Pada Ny. R
DI RUANG MELATI RSUD KAJEN
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal pada Ny. R di ruang Melati
RSUD Kajen”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas presentasi kasus asuhan
kebidanan. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak dibantu oleh
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
2
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
A. Pengertian
F. Seksio Sesarea
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji data pada Ny. R di ruang Melati RSUD Kajen.
b. Mampu menginterpretasi data atau diagnosa pada Ny. R di ruang
Melati RSUD Kajen.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada
Ny. R di ruang Melati RSUD Kajen.
d. Mampu menetapkan kebutuhan, konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang lain.
e. Mampu menyusun rencana asuhan pada Ny. R di ruang Melati
RSUD Kajen.
f. Mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan pada Ny. R
di ruang Melati RSUD Kajen.
g. Mampu mengevaluasi asuhan yang telah diberikan.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Meliputi : latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori
Meliputi : pengertian, perubahan masa nifas, tahap-tahap nifas, kebutuhan
masa nifas, asuhan masa nifas, seksio sesarea, perawatan masa nifas post
seksio sesarea.
Bab III Tinjauan Kasus
6
Menguraikan tentang asuhan kebidanan dengan menerapkan menejemen
kebidanan tujuh langkah varney. Dalam hal ini penulis mengambil kasus
yang ada di ruang Melati RSUD Kajen yaitu Nifas Normal Post SC.
Bab IV Pembahasan
Meliputi : Pembahasan dari Tinjauan Kasus
Bab V Penutup
Meliputi : Daftar referensi dan penutup
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Nifas
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo,2011,
Hal.356). Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran (Pusdiknakes,
2003)
Masa nifas adalah suatu rentang waktu yang amat penting bagi kesehatan
ibu dan anak, setelah melewati masa hamil dan melahirkan. Masa setelah
melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam merupakan
masa nifas yang merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia (Saleha, 2009, hal. 1-2).
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan (KEMENKES RI,2013)
8
Setelah postnatal 12 hari, uterus biasanya sudah
tidak dapat diraba melalui abdomen, dan setelah 6
minggu, ukurannya sudah kembali pada ukuran
tidak hamil, yaitu tingginya 8 cm dengan berat 50
gram.
2) Lokhea
Lokhea adalah istilah yang diberikan pada
pengeluaran darah dan jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas.
Jumlah dan warna lokhea akanberkurang secara
progresif:
a) Lokhea rubra (hari 1-4) jumlahnya sedang,
berwarna merah dan terutama darah.
b) Lokhea serosa (hari 4-8) jumlahnya
berkurang dan berwarna merahmuda
(hemoserosa).
c) Lokhea alba (hari 8-14) jumlahnya sedikit,
berwarna putih atau hampir tidak
berwarna.
3) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki
oleh dua hingga tiga jari tangan,setelah 6 minggu
postnatal, serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama
dilatasi, serviks tidak pernah kembali keadaan
sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil
seperti mata jarum, serviks hanya kembali pada
keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang
sudah sembuh, tertutup tapi berbentuk celah.
Dengan demikian os servisis wanita yang sudah
9
pernah melahirkan merupakan salah satu tanda
yang menunjukan riwayat kelahiran bayi lewat
vagina.
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut,kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan keadaan kendur. Setelah 3
minggu, vulva dan vaginakembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol. Himen mengalami
ruptur pada saat melahirkan bayi pervagianam dan
yang tersisa hanya sisa-sisa kulit yang disebut
karunkulae mirtiformis. Orifisium vagina biasanya
tetap sedikit membuka setelah wanita tersebut
melahirkan anak.
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sbelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal
hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kemballi
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih
kendur daripada keadaan sebelum
melahirkan(nulipara).
6) Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi
pada organ-organ pelvis, payudara mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali
jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih
10
besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri
tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.
7) Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema
leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan kadar
hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi
akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
2. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus
kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
begian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberi
enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi
keinginan ke belakang.
3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan
kadar estrogen, voume darah kembali kepada keadaan tidak
hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang
sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap
lebih tinggi daripada norma. Plasma darah tidak begitu
11
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan
yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
4. Perubahan Tanda Vital
a. Suhu badan dalam 24 jam post partum akan naik sedikit
( 37,5º- 38ºC) dan ada hari ke-3 biasanya suhu naik lagi
karena adanya pembentukan ASI.
b. Nadi, denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan
menjadi lebih cepat.
c. Tekanan darah biasanya tidak berubah, kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah karena adanya
perdarahan pada saat melahirkan.
d. Pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi, apabila keduanya tidak normal maka pernapasan
akan mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran pernapasan.
5. Perubahan Komponen Darah
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah,
misalnya jumlah darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel
darah merah dan HB akan berfluktuasi, namun dalam1 minggu
pasca persalinanbiasanyasemuanyaakan kembali pada keadaan
semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh
jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2
minggu akan kembali pada keadaan normal.
6. Perubahan psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status
hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas
menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan
normal mampu diatasinya. Di samping perubahan hormonal,
cadangan fisiknya sering sudah sudah terkuras oleh tuntutan
kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan
12
yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau
anak-anaknya yang lain.tubuhnya mugkin pula tidak
memberikan respon yang baik terhadap obat-obat yang asing
baginya seperti preparat analgesik narkotik yang diberikan pada
persalinan. Depresi ringan, yang dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah ‘4th day blues (kemurungan hari keempat),’
sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertaa kali mempunyai
anak mendapatkan dirinya menangis, paling tidak satu kali,
hanya karena masalahyang sering sepele. Sebagian ibu meras
tidak berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini
umumnya akan menghilang setelah kepercayaan pada diri
mereka dan bayinya tumbuh. Apabila depresi atau insomnia
bertahan lebih dari 1 atau 2 hari, pasien harus dirujuk ke bagian
psikiatri untuk menyingkirkan kemungkinan psikosis nifas.
C. Tahap – tahap masa nifas
Tahapan masa nifas :
1. Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju
pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b. Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan
pengalamannya waktu melahirkan.
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi
gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat
pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses
laktasi.
e. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat
memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini,
bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu
menceritakan pengalamannya.
13
2. Periode taking On/ taking Hold hari ke 2-4 setelah melahirkan)
a. Periode ini terjadi pada hari ke 2-4 post partum
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang
tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab
terhadap bayi.
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
BAB, BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang
popok, dan sebagainya.
3. Periode letting Go
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah.
Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi
dan ia harus beradabtasi dengan segala kebutuhan bayi
yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan
berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.
Depresi post partum biasanya terjadi pada periode ini.
D. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas ( Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas,Saleha, 2009, Hal. 71-76)
14
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral dan vitamin
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
2. Ambulasi
Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan dari ambulasi dini antara
lain:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik
c. Memungkinkan tenaga kesehatan mengajarkan ibu
cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah
sakit
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial
ekonomis). Menurut penelitian- penelitian yang
saksama, ambulasi dini tidak mempunnyai pengaruh
yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang
abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka
episiotomy, serta tidak memperbesar kemungkinan
prolaps atau retritext uteri.
3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Ibu diminta BAK 6 jam postpartum. Jika dalam 8
jam postpartum ibu belum dapat berkemih, maka
dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata
15
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam
untuk kateterisasi.
b. Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar
setelah hari kedua postpartum. Jika hari ke-3 belum
BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per
rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih
belum BAB, maka dilakukan huknah.
4. Personal Hygiene
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri pada ibu postpartum adalah sebagai berikut :
a. Anjurkan membersihkan seluruh tubuh tertama perineum
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan air
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya 2 kali sehari
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankanpada ibu untuk menghindari menyentuh daerah
tersebut.
16
b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan
rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur
siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat dapat mempengaruhi produksi ASI,
memperlambat proses involusi dan memperbanyak
perdarahan.
17
e. Kelelahan atau sesak
f. Bengkak pada kaki, tangan, wajah, dan sakit kepala atau
pandangan kabur
g. Nyeri payudara pembengkakan payudara, luka atau perdarahan
putting.
8. Memberikan informasi tentang kebersihan diri meliputi :
a. Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah
BAB dan BAK
b. Mengganti pembalut dua kali sehari
c. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin
d. Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi
9. Memberikan informasi, komunikasi, dan edukasi (KIE) kesehatan
ibu nifas dan bayi baru lahir termasuk keluarga berencana.
10. Memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi pada ibu nifas dan
menyusui, meliputi :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
b. Diet seimbang (cukup protein, mineral, dan vitamin)
c. Suplemen zat besi setidaknya diminum selama 3 bulan pasca
persalinan
d. Sulemen vitamin A : 1 kapsul 200.000 IU diminum segera
setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam
kemudian
F. Seksio Sesarea
Istilah sectio caesarea berasal dari perkataan latin caedere yang
artinya memotong. Pengertian semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia)
dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki
supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari
dalam rahim. Ibu pasca seksio sesarea adalah ibu yang melahirkan janin dengan
18
cara pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus dalam waktu
sekitar kurang lebih enam minggu organ-organ reproduksi akan kembali pada
keadaan tidak hamil ( Cunningham, 2005 )
1. Istilah Seksio Sesarea
a. Seksio sesarea primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara seksio sesarea, tidak diharapakan lagi kelahiran biasa,
misalnya pada panggul sempit (CV kecil dari 8 cm)
b. Seksio sesarea sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa
(partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau
partus percoaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
c. Seksio sesarea ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
d. Seksio sesarea histerektomi
Adalah suatu opersasi dimana setelah janin dilahirkan dengan
seksio sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena
suatu indikasi.
e. Operasi porro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri
(tentunya janin yang sudah mati), dan langsung dilakukan
histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
2. Indikasi pada Ibu yang di lakukan operasi seksio sesarea
Beberapa indikasi pada ibu yang dilakukan operasi seksio sesarea,
antara lain :
a. Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses
persalinan normal ( dystosia )
b. Detak jantung janin melambat ( fetal distress )
c. Komplikasi pre-eklamsi
d. Ibu menderita herpes
19
e. Panggul sempit
f. Bayi dalam posisi sungsang, letak lintang
g. Bayi besar
h. Masalah plasenta seperti plasenta previa
i. Pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum,
distosia, seksiosesarea berulang
j. Disproporsi sefalo-pelvic : yaitu ketidakseimbangan antara
ukuran kepala dan panggul
k. Presentasi bokong hipertensi akibat kehamilan ( pregnancy-
induced hypertention )
l. Partus lama
m. Kelainan plasenta dan malpresentasi misalnya presentasi bahu
3. Indikasi pada janin yang dilakukan operasi seksio sesarea
Sedangkan indikasi pada janin yang dilakukan operasi seksio
sesarea, antara lain :
1. Gawat janin
2. Kehamilan dengan diabetes mellitus
3. Kehamilan kembar
4. Anomali janin misalnya hidrosefalus
4. Komplikasi yang terjadi pada pasca operasi seksio sesarea
Rasjidi ( 2009 ) menguraikan bahwa komplikasi utama persalinan
seksio sesarea adalah kerusakan organ – organ seperti vesika
urinaria dan uterus saat dilakukan operasi dan komplikasi yang
berhubungan dengan anestesi, perdarahan, infeksi dan
tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan seksio
sesarea dibandingkan persalinan pervaginam
5. Persiapan pasien sebelum dilakukan seksio sesarea
Persiapan pasien sebelum dilakukan seksio sesarea, anatara lain :
1. Persiapan administrasi
Berkas berkas jaminan pembayaran dirumah sakit
2. Persiapan fisik
20
a. Menilai keadaan umum, meliputi tekanan darah, suhu , nadi,
pernafasan, denyut jatung janin, tinggi badan dan berat badan
b. Memasang selang kateter
c. Memasang infus
d. Memasang infus
e. Puasa 6-8 jam
f. Melepaskan semua perhiasan, gigi palsu dan membersihkan
semua kosmetik
g. Personal hygiene ( mandi dan cuci rambut )
h. Mengganti pakaian dengan pakaian khusus operasi
i. Menanyakan riwayat penyakit, riwayat alergi dan riwayat
konsumsi obat-obatan
j. Latihan praoperasi sperti : latihan nafas dalam, batuk efektif dan
gerk sendi
1) Latihan Nafas Dalam :
a) Manfaat Latihan Nafas Dalam :
i. Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu ibu
relaksasi sehingga lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur
ii. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anestesi
b) Cara melakukan nafas dalam
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
i. Pasien dalam keadaan tidur dengan posisi setengah duduk
( semiflower ) dengan lutut di tekuk dan perut tidak boleh
tegang
ii. Letakkan tangan ditangan perut
iii. Hirup udara sebanyak banyaknya dengan menggunakan
hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat
21
iv.Tahan nafas beberapa saat ( 3-5 detik ) kemudian secara
perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit
melalui mulut.
v. Lakukan hal ini berulang kali ( 15 kali )
vi. Lakukan latihan dua kali sehari sebelu operasi
3. Persiapan Mental
a. Memberikan penjelasan tentang indikasi operasi yang
dilakukan demi keslamatan ibu dan janin
b. Memberikan penjelasa tentang tindakan dan pembiusan
yang akan dilakukan
c. Mengorientasikan ibu sebelumm operasi keruangan
bedah atau kamar operasi
d. Memberikan kesempatan kepada suami atau orang tua
untuk mendampingi klien di larang tunggu sebelum operasi
dimulai
e. Mengajak ibu dan keluarga untuk berdoa demi kelancaran
operasi yang akan dilakukan
4.Persiapan Penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium , meiputi : Hbsag, pemeriksaan
urine
b. Pemeriksaan CTG
c. Pemeriksaan USG
5.Persiapan Sosial dan Spiritual
a. Keluarga atau orang terdekat ibu ikut andil dalam
mempersiapkan mental klien untuk menjalankan operasi
b. Keluarga hanya perlu mendampingi ibu sebelum
operasi,memberikan doa dan dukungan kata-kata yang
mnyenangkan hati ibu dan memberikan semangat untuk
meneguhkan keputusan ibu untuk menjalankan operasi
6. Informed consent
22
Informed consent adalah ijin ibu untuk operasi/ tindakan medis
yang ditanda tangani setelah klien mendapat persetujuan dari ibu,
suami atau keluarga ibu
7.Persiapan lain-lain :
a. persiapan bayi :
1) Siapkan satu set pakaian bayi :
a) Satu bedong bayi
b) Satu baju bayi
c) Popok
2) Untuk perawatan tali pusat :
a) Klem tali bayi
b) Plastik untuk tempat plasenta
b. Persiapan ibu :
1) Satu kain panjang
2) Satu pembalut
3) Dua pengalas sekali pakai
4) Baju atasan ibu
8. Jenis-jenis Operasi Seksio Sesarea
a. Seksio sesarea abdiminalis
b. Seksio sesarea vaginalis
c. Seksio sesarea klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus
uteri kira-kira sepanjang 10cm
d. Seksio sesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada
segmen bawah rahim kira-kira 10 cm
9. Komplikasi
a. Infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi,
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
23
3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar,
dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan,
elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan tepat.
b. Perdarahan, disebabkan karena:
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada plasental bedah
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila repetonialisasi terlalu tinggi
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
G. Perawatan Pasca Seksio Sesarea
1. Perawatan luka insisi
Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan suci
hama (larutan betadin dan sebagainya), lalu ditutup dengan kain
penutup luka. Secara periodik pembalut luka diganti dan luka
dibersihkan. Dibuat pula catatan kapan benang atau agrave dicabut
dan dilonggarkan. Diperhatikan pula apakah luka sembuh
perprimum atau dibawah luka terdapat eksudat.
2. Tempat perawatan pasca seksio sesarea
Setelah tindakan di kamar operasi selesai, penderita
dipindakan ke dalam kamar rawat khusus yang dilengkapi dengan
alat pendingin kamar udara selama beberapa hari. Bila pasaca
operasi keadaan penderita gawat, segera pindahkan ke unit
perawatan darurat untuk perawatan bersama-sama dengan unit
anestesi, karena di sini peralatan untuk menyelamatkan penderita
lebih lengkap.
3. Pemberian cairan
24
Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca
operasi (PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup
banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan
terjadi hipertemia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ
tubuh lainnya.
Cairan yang diberikan biasanya dektrosa 5-10%, garam
fisiologis dan ringer laktat secara bergantian. Jumlah tetsan
tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kira-kira 20 tets
permenit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan transfusi
darah atau packed-cell sesuai dengan kebutuhan.
Jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur, hal ini
dapat dipakai sebagai pedoman pemberian cairan. Pemberian
cairan perinfus dihentikan setelah penderita flatus, lalu mulailah
pemberian makanan dan cairan peroral.
4. Diit
Oleh karena kemajuan yang pesat dalam nidang anestesi,
keluhan mual muntah pasca operasi sekarang ini sudah sangat
berkurang bahkan jarang ditemukan. Pemberian cairan perinfus
biasanya dihentikan setelah penderita flatus, lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Sebenarnya pemberian
sedikit minuman sudah boleh diberikan pada 6-10 jam pasca
operasi berupa air putih atau air teh yang jumlahnya dapat
dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca operasi.setelah cairan
infus dihentikan,berikan makanan bubur saring (MI), minuman air
buah dan susu, selanjutnya secara bertahap dibolehkan makan
bubur (MII) dan akhirnya makanan biasa (MB). Sejak boleh
minum pada hari pertama, obat-obatan sudah boleh diberikan
peroral.
5. Nyeri
Sejak penderita sadar, dari 24 jam pertama rasa nyeri masih
dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut
25
dapat diberikan obat-obat anti sakit dan penenang seperti suntikan
intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150mg atau morfin
sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus, atau obat-obatan lainnya.
Setelah hari pertama atau kedua rasa nyeri akan hilang sendiri.
Dengan pemberian obat-obat di atas penderita yang kurang tenang
dan gelisah akan merasa lebih tenteram.
6. Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk
membantu jalannya penyembuhan penderita.kemajuan mobilisasi
bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dan
komplikasi yang mungkin dijumpai. Secara psikologis hal in
memberikan pulakepercayaan pada sisakit bahwa dia mulai
sembuh. Perubahan gerak dan posisi ini harus diterangkan kepada
penderita atau dan keluarga yang menungguinya.
Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimlai sejak 6-10
jam setelah penderita sadar. Latihan peranafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
Pada hari kedua penderita dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya
disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan
pernapasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaanpada diri
penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur telentang
dirubah menjadi setengah duduk.
Selanjunya secara berturut-turut, hari demi hari penderita
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca operasi.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan
emboli.sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat
mempengaruhi penyembuhan luka operasi .jadi mobilisasi secara
26
teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang
paling dianjurkan.
7. Kateterisasi
Perawatan pengosongan kandung kemih pada bedah
kebidanan pervaginam sama saja dengan persalinan biasa bila tidak
ada luka robekan yang luas pada jalan lahir. Bila hal ini ada maka
untuk mencegah iritasi dan pencemaran luka oleh urin, kandung
kemih dikososngkan dengan kateter.
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan
tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Karena itu dianjurkan pemasangan
kateter tetap : dauer kateter atau balon kateter yang terpasng
selama 24 sampai 48 jam atau lebih lama lagi, tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita. Dengan cara ini urin dapat
ditampung dan diukur dalam botol plastik secara periodik.
8. Perawatan rutin
Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah
membuat rencana pemeriksaan rutin( check-up) bagi penderita
pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau paramedik jaga di
kamar rawat khusus maupun setelah tiba di ruangan atau kamar
tempat penderita dirawat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan
pengukuran diukur adalah:
a. Tekanan darah
b. Jumlah nadi permenit
c. Frekuensi pernapasan permenit
d. Jumlah cairan masuk dan keluar (urin)
e. Suhu badan
f. Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.
27
Pemeriksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya
dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status
penderita.
9. Konsultasi
Pada keadaan dan kasus tertentu, selain kerjasama dengan
unit anestesi, kadangkala diperlukan konsultasi dengan disiplin
lain.
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
a. Identitas Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia
Menikah : Ya, lama 10 tahun
Alamat : Simbangkulon Rt 21 Rw 07 Buaran
b. Identitas Suami
Nama : Tn. U
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
29
Pekerjaan : Buruh
Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Simbangkulon Rt 21 Rw 07 Buaran
2. Alasan Datang
Ibu pindahan dari ruang IBS dengan post partum Sectio Secarea
dengan indikasi plasenta previa.
3. Keluham Tidak Ya
Perut mulas √ -
Pusing √ -
Pandangan Terganggu √ -
ASI tidak lancar - √
Nyeri Payudara √ -
Pengeluaran pervaginam banyak √ -
Pengeluaran pervaginam bau √ -
Merasakan kaki bengkak/nyeri √ -
4. Riayat Persalinan Sekarang
a. Tempat persalinan : RSUD Kajen
b. Umur kehamilan : 34 minggu
c. Jenis persalinan : SC
d. Kala I :
Ibu datang bersama suami dengan usia kehamilan 34 minggu untuk
memeriksakan kehamilannya di rumah sakit h.a zaky djunaid pada
tanggal 13 november 2017 pukul 10.30 wib, kemudian Setibanya
di puskesmas ibu diperiksa dalam dengan hasil pembukaan 1cm,
porsio tebal, KK+. Kemudian ibu dirujuk ke rumah sakit dengan
indikasi serotinus, setibanya di rumah sakit ibu diperiksa dalam
dengan pembukaan 1cm, porsio tebal, KK+. Oleh diberikan pilihan
untuk induksi persalinan atau operasi sesar, ibu menolak untuk
diinduksi, ibu memilih untuk operasi sesar.
30
Masalah kala I : Tidak ada
e. Kala II :
Pada tanggal 13 november 2017 pukul 12.35 wib bayi lahir jenis
kelamin laki-laki melalui operasi sc dengan BB 2500 gram, PB
45cm, LK 33cm, LD 34cm.
Masalah kala II : Tidak ada
f. Kala III :
Pada pukul 13.40 wib plasenta lahir lengkap kotiledon dan
selaputnya.
Masalah kala III : Tidak ada
g. Kala IV :
Pemantauan kala IV setelah dilakukan sc
KU: Lemas
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 C
RR : 20 x/menit
VU : kosong
kontraksi keras
TFU : 2 jari dibawah pusat
perdarahan ± 150 cc
Masalah Kala IV : Tidak Ada
5. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Status : G3P2A0
HPHT : 20-03-2017
HPL : 27– 12-2017
b. Periksa Kehamilan : 12 kali
c. Tempat Pemeriksaan : Puskesmas
d. Suplemen Yang Diperoleh : Tablet Fe dan Vit
Diminum habis : Diminum dengan air putih
Masalah saat hamil : Tidak ada
31
6. Riwayat Kehamilan Persalinan, Nifas Yang lalu
Kehamilan Persalinan
Bayi
Umur Jns lsg Cacat
No Keada Tem Penol Kea
kehamila Persal men JK BB PB Bawa
an pat ong daan
n inan angi an
s
Hamil ini
32
b. Penyakit Keluarga
Sakit Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
Penyakit Kelamin : Tidak ada
Diabetes : Tidak ada
Batuk >3minggu : Tidak ada
Lainnya, : Tidak ada
8. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan : Belum, terakhir jam...(pada nifas <2jam)
..............kali/hari (pada nifas >24jam)
Jenis Makanan Yang Sering Dikonsumsi :-
Porsi :-
Pantangan Makanan : Tidak ada
Jumlah Cairan Yang Dikonsumsi :-
Jenis Minuman :-
b. Hygiene Personalia
Mandi/hari : Belum
Permasalahan di daerah vulva : Tidak ada
Gosok gigi/ hari : Belum
Ganti pakaian / hari : Belum
c. Pola Istirahat, lama/hari : Belum tidur
d. Pola Eliminasi
BAK : Belum, terpasang kateter (pada nifas <2jam)
.....kali/hari (pada nifas >24jam) Keluhan: -
BAB : Belum, Terakhir jam....(pada nifas <24jam)
e. Kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan :
Merokok : Tidak
Minuman Keras : Tidak
Obat Terlarang : Tidak
33
Lainya : Tidak
34
- Ibu mengatakan ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja pada
bayi selama 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan
Tentang perawatan payudara
- Ibu mengatakan membersih kan payudara saat mandi dengan
air hangat, dan tidak memakai BH yang ketat
11. Pengetahuan ibu tentang nifas
a. Tentang tanda bahaya nifas
- Ibu mengatakan jika luka jahit operasi tidak kunjung sembuh
dan perdarahan pada luka jahit
b. Tentang senam nifas
- Ibu mengatakan senam nifas yaitu senam yang khusus untuk
ibu-ibu setelah melahirkan
c. Tentang kebutuhan nutrisi dan cairan ibu nifas
- Ibu mengatakan makan yang banyak yang bergizi, tidak mutih
dan banyak minum air putih
d. Tentang pola istirahat dan aktivitas
-ibu mengatakan istirahat cukup dan kurangi aktivitas yang berat
e. Tentang perawatan bayi dan tali pusat
-Ibu mengatakan dengan cara menjaga kehangatan, kebersihan dan
menjaga tali pusat tetap kering dan bersih.
B. DATA OBYEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. TTV :
TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit Suhu : 36,5 C
d. Status present
Muka : Hidung tidak mimisan, Muka tidak pucat, Mata tidak pucat,
Bibir tidak pucat, Muka tidak odem
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Payudara : Simetris, ASI sedikit keluar
35
Abdomen :
TFU : 2 jari dibawah pusat
Luka SC : Ada luka SC
Tanda infeksi luka SC : Tidak ada
Tangan : tidak odem
Kaki : Homent sign : negatif, tidak odem
Genetalia :
Tidak ada luka jahit,
PPV : Lokhea rubra Estimasi jumlah perdarahan : ± 50cc,
Tanda infeksi : Tidak ada
e. Data penunjang
Hb : 12 gr% Hbsag : non reaktif
Protein urine : negatif Golda :O
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Masa nifas yang dialami Ny. R dengan riwayat plasenta previa pada masa
persalinannya yaitu nifas normal. Diagnosa tersebut didapatkan berdasarkan hasil
pemeriksaan secara subjektif dan objektif. Data didapatkan dari keterangan pasien
yang menyatakan telah melahirkan secara sesar pada tanggal 13 november 2017
pukul 12.35 wib. Pasien juga menyatakan bahwa keadaannya baik dan tidak
merasa darah yang dikeluarkannya banyak. Data objektif diperoleh melalui
pemeriksaan saat tiba di ruang nifas. Hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik,
tidak ada tanda infeksi luka operasi,ppv lochea rubra, estimasi perdarahan kurang
lebih 50cc.
Melakukan perawatan luka insisi kepada pasien dilakukan pada hari kedua
pasca operasi, hal ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan melindugi
luka agar tetap kering dan bersih.
37
Berdasarkan hasil dari kolaborasi dengan dr. Sp.OG menghasilkan advice
bahwa pasien harus diberi terapi obat perinfus yaitu, Cefotaxime 1mg 2x1,
Santagesik 500mg/ml 3x1. Pemberian terapi obat perinfus cefotaxime pada ibu
nifas sesuai dengan indikasinya yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi pasca
operasi. Pemberian Santagesik bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri pasca
operasi.
38
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
39
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2013.Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.Jakarta
40