Anda di halaman 1dari 20

Tugas individu

LAPORAN PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC)

Disusun untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Gadar dan Kritis

Oleh:
LAELA HARYATI
14B019005

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERWATAN
PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC
(CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000
penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India,
Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang terlihat pada gambar
berikut ini (WHO 2017).
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada
laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Hal ini terjadi
kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC
misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat (Kemenkes
RI 2015).
Penyakit TB paru terjadi ketika daya tahan tubuh manusia menurun.
Kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV
AIDS atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk
terinfeksi dan terjangkit TBC (Infodatin 2018).
Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan
cara membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, membudayakan
perilaku etika berbatuk, melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas
perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat,
peningkatan daya tahan tubuh; Penanganan penyakit penyerta TBC,
penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Infodatin
2018).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang definisi penyakit TB paru
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit TB paru
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit TB paru
4. Untuk mengetahui tanda gejala penyakit TB paru
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit TB paru
6. Untuk mengetahui pathway penyakit TB paru
7. Untuk mengetahui pengkajian penyakit TB paru
8. Untuk mengetahui diagnosa penyakit TB paru
9. Untuk mengetahui fokus intervensi penyakit TB paru
BAB II. ISI

A. Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.
Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis
yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC (Infodatin 2018).
B. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru tetapi juga mengenai organ tubuh
lainnya (Depkes, 2007).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru antara lain
kondisi sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan kebiasaan
merokok. Meskipun merokok bukanlah penyebab utama terjadinya
penyakit TB Paru, namun kebiasaan merokok dapat merusak mekanisme
pertahanan paru sehingga memudahkan masuknya kuman penyakit seperti
kuman penyakit TB (Infodatin 2018)
C. Patofisiologi
Pada orang sehat, kuman TB yang masuk dan menginfeksi tubuh akan
dihadang oleh sel PMN (Poli Morfo Nuklear) dan difagosit oleh makrofag.
Namun pada penederita DM, kemampuan mobilisasi, kemotaksis dan
fagositosis dari sel PMN menurun akibat kondisi hiperglikemia, sehingga
aktivitas bakterisid dari PMN pada penderita DM menurun.
Selain sel PMN, sel mononuklear juga mengalami penurunan secara
kuantitatif, demikian juga kemampuan deteksinya terhadap
mikroorganisme juga menurun, diduga akibat penurunan sensitivitas
reseptor atau penurunan jumlah reseptor yang ada pada monosit tersebut.
Penurunan sistem imun dan rentannya jaringan terhadap kerusakan
terjadi akibat glucotoxicity pada DM. Glucotoxicity diartikan sebagai
proses kerusakan yang timbul akibat adverse effect hiperglikemi kronis.
Gangguan aktivitas dan lemahnya daya imun seluler menyebabkan
sel-sel imun tidak mampu menghadang dan memfagosit kuman TB yang
menginfeksi tubuh, akibatnya kuman TB terus berkembang dan
menimbulkan sakit TB pada orang tersebut (Muchtar 2018)
D. Tanda gejala
Gejala utama pada pasien TB paru yaitu batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien
dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TBC yang
khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih
(Infodatin 2018).
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat di berikan menurut Alwi 2017 antara
lain :

• Darah : LED meningkat

• Mikrobiologis

• BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS

• Kultur mycobacterium tuberculosis positif (diagnosis pasti)

• Foto toraks PA+ lateral (hasil bervariasi) : infiltrat, pembahasan kelenjar

getah bening(KGB) hilus / KGB paratrakeal, milier, atelektasis, efusi


pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyeb lung.

• Imuno-serologis

• Uji tuberculis : sensitivitas 93,6%.


• Tes PAP, ICT-TB : positif

• PCR-TB dari sputum(hanya menunjang klinis)

F. Pathway
Doplet mengandung
M. tuberculosis
Terhirup lewat saluran masuk ke paru alveoli
pernafasan
udara tercemar
M. tuberculosis panas proses peradangan produksi sekret
Hipertermi
Berlebih

Limfadenitis kelenjar getah bening tuberkel sekret sukar


dikeluarkan

sembuh dengan TB primer infeksi primer


Bersihan jalan nafas tidak efektif
sarang ghon (Ghon) pada alveoli
tif
meluas sembuh sempurna mengalami perkejuan

brontogen hematogen kalsifikasi

bronkus bakterimia menghancurkan jar. Sekitar mengganggu perfusi dan


nekrosis difusi O2

perkejuan suplai O2 kurang

Jantung Pleura Peritoneum pencairan Gangguan pertukaran gas

Perikarditis pleuritis asam lambung pengkejuan

Nyeri dada aneurisma arteri pulmonalis


Mual, muntah, anoreksia
batuk berdarah Resiko syok hipovolemik
Gangguan rasa
Gangguan nutrisi
nyaman : nyeri
kurang dari kebutuhan
tubuh
G. Pengkajian
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan
tinggal dirumah yang sumpek.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu
makan menurun.
3. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam
miksi maupun defekasi
4. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
5. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular.
7. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi
dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.

10. Pola penanggulangan stress


Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
H. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
sekret kental atau sekret darah
2. Gangguan pertukaan gas berhubungan dengan kongesti paru,
hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis
laktat dan penurunan curah jantung
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakadekuatan intake nutrisi
4. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
5. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
I. Fokus Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dari kriteria hasil Rencana Tindakan Rasional
keperawatan

1. Ketidak efektifan Tujuan : Airway suction  Untuk mengeluarkan


bersihan jalan nafas 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal cairan di jalan nafas
berhubungan Setelah diberikan tindakan suctioning  Untuk menstabilkan
dengan keperawatan 1 x 24 jam 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan nafas klien
bersihan jalan napas efektif
akumulasi sekret sesudah suctioning.  Untuk mengetahui
kental atau sekret 3. Informasikan pada klien dan keluarga perkembangan status
Kriteria Hasil :
darah tentang suctioning pernafasan klien
1. Mendemonstrasikan 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction  Nafas dalam di lakukan
batuk efektif dan suara dilakukan. agar klien rileks serta
nafas yang bersih, tidak 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal mempermudah saat akan
ada sianosis dan dyspneu untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal di lakukan tindakan
(mampu mengeluarkan 6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan suction
sputum, mampu bernafas tindakan  Alata yang steril di
dengan mudah, tidak ada 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas gunakan untuk
pursed lips) dalam setelah kateter dikeluarkan dari kebersihan serta
2. Menunjukkan jalan nafas nasotrakeal pencegahan infeksi
yang paten (klien tidak 8. Monitor status oksigen pasien  Batuk efektif atau
merasa tercekik, irama 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara suction digunakan untuk
nafas, frekuensi melakukan suksion mengeluarkan cairan
pernafasan dalam rentang 10. Hentikan suksion dan berikan oksigen atau sekret dari jalan
normal, tidak ada suara apabila pasien menunjukkan bradikardi, nafas
peningkatan saturasi O2, dll.
nafas abnormal)  Posisi pasien di lakukan
3. Mampu Airway Management untuk mempermudah
mengidentifikasikan dan 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
mencegah factor yang atau jaw thrust bila perlu klien bernafas
dapat menghambat jalan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
nafas ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
2. Gangguan Tujuan : Airway Management  posisikan pasien di
pertukaan gas lakukan untuk
berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift mempermudaha dalam
dengan kongesti keperawatan 1 x 24 jam atau jaw thrust bila perlu bernafas
paru, hipertensi pertukaran gas efektif 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan  mengidentifikasi
pulmonal, ventilasi pernafasan pasien untuk
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
penurunan perifer mengetahui apakah pasien
yang alat jalan nafas buatan memerlukan alat bantu
1. Mendemonstrasikan
mengakibatkan 4. Pasang mayo bila perlu nafas
peningkatan ventilasi dan
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
asidosis laktat dan oksigenasi yang adekuat  batuk efektif dan suction
penurunan curah 2. Memelihara kebersihan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau di lakukan untuk
jantung paru paru dan bebas dari suction mengeluarkan secret atau
tanda tanda distress 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara cairan yang menyumbat
pernafasan tambahan jalan nafas
3. Mendemonstrasikan 8. Lakukan suction pada mayo  memonitor respirasi
batuk efektif dan suara 9. Berika bronkodilator bila perlu pasien di lakukan guna
nafas yang bersih, tidak 10. Barikan pelembab udara mengetahui apakah ada
ada sianosis dan dyspneu 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan suara nafas tambahan atau
(mampu mengeluarkan keseimbangan. adakah perubahan pada
sputum, mampu bernafas 12. Monitor respirasi dan status O2 nafas pasien
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) Respiratory Monitoring
4. Tanda tanda vital dalam
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
rentang normal
usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
9. auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
3. Ketidakseimbangan Tujuan : Nutrition Management  Kolaborasi dengan ahli
nutrisis kurang dari gizi dilakukan untuk
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan mengetahui secara jelas
berhubungan keperawatan 3 x 24 jam 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk apa yang di butuhkan
dengan diharapkan kebutuhan nutrisi menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang serta tindakan yang di
ketidakadekuatan terpenuhi dan adekuat dibutuhkan pasien. perlukan bagi pasien
intake nutrisi 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan  Memberikan edukasi
Kriteria Hasil : intake Fe bagi pasien tentang
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan atau diit tinggi
1. Adanya peningkatan berat
protein dan vitamin C serat untuk menghindari
badan sesuai dengan
5. Berikan substansi gula kesulitan BAB
tujuan
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
2. Berat badan ideal sesuai  Kaji pengetahuan pasien
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
dengan tinggi badan tentang makanan yang
7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
3. Mampu mengidentifikasi dapat di konsumsi
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
kebutuhan nutrisi  Ajarkan membuat jadwal
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
4. Tidak ada tanda tanda harian makanan untuk
catatan makanan harian.
malnutrisi membuat pasien menjadi
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
5. Tidak terjadi penurunan lebih disiplin dalam
kalori
berat badan yang berarti memilih dan
10. Berikan informasi tentang kebutuhan
mengkonsumsi makanan
nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk  Memonitor BB
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan dilakukan untuk
mengetahui adakah
Nutrition Monitoring kenaikan atau penurunan
berat badan
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
4. Hipertemia Tujuan : Fever treatment  Memonitor suhu di
berhubungan lakukan untuk
dengan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering mungkin mengetahui adakah
inflamasi keperawatan 3 x 24 jam 2. Monitor IWL kenaikan atau penurunan
diharapkan suhu tubuh 3. Monitor warna dan suhu kulit suhu pasien
dalam rentang normal 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR  Memonitor intake dan
5. Monitor penurunan tingkat kesadaran output nutrisi pasien
Kriteria Hasil : 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct untuk mengetahui
7. Monitor intake dan output apakah pasien
1. Suhu tubuh dalam rentang
8. Berikan anti piretik kekurangan atau
normal
9. Berikan pengobatan untuk mengatasi kelebihan nutrisi
2. Nadi dan RR dalam
penyebab demam
rentang normal  Selimuti pasien di
10. Selimuti pasien
3. Tidak ada perubahan lakukan untuk mencegah
11. Lakukan tapid sponge
warna kulit dan tidak ada pasien kedinginan
12. Berikan cairan intravena
pusing, merasa nyaman  Memberikan edukasi
13. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
terkait peningkatan suhu
14. Tingkatkan sirkulasi udara
untuk mengetahui akibat
15. Berikan pengobatan untuk mencegah
yang dapat di timbulkan
terjadinya menggigil
jika pasien kedinginan
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

5. Nyeri Akut Tujuan : Pain Management  Pengkajian nyeri di


berhubungan lakukan untuk
dengan nyeri dada Setelah dilakukan tindakan1. Lakukan pengkajian nyeri secara mengetahui dimana,
pleuritis keperawatan 3 x 24 jam komprehensif termasuk lokasi, bagaimana, seperti apa,
diharapkan nyeri yang di karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas berapa lama nyeri itu di
rasakan dapat berkurang dan faktor presipitasi rasakan oleh pasien
2. Observasi reaksi nonverbal dari  Mengamati reaksi pasien
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan di saat merasakan nyeri
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
1. Mampu mengontrol nyeri  Memilih dan melakukan
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
(tahu penyebab nyeri, penanganan nyeri untuk
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mampu menggunakan nyeri mengetahui manakah
tehnik nonfarmakologi 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau yang lebih dapat
untuk mengurangi nyeri, 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan digunakan untuk
mencari bantuan) lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri mengurangi nyeri pada
2. Melaporkan bahwa nyeri masa lampau pasien
berkurang dengan 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
menggunakan manajemen dan menemukan dukungan
nyeri 8. Kontrol lingkungan yang dapat
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, pencahayaan dan kebisingan
frekuensi dan tanda nyeri) 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
setelah nyeri berkurang (farmakologi, non farmakologi dan inter
5. Tanda vital dalam rentang personal)
normal 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus. (2017). Penetalaksanaan di bidang ilmu penyakit dalam panduan
praktik kklinis.Internapublishing pusat. penerbitan ilmu penyakit dalam.
Infodatin, 2018. Toss TB temukan TB obati sampai sembuh. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI, 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014,
Jakarta
Muchtar, N. H., Herman, D., & Yulistini, 2017. Gambaran factor resiko
timbulnya tuberculosis paru pada pasien yang berkunjung ke Unit
DOTS RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan
Andalas.
Soemantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika.
WHO, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa

Anda mungkin juga menyukai