Wassalam
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ekonomi lainnya serta mata pencaharian penduduk Indonesia di daerah-daerah
terkena dampak.
Industri ekstraktif seperti pertambangan batubara mengguncang perekonomian
Indonesia, menyebabkan fluktuasi besar dalam neraca pembayaran dan nilai tukar.
Dampak dari fluktuasi ini juga menghambat pembangunan jangka panjang dari
industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi karena mengalihkan dan menghalau
investasi modal awal. Saat ini, Indonesia menderita karena pasar batubara
internasional lemah. Alasan sistemik, termasuk yang paling penting, upaya agresif
Cina untuk mengurangi konsumsi batubara, yang berarti harga batubara tidak
mungkin akan pulih dalam waktu dekat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dari peta diatas bisa dilihat potensi batubara di Indonesia sangatlah
melimpah, ada sekitar 18 provinsi yang menyimpan potensi batubara, yaitu:
Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, semua provinsi di
Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua.
4
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar cadangan
batubara tersebut terdapat di Kalimantan. Kalimantan memang menjadi primadona
tambang batubara di tingkat nasional. Hal tersebut dapat tercermin dari besarnya
jumlah kuasa pertambangan (KP) yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten di
berbagai provinsi di Kalimantan. Sampai pada tahun 2009, di empat provinsi di
Kalimantan kurang lebih terdapat 2.047 kuasa pertambangan. Kalimantan Timur
berada di peringkat pertama dalam hal mengeluarkan kuasa pertambangan, yakni
1.180 kuasa pertambangan, disusul Kalimantan Selatan (400-578), Kalimantan
Tengah (427), dan Kalimantan Barat (40). Jika luas wilayah satu kuasa pertambangan
sekitar 2.000 hektar, lahan yang sudah dikapling untuk pertambangan itu berarti
mencapai 4,09 juta hektar, lebih luas dari daratan Provinsi Kalsel yang 3,75 hektar.
Sementara itu, pulau lain yang juga menyimpan cadangan batubara cukup besar
5
adalah Sumatera, yang menyumbang sekitar 13% dari produksi batubara nasional.
6
kemudian dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran. Pecahan-pecahan
yang lebih besar biasanya diolah dengan menggunakan metode pemisahan media
padatan. Dalam proses demikian, batu bara dipisahkan dari kandungan campuran
lainnya dengan diapungkan dalam suatu tangki berisi cairan dengan gravitasi tertentu,
biasanya suatu bahan berbentuk mangnetit tanah halus. Setelah batu bara menjadi
ringan, batu bara tersebut akan mengapung dan dapat dipisahkan, sementara batuan
dan kandungan campuran lainnya yang lebih berat akan tenggelam dan dibuang
sebagai limbah.
7
Gambar 2.5 sumber daya dan cadangan
8
Gambar 2.7 sumber daya batubara
9
Tengah. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami secara jelas bahwa perbaikan
infrastruktur dapat memberikan nilai tambah bagi produksi batubara, khususnya di
wilayah pedalaman.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh sektor pertambangan di Kalimantan
adalah tumpang tindih antara wilayah pertambangan dengan wilayah hutan dan
perkebunan. Tantangan pengembangan sektor batubara juga muncul dari lemahnya
birokrasi perizinan berupa ketidakjelasan time frame atau SOP (Standard Operating
Procedure) dalam pengurusan izin. Untuk itu, reformasi birokrasi dan pelayanan
prima dalam pemberian izin usaha pertambangan batubara harus segera terlaksana.
Strategi umum pengembangan kegiatan ekonomi utama pertambangan
batubara adalah mendorong kegiatan ekstraksi cadangan besar batubara yang terletak
di wilayah pedalaman Kalimantan, disertai penyiapan infrastruktur dan regulasi yang
mendukung dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah bahan mineral sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, maka investasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi
produk batubara perlu dikembangkan, antara lain investasi untuk konversi batubara
seperti gasifikasi batubara yang dapat menghasilkan Bahan Bakar Gas (BBG) dan
investasi untuk batubara cair. Selain mendapatkan keuntungan dari perbedaan harga,
multiplier effect yang diciptakan juga akan sangat besar, antara lain dari peningkatan
kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan juga dari penghematan substitusi
impor.
Upaya peningkatan nilai tambah batubara ini memerlukan suatu insentif dari
Pemerintah, mengingat tingkat kesulitan yang dihadapi cukup tinggi. Salah satu
insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah antara lain adalah insentif pajak dan
mendorong pengembangan teknologi pengolahan batubara (eksplorasi dan produksi)
yang ramah lingkungan.
10
Rencana investasi industri batubara Kalimantan dalam periode 2011 – 2015
akan fokus pada lokus Bontang, Kutai Timur, Balikpapan, Kalimantan Selatan, dan
Kalimantan Barat.
1) Regulasi dan Kebijakan
Untuk dapat memberi kepastian usaha pengembangan kegiatan ekonomi
utama batubara, perlu adanya penataan regulasi dan kebijakan berikut:
a. Percepatan penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
dan Kabupaten/Kota di Kalimantan, serta penyelarasan antara Undang-
Undang Kehutanan no. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-
Undang no. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
b. Perbaikan regulasi terkait dengan administrasi pertanahan dan
penyelesaian konflik pemanfaatan ruang antara kawasan pertambangan
batubara dan kawasan hutan (clean and clear).
c. Penyelesaian isu lingkungan mengenai masalah pengategorian limbah
dan emisi serta menjalankan keterpaduan kegiatan pasca tambang dengan
konservasi lingkungan.
d. Pemberian jaminan supply/pasokan bahan baku untuk industri dan
energi kelistrikan dalam negeri melalui pemberlakuan Domestic Market
Obligation.
e. Perbaikan birokrasi dalam proses perijinan guna simplifikasi SOP
perizinan agar dapat memberi pelayanan prima dalam perijinan dan
menjamin kontinuitas usaha (kepastian dalam hal gaining profit and risk).
f. Perumusan mekanisme insentif pajak yang menarik bagi pelaku
usaha (investor) untuk menghindari terjadinya economic high cost (pajak-
pajak, bea masuk, pungutan lain atas impor, dan cukai ditambah dengan
berbagai pungutan liar) dalam rantai pasokannya (supply chain).
g. Perumusan mekanisme insentif pajak bagi pelaku usaha yang melakukan
investasi nilai tambah batubara (antara lain coal upgrading dan konversi
batubara).
2) Konektivitas (infrastruktur)
Terkait dengan pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam menunjang
pengembangan kegiatan ekonomi utama batubara, diidentifikasi hal-hal yang
perlu dibenahi, yaitu:
a. Pengembangan jaringan rel kereta api khusus batubara untuk
11
menghubungkan antara lokasi pertambangan di pedalaman dengan
pelabuhan dan atau pemanfaatan angkutan sungai agar kegiatan
eksploitasi batubara di wilayah pedalaman menjadi layak secara
ekonomis.
b. Peningkatan dan penambahan kapasitas pelabuhan, baik pelabuhan
sungai maupun pelabuhan laut sebagai akibat dari kenaikan produksi
tambang batubara di wilayah pedalaman Kalimantan yang diproyeksikan
akan terus meningkat, dan secara khusus diperlukan pengembangan
pelabuhan di sungai Barito dan Mahakam yang terhubung dengan
jaringan rel kereta api.
c. Pemberian insentif pajak bagi pelaku usaha pertambangan batubara yang
melakukan pembangunan infrastruktur.
d. Peningkatan dan penambahan kapasitas pembangkit listrik untuk
keperluan penambangan batubara.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon,hidrogen dan oksigen. Sektor pertambangan
batubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah satu kegiatan ekonomi utama
yang dapat menopang perekonomian Koridor Ekonomi Indonesia khususnya di
Kalimantan.
Di tahun 2010 jumlah produksi batubara mencapai 325 juta ton dengan jumlah
ekspor 265 juta ton dan penggunaan domestik sebesar 60 juta ton. Terkait dengan
upaya peningkatan nilai tambah bahan mineral sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
maka investasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi produk batubara perlu
dikembangkan, antara lain investasi untuk konversi batubara seperti gasifikasi
batubara yang dapat menghasilkan Bahan Bakar Gas (BBG) dan investasi untuk
batubara cair. Selain mendapatkan keuntungan dari perbedaan harga, multiplier
effect yang diciptakan juga akan sangat besar, antara lain dari peningkatan
kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan juga dari penghematan substitusi
impor. Rencana investasi industri batubara Kalimantan dalam periode 2011 –
2015 akan fokus pada lokus Bontang, Kutai Timur, Balikpapan, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Barat.
3.2 Saran
Dari hasil pembahasan di atas di harapkan kepada pihak pemerintah bisa
membuat kebijakan tentang Sumber daya batu bara agar bisa menjadi penopang
ekonomi diindonesia. Kepada masyarakat diharapkan bisa memahami apa manfaat
dari batubara. Kepada pembaca diharapakan mampu untuk memajukan sumberdaya
batubara demi memajukan ekonomi di Indonesia. Dengan begitu sumberdaya
batubara di Kalimantan mampu meberikan kontribusi yang signifikan terhadap
ekonomi Indonesia kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://ariwibowosaputra-industri21.blogspot.com/2013/05/opini-pemanfaatan-sda-
batu-bara-di.html
http://www.mesinpemecahbatusurabaya.com/persebaran-tambang-batu-bara-di-
kalimantan-timur.html
http://unagyajeng.blogspot.com/2012/06/adawiyah-102170054-2b-batu-bara-di.html
http://andifardhian.wordpress.com/2009/10/06/pengelolahan-sumber-daya-alam-
batubara-di-kalimantan-selatan/
http://www.mesinpemecahbatusurabaya.com/persebaran-tambang-batu-bara-di-
kalimantan-timur.html
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf
14