Anda di halaman 1dari 17

Makalah

BATUBARA DAN POTENSI EKONOMI


Disusun Oleh :

Randi Hafnawi Ap (1604108010008)


Feno Ria Sundari (1604108010016)
T.M Yusuf Satrio (1604108010024)
Nurlita Devi (1604108010039)
Aslan Akbar (1604108010042)
Dandi Fikri Alfaroq (1604108010044)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah menciptakan
manusia dengan sempurna yang dilengkapi dengan jiwa dan akal yang mulia serta
limpahan nikmat-Nya yang tiada habisnya dan senantiasa mengiringi kita baik
didunia maupun diakhirat.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada rasul pilihan, yang
telah membawa kita dari alam jahiliah ke alam islamiah dan dari alam kebodohan ke
alam yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan seperti kita rasakan hingga detik
ini. Beliau adalah Nabi besar Muhammad Saw.
Dengan izin Allah Swt. kami dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan
yang diharapkan.Adapun laporan yang telah kami buat ini berjudul “BATUBARA
DAN POTENSI EKONOMI”.
Kami berharap, dengan laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi penulis.Memang
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam laporan ini.Semoga
bermanfaat dan berguna bagi kita semua Amin.

Wassalam

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Persebaran Sumber Daya Batubara di Indonesia .............................................. 3
2.2 Pengelolaan Sumber Daya Batubara di Kalimantan Timur .............................. 6
2.3 Kontribusi Sumber Daya Batubara dalam Pembangunan Ekonomi ................. 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup
lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam
bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan
lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar
matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya. Inovasi teknologi, kemajuan
peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada
era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara
signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini. Sumber daya alam mutlak
diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi keberadaannya tidak tersebar
merata dan beberapa negara.
Batubara merupakan salah satu contoh sumber daya alam. Batubara sebagai
bahan bakar telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Pada awalnya ,
batubara mengubah sejarah dunia modern dengan mendorong Revolusi Industri di
Inggris, sejak itu batubara tak berhenti mengubah wajah dunia dengan berbagai jejak
kerusakan yang ditinggalkannya. Sepanjang siklus pemanfaatannya batubara
menimbulkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada bumi dan manusia di
dalamnya. Siklus hidup batubara mulai dari bawah tanah hingga ke limbah beracun
yang dihasilkannya, biasanya disebut sebagai rantai kepemilikan. Rantai kepemilikan
ini memiliki tiga rantai utama penambangan, pembakaran, sampai ke pembuangan
limbahnya. Setiap bagian dari rantai ini, menimbulkan daya rusak yang harus
ditanggung bumi dan manusia didalamnya.
Batubara memiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah mengalami pertumbuhan luar biasa di
sektor pertambangan batubara yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan
meningkatnya produksi dan ekspor batu bara sebesar lima kali lipat antara tahun 2000
dan 2012. Meskipun pertumbuhannya meningkat sangat pesat, sektor batubara
menyumbang hanya 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan
prospek pertumbuhan di masa depan yang lebih terbatas. Eksplotasi batubara yang
masif ini harus dibayar dengan biaya besar terhadap ekonomi nasional, sektor-sektor

1
ekonomi lainnya serta mata pencaharian penduduk Indonesia di daerah-daerah
terkena dampak.
Industri ekstraktif seperti pertambangan batubara mengguncang perekonomian
Indonesia, menyebabkan fluktuasi besar dalam neraca pembayaran dan nilai tukar.
Dampak dari fluktuasi ini juga menghambat pembangunan jangka panjang dari
industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi karena mengalihkan dan menghalau
investasi modal awal. Saat ini, Indonesia menderita karena pasar batubara
internasional lemah. Alasan sistemik, termasuk yang paling penting, upaya agresif
Cina untuk mengurangi konsumsi batubara, yang berarti harga batubara tidak
mungkin akan pulih dalam waktu dekat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan sumber daya batubara di Indonesia ?
2. Bagaimana pengelolaan sumber daya Batubara di Kalimantan Timur ?
3. Bagaimana kontribusi sumber daya Batubara dalam pembangunan ekonomi
di Kalimantan Timur ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan persebaran sumber daya Batubara di Indonesia
2. Mendiskripsikan pengelolaan sumber daya batubara di Kalimantan Timur
3. Menganalisis kontribusi sumber daya batubara dalam pembangunan ekonomi
di Kalimantan Timur

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persebaran Sumber Daya Batubara di Indonesia


Batu Bara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia, yang
digunakan pembangkit listrik untuk menghasilkan listrik hampir 40% di seluruh
dunia. Di banyak negara angka-angka ini jauh lebih tinggi: Polandia menggunakan
batu bara lebih dari 94% untuk pembangkit listrik; Afrika Selatan 92%; Cina 77%;
dan Australia 76%. Batu bara merupakan sumber energi yang mengalami
pertumbuhan yang paling cepat di dunia di tahun-tahun belakangan ini lebih cepat
daripada gas, minyak, nuklir, air dan sumber daya pengganti.

Gambar 1.1 sebaran batubara di Indonesia

Gambar 2.2 Jumlah cadangan batubara di Indonesia

3
Dari peta diatas bisa dilihat potensi batubara di Indonesia sangatlah
melimpah, ada sekitar 18 provinsi yang menyimpan potensi batubara, yaitu:
Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, semua provinsi di
Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua.

Gambar 2.3 Persebaran endapan batu bara

4
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar cadangan
batubara tersebut terdapat di Kalimantan. Kalimantan memang menjadi primadona
tambang batubara di tingkat nasional. Hal tersebut dapat tercermin dari besarnya
jumlah kuasa pertambangan (KP) yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten di
berbagai provinsi di Kalimantan. Sampai pada tahun 2009, di empat provinsi di
Kalimantan kurang lebih terdapat 2.047 kuasa pertambangan. Kalimantan Timur
berada di peringkat pertama dalam hal mengeluarkan kuasa pertambangan, yakni
1.180 kuasa pertambangan, disusul Kalimantan Selatan (400-578), Kalimantan
Tengah (427), dan Kalimantan Barat (40). Jika luas wilayah satu kuasa pertambangan
sekitar 2.000 hektar, lahan yang sudah dikapling untuk pertambangan itu berarti
mencapai 4,09 juta hektar, lebih luas dari daratan Provinsi Kalsel yang 3,75 hektar.
Sementara itu, pulau lain yang juga menyimpan cadangan batubara cukup besar

5
adalah Sumatera, yang menyumbang sekitar 13% dari produksi batubara nasional.

2.1 Pengelolaan Sumber Daya Batubara di Kalimatan Timur


Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi dengan potensi kekayaan
tambang yang cukup besar. Berbagai kandungan mineral seperti minyak bumi dan
batu bara tersimpan dalam jumlah besar terkubur dalam perut buminya. Salah satu
sumber daya mineral yang cukup penting di Kalimantan Timur adalah batu bara.
Berdasarkan penelitian departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kalimantan
Timur merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia serta tercatat sebagai
daerah nomor dua terbesar dalam hal cadangan batu bara. Menurut Ketua Badan
Promosi dan Investasi Daerah (BPID) Kaltim, Ichwansyah potensi batu bara di
Kaltim sangat besar yakni mencapai 22 milyar metrik ton dan hingga kini yang di
produksi rata-rata sekitar 40 juta juta ton/tahun. Besarnya cadangan dan potensi batu
bara di Kalimantan Timur tentunya menarik sejumlah minat dari perusahaan batu
bara untuk beroperasi di sana. Salah satu yang terbesar adalah PT Kaltim Prima Coal
(KPC). Beroperasi sejak tahun 1982, perusahaan ini dulunya merupakan milik dua
konsorsium besar British Petroleum dan Rio Tinto. Namun setelah beberapa puluh
tahun beroperasi, PT Bumi Resources berhasil membeli sebagian besar saham
saham PT. KPC. Selain PT KPC, kandungan batu bara tersebut telah membawa
sejumlah perusahaan, baik besar maupun kecil, legal maupun illegal untuk
mengeruk kekayaan batubara di Kalimantan.
Batu bara ditambang dengan dua metode tambang permukaan atau terbuka
dan tambang bawah tanah atau dalam. Pemilihan metode penambangan sangat
ditentukan oleh unsur geologi endapan batu bara. Batu bara yang langsung diambil
dari bawah tanah, disebut batu bara tertambang run-of-mine (ROM), seringkali
memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur dan
berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian pengguna batu bara
membutuhkan batu bara dengan mutu yang konsisten. Pengolahan batu bara – juga
disebut pencucian batu bara (“coal benification” atau “coal washing”) mengarah pada
penanganan batu bara tertambang (ROM Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten
dan kesesuaian dengan kebutuhan pengguna akhir tertentu. Pengolahan tersebut
tergantung pada kandungan batu bara dan tujuan penggunaannya. Batu bara tersebut
mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses
pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran. Untuk
menghilangkan kandungan campuran, batu bara terambang mentah dipecahkan dan

6
kemudian dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran. Pecahan-pecahan
yang lebih besar biasanya diolah dengan menggunakan metode pemisahan media
padatan. Dalam proses demikian, batu bara dipisahkan dari kandungan campuran
lainnya dengan diapungkan dalam suatu tangki berisi cairan dengan gravitasi tertentu,
biasanya suatu bahan berbentuk mangnetit tanah halus. Setelah batu bara menjadi
ringan, batu bara tersebut akan mengapung dan dapat dipisahkan, sementara batuan
dan kandungan campuran lainnya yang lebih berat akan tenggelam dan dibuang
sebagai limbah.

Gambar 2.4 kegiatan tambang bawah tanah

2.3 Kontribusi Sumber Daya Batubara dalam Pembangunan Ekonomi di


Kalimantan
Sektor pertambangan batubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah satu
kegiatan ekonomi utama yang dapat menopang perekonomian Koridor Ekonomi
Indonesia khususnya di Kalimantan di saat produktivitas sektor migas menurun. Pada
tahun 2010, jumlah batubara yang digunakan untuk kebutuhan dalam negeri adalah
sebesar 60 juta ton (18 persen dari total produksi). Sektor kelistrikan merupakan
pengguna.
Batubara terbesar di dalam negeri. Sementara sisanya sebesar 265 juta ton
telah diekspor ke beberapa negara. Adapun, negara tujuan utama ekspor batubara
Indonesia adalah Jepang, Cina, India, Korea Selatan, dan beberapa negara ASEAN.

7
Gambar 2.5 sumber daya dan cadangan

Sejak tahun 1996 hingga 2010, produksi batubara Indonesia mengalami


pertumbuhan rata-rata sebesar 14,8 persen per tahun, dan pertumbuhan rata-rata
ekspor batubara Indonesia adalah 15,1 persen per tahun. Sementara, angka konsumsi
batubara dalam negeri mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 13,8 persen per
tahun dalam periode 1996 – 2010. Di tahun 2010 jumlah produksi batubara mencapai
325 juta ton dengan jumlah ekspor 265 juta ton dan penggunaan domestik sebesar 60
juta ton.

Gambar 2.6 Pertumbuhan Produksi, Ekspor, dan Penjualan Batubara

Berdasarkan data tahun 2009, disamping Sumatera, porsi cadangan batubara di


Kalimantan juga merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Hampir 50 persen
dari cadangan batubara nasional terdapat di Kalimantan.

8
Gambar 2.7 sumber daya batubara

Kegiatan industri batubara Koridor Ekonomi Kalimantan terpusat di


Provinsi Kalimantan Timur. Lebih dari 70 persen cadangan batubara Kalimantan
terkonsentrasi di provinsi tersebut, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan
sebesar 23,7 persen, Kalimantan Tengah 3,1 persen, dan Kalimantan Barat 1 persen.

Gambar 2.8 penambangan batubara di areal pedalaman kalimantan


Sebagian besar cadangan batubara baru ditemukan di pedalaman
Kalimantan. Namun kendala yang dihadapi untuk mengakses areal tambang batu
bara yang baru adalah keterbatasan transportasi batubara yang ekonomis seperti
jaringan kereta api atau angkutan sungai serta keterbatasan pembangkit listrik.
Dampaknya ialah sebagian besar investor memilih untuk melakukan investasi
sendiri, seperti pembangunan jalan privat milik perusahaan daripada menggunakan
jalan umum yang tersedia guna memenuhi kebutuhan infrastruktur tersebut
sehingga mengakibatkan tingginya nilai investasi untuk pertambangan batubara.
Menurut hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan data eksisting jumlah
produksi batubara di Kalimantan Tengah tahun 2009, jumlah produksi batubara
akan meningkat 6,7 kali jika dilakukan perbaikan infrastruktur di Kalimantan

9
Tengah. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami secara jelas bahwa perbaikan
infrastruktur dapat memberikan nilai tambah bagi produksi batubara, khususnya di
wilayah pedalaman.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh sektor pertambangan di Kalimantan
adalah tumpang tindih antara wilayah pertambangan dengan wilayah hutan dan
perkebunan. Tantangan pengembangan sektor batubara juga muncul dari lemahnya
birokrasi perizinan berupa ketidakjelasan time frame atau SOP (Standard Operating
Procedure) dalam pengurusan izin. Untuk itu, reformasi birokrasi dan pelayanan
prima dalam pemberian izin usaha pertambangan batubara harus segera terlaksana.
Strategi umum pengembangan kegiatan ekonomi utama pertambangan
batubara adalah mendorong kegiatan ekstraksi cadangan besar batubara yang terletak
di wilayah pedalaman Kalimantan, disertai penyiapan infrastruktur dan regulasi yang
mendukung dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah bahan mineral sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, maka investasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi
produk batubara perlu dikembangkan, antara lain investasi untuk konversi batubara
seperti gasifikasi batubara yang dapat menghasilkan Bahan Bakar Gas (BBG) dan
investasi untuk batubara cair. Selain mendapatkan keuntungan dari perbedaan harga,
multiplier effect yang diciptakan juga akan sangat besar, antara lain dari peningkatan
kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan juga dari penghematan substitusi
impor.
Upaya peningkatan nilai tambah batubara ini memerlukan suatu insentif dari
Pemerintah, mengingat tingkat kesulitan yang dihadapi cukup tinggi. Salah satu
insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah antara lain adalah insentif pajak dan
mendorong pengembangan teknologi pengolahan batubara (eksplorasi dan produksi)
yang ramah lingkungan.

10
Rencana investasi industri batubara Kalimantan dalam periode 2011 – 2015
akan fokus pada lokus Bontang, Kutai Timur, Balikpapan, Kalimantan Selatan, dan
Kalimantan Barat.
1) Regulasi dan Kebijakan
Untuk dapat memberi kepastian usaha pengembangan kegiatan ekonomi
utama batubara, perlu adanya penataan regulasi dan kebijakan berikut:
a. Percepatan penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
dan Kabupaten/Kota di Kalimantan, serta penyelarasan antara Undang-
Undang Kehutanan no. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-
Undang no. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
b. Perbaikan regulasi terkait dengan administrasi pertanahan dan
penyelesaian konflik pemanfaatan ruang antara kawasan pertambangan
batubara dan kawasan hutan (clean and clear).
c. Penyelesaian isu lingkungan mengenai masalah pengategorian limbah
dan emisi serta menjalankan keterpaduan kegiatan pasca tambang dengan
konservasi lingkungan.
d. Pemberian jaminan supply/pasokan bahan baku untuk industri dan
energi kelistrikan dalam negeri melalui pemberlakuan Domestic Market
Obligation.
e. Perbaikan birokrasi dalam proses perijinan guna simplifikasi SOP
perizinan agar dapat memberi pelayanan prima dalam perijinan dan
menjamin kontinuitas usaha (kepastian dalam hal gaining profit and risk).
f. Perumusan mekanisme insentif pajak yang menarik bagi pelaku
usaha (investor) untuk menghindari terjadinya economic high cost (pajak-
pajak, bea masuk, pungutan lain atas impor, dan cukai ditambah dengan
berbagai pungutan liar) dalam rantai pasokannya (supply chain).
g. Perumusan mekanisme insentif pajak bagi pelaku usaha yang melakukan
investasi nilai tambah batubara (antara lain coal upgrading dan konversi
batubara).

2) Konektivitas (infrastruktur)
Terkait dengan pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam menunjang
pengembangan kegiatan ekonomi utama batubara, diidentifikasi hal-hal yang
perlu dibenahi, yaitu:
a. Pengembangan jaringan rel kereta api khusus batubara untuk

11
menghubungkan antara lokasi pertambangan di pedalaman dengan
pelabuhan dan atau pemanfaatan angkutan sungai agar kegiatan
eksploitasi batubara di wilayah pedalaman menjadi layak secara
ekonomis.
b. Peningkatan dan penambahan kapasitas pelabuhan, baik pelabuhan
sungai maupun pelabuhan laut sebagai akibat dari kenaikan produksi
tambang batubara di wilayah pedalaman Kalimantan yang diproyeksikan
akan terus meningkat, dan secara khusus diperlukan pengembangan
pelabuhan di sungai Barito dan Mahakam yang terhubung dengan
jaringan rel kereta api.
c. Pemberian insentif pajak bagi pelaku usaha pertambangan batubara yang
melakukan pembangunan infrastruktur.
d. Peningkatan dan penambahan kapasitas pembangkit listrik untuk
keperluan penambangan batubara.

3) SDM dan IPTEK


Dalam upaya optimalisasi penciptaan nilai tambah dan menggerakkan
pengembangan kegiatan ekonomi utama pertambangan batubara di
Kalimantan diperlukan:
a. Upaya pengembangan teknologi pengolahan batubara (antara lain untuk
gasifikasi dan batubara cair), serta teknologi eksplorasi dan produksi
yang ramah lingkungan.
b. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), baik untuk tenaga manajerial
maupun tenaga operasional.
c. Pelatihan dalam penambangan serta pemanfaatan batubara yang antara
lain meliputi teknologi batubara bersih, keselamatan penambangan, studi
kelayakan, dan pelatihan manajerial penting untuk dilakukan oleh setiap
pelaku usaha.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon,hidrogen dan oksigen. Sektor pertambangan
batubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah satu kegiatan ekonomi utama
yang dapat menopang perekonomian Koridor Ekonomi Indonesia khususnya di
Kalimantan.
Di tahun 2010 jumlah produksi batubara mencapai 325 juta ton dengan jumlah
ekspor 265 juta ton dan penggunaan domestik sebesar 60 juta ton. Terkait dengan
upaya peningkatan nilai tambah bahan mineral sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
maka investasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi produk batubara perlu
dikembangkan, antara lain investasi untuk konversi batubara seperti gasifikasi
batubara yang dapat menghasilkan Bahan Bakar Gas (BBG) dan investasi untuk
batubara cair. Selain mendapatkan keuntungan dari perbedaan harga, multiplier
effect yang diciptakan juga akan sangat besar, antara lain dari peningkatan
kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan juga dari penghematan substitusi
impor. Rencana investasi industri batubara Kalimantan dalam periode 2011 –
2015 akan fokus pada lokus Bontang, Kutai Timur, Balikpapan, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Barat.

3.2 Saran
Dari hasil pembahasan di atas di harapkan kepada pihak pemerintah bisa
membuat kebijakan tentang Sumber daya batu bara agar bisa menjadi penopang
ekonomi diindonesia. Kepada masyarakat diharapkan bisa memahami apa manfaat
dari batubara. Kepada pembaca diharapakan mampu untuk memajukan sumberdaya
batubara demi memajukan ekonomi di Indonesia. Dengan begitu sumberdaya
batubara di Kalimantan mampu meberikan kontribusi yang signifikan terhadap
ekonomi Indonesia kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://ariwibowosaputra-industri21.blogspot.com/2013/05/opini-pemanfaatan-sda-
batu-bara-di.html
http://www.mesinpemecahbatusurabaya.com/persebaran-tambang-batu-bara-di-
kalimantan-timur.html
http://unagyajeng.blogspot.com/2012/06/adawiyah-102170054-2b-batu-bara-di.html
http://andifardhian.wordpress.com/2009/10/06/pengelolahan-sumber-daya-alam-
batubara-di-kalimantan-selatan/
http://www.mesinpemecahbatusurabaya.com/persebaran-tambang-batu-bara-di-
kalimantan-timur.html
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai