Anda di halaman 1dari 37

A.

DEFINISI

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau
sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

 AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami


penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999).
 AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

Acquired : didapat

Immune : system kekebalan tubuh

Deficiency : kekurangan

Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara
khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai
tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang
mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN).
Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat
ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS
dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama
kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling
menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah
baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4
dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-
anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005,
antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS
meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember


2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 9 Februari 2012
menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah
dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian.
Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah
membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan
sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan
kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

B. ETIOLOGI

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal,
penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain
penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS
amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency Virus).
Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi
disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1
memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan
masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

Retrovirus HIV-1 merupakan agen etiologi yang primer yang ditemukan pada tahun
1983. Dan pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang kurang patogen
disebut HIV-2. Penularan terjadi melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dan berkaitan
dengan perilaku resiko tinggi yang bisa dikenali. Keadaan ini secara kurang proporsional
tergambar pada :
a. Laki-laki homoseksual dan biseksual
b. Para Pemakai obat IV
c. Neonatus dari ibu yang terinfeksi
d. Resipien atau produk darah yang terkontaminasi
e. Pasangan heteroseksual pada individu yang masuk pada kelompok sebelumnya
C. KLASIFIKASI
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan
kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan
HIV-1.
Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah
infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

a) Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS


b) Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan
atas yang berulang
c) Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan,
infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
d) Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-
paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

Fase HIV adalah fase dimana virus masuk ke dalam tubuh dan tubuh mulai melakukan
perlawanan dengan menciptakan antibodi. Pada fase ini, sebagian besar orang tidak
merasakan gejalanya sehingga disebut fase tanpa gejala.

Fase AIDS, adalah saat tubuh sudah tidak mampu melawan penyakit-penyakit yang masuk
dan menginfeksi tubuh. Biasanya dikatakan fase AIDS setalah muncul 2 atau lebih gejala.
Misal flu yang sulit sembuh diiringi mencret dan menurunnya berat badan hingga
>10%.Untuk memudahkan penjelasannya.
Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas


I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata aktifitas normal
II 1. 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan normal
seperti , dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis ,ulkus oral yang rekuren
,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti
,sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
2. Diare kronis yang berlangsung aktivitas ditempat tidur
3. lebih dari 1 bulan kurang dari 50%
4. Demam berkepanjangan lebih dari 1
bulan

3. Kandidiasis orofaringeal
4. Oral hairy leukoplakia
5. TB paru dalam tahun terakhir
6. Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat
didefinisikan oleh CDC lemah , aktivitas
2. Pnemonia Pneumocystis carinii ditempat tidur lebih
3. Toksoplasmosis otak dari 5
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1
bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis diseminata seperti
histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus ,trakea ,
bronkus , dan paru
11. Mikobakterisosis atipikal diseminata
12. Septisemia salmonelosis non tifoid
13. Tuberkulosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16. Ensefalopati HIV

Tahapan Perubahan HIV Menjadi AIDS

 Fase I
Individu sudah terpapar dan terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun
ia melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Fase ini
akan berlangsung sekitar 1-6 bulan dari waktu individu terpapar.
 Fase II
Berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua
ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit, tetapi sudah dapat
menularkan pada orang lain.
 Fase III
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit yang disebut dengan penyakit terkait dengan
HIV. Tahap ini belum dapat disebut sebagai gejala AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan
antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus,
pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan
berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga
ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
 Fase IV
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh
sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut
dengan infeksi oportunistik yaitu kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcomakaposi, infeksi paruparu yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan
bernafas, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-minggu, dan infeksi otak
yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.

Sistem tahapan infeksi HIV AIDS menurut WHO

D. Patofsiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV
akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit
kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah.
Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan
menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru
akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode, di
mana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala. Pada masa
ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup
panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T
dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang.
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein
perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4
terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.

Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi.

Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel
T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS.

Riwayat alami AIDS dimulai dengan infeksi oleh retrovirus HIV yang hanya bias diketahui
melalui pemeriksaan laboratorium,dan kemudian berakhir dengan kematian.Data-data yang
berhasil dikumpulkan selama 20 tahun menunjukkan bahwa HIV tidak ditularkan melalui
pekerjaan rumah tangga yang biasa ataupun kantak sosial .virus HIV masuk kedalam tubuh
melalui salah satu dari beberapa jalur yang melibatkan transmisi darah atau cairan darah seperti:
 Inokulasi langsung pada hubungan intim,khususnya jika hubungan intim tersebut berupa anl
sex yang menimbulkan trauma pada mukosa rectum
 Transfuse darah atau produk darah yang terkontaminasi (risiko ini dapat dikurangi dengan
pemeriksaan rutin terhadap semua produk darah)
 Penggunaan bersamaan jarum suntik yang tercemar
 Penularan transplasenta atau pascapartum dari ibu yang terinfeksi kepada janin ( melalui
kontak serviks atau darah pada saat pelahiran dan dalam air susu ibu)

Hiv menyerang sel T helper yang membawa antigen CD4+.Pada keadaan terinfeksi
HIV,antigen yang dalam keadaan normal merupakan reseptor untuk molekul MHC (major
histocompatibility complex) akan menjadi reseptor untuk retrovirus dan memungkinkan virus
tersebut masuk ke dalam sel.Pengikatan virus juga memerlukan keberadaan koreseptor (yang
diyakini berupa reseptor kemokin CCR5) pada permukaan sel .Virus tersebut juga dapay
menginfeksi sel-sel yang membawa antigen CD4+pada traktus GL,serviks uteri,dan neuroglia.

Seperti halnya retrovirus lain.HIV akan mengopi materi genetiknya secara terbalik bila
dibandingkan dengan virus dan sel-sel lain.melalui kerja enzim reverse transcriptase,HIV
memproduksi DNA dari RNA virusnya .Transkripsi ini sering berlangsung sangat buruk
sehingga terjadi mutasi yang sebagian diantaranya membuat virus tersebut resisten terhadap
obat-obat antivirus.DNA virus memasuki nucleus sel dan kemudian menyatu dengan DNA sel
hospes

Di sini ,DNA tersebut akan transkripsi menjadi lebih banyak RNA virus .Jika sel hospes
mengadakan reproduksi ,maka reproduksi ini melipatgandakan DNA virus bersama DNA sel itu
sendiri dan kemudian mewariskan kepada sel-sel keturunannya .Karena itu ,jika diaktifkan ,sel-
sek hospes tersebut membawa informasi ini dan bila diaktifkan ,akan menghasilkan replikasi
virus.Enzim virus,protease,menyusun komponen struktur dan RNA menjadi partikel virus yang
berpindah ke bagian perifer sel hospes tempat virus tersebut bertunas dan muncul dari sel
hospes .Dengan demikian ,virus tersebut kini bebas bermigrasi dan menginfeksi sel-sel lain.

Replikasi HIV dapat menyebabkan kematian sel atau membuat infeksi virus tersebut
menjadi laten.Infeksi HIV menimbulkan perubahan patologi yang biasa terjadi lansung melalui
destruksi sel-sel CD4+ ,sel-sel imun lain dan sel-sel neuroglia ,atau tidak secara langsung
melalui efek sekunder disfungsi sel T CD$+ dan imunosuoresi yang diakibatkan proses infeksi
HIV berlangsung dalam tiga bentuk :

 Imunodefisiensi(infeksi oportunis dan penyakit kanker yang tidak lazim)


 Autoimunitas (pneumonitas interstisial limfoid,arthritis,hipergamaglobulinemia,dan
produksi autoimun)
 Disfungsi neurologi
PATOFISIOLOGI
E. WOC

Virus HIV Merusak seluler Immunocompromise

HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen

Organ target
Reaksi psikologis

Manifestasi oral Manifestasi saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Disfungsi Penyakit
Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis anorektal Infek Gatal, sepsis, Gangguan
biliari
demensia si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat

Gangguan rasa nyaman :

Gangguan rasa nyaman :

Tidak efektif pol napas

Gangguan body imageapas


Tidak efektfi bersihan
Gangguan mobilisasi

Gangguan pola BAB


Aktivitas intolerans

Gangguan sensori
Cairan berkurang

Nutrisi inadekuat

jalan napas
hipertermi
nyeri

nyeri
Hubungan seksual dengan pasangan yang Transfusi darah yang Tertusuk jarum bekas Ibu hamil
berganti-ganti, dengan yang terinfeksi HIV terinfeksi HIV penderita HIV menderita HIV

Virus masuk dalam tubuh lewat luka berdarah

Sperma terinfeksi masuk kedalam


tubuh pasangan lewat membran
Virus Masuk Dalam Peredaran Darah Dan Invasi Sel Target Hospes
mukosa vagina, anus yang lecet atau
luka

T helper / CD4+ Makrofag Sel B

Terjadi perubahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus

Sel penjamu (T helper, limfosit B, makrofag) mengalami kelumpuhan

Menurunnya sistem kekebalan tubuh

Infeksi Oportunistik

Sistem GIT Integumen Sistem Reproduksi Sistem respirasi Sistem neurologi

Virus HIV + kuman Herpes zoster + Candidiasis Mucobakterium TB Kriptococus


salmonela, Herper simpleks
clostridium, candida
PCP (Pneumonia
Pneumocystis) Meningitis Kriptococus
Ulkus Genital
Dermatitis Serebroika
Menginvasi
mukosa saluran
cerna Demam, Batuk Non
Perubahan Status
Produktif, Nafas Pendek
Mental, Kejang,
Ruam, Difus, Bersisik, Kaku Kuduk,
Peningkatan peristaltik Folikulitas, kulit kering, Kelemahan, Mual,
mengelupas eksema kehilangan nafsu
MK :
- Hipertermi makan, Vomitus,
- Bersihan Jalan Demam, Panas,
Nafas Pusing
Diare Psoriasi - Pola Nafas
s Tidak Efektif
Terapi trimetoprim
sulfame

Mk : MK :
MK : Resiko
- Perubahan - Resiko tinggi cedera
kerusakan - Ggn. Nutrisi < Keb.
Eliminasi (Bab) Integritas Ruam, Pruritus,
- Gangg Nutrisi < Tubuh
Kulit Papula, Makula Merah - Risiko tinggi
Keb. Tubuh Muda
- Resiko kekurangan volume
Kekurangan cairan
Volume Cairan - Intoleransi Aktivitas
MK : Nyeri
F. TANDA DAN GEJALA
 Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
 Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
 Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
 Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
 AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
 Panas lebih dari 1 bulan,
 Batuk-batuk,
 Sariawan dan nyeri menelan,
 Badan menjadi kurus sekali,
 Diare ,
 Sesak napas,
 Pembesaran kelenjar getah bening,
 Kesadaran menurun,
 Penurunan ketajaman penglihatan,
 Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat
merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas
dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala
bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah
tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.

Gejala-gejala utama AIDS.

Sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus yang bisa


menandai apakah seseorang telah tertular HIV,
karena keberadaan virus HIV sendiri membutuhkan
waktu yang cukup panjang (5 sampai 10 tahun hingga mencapai masa yang disebut fullblown
AIDS). Adanya HIV di dalam darah bisa terjadi tanpa seseorang menunjukan gejala penyakit
tertentu dan ini disebut masa HIV positif. Bila seseorang terinfeksi HIV untuk pertama kali
dan kemudian memeriksakan diri dengan menjalani tes darah, maka dalam tes pertama
tersebut belum tentu dapat dideteksi adanya virus HIV di dalam darah

Hal ini disebabkan kaena tubuh kita membutuhkan waktu sekitar 3 - 6 bulan untuk
membentuk antibodi yang nantinya akan dideteksi oleh tes darah tersebut. Masa ini disebut
window period (periode jendela) . Dalam masa ini , bila orang tersebut ternyata sudah
mempunyai virus HIV di dalam tubuhnya (walau pun belum bisa di deteksi melalui tes
darah), ia sudah bisa menularkan HIV melalui perilaku yang disebutkan di atas tadi

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri,
virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh
yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS HIV
mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar
menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan
yang disebut limfoma.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat
(terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta
penurunan berat badan.[8][9] Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga
tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat
hidup pasien.

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati,
keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi
1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik,
yang paling umum adalah PneumocysticCarinii (PCC), Pneumonia interstisial yang
disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal

 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan
gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala,
diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh

 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala. Diketahui oleh pemeriksa
kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.

 Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

G. PENULARAN HIV/AIDS
1) Media Penularan HIV
 Aliran darah, bisa berbentuk luka
 Cairan sperma
 Cairan vagina
2) Cara Penularan HIV :
 Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terpapar HIV
 Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan luka
yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai
orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak
darah.
 Melalui transfusi darah yang tercemar HIV
 Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
3) Cara penularan HIV/AIDS dari ibu hamil kepada bayi dikandungnya :

 Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim, melalui plasenta.
 Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina
 Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu ibu
 Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di
negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV tertular dari
ibunya.
4) Perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS :
 Menggunakan jarum dan peralatan yang sudah tercemar HIV
 Mempunyai salah satu penyakit/infeksi menular seksual
 Berhubungan seks melalui dubur
 Menjajakan seks untuk memperoleh uang
 Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasanan yang memiliki banyak
pasangan lain
 Hidup terpisah dari pasangan karena tugas-tugas atau pekerjaan

H. PENCEGAHAN
 A (Abstinent) : Puasa, jangan melakukan hubungan seksual yang tidak sah
 B (Be Faithful) : Setialah pada pasangan, melakukan hubungan seksual hanya
dengan pasangan yang sah
 C (useCondom) : Pergunakan kondom saat melakukan hubungan seksual bila
berisiko menularkan/tertular penyakit
 (Don’tuseDrugs) : Hindari penyalahgunaan narkoba
 (Education) : Edukasi, sebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS
dalam setiap kesempatan

Bagaimana cara mencegah penularan HIV ?

Pencegahan tentu saja harus dikaitkan dengan cara-


cara penularan HIV seperti yang sudah dikemukakan.
Ada beberapa cara pencegahan HIV/AIDS, yaitu :

 Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, infeksi HIV terutama terjadi melalui
hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual.
Untuk ini perlu dilakukan penyuluhan agar orang berperilaku seksual yang aman dan
bertanggung jawab, yakni : hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan sendiri
(suami/isteri sendiri), kalau salah seorang pasangan anda sudah terinfeksi HIV, maka dalam
melakukan hubungan seksual perlu dipergunakan kondom secara benar, mempertebal iman
agar tidak terjerumus ke dalam hubungan-hubungan seksual di luar nikah.
 Pencegahan Penularan Melalui Darah dapat berupa : pencegahan dengan cara memastikan
bahwa darah dan produk-produknya yang dipakai untuk transfusi tidak tercemar virus HIV,
jangan menerima donor darah dari orang yang berisiko tinggi tertular AIDS, gunakan alat-
alat kesehatan seperti jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untuk tindik yang bersih dan suci
hama.
 Pencegahan penularan dari Ibu-Anak (Perinatal). Ibu-ibu yang ternyata mengidap virus
HIV/AIDS disarankan untuk tidak hamil
 Mencegah Penularan Lewat. Alat-Alat Yang Tercemar Bila hendak menggunakan alat-alat
yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato, pisau cukur dan lain-lainnya),
pastikan bahwa alat-alat tersebut benar-benar steril. Cara mensterilkan alat-alat tersebut
dapat dengan mencucinya dengan benar. Anda dapat memakai ethanol 70% atau pun
pemutih. Caranya, sedot ethanol dengan jarum suntik tersebut, lalu semprotkan keluar. Hal
ini dilakukan dua kali. Manifestasi AIDS rata-rata timbul 10 tahun sesudah infeksi.

Bagi yang belum terinfeksi

Sampai detik ini belum ada vaksin yang sanggup mencegah atau
mengobati HIV AIDS. Namun bukanlah sesuatu yang mustahil untuk
melakukan pencegahan HIV terhadap diri sendiri dan orang lain. Oleh
karena itu, pemahaman terhadap proses penularan merupakan kunci
dari pencegahannya. Disini saya sampaikan tindakan-tindakan untuk
mencegah penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV
AIDS.
Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV
AIDS. Yaitu :

 Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS dan
bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan pencegahan
 Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan sembarang
orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi HIV, oleh karena itu
mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah penting.
 Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS
adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang memiliki
status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU ( injection
drug user).
 Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat, penggunaan
kondom saat berhubungan seks cukup efektif mencegah penularan HIV AIDS melalui
seks.
 Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National
Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan memiliki
resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan sirkumsisi.
 Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi,
sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali

I. KOMPLIKASI
a) Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat
b) Neurologik
- Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial
- Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)
c) Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan
dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d) Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e) Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi
skunder dan sepsis.
 Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :
 Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
 Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin

2) Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah :

- Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
- Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
- Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan
lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
- Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.

K. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :
 Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis.
Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan
kritis.
 Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah
sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
 Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
o Didanosine
o Ribavirin
o Diedoxycytidine
o Recombinant CD 4 dapat larut
 Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

Terapi yang dapat menyembuhkan AIDS sampai saat ini belum dapat ditemukan. Terapi
primer meliputi penggunaan berbagai kombinasi tiga tipe obat yang berbeda untuk
mendapatkan manfaat yang maksimal dalam menghambat replikasi virus HIV dengan
reaksi merugikan paling sedikit. Obat-obatnya adalah :
- Inhibitor protease untuk menyekat replikasi partikel virus yang terbentuk melalui kerja
enzim protease virus
- Inhinitor reverse transciptase nukleosida untuk mengganggu pengopian RNA virus
menjadi DNA virus oleh enzim reverse transciptase
- Inhibitor reverse transciptase nonnukleosida untuk mengganggu kerja enzim reverse
transciptase

Terapi tambahan dapat meliputi :

- Preaparat imunomodulator untuk meningkatkan sistem imun.


- Preparat faktor pertumbuhan yang menstimulasi pertumbuhan koloni granulosit manusia
untuk menstimulasi produksi neutrofil
- Preparat anti infeksi dan anti neoplasma untuk memerangi infeksi oportunitis
- Terapi suportif, termasuk dukungan gizi, terapi penggantian cairan dan elektrolit, terapi
untuk meradakan nyeri, dan dukungan psikologis.

2) Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
 Memberikan dukungan mental-psikologis
 Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi
perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
 Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan kondisi
tubuh yang baik.
 Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif
kepada keluarga dan orang terdekat.

3) Diet
Adapun Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah :
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
- Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek
dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
- Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan,
terutama jaringan otot (Lean BodyMass).
- Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
- Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
- Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
- Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien
dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra
pengecap dan kesulitan menelan.
- Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
- Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).
- Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan
kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan
c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
- Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas
fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan
Suhu 1°C.
- Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel
tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
- Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan
dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan
ikatan rantai sedang (Medium ChainTriglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak
omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
- Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di
anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan
Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus
dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh.
- Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
- Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi
menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi
yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thickfluid), semi kental
(semi thickfluid) dan cair (thinfluid).
- Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan
klorida).
- Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya
dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi
pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian
makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
- Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun
kimia.
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien
dengan:
- Infeksi HIV positif tanpa gejala.
- Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan,
sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
- Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
- Infeksi HIV dengan TBC.
- Infeksi HIV dengan kanker dan HIV WastingSyndrome.

Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara
rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai
tambahan atau sebagai makanan utama.
e. Macam – macam Diet
- Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau
segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu,
diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3
jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam
bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat
sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi.
Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak
energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
- Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi.
Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah
nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya,
diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
- Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien
dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam
porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila
kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan,
maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan
utama.
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien :
Umur :
Diagnosa Medik :
Tanggal Masuk :
Alamat :
Suku :
Agama :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Status pendidikan :

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan
diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih,
lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan benjolan
pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,
pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan,
gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd),
mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, dan depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah,
menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram
abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam
jumlah, warna, sdan karakteristik urine.
2) Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah.
Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus
hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan
perubahan warna, edema.
3) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak
atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
4) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan
ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/
konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman
penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan
paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai
demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan
yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan
gaya berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik
fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
5) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri
dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan
rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang
sakit.
6) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari
sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak
pada dada.
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas
adventius. Sputum :kuning
7) Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya.
Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit
defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah,
peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi
memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka
perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area
tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
8) Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
deang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual
yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk
melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis.
Kutil, herpes)
9) Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang
terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain,
takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan
untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak
terorganisasi.
10) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko
tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-
obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol.
b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-
obatan/tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja
makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.
2. Dianosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.

b. Resiko infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
e. Diare berhubungan dengan infeksi GI
f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
g. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
h. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
i. gangguan volume cairan berhubungan dengan diare terus-menerus
j. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang inpormasi tentang penyakit
k. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan
nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.
l. Hipertermi
STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA

TUJUAN DAN
NO NURSING DIAGNOSIS INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Edukasi pengukuran suhu
intervensi keperawatan tubuh:
Kategori : lingkungan selama 1x24 jam, tingkat
Sebkategori : keamana infeksi menurun, dengan Observasi :
dan proteksi criteria hasil : - Identifikasi riwayat
D.0142 kesehatan dan riwayat
- Demam menurun alergi
- Identifikasi kontra
Definisi: Beresiko - kemerahan
indikasi pemberian
mengalami peningkatan - nyeri imunisasi (mis. Reaksi
terserang organism anafilaksis terhadap
patogenik vaksin sebelumnya dan
atau sakit parah dengan
Faktor Risiko : atau tanpa demam )
1. Penyakit kronis - Identifikasi status
imunisasi setiap
(mi.diabetes mellitus)
kunjungan kepelayanan
2. Efek prosedur invasif kesehatan
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan Terapeutik :
organisme pathogen - Berikan suntikan pada
lingkungan bayi di bagian paha
5. Ketidakadekuatan anterolateral
pertahanan tubuh - Dokumentasikan
primer : informasi vaksinasi (
mis. Nama produsen,
a) Gangguan peristaltic
tanggal kadaluwarsa )
b) Kerusakan integritas - Jadwalkan imunisasi
kulit pada interval waktu
c) Perubahan sekresi pH yang tepat
d) Penurunan kerja
siliaris Edukasi :
e) Ketuban pecah - Jelaskan tujuan,
sebelum waktunya manfaat, reaksi yang
f) Merokok terjadi, jadwal dan efek
g) Status cairan tubuh samping
6. Ketidakadekuatan - Informasikan imunisasi
pertahanan tubuh yang di wajibkan
sekunder pemerintah (mis.
a) Penurunan Hepatitis B, BCG,
hemoglobin difteri, tetanus, perfusi,
b) Imununosupresi H. Influenza, polio,
c) Leukopenia campak, measles,
d) Supresi respon
rubela)
inflamasi
e) Vaksinasi tidak - Informasikan imunisasi
adekuat yang melindungi
terhadap penyakit
namun saat ini tidak di
wajibkan pemerintah
(mis. Influenza,
pneumokokus )
STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA

TUJUAN DAN
NO NURSING DIAGNOSIS INTERVENSI
KRITERIA HASIL
2. Nyeri akut Setelah di lakukan Manajemen Nyeri
intervensi keperawatan Observasi
x/ jam, masalah nyeri - Identifikasi lokasi,

dapat menurun dengan karakteristik, durasi.

kriteria hasil : Frekuensi, kualitas,

- Keluhan nyeri intensitas nyeri

- Meringis - Identifikasi skala nyeri

- Sikap protektif - Identifikasi faktor yang

- Gelisah memperberat dan

- Kesulitan tidur memperingan nyeri


Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( Misalnya. Kompres
hangat/dingin,
relaksasi nafas dalam,
distraksi)

Edukasi
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni
Made S. Jakarta: ECG

Heri.”Asuhan Keperawatan HIV/AIDS”,(Online), (http://mydocumentku.blogspot.


com/2012/03/asuhan-keperawatan-hivaids.html,diakses 20 Oktober 2012)
Istiqomah, Endah.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS”,(Online)
,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html,diakses 20 Oktober 2012)
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius Marilyn
Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit . Jakarta : EGC
UGI.2012.”Diet Penyakit HIV/AIDS”
(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia. blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html,diakses
20 Oktober 2012)

Doenges, EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC


Sundaru, Heru. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta
BalaiPenerbit FKUI.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Penerbit : Media
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Fatofisiologi.Jakarta EGC.
Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293
Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents. Clin. Microbiol.
Rev. 11: 614-627

Anda mungkin juga menyukai