, yaitu
bagian biji yang tampak putih buram, baik pada sisi dorsalbiji, sisi ventral, maupun
tengah biji. Keburaman biji menentukan mutu beras yang dalam persyaratan mutu
dikenal sebagai butir mengapur.

e. Kandungan amilosa
Kandungan amilosa mempengaruhi sifat pemekaran volume nasi dan keempukan serta
kepulenan nasi. Semakin tinggi kandungan amilosanya, semakin mekar nasinya.
Sebaliknya, semakin rendah amilosa, semakin pulen nasi tersebut. Jadi beras ketan tidak
banyak mekar, sedangkan beras beras PB atau IR daya pemekarannya tinggi, tetapi cepat
menjadi keras setelah dingin dan tidak lekat nasinya. Beras dengan amilosa rendah
biasanya menghasilkan nasi dengan sifat tidak kering dan teksturnya pulen, tidak
menjadi keras setelah dingin, dan rasanya enak dan nasinya mengkilat. Semakin
mengkilat nasi, semakin enak rasa nasi tersebut. Jadi enaknya nasi dapat diukur dengan
derajat mengkilatnya nasi. Keadaan per-pulen berkaitan dengan kandungan amilosa.
Semakin kecil kadar amilosa atau semakin tinggi kadar amilopektin, semakin lekat
nasinya. Karena itu, beras ketan kadar amilosanya sangat rendah (1-2%), sedangkan
beras yang kadar amilosanya lebih besar dari 2 % disebut beras bukan ketan atau beras
biasa. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras (bukan ketan) digolongkan menjadi 4
golongan, yaitu beras beramilosa tinggi (25 – 33%), beras beramilosa sedang (20-25%),
beras beramilosa rendah (9-20%) dan beras dengan kadar amilosa sangat rendah (2-9%).

2.7 Kandungan Nutrisi dan Gizi pada Beras

Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras sebagai
bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat sebesar
360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi
masing-masing 6 dan 0,8 mg (Astawan, 2004).
Bagian gabah yang dapat dimakan adalah kariopsis yang terdiri dari 75%
karbohidrat dan 8% protein pada kadar air 14%. Penyusun lainnya adalah lemak, serat, dan
abu yang terdapat dalam jumlah sedikit. Bagian endosperm atau bagian gabah yang

8
diperoleh setelah penggilingan yang kemudian disebut beras giling, mengandung 78%
karbohidrat dan 7% protein (Haryadi, 2006).
Sebagian terbesar karbohidrat dalam beras ialah pati dan hanya sebagian kecil
pentosan, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Antara 85% hingga 90% dari berat kering beras
berupa pati. Kandungan pentosan berkisar 2,0 – 2,5% dan gula 0,6 – 1,4% dari berat beras
pecah kulit. Dengan demikian jelaslah bahwa sifat fisikokimiawi beras terutama ditentukan
oleh sifat-sifat patinya, karena penyusun utamanya adalah pati (Haryadi, 2006).
Protein merupakan penyusun utama kedua beras setelah pati. Beras pecah kulit
mengandung protein sekitar 8% pada kadar air 14% dan sekitar 7% pada berasgiling.
Vitamin pada beras yang utama adalah tiamin, riboflavin, niasin, dan piridoksin, masing-
masing terdapat dalam 4μg/g, 0,6 μg/g dan 50 μg/g. Vitamin-vitamin tersebut tidak
semuanya dalam bentuk bebas, melainkan terikat. Misalnya riboflavin sebanyak 75%
terdapat dalam bentuk ester. Beras mengandung vitamin A dan vitamin D sangat sedikit,
tidak mengandung vitamin C. Kadar abu dari beras giling 0,5% atau kurang. Mineral pada
beras terutama terdiri atas unsur-unsur fosfor, magnesium dan kalium. Selain itu terdapat
kalsium, klor, natrium, silica, dan besi.
Berdasarkan sisi gizi dan nutrisi, beras memang relatif unggul dibandingkan dengan
pangan lain. Seluruh bagian beras bisa dimakan. Kandungan energinya mencapai 360 kalori
per 100 gram. Beras adalah sumber protein yang baik dengan kandungan protein 6,8 gram
per 100 gram. Itulah sebabnya, di Indonesia, dalam neraca makanan, sumbangan beras
terhadap energi dan protein masih sangat tinggi lebih dari 55 persen. Seseorang yang makan
beras dalam jumlah cukup pasti tidak akan kekurangan protein.

Tabel 1 Komposisi Gizi Beras Giling (dalam 100 gr bahan)

9
No. Komposisi Gizi Beras Giling
Tabel 2 1. Energi (kal) 360 Komposisi kimia
(%) pada kadar air 2. Protein (gr) 6,8 14%

3. Lemak (gr) 0,7


4. Karbohidrat (gr) 78,9
5. Kalsium (mg) 6
6. Fosfor (mg) 140
7. Besi (mg) 0,8
8. Vitamin A (SI) 0
9. Vitamin B1 (mg) 0,12
10. Vitamin C (mg) 0
Komposisi Gabah Beras pecah kulit Beras sosoh
Protein 5.8-7.7 7.1-8.3 6.3-7.1
Lemak kasar 1.5-2.3 1.6-2.8 0.3-0.5
Serat kasar 7.2-10.4 0.6-1.0 0.2-3.5
Abu 2.9-5.2 1.0-1.5 0.3-0.8
Karbohidrat 63.6-73.2 72.9-75.9 76.8-78.4
Pati 5.4 66.4 77.6

A. Secara Umum

- Beras putih

1. Protein (g/100g) = 6,8


2. Besi (mg/100g) = 1,2
3. Seng (mg/100g) = 0,5
4. Serat (g/100g) = 0,5

10
- Beras merah

1. Protein (g/100g) = 7,0


2. Besi (mg/100g) = 5,5
3. Seng (mg/100g) = 3,3
4. Serat (g/100g) = 3,3

- Beras hitam

1. Protein (g/100g) = 8,5


2. Besi (mg/100g) = 3,5
3. Seng (mg/100g) = -
4. Serat (g/100g) = -

- Beras cokelat

11
1. Protein (g/100g) = 7,9
2. Besi (mg/100g) = 2,2
3. Seng (mg/100g) = 0,5
4. Serat (g/100g) = 0,5

- Beras ungu

1. Protein (g/100g) = 8,3


2. Besi (mg/100g) = 3,9
3. Seng (mg/100g) = 2,2
4. Serat (g/100g) = 2,2

B. Berdasarkan Varietas Padi

- Pelita

1. Umur tanaman : 135-145 hari

12
2. Rasa Nasi : Enak
3. Potensi hasil : 4,5-5,5 ton/Ha, gabah kering

- Bengawan

1. Umur tanaman : 155-160 hari


2. Rasa nasi : Enak
3. Jumlah anakan : banyak

- Celebes

1. Umur tanaman : 105-110 hari


2. Potensi hasil : 5,0 t/ha
3. Tekstur nasi : Pulen

- Situ Bagendit

13
1. Umur tanaman : 110-120 hari
2. Rataan hasil : 3-5 t/ha GKB (lh kering), 5-6t/ha GKB (lh sawah)
3. Tekstur nasi : Pulen

- IR 64

1. Umur tanaman : Kurang lebih 115 hari


2. Rataan hasil : Kurang lebih 5 ton/ha
3. Rasa nasi : Enak

- Membramo

1. Umur tanaman : 115-120 hari


2. Rataan hasil : KI. 6,5 ton/ha gabah kering giling
14
3. Rasa nasi/tekstur nasi : pulen

1. Perubahan Pasca Panen pada Beras


Pada biji matang, ikatan antar granula telah menjadi padat dan kompak dengan butiran-
butiran protein yang terdapat di sela-sela granula pati berfungsi sebagai pengepak.
Sebaliknya pada biji lewat matang, tampak struktur retakan-retakan dalam biji dan terjadi
pengkerutan granulagranula pati sehingga mengurangi kekompakan ikatan antar granula.
biji yang dipanen lewat matang banyak mengalami keretakan sejak dari lapang yang
menyebabkan mudah pecah waktu penggilingan (Damardjati, 1988)
Chrastil (1992) yang menyatakan bahwa penyerapan air dan pengembangan
volume meningkat sejalan dengan lama penyimpanan. Penundaan atau penanganan yang
tidak tepat dapat mengakibatkan perubahan warna menjadi kuning (Sahay dan
Gangopadhyay, 1985), meningkatkan respirasi dan menyebab-kan penurunan kualitas
(Aibara etal., 1984).
Hasil yang sama juga ditemukan di Indonesia, besar tumpukan dan lama
penumpukan/penundaan perontokan mempengaruhi kadar beras pecah, butir rusak, beras
kuning dan warna beras/keterawangannya. Untuk beras PB42 pada musim kemarau,
terlambat merontok sampai 15 hari menyebabkan butir kuning mendekati 3 % dan kadar
beras pecah di atas 35 % (Soemardi dan Tahir, 1991).
Menurut Ruiten (1994), warna yang terjadi adalah kuning yang disebabkan oleh
kombinasi aktivitas mikrobia dan kimiawi karena gabah terlalu lama dalam masa pra-
pengeringan. Menurut Dillahunty et al. (2001), suhu dan lama penyimpanan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap terbentuknya warna kuning. Warna kuning merupakan
bentuk kerusakan yang mempengaruhi kualitas, kenampakan, flavor dan hasil akhir.
Menurut Daniels et al. (1998) perlakuan, termasuk kondisi pra-pengeringan,
kondisi pengeringan, suhu dan lama penyimpanan gabah sangat penting diperhatikan.
Beras kepala yang dihasilkan akan meningkat sejalan dengan lama penyimpanan pada
semua suhu dan semua kondisi prapengeringandan pengeringan. Selain itu juga
berpengaruh terhadap sifat tanak dan viskositas puncak. Perubahan-perubahan yang
penting terjadi selama tiga bulan pertama penyimpanan.
Gabah dengan kadar air tinggi apabila disimpan dalam timbunan
akanmenimbulkan panas karena respirasi dan aktivitas mikrobia. Gabah dengan kadar air
24% akan mengalami kerusakan dalam 24 jam pada suhu penyimpanan 10 oC, sedangkan

15
dengan kadar air 15-18 % mengalami kerusakan setelah lima hari pada suhu penyimpanan
antara 10- 38oC (Kunze dan Calderwood, 1994).
Viskositas puncak beras giling meningkat dengan semakin lama waktu
penyimpanan karena meningkatnya kandungan asam lemak bebas dan menurunnya
aktivitas diastatik. Pengeringan gabah setelah panen lebih menguntungkan karena dapat
menurunkan aktivitas enzim-enzim yang bertanggung jawab terhadap kerusakan gabah
selama penyimpanan seperti amilase, protease dan lipase (Dhaliwal et al.,1991).
Menurut Kik dalam Juliano (1994c), kandungan vitamin, terutama tiamin menurun
selama penyimpanan. Chrastil (1990) mempelajari pengaruh penyimpanan beras terhadap
orizenin, pati dan amilosa. Meskipun kandungan total protein dan pati tidak mengalami
perubahan, namun kelarutan protein menurun. Penyimpanan pada suhu tinggi (40oC)
meningkatkan ikatan disulfida dan rata-rata berat molekul orizenin. Di sisi lain, berat
molekul amilosa menurun dan amilopektin meningkat. Orizenin berinteraksi dengan pati
dengan ikatan dapat balik antara amilopektin dan atau amilosa. Ikatan ini menurun selama
penyimpanan dan berhubungan dengan kelekatan nasi setelah dimasak.
Beras coklat yang disimpan pada suhu 30oC mengandung asam lemak bebas,
karbonil (jenuh dan tidak jenuh) dan heksanal yang lebih tinggi dari pada beras sosoh
(Piggott etal., 1991). Kandungan asam lemak bebas yang relatif tinggi memungkinkan
timbulnya bau tengik akibat oksidasi.
Aroma juga semakin berkurang selama penyimpanan karena sifat penguapannya
(Damardjati danEndang, 1991).
Pada cara petani, kehilangan hasil panen tertinggi (9,52%) terjadi pada tahap panen
dengan menggunakan sabit, selanjutnya pada tahap perontokan (4,79%). Titik kritis
kehilangan hasil terdapat pada tahap pemotongan padi, pengumpulan potongan padi, dan
perontokan (Nugraha et al. 2007). Dengan menggunakan combine harvester, kehilangan
hasil tersebut dapat diminimalkan menjadi hanya 2,5% karena panen, pengumpulan, dan
perontokan digabung menjadi satu tahapan kegiatan (Purwadaria et al. 1994).
Anggapan yang saat ini berlaku adalah beras beramilosa tinggi memiliki
indeksglikemik rendah atau sedang. Beras dengan IG rendah tidak hanya terjadi pada beras
beramilosa tinggi seperti IR 36 tetapi juga ditemukan pada beras beramilosa sedang (beras
X). Ketidak-konsistenan hubungan kadar amilosa beras dengan nilai IG juga dilaporkan
oleh peneliti lain. Miller et al, (1992) melaporkan bahwa beras pecah kulit maupun giling
Doongara (beramilosa tinggi) memiliki nilai indeks glikemik sedang (64 dan 66). Nilai
indeks glikemik beras bervariasi dari 43 sampai 109 tergantung pada kadar amilosa dan

16
perlakuan penhgolahan yang dialaminya (Powel et al, 2002). Juliano (2005) menyebutkan
nilai IG beras beramilosa tinggi atau sedang sekitar 83 (dengan standar roti tawar) dan
pada beras parboiled sekitar 68-69 (dengan standar roti tawar).

Tabel 3 Kandungan proksimat (%) pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi
Tahapan
Ka Air Abu Protein Lemak Karbohidrat Serat
Pengolahan
Panen 25.565 6.081 6.354 2.285 44.308 14.851
Rontok 25.311 4.628 7.330 2.077 47.956 12.697
Pengeringan 11.104 3.575 8.635 2.607 59.387 14.794
Pecah kulit 1 11.514 2.412 9.220 2.739 68.075 8.745
Pecah kulit 2 11.606 1.875 9.588 2.566 67.728 7.113
Sosoh 1 11.668 1.409 9.026 1.991 69.152 6.267
Sosoh 2 11.790 0.460 8.599 0.725 73.048 4.952
Pencucian 27.217 0.425 6.407 0.152 61.057 4.896
Nasi 65.533 0.165 3.199 1.107 27.681 2.314

a. Kadar air pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi

Kadar air padi waktu panen dan perontokan tidak jauh berbeda karena padi dipanen
dan dirontokkan pada saat yang bersamaan. Perbedaan kadar air disebabkan karena pada
waktu panen padi masih ada tangkainya yang bisa menahan air, sedang padi yang dirontokan
tidak sehingga kadar air pada waktu panen lebih tinggi.
Pada tahap pengeringan padi (gabah), kadar air menurun dengan adanya proses
penjemuran dengan sinar matahari selama ± 3 hari. Pengeringan merupakan proses
penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk
diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan hasil akibat
ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2,13 %.
Kadar air setelah pengeringan adalah 11,104 %. Tujuan dari pengeringan padi adalah
untuk mengurangi kadar air gabah agar dapat disimpan lebih lama dan untuk proses

17
selanjutnya, karena dengan pengeringan akan merubah struktur dan tekstur gabah yang
disebabkan hilangnya sebagian kadar air. Menurut Haryadi (2006), perubahan tekstur dan
struktur gabah selama proses pengeringan sangat berpengaruh terhadap kemudahan biji
pecah selama perlakuan mekanis selanjutnya.
Tahap penggilingan gabah adalah tahapan proses pengolahan padi setelah tahap
pengeringan, apabila tidak dilakukan penyimpanan. Dalam penggilingan padi ada dua
tahapan yang dilakukan yaitu pengupasan/pemecahan kulit gabah dan penyosohan. Dalam
proses penyosohan dapat dilakukan 2 sampai 3 kali. Tujuan dari penggilingan padi adalah
mengupas dan membersihkangabah menjadi beras. Pada tahap pengupasan kulit akan
diperoleh beras pecah kulit yaitu membuang sekam padi, dan tahap penyosohan adalah
membuang kulit ari beras sehingga beras nampak putih bersi. Kadar air beras pecah kulit
dan beras yang telah di sosoh tidak jauh berbeda yaitu 11.514 %, 11.606 %, 11.668 %, dan
11.790 %, penyosohan dilakukan 3 kali, sehingga diperoleh beras yangbenar-benar bersih.
Pengolahan beras menjadi nasi melalui dua tahap yaitu pencucian dan pemasakan.
Pada tahap pencucian kadar air meningkat menjadi 27.217 %, hal ini karena beras dicuci
dengan air, sehingga beras menyerap air yang menyebabkan kadar air meningkat. Sedang
pada tahap pemasakan beras dimasak dengan ditambah air, maka kadar air beras yang telah
menjadi nasi juga meningkat 65.533 %. Peningkatan ini karena beras mempunyai
kemampuan mengikat air yangdigunakan untuk memasak.

b. Kadar abu pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi

Kadar abu pada tahap panenadalah 6.081 % dan setelah dirontokkan turun menjadi
4.628 %, hal ini karena padi yang dipanen masih berada di malai dan tangkai sehingga bahan
keringnya tinggi sehingga kadar abu tinggi, tetapi setelah dirontokkan padi sudah berupa
gabah artinya seudah lepas dari malai dan tangkai sehingga bahan kering turun. Sedang
gabah yang telah dikeringkan juga kadar abunya mengalami penurunan hal ini karena
tangkai yang tersisa pada butir gabah lepas/patah pada saat dikeringkan, sehingga yang
tersisa adalah gabah yang sudah bersih dari tangkai yang menyebabkan kadar abu turun.
Pada tahap penggilingan yaitu pecah kulit 1, pecah kulit 2, penyosohan 1 dan
penyosohan 2 penurunan terjadi karena sekam yang membungkus beras sebadian sudah
lepas, padahal sekam tersusun dari selulosa yang banyak mengandungsilica, sehingga kadar
abu semakin turun, demikian juga tahap pecah kulit 2 lebih banyak sekam yang sudah
terlepas yang menyebabkan kehilangan kandungan abunya. Penyosohan dilakukan untuk
menghilangkan kulit ari yang masih menempel di beras sehingga yang tertinggal hanya butir

18
berasnya, yang masih mengandung sisa kulit ari beras, protein, lemak dan sebagian besar
karbohidrat, hal ini menyebabkan kadar abu semakin turun, karena kadar abu hanya terdapat
pada kulit ari yang masih tersisa sedang kulit ari mengandung mineral.
Tahap pencucian juga menyebabkan kadar abu turun karena dengan pencucian beras
yang masih mengandung kulit ari hilang tercuci. Sedang pada tahapan penanakan menjadi
nasi kadar abu turun karena kadar air meingkat.

c. Kadar protein pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi


Pada waktu panen padi masih berada di tangkai malai sehingga nutrisi yang tersisa
termasuk mineral masih mensuplai ke biji gabah sehingga prosentasi mineral dan protein
seimbang tetapi pada waktu perontokkan prosentase protein meningkat karena gabah sudah
dirontokkan sehingga suplai hara benar-benar berhenti sehingga prosentase protein
meningkat. Tahap pengeringan juga meningkatkan protein, karena pada waktu pengeringan
terjadi perubahan struktur dan tekstur pada gabah di samping turunnya kadar air, sehingga
meningkatkan kadar protein.
Kenaikan protein pada tahap penggilingan yaitu pecah kulit atau pengupasan
disebabkan sekam sudah hilang sehingga prosentase protein naik karena sebagian besar
sekam tersusun dari jaringan serat selulosa yang mengandung silica.Sedang gabah yang
sudah dikupas atau beras pecah kulit tersusun dari perikrap, testa, nuselus dan aleuron,
skentum, lembaga/embrio dan endosperm (Haryadi, 2006), yang banyak mengandung
protein dan karbohidrat.
Pada proses penyosohan perikarp, testa, lapisan nuselus, aleuron dan lembaga
terpisahkan/terbuang menjadi dedak yang berarti kehilangan protein, lemak, vitamin dan
mineral yang banyak terdapat pada bagian tersebut, sehingga proses penyosohan ini
menurunkan kandungan protein.
Tahap pencucian beras sebelum pemasakan menurunkan kadar protein, hal ini
karena proses pencucian meningkatkan prosentase air sehingga prosentase protein turun.
Pada tahap pemasakan kadar protein juga menurun, karena pada saat pemasakan
menggunakan air yang menyebabkan prosentase protein turun.

d. Kadar lemak pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi


Tahap panen kadar lemak adalah2.285 %, dan setelah tahapperontokkan kadar lemak
turunmenjadi 2.077 %, tetapi pada proses pengeringan naik hingga 2.607 %,walaupun naik

19
turunnya kandunganlemak tidak terlalu tinggi tetapi dapatdiketahui bahwa proses
perontokandan pengeringan mempengaruhikandungan lemak dalam gabah.
Tahappengeringan dapat meningkatkankadar lemak, karena pada waktupengeringan dengan
sinar matahari adaproses pemanasan yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur
dantekstur pada gabah.
Pada tahap penggilingan yaitupecah kulit atau pengupasanmenyebabkan sekam
hilang sehinggaprosentase lemak naik karena sebagianbesar sekam tersusun dari
jaringanserat selulosa yang mengandung silica.Sedang gabah yang sudah dikupas atauberas
pecah kulit tersusun dariperikrap, testa, nuselus dan aleuron,skentum, lembaga/embrio
danendosperm (Haryadi, 2006), yangbanyak mengandung protein, lemakkarbohidrat dan
vitamim.Pada aleuronsendiri banyak mengandung butiranlipid sehingga prosentase
lemakmeningkat dengan hilangnya sekampadi.
Pada proses penyosohanperikarp, testa, lapisan nuselus,aleuron dan
lembagaterpisahkan/terbuang menjadi dedakyang berarti kehilangan protein, lemak,vitamin
dan mineral yang banyakterdapat pada bagian tersebut,sehingga proses penyosohan ini
jugamenurunkan kandungan lemak.
Tahap pencucian beras sebelumpemasakan menurunkan kadar lemak,hal ini karena
proses pencucianmeningkatkan prosentase air sehinggaprosentase protein turun, disamping
itukulit ari/dedak yang masih tersisa diberas hilang tercuci oleh air. Pada tahap pemasakan
kadar lemakmeningkat, karena pada saat pemasakan menggunakan air yang menyebabkan
kandungan pati tergelatinisasi dan merubah pati menjadi asam lemak sehingga kadar lemak
meningkat.

e. Kadar karbohidrat pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi


Tahapan pengolahan padi menjadi nasi menyebabkan adanya perubahan kandungan
karbohidrat. Hal ini karena di samping menurunnya prosentase kadar air juga terjadi
perubahan struktur gabah saat proses pengeringan berlangsung yangmenyebabkan
prosentase karbohidrat meningkat.
Pada tahap proses penggilingangabah kandungan karbohidrat meningkat lagi.
Naiknya kandungan karbohidrat disebabkansekam hilang sehingga prosentasekarbohidrat
naik, sedang prosespenyosohan juga meningkatkankandungan karbohidrat karena
lapisanyang banyak mengandung lemakprotein dan sebagian kecil karbohidrathilang dan
yang tersisa adalahendosperm yang banyak mengandungpati dan sedikit protein.

20
Proses pencucian dan pemasakanberas menyebabkan penurunankarbohidrat. Hal ini
karena pada prosespemasakan terjadi kerusakankarbohidrat, penambahan airmenyebabkan
meningkatnyaprosesntase air sehingga prosentasekarbohidrat menurun.

f. Kadar serat pada tiap tahapan pengolahan padi menjadi nasi


Kandungan serat padatahap perontokan turun dan pada tahappengeringan naik
karena pada tahapperontokan bahan keringnya (malaidan tangakai padi) sudah
berkurangsehingga serat turun, sedangpengeringan meningkatkan seratkarena kandungan
air turun sehinggaprosentase serat meningkat.
Setelah proses pengeringan yaitupada proses pengupasan/pecah kulit,penyosohan,
pencucian dan pemasakankandungan serat terus menurun. Halini karena sekam yang
banyakmengandung serat dihilangkan.Danpada tahap penyosohan kulit ari tersisajuga
masih mengandung serat sedikitdihilangkan dengan peoses tersebutsehingga kandungan
seratnya semakinmenurun. Sedang pada prosespencucian semakin menurunkan seratkarena
kulit ari yang masih tertinggaldi beras dicuci bersih disamping karena prosentase airnya
meningkat.

21
BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA

3.1 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer untuk keperluan
penelitian, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji
hipotesa yang telah dirumuskan.
Ada berbagai macam teknik pengumpulan data dalam proses peneliitian, tetapi
teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian terdiri dari:
a. Observasi
Observasi ialah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematis tentang gejala-gejala yang diselidiki.
Penggunaan Observasi sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dimaksud untuk melengkapi data yang tidak dapat digali dengan studi dokumentasi.
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi.
Dengan menggunakan observasi penelitian dapat mendapatkan tentang:
1. Lokasi
2. Fasilitas
3. Pengamatan lainnya yang berfungsi sebagai penyempurnaan hasil penelitian
b. Interview (Wawancara)
Penggunaan interview untuk melengkapi data yang tidak dapat dikaji dengan studi
dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data utama.

22
Wawancara adalah pertemuan antara dua belah pihak untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.
c. Dokumentasi
Dokumen yang berarti catatatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari seseorang.

3.2 Hasil Pengumpulan Data


a. Observasi

1. Lokasi Penelitian : Jl. Wirasaba, Pasar Beras Johar Karawang

2. Fasilitas : Di luar ruangan gudang beras

3. Narasumber : Bapak HJ. Munir

23
b. Interview ( Wawancara )

1. Beras apa yang paling laku dijual?

sebenarnya beras yang paling laku dijual adalah beras IR tetapi tidak bisa
dipastikan karena masyarakat identik dengan brand atau merek seperti AA &
Kembang

2. beras mana yang jarang terjual?

beras yang jarang terjual semacam beras merah, ketan merah, ketan hitam, karena
kebutuhan/ peminat yang terbatas dari masyarakat

3. setiap berapa lama beras datang dan berapa banyak?

setiap hari beras datang ke Gudang untuk sehari bisa mencapai 2 truk jika di pasar
untuk satu hari bisa mencapai 2000 ton.

4. Apakah beras yang dijual ini beras impor atau lokal?

24
beras yang dijual adalah beras lokal karena jika beras yang dijual beras impor harus
menunggu operasi pasar yang dikeluarkan oleh Bulog, jika beras impor tidak bisa
sembarangan dikeluarkan, karena khusus pemerintah yang dikuasai oleh Bulog
untuk operasi pasar yang mengeluarkan beras impor

5. jenis beras Apa sajakah yang dijual?

beras Ir atau (cere 42)

6. Berapa modal yang dikeluarkan untuk usaha ini

Modal yang dikeluarkan mengikuti kebutuhan masyarakat jika kebutuhan naik


modal yang dikeluarkan bisa mencapai miliaran, jika kebutuhan sedikit modal
yang dikeluarkan juga ikut menurun

7. Apakah beras ini Setiap hari selalu habis terjual?

beras tidak selalu habis terjual setiap hari karena tergantung dari kebutuhan
masyarakat

8. Apakah harga beras akan naik?

harga beras akan naik karena harga bulir Padi sudah naik, harga jual bulir padi
sudah Rp5.600 per kg jadi harga beras harus lebih tinggi dari harga bulir padi,
jadi harga beras harus menyesuaikan harga bulir padi karena dalam menghasilkan
bulir padi harus melakukan biaya-biaya lainnya seperti biaya giling dan biaya
lainnya..

9. Bagaimana cara mengetahui beras yang di obat dengan yang tidak diobat?

Cara mengetahui beras di obat atau tidak di obat tidak bisa ditentukan karena dari
penanaman padi sendiri sudah menggunakan obat padi, cara mengetahui beras di
obat atau tidak di obat tidak bisa ditentukan karena dari penanaman padi sendiri
sudah menggunakan obat padi

10. dari mana mendapatkan stok beras ini?

stok beras di gudang didapatkan dari pasar induk beras Karawang, jika panen
sendiri pun didapatkan dari petani di kampung-kampung

11. Hal apa yang membuat bapak memutuskan untuk berjualan beras?

karena beras adalah makanan kebutuhan atau kebutuhan hidup beras adalah
makanan pokok masyarakat Indonesia jika makanan pokok otomatis akan
dibutuhkan masyarakat setiap hari sehingga akan menghasilkan keuntungan

12. Berapa harga /kg beras atau Per karung beras

harga per kilo beras paling murah Rp 8.500/kg paling mahal Rp18.500 /kg, untuk
1 kilo sekitar 1 liter lebih atau 1,5 liter, untuk 1 karung 60 liter
25
3.3 Contoh perhitungan menggunakanDistribusi Sampel Rata-Rata
Selama penelitian 4 November 2019 – 10 November 2019, harga beras terus mengalami
fluktuasi dengan tren harga yang meningkat harga beras pernah turun mencapai 8.500/kg
dan sempat naik mencapai 18.500/kg, selama penelitian yaitu 7 hari terakhir harga terakhir
rata-rata beras 17.000/kg dengan standar deviasi 45,5 .BIP peluang harga beras dibawah
16.950, dan peluang harga beras naik diatas 18.000

Jawab:

a. Diketahui n = 7, 𝑥̅ = 17.000, 𝜎 = 45,5

b. Untuk nilai tengah populasi dan sampel adalah sama = 𝜇 = 17.000

c. Untuk mencapai nilai s menggunakan rumus untuk populasi yang tidak terbatas, hal ini
disebabkan proses transaksi saham berjalan terus menerus.

𝜎 45,5 45,5
S= = =2,65 = 17,2
√ 𝑛 √7

d. Setelah diketahui nilai standar deviasi dan nilai tengah, maka dapat dicari nilai Z dan
𝑋−𝑁
probabilitas Z = 𝑆

- Z untuk X < 17.500 = (16.950 – 17.000)/17,2 = -2,91

Pada tabel luas dibawah kurva normal menunjukkan 0,4982, sehingga probabilitas
harga beras dibawah 17.000 adalah 0,5 – 0, 4982 = 0,008 atau 0,18%

- Z untuk X > 18.000 = ( 18.000 – 17.000)/17,2 = 58,14

Niali Z pada tabel luas di kurva nawah normal tidak ada, karena Z max 2,99. Oleh
karena itu, probabilitas nya dapat menggunakkan nilai yang tertinggi yaitu Z 3,99
dengan probabilitas 0,49997. Srhingga probabilitas harga beras di atas 18.000 adalah
0,5 – 0,49997 = 0,00003 atau 0,003%.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa probabilitas harga beras muncul untuk jatuh
dbawah 16.950 dan meningkat diatas 18.000 sangat kecil. Harga beras akan relatif stabil
pada nilai tengahnya yaitu 17.000

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi
beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia. Ketergantungan masyarakat Indonesia yang sangat tinggi
terhadap beras akan menjadi masalah jika ketersediaan beras sudah tidak dapat tercukupi.
Hal inilah yang dapat mengganggu ketahanan pangan nasional (Badan Pusat Statistik

27
Nasional, 2009). Pada tahun 2014 konsumsi beras di Indonesia sebesar 96,32kg/ kapita/
tahun. Meskipun mengalami penurunandari tahun sebelumnya,akan tetapi masih jauh
melebihi rata-rata tingkat konsumsi beras dunia yaitu sebesar 60 kg/ kapita/ tahun. Hal ini
akibat dari kebijakan pemerintah mengenai pergeseran pangan pokok dari pangan lokal
seperti jagung dan umbi-umbian ke pangan pokok nasional yaitu beras. Dengan kondisi
ketergantungan pangan pada satu jenis produk dapat menjadikan Indonesia rawan pangan,
oleh sebab itu diperlukan pengembangan produk pangan pokok lain pengganti beras
(Kementerian Riset dan Teknologi, 2014). Ketergantungan penduduk Indonesia terhadap
makanan pokok beras sangat tinggi. Sekalipun Negara Indonesia adalah Negara agraris,
Indonesiamasih mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan akan beras. Upaya
mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi beras yang
sangat tinggi adalah dengan diversifikasi konsumsi pangan 2 alternatif. Program
diversifikasi pangan belum dapat berhasil sepenuhnya karena keterikatan masyarakat yang
sangat kuat dengan konsumsi beras (Rachman, 2008).
Harga beras menjadi salah satu tolak ukur kesetabilan perekonomian nasional maupun
regional. Peningkatan harga ditentukan oleh banyaknya penawaran dan permintaan. Hal
yang sering terjadi adalah jumlah penawaran yang tidak sesuai dengan jumlah
permintaan sehingga produsen belum tentu dapat memenuhi permintaan konsumen,
tetapi dengan kebutuhan konsumen yang cendrung meningkat menyebabkan harga
cenderung tidak stabil.

1. Beras secara umum terdiri dari : beras hitam, beras putih, beras coklat, beras merah dan
beras ungu
2. Beras berdasarkan varietas padi meliputi : pelita, bengawan, celebes, situ bagendit,IR
64, dan membramo
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beras yaitu mutu giling, mutu rasa dan mutu
tanak, mutu gizi, mutu berdasar ketampakan dan kemurnian biji, dan kandungan amilosa
4. Tahapan proses pengolahan padi menjadi nasi dapat mengubah kandungan kadar air,
kadar abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat

4.2 Saran
Saya menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, maka dari pada itu kritik dan saran sangat saya harapkan untuk
mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, Muhammad Awaluddin. 2013. Kiat Tingkatkan Swadaya Produksi Padi.PT Trubus
Swadaya.Depok

Fatmasari, Harnani S.Pd. 2013. Pengetahuan Bahan Makanan 1, Pengetahuan Bahan


Makanan
Nabati.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Depok

Iswari,Kasma.2012.Kesiapan Teknologi Panen dan PascapanenPadi dalam Menekan


Kehilangan Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras.JurnalLitbang Pertanian, 31(2)

Kanisius.1990.Budidaya Tanaman Padi.Kanisius(Anggota IKAPI).Yogyakarta

Lestari, Dewi dan Haslina. 2012. Kajian Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Padi
29
Menjadi Nasi Terhadap Mutu Kimiawi. Jurnal TEKNOLOGI Pangan dan Hasil
Pertanian
Vol. 7 No. 1 Halaman 47-55

Prabowo,Sulistiyo.2006.Pengolahan dan Pengaruhnya Terhadap Sifat FisikdanKimia Serta


Kualitas Beras. Jurnal Teknologi Pertanian 1(2) : 43-49

Purwani,E.Y.Yuliani,S..Indrasari,S.D.Nugraha,S.,dan Thahir,R.2007.Sifat Fisiko-Kimia


Berasdan Indeks Glikemiknya.Jurnal Teknologi dan Industri Pangan,Vol.XVIII No.1

Soemartono.1992.Bercocok Tanam Padi.CV.Aneka ilmu.Semarang

Suhartiningsih, 2004. Haruskah Kita Peduli Rasa Nasi?. FTDC-IPB.

Utama,Prof.Dr.Ir.M.Zulman Harja,MP.2015.Budidaya Padi Pada Lahan Marjinal Kiat


Meningkatkan Produksi Padi.

30

Anda mungkin juga menyukai