RINOSINUSITIS
Oleh:
Siti Fadhilah 1110312090
Deo Cerlova Milano 1110312145
Preseptor:
dr. Jacky Munilson, Sp.THT-KL (K)
etmoidalis, sinus maksilaris, dan sinus spenoid. Sinus dilapisi oleh epitel pernafasan
(mukosa kolumnar bersilia). Ilustrasi anatomi dan gambaran CT scan dari sinus paranasal
Sistem persarafan, perdarahan, dan muara dari masing-masing sinus adalah sebagai
berikut:1
1
1. Sinus frontalis mendapat persarafan sensorik dari N.V1, perdarahan dari arteri
2. Sinus etomoidalis mendapat persarafan sensorik dari N.V1 dan N.V2, perdarahan
3. Sinus spenoid mendapat persarafan sensorik dari N.V2, perdarahan dari arteri
4. Sinus maksilaris mendapat persarafan sensorik dari N.V2, perdarahan dari arteri
2. Definisi
Rhinitis dan sinusitis biasanya terjadi bersamaan dan saling terkait pada
kebanyakan individu, sehingga terminologi yang digunakan saat ini adalah rinosinusitis.
Rinosinusitis (termasuk polip nasi) didefinisikan sebagai inflamasi hidung dan sinus
paranasal yang ditandai adanya dua atau lebih gejala, salah satunya harus termasuk
sumbatan hidung/ obstruksi nasi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior)
dengan atau tanpa disertai nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah dan penurunan/ hilangnya
Temuan nasoendoskopi:
dan/atau
2
3. Etiologi
Sebagian besar kasus rhinosinusitis akut disebabkan oleh infeksi virus (Common
cold) yaitu rhinovirus, adenovirus, influenza virus, dan parainfluenza virus. Sedangkan
4. Klasifikasi
durasi gejala kurang dari 4 minggu, rinosinusitis subakut dengan durasi antara 4-12
5. Patofisiologi
Keadaan sinus dipengaruhi oleh ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari
mukosiliar di dalam kompleks osteo meatal (KOM). Bila terjadi infeksi pada organ yang
membentuk KOM maka akan terjadi edema sehingga mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan yang
menimbulkan gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus. Hal ini merupakan
Bila sumbatan berlangsung terus akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga
timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi
hipertrofi, polipoid atau pembentukan kista. Polip nasi dapat menjadi manifestasi klinik
dari penyakit sinusitis. Polipoid berasal dari edema mukosa, dimana stroma akan terisi
oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus
berlanjut, dimana mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian turun ke dalam
3
6. Diagnosis
Alur diagnosis dan tatalaksana rhinosinusitis akut dan kronik oleh dokter layanan
4
Gambar 3. Skema Diagnosis dan Tatalaksana Rinosinusitis Kronik.2
7. Tatalaksana
membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara
alami.4
sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti
amoksisilin. Jika telah terjadi resistensi maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau
sefalosporin generasi kedua. Antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala
klinik sudah hilang. Pada rinosinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk
5
Terapi lain seperti analgetik, mukolitik, steroid oral atau topikla, pencucuian
rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi) dapat diberikan jika diperlukan.
Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi keuda. Imunoterapi dapat
8. Komplikasi
Komplikasi berat biasanya terjadi pada rinosinusitis akut atau pada rinosinusitis kronik
Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita).
Yang paling sering ialah sinus etmoid, kemudian sinus frontal dan maksila. Penyebaran
infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul
adalah edema palpebral, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses orbita, dan selanjutnya
Kelainan intrakranial, dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses
Osteomielitis dan abses subperiostal, sering timbul akibat rinosinusitis yang terjadi di
sinus frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomyelitis sinus maksila
Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus
paranasal disertai dengan kelainan paru disebut sinobronkitis. Selain itu juga dapat
disembuhkan.4
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Hansen JT, Netter FH. Paranasal Sinuses and Nasal Cavity dalam Netter's Clinical
Anatomy 3rd Edition, 2014. Philadelphia: Elsevier Saunders, hlm 463-468.