Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PENDERITA CA PARU

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH

LAELA HARYATI
I4B019005

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kanker masih menjadi masalah kesehatan yang serius di
Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
prevalensi kanker di Indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun
terakhir. Pada tahun 2013 sebanyak 1,4 per 1000 penduduk, meningkat
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Angka kejadian tertinggi
pada laki-laki adalah kanker paru sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan pada perempuan,
kasus tertinggi adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Kanker atau biasa disebut dengan tumor ganas atau neoplasma adalah
suatu istilah untuk peyakit dimana sel-sel membelah secara abnormal tanpa
kontrol dan dapat menyerang jaringan disekitarnya (Price & Wilson, 2006).
Kanker paru disebabkan oleh merokok dalam jangka waktu yang lama, polusi
udara dari kendaraan bermotor dan 2actor2y, infeksi kronik, pekerjaan yang
menyebabkan kontak dengan zat karsinogen, 2actor makanan, 2actor
keluarga, dan 2actor-faktor lainnya yang belum diketahui. Individu dengan
kanker paru akan mengalami gejala seperti batuk, sesak nafas dan mengi,
penurunan berat badan yang signifikan, kuku tabuh, mudah lelah, anoreksia,
nyeri dada, nyeri pada tulang, kesulitan menelan, obstruksi vena cava
superior dan beberapa gejala penyebaran bergantung pada tempat metastasis.
Penatalaksaan medis perlu dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang
timbul. Perawat sebagai tenaga kesehatan turut berkontribusi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien kanker paru.
1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis,


patofisiologi, pathway, dan pengkajian serta diangnosa
keperawatan dari ca paru.
1.2.2 Mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien ca paru.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi
dalam paru. Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh
masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Azhar, 2011)

2.2 Etiologi

Menurut Supartono, 2009 penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain

1. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruhkasus. Rokok mengandung lebih dari 4000
bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasidapat menyebabkan kanker.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhentimerokok
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok
pasif, atau mengisap asap rokokyang ditemukan oleh orang lain di dalam
ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi
mengisap asap Dario rang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat
dua kali
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil biladibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak didaerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan
bahwapenyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas
tingkat sosial ekonomi yang paling. Rendah dan berkurang pada mereka
dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskandari
kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung
hidup lebih dekat dengantempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah
3,4 benzpiren.
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon,dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di
antara pekerjayang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar
daripada masyarakat umum. Risiko kanker parubaik akibat kontak dengan
asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
5. Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya
rendah vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker paru.
Hipotesis ini didapat dari berbagai penelitian yang menyimpulkan bahwa
vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker.
Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan
dalam pengaturan diferensiasi sel.
2.3 Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus


menyebabkan cilia hilang dandeskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen makamenyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia,hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasilangsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabangbronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengansupurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam,dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan beratbadan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastaseke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Somantri, 2008)

2.4 Tanda dan Gejala

Gejala-gejala kanker paru yaitu:

1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi pada bronkus
2. Gejala umum.
a. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa
tumor. Batuk mulai sebagai batukkering tanpa membentuk sputum,
tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang
kentaldan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : sputum bersemu darah kerena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Supartono, 2012 pemeriksaan diagnostik pada kanker paru meliputi :

a. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada
sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi
adanya karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada
banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat
memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang
dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah
sentral paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah
menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai
tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil sampel langsung
ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
c. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel
kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi
sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga
memainkan peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker
paru. Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat
penting untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan
stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi
anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan
kemungkinannya untuk dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk
menentukan kemapuan klien untuk bertahan terhadap berbagai
pengobatan antitumor.
2.6 Pathway

(Supartono & Suryanto, 2012)


2.7 Pengkajian

Menurut Somantri, 2008 pengkajian ca paru yang harus diperhatikan sebagai


beriku :

1. Riwayat
Perokok berat dan kronis , terpapar terhadap lingkungan karsinogen,
penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru
2. Pemeriksaan fisik pada pernafasan
Batuk netap akibat sekresi cairan, dyspnea, hemoptisis karena erosi
kapiler dijalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap, akibat
akumulasi sel yang nekrosis di daerah obstruksi tumor, infeksi saluran
pernafasan berulang, nyeri dada karena penekanan saraf pleura oleh tumor,
efusi pleura bila tumor mengganggu dinding pardisfagia, edema daerah
muka, leher dan lengan
3. Nutrisi : nafsu makan menurun, anoreksia risiko kehilangan berat badan
4. Psikososial : takut, cemas, tanda-tanda kehilangan dantanda-tanda vital
5. Cek hasil pemeriksaan diagnostik

2.8 Diagnosa Keperawatan Dan Fokus Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas


Tujuan : status pernafasan (kepatenan jalan nafas)
Intevensi fokus : airway manajemen (memposisikan pasien, mengajarkan
batuk efektif, memberikan terapi oksigenasi dll)
2. Hambatan pertukaran gas
Tujuan : status pernafasan (pertukaran gas)
Intervensi fokus : memonitori pernafasan (irama dan frekunensi)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : status nutrisi yang adekuat
Intervensi : kolaborasi dengan ahli gizi dan mengedukasi kebutuhan
nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, H, A, 2011. Angka Kejadian Kanker Paru di Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Periode Januari 2006 – Desember
2011. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Jusuf, A., Syahruddin, E. & Hudoyo, A., 2009, Kemoterapi Kanker Paru, Jurnal
Respirologi Indonesia. Vol 29.No. 4.

Somantri, I, 2008, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan, Salemba Medika : Jakarta.

Supartono & Suryanto A, 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan


hidup satu tahun penderita kanker paru stadium lanjut di RSUP dr. Kariadi
Semarang. Medica Hospitalis:1(1):25-31.

Syahruddin, E., Hudoyo A. & Jusuf, A., 2010, Respon dan Toleransi Pasien
Adenokarsinoma Paru Stage III dan IV untuk Pemberian Kemoterapi
dengan Regimen Paclitaxel plus Carboplatin, Jurnal Respirologi Indonesia
vol. 30, No.2

Anda mungkin juga menyukai