Anda di halaman 1dari 9

Aliran energi dalam ekosistem

Aliran energi dalam ekosistem – Produser mendapatkan energi dari cahaya matahari untuk
menyusun zat organik melalui fotosintesis. Jadi, matahari merupakan sumber energi bagi
kehidupan. Energi itu digunakan untuk menyusun gula. Dikatakan bahwa energi itu diubah
dari energi cahaya menjadi energi kimia (gula). Selanjutnya, energi kimia berpindah ke
konsumer I, lalu ke konsumer II, ke konsumer III, dan seterusnya. Dikatakan bahwa energi
itu mengalir dari matahari ke produser, ke konsumer I, ke konsumer II, ke konsumer III.
Inilah yang dikatakan sebagai aliran energi di dalam ekosistem. Aliran energi berakhir pada
proses penguraian. Di dalam proses penguraian, energi dilepaskan dalam bentuk panas,
kemudian tersebar ke lingkungan.
Jika hewan memakan tumbuhan tumbuhan, energi itu berpindah ke tubuh hewan yang
memakannya tadi. Di dalam tubuh hewan tersebut, energi itu akan digunakan untuk berbagai
hal:

 Disimpan dalam bentuk glikogen atau persenyawaan lain


 Sebagian untuk metabolisme tubuh
 Sebagian untuk menanggapi rangsang
 Sebagian untuk bergerak
 Sebagian untuk berkembang biak
 Sebagian yang lain berubah dalam bentuk panas tubuh
 Sebagian yang lain disimpan dalam bentuk jaringan tubuh. Energi yang berubah
dalam bentuk panas akan tersebar ke lingkungan menjadi energi yang tak
termanfaatkan lagi.

Pada setiap tingkat trofik, energi yang dilepaskan ke lingkungan dalam bentuk panas dapat
mencapai 90%. Jadi, hanya 10% dari energi itu yang digunakan untuk kegiatan hidupnya.
Karena itu, semakin jauh energi iru dari sumbernya akan semakin kecil alirannya. Hal ini
disebabkan karena adanya energi yang beralih dalam bentuk pans tubuh seperti diuraikan
tadi. Di dalam ekosistem terjadi pemborosan energi. juga tampak bahwa energi itu mengalir
dari luar (matahari) ke dalam ekosistem dalam satu alur. Energi tidak daapat berdaur ulang
dan tidak dapat kembali lagi ke matahari.

Salah satu sifat yang penting adalah energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
Perubahan bentuk energi itu dikenal sebagai transfofmasi energi. Makhluk hidup mampu
melakukan transformasi energi. Misalnya, dari energi gula diubah menjadi lemak dan protein,
yang kemudian disimpan di dalam jaringan tubuh, atau diubah menjadi energi gerak.
Produser merupakan pengguna energi matahari secara langsung. Dikatakan produser
menempati tingkat trofik I. Konsumer I menempati trofik II, konsumer II menempati trofik
III, dan seterusnya. Karena adanya pemborosan energi yang terlepas dalam bentuk panas
pada setiap tingkat trofik, maka semakin jauh jarak transfer energi dari matahari,
semakinkecil aliran energi tersebut. Ini berarti bahwa konsumer III yang berada di tingkat
trofik IV mendapatkan energi yang paling sedikit dibandingkan dengan konsumer II yang
berada pada tingkat trofik III. Kondisi demikian menyebabkan konsumer III berada pada
posisi “rawan punah”. Coba perhatikan bagaimana saat ini populasi alap-alap, elang, garuda,
dan burung hantu yang terus menurun dan mendekati kepunahan. Bandingkan dengan
populasi burung yang langsung memakan produser.

Semua makhluk hidup memerlukan energi untuk melakukan aktivitas hidupnya. Energi
tersebut dapat diperoleh dari makanan. Proses konsumsi makanan merupakan proses transfer
atau perpindahan energi.

Aliran energi dalam ekosistem dapat digambarkan dengan rantai makanan dan jaring
makanan. Dalam ekosistem terdapat beberapa tingkatan trofik.

 Produsen, adalah organisme penghasil energi terbesar yaitu organisme autotrof


atau tumbuhan.
 Konsumen, adalah organisme pemakan produsen. Konsumen terdiri dari
konsumen pertama, kedua, dan seterusnya.
 Pengurai, adalah organisme dekomposer yang biasanya terdiri dari
mikroorganisme.

1. Rantai Makanan

Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan mengubah energi cahaya dari
matahari menjadi energi kimia. Energi kimia ini akan diteruskan pada konsumen tingkat
pertama atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan seterusnya sampai kelompok
organisme pengurai atau dekomposer. Contohnya rantai makanan adalah sebagai berikut.

Padi → Tikus → Ular → Elang

Padi sebagai produsen, tikus sebagai konsumen primer, ular sebagai konsumen sekunder,
elang sebagai konsumen tersier.

2. Jaring Makanan

Setiap organisme memakan lebih dari satu makanan. Sehingga hubungan makan dan aliran
energi pada ekosistem alami lebih kompleks dibandingan hanya sekedar lantai makanan.
Interaksi ini disebut dengan jaring makanan.

3. Piramida Biomasa

Merupakan gambaran diagramatik dari organisme pada berbagai tingkatan trofik dalam
ekosistem. Umumnya biomasa herbivora akan lebih sedikit daripada produsen. Biomasa
karnivor akan lebih sedikit daripada herbivor dan seterusnya. Inilah yang disebut dengan
piramida biomasa.
4. Piramida Energi

Dalam ekosistem, hanya sebagian kecil energi yang ditransfer ke tingkatan trofik diatasnya.
Kira-kira hanya sekitar 10% yang ditransfer ke trofik diatasnya. Sedangkan 90% sisanya
digunakan untuk beraktivitas dan menjadi kalor oleh suatu tingkatan trofik. Jadi energi yang
dapat digunakan oleh tingkatan trofik diatasnya hanya 10% saja. Efisiensi ekologis tersebut
membatasi panjangnya suatu rantai makanan karena banyaknya energi yang hilang. Dengan
meningkatnya tingkatan trofik maka jumlah energi yang digunakan oleh organisme makin
kecil.

aliran energi dan materi dalam ekosistem alami

2.1 Aliran Energi Dan Materi Dalam Ekosistem Alami

Tenaga atau energi dibutuhkan oleh seluruh organisme untuk melakukan suatu usaha atau
aktivitas. Sebagai contoh, tumbuhan membutuhkan energi dari cahaya matahari, hewan dan
manusia membutuhkan energi yang dihasilkan dai proses pengolahan makanan di dalam
tubuh.

Energi yang terdapat di lingkungan sekitarmu memiliki bentuk yang bermacam-macam,


seperti energi cahaya, energi listrik, energi kimia, energi panas, dan sebagainya. Setiap
bentuk energi dapat diubah menjadi bentuk energi lainnya. para ilmuwan yang mempelajari
perubahan energi tersebut menemukan fenomena bahwa energi tidak dapat diciptakan.
Fenomena ini juga berlaku di dalam suatu ekosistem. Setiap organisme mendapatkan
energinya dengan cara mengubah energi yang berasal dari lingkungannya, seperti tumbuhan
yang bergantung pada cahaya matahari atau hewan dan manusia yang membutuhkan
makanan sebagai sumber energinya.

Macam-Macam Aliran Energi :

1. Tingkat Trofik

Interaksi antara organisme dengan lingkungan dapat terjadi karena adanya aliran energi.
Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu ekosistem. Proses aliran
energi antarorganisme dapat terjadi karena adanya proses makan dan dimakan. Proses makan
dan dimakan terjadi antara satu kelompok organisme dengan kelompok organisme lainnya.
Setiap kelompok organisme yang memiliki sumber makanan tertentu disebut dengan tingkat
trofik. Dalam suatu ekosistem terdapat beberapa macam tingkat trofik seperti produsen,
konsumen dan decomposer.

a. Produsen

Energi memasuki suatu ekosistem dimulai dari energi radiasi (cahaya matahari) yang
sebagian diserap oleh tumbuhan, ganggang, dan organisme fotosintetik lainnya. Energi
cahaya matahari kemudian diubah menjadi energi kimia melalui proses fotosintetik. Energi
kimia tersebut disimpan dalam bentuk senyawa organic seperti molekul glukosa. Molekul
glukosa kemudian dipecah dan digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas
seperti tumbuh dan berkembang, bernapas, memperbaiki jaringan yang rusak, dan lain
sebagainya. Seluruh organisme berklorofil seperti tumbuhan dan ganggang hijau yang dapat
mengolah makanannya melalui proses fotosintesis disebut organisme autotrof atau dalam
suatu ekosistem disebut dengan produsen.

b. Konsumen

Organisme seperti hewan membutuhkan makanan berupa organisme lain (tumbuhan atau
hewan lain) sebagai sumber energinya. Organisme yang tidak dapat mengolah makanannya
disebut organisme heterotrof atau konsumen. Konsumen dalam suatu ekosistem dapat
dikelompokkan menjadi beberapa tingkat. Konsumen tingkat we (konsumen primer) adalah
kelompok organisme yang secara langsung memakan produsen. Anggota konsumen authority
adalah kelompok herbivore atau pemakan tumbuh-tumbuhan, seperti belalang, kelinci,
kambing, dan sebagainya.

Konsumen tingkat II (konsumen sekunder) adalah kelompok organisme yang memakan


konsumen primer. Konsumen tingkat III (konsumen tersier) adalah kelompok organisme
yang memakan konsumen sekunder. Konsumen sekunder dan tersier beranggotakan
kelompok karnivora atau pemakan daging seperti singa, elang, ular, serigala dan sebagainya.

Selain itu, konsumen primer, konsumen sekunder, dan seterusnya juga dapat merupakan
anggota kelompok omnivore, yaitu organisme yang memakan tumbuhan dan hewan seperti
ayam, manusia, dan sebagainya.

c. Dekomposer atau Detritivora

Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan detritus atau materi
organic dari organisme lain. Detritus dapat berupa bangkai, feses, daun busuk, dan lain
sebagainya. Organisme yang memakan detritus disebut dengan detritivora. Organisme
detritivora seperti cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan siput biasanya banyak terdapat di
dalam tanah atau di dasar perairan.

Sisa-sisa materi organic tidak hanya dihancurkan oleh detritivora. Organisme lain seperti
bakteri dan jamur juga menggunakan sisa materi organic tersebut sebagai sember energinya.
Organisme yang menggunakan sisa-sisa materi organic dan produk terdekomposisi lainnya
disebut decomposer atau saprotrof.

2. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan

Rantai Makanan

Dalam ekosistem hanya tumbuhan hijau yang mampu menghasilkan makanan sendiri melalui
proses fotosintesis dengan bantuan air, karbondioksida, klorofil dan cahaya matahari.
Bagaimana dengan mahluk hidup lain? Mahluk hidup lain memperoleh makanan dengan
melalui proses interaksi dengan mahluk hidup lain melalui pola-pola interaksi tertentu. Hal
ini disebabkan karena mahluk hidup sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup tanpa peran
makhluk hidup lain. Salah satu bentuk interaksi antar mahluk hidup tersebut adalah proses
makan dan dimakan yang jika disusun secara berurutan akan membentuk suatu rantai
makanan.

Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan
tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai
produsen, konsumen, dan dekomposer. Berikut adalah contoh sebuah rantai makanan.

Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu yaitu
rumput dimakan belalang, belalang dimakan katak, katak dimakan ular dan jika ular mati
akan diuraikan oleh jamur yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara yang akan
dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.

Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada tingkat
trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu
tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen. Organisme
yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen I
biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga
disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging
(carnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut
konsumen puncak.

Dengan demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa:

1. Rumput bertindak sebagai produsen.

2. Belalang sebagai konsumen I (Herbivora).

3. Katak sebagai konsumen II (Carnivora)>

4. Ular sebagai konsumen III/konsumen puncak (Carnivora)>

5. Jamur sebagai dekomposer.

Ada dua tipe dasar rantai makanan:

1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan => herbivora
=> karnivora.

2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detriivora=
organisme pemakan sisa) predator.

Jaring-Jaring Makanan

Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan dan
membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi dari
bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-unsur
kimia transfer dari satu organisme ke organisme lain berlangsung melalui interaksi makan
dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme dalam suatu ekosistem
membentuk struktur trofik yang bertingkat-tingkat.
Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai organisme dengan sumber makanan
tertentu. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrop yang disebut produsen.
Organisme autotrof adalah organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dari bahan
anorganik dengan bantuan sumber energi. Bila dapat menggunakan energi cahaya seperti
cahaya, matahari disebut fotoautotrof, contohnya tumbuhan hijau dan fitoplankton. Apabila
menggunakan bantuan energi dari reaksi-reaksi kimia disebut kemoautotrof, misalnya,
bakteri sulfur, bakteri nitrit, dan bakteri nitrat. Tingkat tropik kedua ditempati oleh berbagai
organisme yang tidak dapat menyusun bahan organik sendiri yang disebut organisme
heterotrof. Organisme heterotrof ini hanya menggunakan zat organik dari organisme lain
sehingga disebut juga konsumen. Pembagian konsumen adalah sebagai berikut.

a. Konsumen Primer

Organisme pemakan produsen atau dinamakan herbivora yang menempati tingkat trofik
kedua.

b. Konsumen Sekunder

Organisme pemakan herbivora yang dinamakan karnivora kecil yang menempati tingkat
trofik ketiga.

c. Konsumen Tersier

Organisme pemakan konsumen sekunder yang dinamakan karnivora besar yang menempati
tingkat trofik keempat.

2.2 Proses Aliran Energi dalam Ekosistem

Aliran energi dalam ekosistem mengalami tahapan proses sebagai berikut:

1) Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Hanya sekitar setengahnya dari rata-rata
sinar matahari yang sampai pada tumbuhan diabsorpsi oleh mekanisme fotosintesis, dan juga
hanya sebagian kecil, sekitar 1-5 %, yang diubah menjadi makanan (energi kimia). Sisanya
keluar dari sistem berupa panas, dan energi yang diubah menjadi makanan oleh tumbuhan
dipakai lagi untuk proses respirasi yang juga sebagai keluaran dari sistem.

2) Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin dilakukan melalui rantai
makanan dan jaring-jaring makanan melalui herbivora dan detrivora. Seperti telah
diungkapkan sebelumnya, terjadinya kehilangan sejumlah energi diantara tingkatan trofik,
maka aliran energi berkurang atau menurun ke arah tahapan berikutnya dari rantai makanan.
Biasanya herbivora menyimpan sekitar 10 % energi yang dikandung tumbuhan, demikian
pula karnivora menyimpan sekitar 10 % energi yang dikandung mangsanya.

3) Apabila materi tumbuhan tidak dikonsumsi, maka akan disimpan dalam sistem,
diteruskan ke pengurai, atau diekspor dari sistem sebagai materi organik.
4) Organisme-organisme pada setiap tingkat konsumen dan juga pada setiap tingkat
pengurai memanfaatkan sebagian energi untuk pernafasannya, sehingga terlepaskan sejumlah
panas keluar dari system.

5) Dikarenakan ekosistem adalah suatu sistem terbuka, maka beberapa materi organik
mungkin dikeluarkan menyeberang batas dari sistem. Misalnya akibat pergerakan sejumlah
hewan ke wilayah, ekosistem lain, atau akibat aliran air sejumlah gulma air keluar dari sistem
terbawa arus.

2.3 Siklus Biogeokimia

Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia
yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus
tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia. Siklus tersebut antara lain:

1) Siklus Nitrogen (N2). Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia
diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi
oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang
akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi
amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara
ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

2) Siklus Fosfor. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh
dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah
atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Fosfor dari batu dan fosil terkikis
dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian
akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus-menerus.

3) Siklus Karbon dan Oksigen. Karbondioksida di udara diimanfaatkan oleh tumbuhan untuj
berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan manusia dan hewan
untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk
batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga
menambah kadar CO2 di udara.

2.4 Macam-Macam Bentuk Pola Kehidupan

Makhluk hidup dengan lingkungan tertentu membentuk pola kehidupan yang khas, sehingga
ditemukan berbagai pola kehidupan dengan kekhasan masing-masing. Adanya perbedaan
lingkungan menyebabkan timbulnya berbagai pola kehidupan.

Pola kehidupan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:

a. Pola Kehidupan Di Darat

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola kehidupan di darat, antara lain:

· Keadaan tanah
· Suhu

· Angin

· Kelembaban udara

· Curah hujan

· Pancaran sinar matahari

Pola kehidupan di darat dapat mengalami perubahan menurut musim, misalnya:

o Pada waktu musim hujan kelembaban udara cukup tinggi, tanah basah, tumbuhan hidup
subur.

o Pada waktu musim kemarau kelembaban udara menurun, tumbuhan sebagian mati.

b. Pola Kehidupan di air

Lingkungan hidup di air dapat dibedakan menjadi:

1. Lingkungan air tawar: sungai, rawa, kolam, parit

2. Lingkungan air asin: laut

3. Lingkungan air payau: danau air tawar

Faktor yang penting dalam kehidupan di air adalah sifat-sifat air itu sendiri, misalnya:

1. Pola kehidupan di air akibat cahaya matahari

ü Lingkungan air yang tembus cahaya matahari mengakibatkan tumbuhan hijau sebagai
produsen dapat mengadakan proses fotosintesis. Proses fotosintesis menghasilkan zat
makanan yang berguna bagi tumbuhan air dan merupakan sumber makanan bagi makhluk
hidup lainnya di dalam air.

ü Lingkungan air yang dalam tidak tembus cahaya matahari merupakan daerah yang tidak
ada produsen, sehingga hewan yang hidup adalah pemangsa dan pengurai (karnivora dan
saprovora), yang mendapat makanan dari bahan-bahan yang mengendap di dasarnya.

ü Dalam kehidupan air berlangsung perpindahan energi dari sinar matahari ke tumbuhan air
ke konsumen.

2. Pola kehidupan di air akibat zat-zat pelarut

ü Limbah-limbah industri yang terlarut di dalam air dapat mengakibatkan produsen dalam air
tidak berkembang sehingga ikan-ikan kekurangan makanan dan akhirnya mati.

ü Pemupukan sering dilakukan pada kolam ikan agar tumbuhan air sebagai produsen tumbuh
subur sehingga makhluk hidup di dalam air tidak kekurangan makanan.
3. Pola kehidupan di air akibat gaya tekan ke atas

Karena adanya gaya tekan ke atas oleh air berlainan pada tiap kedalaman air, maka hewan
yang hidup di daerah dasar berlainan jenisnya dengan yang hidup di daerah permukaan.

4. Pola kehidupan di air akibat perubahan suhu

Suhu yang mudah berubah-ubah dapat mempengaruhi kehidupan di dalam air, baik untuk
produsen maupun bagi makhluk hidup lainnya.

Pola kehidupan di dalam air di semua lingkungan sebenarnya sama, hanya jenis makhluk
hidupnya yang berbeda, hal ini disebabkan oleh sifat khas masing-masing lingkungan air
tersebut.

c. Pola Kehidupan Yang Khas

Hubungan timbal-balik antara komponen-komponen dalam suatu ekosistem merupakan pola


kehidupan dalam suatu komunitas.

Pola kehidupan yang khas terbagi atas:

1. Simbiosis

Simbiosis adalah cara hidup bersama antara dua makhluk hidup yang berbeda
dalam hubungan yang erat.

Jenis-jenis simbiosis yaitu:

a) Simbiosis mutualisme, adalah cara hidup bersama yang menguntungkan bagi kedua belah
pihak, misalnya: kupu-kupu dengan bunga, badak dengan sejenis burung, dan lain-lain.

b) Simbiosis parasitisme, adalah cara hidup antara dua makhluk hidup yang berbeda, yang
satu mendapat keuntungan, yang lainnya dirugikan, misalnya: benalu dengan pohon inang,
tali putri dengan tumbuhan inang, kutu buah dengan tumbuhan inang, dan lain-lain.

c) Simbiosis komensalisme, adalah cara hidup antara dua makhluk hidup yang berbeda,
yang satu diuntungkan sedangkan yang lainnya tidak dirugikan, misalnya: ikan hiu dengan
ikan-ikan remosa, tumbuhan paku dengan pohon yang tinggi, dan lain-lain.

2. Antibiosis

Antibiosis atau anti simbiosis adalah persekutuan hidup antara dua jenis makhluk hidup, yang
satu menghambat kehidupan makhluk hidup lainnya. Misalnya: Pennicillium dengan jamur
dan bakteri tertentu pennicillium dapat menghasilkan penicilin (sejenis antibiotik) dan
menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri tertentu.

Macam-macam antibiotika yang dihasilkan dari pola kehidupan sebagai antibiosis, antara
lain: Penisilin, Streptomisin, Kloromisin, Anreomisin, Teramisin, Tetraksiklin, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai