Anda di halaman 1dari 13

TONSILITIS

ᴥ Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin


Waldeyer.
ᴥ Penyebaran infeksi melalui udara, tangan, dan ciuman.
ᴥ Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak.
Tonsilitis Akut

• Tonsilitis Viral
• Tonsilitis Bakterial

Tonsilitis Membranosa

• Tonsilitis Difteri
• Tonsilitis Septik
• Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero Membranosa)
• Penyakit Kelainan Darah

Tonsilitis Kronik
TONSILITIS AKUT

TONSILITIS VIRAL
ᴥ Gejala: menyerupai common cold, disertai rasa nyeri tenggorok.
ᴥ Penyebab: EBV.
ᴥ Terapi: Istirahat, minum cukup, analgetik, dan antivirus jika gejala
berat.
TONSILITIS AKUT

TONSILITIS BAKTERIAL
ᴥ Penyebab: bakteri grup A Streptokokus β hemolitikus
ᴥ Gejala: nyeri tenggorok, nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh
yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, tidak nafsu makan, dan otalgia.
ᴥ Pemeriksaan: tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus berbentuk
folikel, lacuna atau tertutup oleh membran semu.
ᴥ Terapi: antibiotik spektrum luas, penisilin dan eritromisin. Antipiretik dan obat
kumur yang mengandung desinfektan.
ᴥ Komplikasi:
ᴥ Pada anak: OMA, sinusitis, abses peritonsil, abses parafaring, bronkitis,
glomerulonefritis akut, miokarditis.
ᴥ Hipertofi tonsil  tidur mendengkur, gangguan tidur karena sleep apnea.
TONSILITIS MEMBRANOSA

TONSILITIS DIFTERI
ᴥ Banyak ditemukan pada anak berusia kurnag dari 10 tahun.
ᴥ Gejala dan tanda:
ᴥ Gejala umum: demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan,
badan lemah, nadi lambat, nyeri menelan.
ᴥ Gejala lokal: tonsil membengkak ditutupi membran semu. Bila
membran ini diangkat akan mudah berdarah.
ᴥ Gejala akibat eksotoksin: pada jantung menimbulkan miokarditis
sampai dekompensatio cordis, pada saraf kranial dapat terjadi
kelumpuhan otot palatum dan otot pernapasan, pada ginjal
menimbulkan albuminuria.
TONSILITIS MEMBRANOSA

TONSILITIS DIFTERI
ᴥ Diagnosis: ditemukan bakteri Corynebacterium diphteriae pada
preparat yang diambil dari permukaan bawah membran semu.
ᴥ Terapi: Anti Difteri Serum, antibiotik penisilin atau eritromisin,
kortikosteroid, antipiretik. Bed rest 2-3 minggu. Isolasi pasien.
ᴥ Komplikasi: laryngitis difteri, miokarditis, dekompensatio cordis,
kelumpuhan otot palatum, otot mata untuk akomodasi, otot faring serta
laring dan otot pernapasan, albuminuria.
TONSILITIS MEMBRANOSA
ANGINA PLAUT VINCENT
(stomatitis ulseromembranosa)
ᴥ Penyebab: bakteri spirocheta atau triponema, didapatkan pada
penderita dengan oral hygiene kurang dan defisiensi vitamin C.
ᴥ Gejala: demam sampai 39°C, nyeri kepala, badan lemah, kadang
gangguan pencernaan, rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan
gusi mudah berdarah.
ᴥ Pemeriksaan: mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak
membran putih keabuan diatas tonsil, uvula, dinding faring, gusi
serta presesus alveolaris, mulut berbau, dan kelenjar
submandibular membesar.
ᴥ Terapi: antibiotik spektrum luas selama 1 minggu, perbaiki oral
hygiene, vitamin C dan vitamin B kompleks.
TONSILITIS MEMBRANOSA

PENYAKIT KELAINAN DARAH


LEUKEMIA AKUT
ᴥ Gejala: epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan dibawah kulit, rasa nyeri
hebat di tenggorok.
ᴥ Pemeriksaan: tonsil membengkak ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis.
ANGINA AGRANULOSITOSIS
ᴥ Penyebab: keracunan obat dari golongan amidoprin, sulfa, arsen.
ᴥ Pemeriksaan: tampak ulkus di mukosa mulut dan faring, juga dapat ditemukan di
genitalia dan saluran cerna.
INFEKSI MONONUKLEOSIS
ᴥ Membran semu yang menutupi ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan.
ᴥ Terdapat pembesaan KGB leher, aksila, dan inguinal.
TONSILITIS KRONIK
ᴥ Faktor predisposisi: rangsangan menahun dari rokok, higiene mulut
buruk, cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsillitis akutyang
tidak adekuat.
ᴥ Banyak ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
ᴥ Gejala: rasa mengganjal di tenggorok, rasa kering di tenggorok,
napas berbau.
ᴥ Pemeriksaan: tampak tonsil membesar dengan permukaan yang
tidak rata, kriptus melebar, dan beberapa kripti terisi oleh detritus.
TONSILITIS KRONIK
ᴥ Terapi: terapi lokal ditujukan pada hiegine mulut dengan berkumur
atau obat hisap. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi berulang
atau kronik, gejala sumbatan nafas, serta kecurigaan neoplasma.
ᴥ Komplikasi: rinitis kronik, sinusitis, atau OMA.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai