Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Proses Menua
Menjadi orang tua adalah suatu prosess
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan dari infeksi dan memperbaiki diri dari
kerusakan yang diderita
2. Teori Menua
a. Teori genetic
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa lama hidup
ditentukan pada informasi DNA pada gen.
b. Kerusakan DNA
Informasi yang dibutuhkan yang dibutuhkan seluntuk
membangun protein esensial tergantung pada bangunan
molekul DNA
c. Teori radikal bebas
Radikal bebas mengandung oksigen dengan aktivitas
yang tinggi yang sangat cepat bereaksi dengan
molekul lain dan membuat aktivitas enzim dan
protein dapat berubah.
d. Teori auto imun
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan
diakibatkan karena antibodi yang bereaksi terhdap
sel normal dan merusaknya.
3. Batasan usia lanjut
1) Menurut WHO;
a) Middle Age / Usia Pertengahan
b) Elderly Age / Usia Lanjut
c) Old Age / Usia Lanjut Tua
d) Very Old Age / Usia Sangat Tua
2) Menurut UU Nomor 13 tahun 1998
UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
berusia 60 tahun keatas.
3) Menurut Binner dan Jenner (1977).
a) Usia Kronologis.
Yaitu usia yang menunjuk pada jangka waktu
seseorang sesuai dengan tahun kelahirannya.
b) Usia Biologis.
Yaitu Usia yang menunjuk kepada jangka waktu
seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup tidak mati.
c) Usia Psikologis.
Yaitu usia yang menunjuk kepada kemampuan
seseorang untuk mengadakan penyesuaian-
penyesuaian kepada situasi yang dihadapi.
d) Usia Sosial.
Yaitu usia yang menunjuk kepada peran-peran yang
diharap atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sehubungan dengan usianya.
4. Prinsip proses menua.
a. Proses menua merupakan proses secara terus menerus
(berlanjut) secara alamiah yang dialami semua
makhluk hidup.
b. Proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak
sama cepatnya.
c. Proses menua bukanlah suatu penyakit namun
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsang dari luar tubuh maupun
dalam tubuh.
Dengan demikian kaum lanjut usia sering menderita
berbagai penyakit.
5. Tugas Perkembangan Lansia.
a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
b. Penyesuaian terhadap pension dan penurunan
pendapatan.
c. Menemukan makna kehidupan.
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal.
g. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.
6. Tipologi Lansia.
a) Menurut Kemampuannya :
1) Lanjut usia mandiri sepenuhnya.
2) Lanjut usia dengan bantuan sebagian.
3) Lanjut usia dengan bantuan sepenuhnya.
b) Menurut Karakter / Pengalaman Hidup :
1) Tipe Konstruktif
2) Tipe Ketergantungan
3) Tipe Bermusuhan
4) Tipe Membenci Diri
7. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lansia.
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh
4) Berkurangnya cairan intra sel.
b. Sistem Syaraf
1) Berat otak menurun.
2) Kurang sensitif terhadap rangsang sentuh.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Menurunnya waktu berespon.
c. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis
2) Membran tympani atropi
3) Peningkatan serumen
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil sklerosis
2) Kornea lebih berbentuk sferis / bola
3) Lensa lebih suram / keruh
4) Daya akomodasi hilang
5) Menurunnya lapang pandang
6) Menurunnya kemampuan membedakan warna
e. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi.
2) Menurunya indera pengecap
3) Esofagus melebar.
4) Peristaltik melemah
5) Fungsi absorbsi melemah
f. Sistem Respirasi
1) Otot pernafasan menjadi kaku
2) Menurunya aktivitas silia
3) Kehilangan elastisitas paru-paru
4) Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang
5) Oksigen pada arteri menurun
6) Kapasitas residu meningkat
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan density
2) Kifosis
3) Pinggang, lutut, dan jari-jari gerakan terbatas
4) Pembesaran sendi dan kuku
5) Tendon mengkerut
6) Atrofi serabut otot
7) Sistem Kardiovaskuler
8) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
9) Kemampuan jantung dalam memompakan darah menurun
10) Hilangnya elastisitas pembuluh darah
11) Tekanan darah meninggi
h. Sistem Genito-Urinaria
1) Ginjal mengecil, Nefron atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun.
2) Otot vesika urina menurun
3) Pembesaran prostat
4) Atrofi vulva
i. Sistem Endokrin
1) Semua produksi hormon menurun
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
j. Sistem Integumen
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2) Pigmentasi dan gangguan elastisitas kulit
3) Kelenjar keringat berkurang
4) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
5) Menurunnya respon terhadap trauma

B. Konsep Dasar
1. Definisi
Katarak adalah nama yang diberikan untuk
kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus
oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata,
seperti melihat air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan
adalah katarak senilis dan katarak senilis ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan
yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi
disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh,
yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi
perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan,
pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami
perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan
sedikit gangguan penglihatan.
2. Etiologi
a. Ketuaan ( Katarak Senilis )
b. Trauma
c. Penyakit mata lain ( Uveitis )
d. Penyakit sistemik (DM)
e. Defek kongenital (salah satu kelainan herediter
sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti
German Measles)
3. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris
yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing
baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan .
Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul
poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna
seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya traansparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan
oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi
paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-
obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
4. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala
subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan
oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya
akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan
tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan
yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam
akan tampak abu-abu atau putih.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa
tumor, karotis, glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler,
atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik /
infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
6. PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator
pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien
melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan
biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang
memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah
20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina
atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
a. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan.
b. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop
digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan.
7. PENGKAJIAN.KEPERAWATAN
a. Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
b. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang
menyababkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di
sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut
).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada
pupil (katarak), pupil menyempit dan
merah/mata keras dan kornea berawan
(glukoma darurat, peningkatan air mata.
c. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-
tiba / berat menetap atau tekanan pada atau
sekitar mata, sakit kepala
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler,
peningkatan TIO ditandai dengan :
- Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman
penglihatan
- pandangan kabur, dll
Tujuan :
Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat
dalam kemungkinan cedera.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi
diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkan keamanan.
Intervensi :
- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi
paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas,
penampilan, balutan mata.
- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau
miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
- Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala
tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
- Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi
khusus bila sembuh dari anestesi.
- Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga
kebersihan paru.
- Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.
- Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan
dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki
kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
- Observasi pembengkakan lika, bilik anterior
kempes, pupil berbentuk buah pir.
- Berikan obat sesuai indikasi antiemetik,
Asetolamid, sikloplegis, analgesik.
b. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan
berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara
terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
- menurunnyaketajaman penglihatan
- perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas
situasi individu, mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya
dalam lingkungan.
Intervensi :
- Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah
satu atau dua mata terlibat.
- Orientasikan klien tehadap lingkungan
- Observasi tanda-tanda disorientasi.
- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi,
bicara dengan menyentuh.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.
- Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak
yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, pelihatan perifer hilang dan buta
titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan
kognitif, yang ditandai dengan :
- pertanyaan/pernyataan salah konsepsi
- tak akurat mengikuti instruksi
- terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan :
Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses
penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan
alasan tindakan.
Intervensi :
- Kaji informasi tentang kondisi individu,
prognosis, tipe prosedur, lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin,
beritahu untuk melaporkan - penglihatan
berawan.
- Informasikan klien untuk menghindari tetes mata
yang dijual bebas.
- Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat
mata dan masalah medis klien.
- Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip,
mengangkat berat, mengejan saat defekasi,
membongkok pada panggul, dll.
- Dorong aktifitas pengalihan perhatian.
- Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang
aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur
menggunakan kacamata pelindung.
- Anjurkan klien tidur terlentang.
- Dorong pemasukkan cairan adekuat.
- Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya
evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.

Anda mungkin juga menyukai