Askep BP Lengkap
Askep BP Lengkap
PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada By. Ny ” M
Dengan Bronkopneumonia di Ruang Neonatal Intensive Care Unit / NICU
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada By. Ny ” M
Dengan Bronkopneumonia
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan
pada By. Ny ” M Dengan Bronkopneumonia
c. Mampu merumuskan perencanaan Asuhan Keperawatan pada By. Ny
” M Dengan Bronkopneumonia
d. Mampu melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada By. Ny ” M
Dengan Bronkopneumonia
e. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada By. Ny ” M
Dengan Bronkopneumonia
1.3 MANFAAT
A. BAGI MAHASISWA
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan Asuhan
Keperawatan pada Bayi dengan Bronkopneumonia secara nyata di
Lapangan.
B. BAGI INSTITUSI PENDIDIKAN
Memberikan Masukan bagi pendidikan tentang bagaimana proses Praktik
Klinik Keperawatan Mahasiswa Program Ners di Rumah Sakit Umum
Daerah Sekayu
C. BAGI RUMAH SAKIT
Memberikan masukan bagi Rumah Sakit tentang upaya peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 ETIOLOGI
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
3
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 :
682) antara lain:
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus : Legionella pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi
pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal
yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis crani,
Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina,
2001 : 682)
Menurut Whaley’s dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa
Streptococus, staphylococcus atau basil ektrik sebagai agen penyebab di
bawah umur 3 bulan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh bakteri :
Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni),
Mycobacterium Tuberculosis. Virus : Respiratory syntical virus, virus
influenza, virus sitomegalik.Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus
Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp,
Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
2.3 Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-
paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk
ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi
peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses
peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
a. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak,
pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan
4
kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi)
b. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah
merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang
berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
c. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
d. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).
Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit,
cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi
fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat
dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di
alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman
dan debris (Mansjoer, 2000: 966).
5
2. Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika
terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat)(Sandra M.
Nettina, 2001 : 683).
3. Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
b. Nyeri pleuritik
c. Nafas dangkal dan mendengkur
d. Takipnea
e. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
f. Mengecil, kemudian menjadi hilang
g. Krekels, ronki,
h. Gerakan dada tidak simetris
i. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
j. Diaforesis
k. Anoreksia
l. Malaise
m. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
n. Gelisah
o. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
p. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin
tucker, Susan. 2000_247).
6
b. Fisiologi
Respirasi atau pernapasan merupakan pertukaran Oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel
mengambil Oksigen yang akan digunakan dalam bereaksi dengan
senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk menghasilkan
senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan
juga dapat di artikan sebagai proses untuk menghasilkan energi.
Pernapasan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) Pernapasan Eksternal (luar) yaitu proses bernapas atau pengambilan
Oksigen dan pengeluaran Karbondioksida serta uap air antara
organisme dan lingkungannya
2) Pernapasan Internal (dalam) atau respirasi sel terjadi di dalam sel
yaitu sitoplasma dan mitokondria.
Sistem pernapasan terdiri atas saluran atau organ yang
berhubungan dengan pernapasan. Oksigen dari udara diambil dan
dimasukan ke darah, kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida
(CO2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan
dinapaskan ke luar udara.
7
Fungsi Sistem Pernapasan : Fungsi utama sistem pernapasan adalah
untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam darah dan
memungkinkan karbon dioksida terlepas dari dara ke udara bebas.
Meskipun fungsi utama system pernapasan adalah pertukaran oksigen
dan karbon dioksida, masih ada fungsi-fungsi tambahan lain yaitu:
1. Tempat menghasilkan suara
2. Untuk meniup (balon, kopi/the panas, tangan, alat musik dan lain
sebagainya)
3. Homeostatis (pH darah)
4. Otot-otot pernapasan membantu kompresi abdomen
(miksi,defekasi,partus).
Pada manusia, pernapasan terjadi melalui alat-alat pernapasan yang
terdapat dalam tubuh atau melalui jalur udara pernapasan untuk menuju
sel-sel tubuh. Struktur organ atau bagian-bagian alat pernapasan pada
manusia terdiri atas Rongga hidung, Farings (Rongga tekak), Larings
(kotak suara), Trakea (Batang tenggorok), Bronkus dan Paru-paru.
Alat pernapasan manusia terdiri atas beberapa organ, yaitu:
1. Rongga Hidung
Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah
sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Hidung
meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian
internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara.
Di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping
hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas
farings (nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi
bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares
anterior, dan bagian respirasi.
Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri
adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas ke dalam vestibulum nasi
tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut
yang kaku dan besar. Rambut ini berfungsi menapis benda-benda
8
kasar yang terdapat dalam udara inspirasi. Terdapat 3 fungsi rongga
hidung :
a. Dalam hal pernafasan = udara yang di inspirasi melalui rongga
hidung akan menjalani 3 proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghanatan, dan pelembaban.
b. Ephithelium olfactory = bagian meial rongga hidung memiliki
fungsi dalam penerimaan bau
c. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukan suara-
suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonasi.
Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah
alpukat, terbagi dua oleh sekat (septum mediana). Dari dinding
lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi oleh
mukosa, yaitu:
Konka nasalis superior
Konka nasalis medius,
Konka nasalis inferior, terdapat jaringan kavernosus atau
jaringan erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis,
dekat permukaan
Sinus paranasal adalah rerongga berisi udara yang terdapat
dalam tulang-tulang tengkorak dan berhubungan dengan rongga
hidung. Macam-macam sinus yang ada adalah sinus maksilaris,
sinus frontalis, sinus etmoidalis, dan sinus sfenoidalis.
9
eustachius dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada
nasofaring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada
kedua sisi membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa
sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba
Auditory yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian
tengah.
b. Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak
dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus
digestif menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari
kedua saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut
dan permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal
dari dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki
fungsi pada system pernapasan dan system pencernaan. refleks
menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan
makanan terdorong masuk ke saluran cerna (oesophagus) dan
secara stimulant, katup menutup laring untuk mencegah makanan
masuk ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari
mulut oleh fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-
macam tonsila, seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan
tonsila lingual.
c. Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring
merupakan posisi terendah dari farings. Pada bagian bawah
laringofaring system respirasi menjadi terpisah dari sitem
digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan
makanan lewat posterior ke dalam esophagus melalui epiglottis
yang fleksibel.
10
dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan
masuk ke trakea. Fungsi utama pada larings adalah untuk melindungi
jalan napas atau jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya ,
namun juga sebagai organ pembentuk suara atau menghasilkan
sebagian besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi.
Larings ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang
terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam’s apple), yang khas
nyata pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawah tulang
rawan ini terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan
trakea.
Epiglotis terletak diatas seperti katup penutup. Epiglotis
adalah sekeping tulang rawan elastis yang menutupi lubang larings
sewaktu menelan dan terbuka kembali sesudahnya. Pada dasarnya,
Larings bertindak sebagai katup, menutup selama menelan unutk
mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam batang
tracheobronchial.
Mamalia menghasilkan getaran dari pita suara pada dasar
larings. Sumber utama suara manusia adalah getaran pita suara
(Frekuensi 50 Hertz adalah suara bas berat sampai 1700 Hz untuk
soprano tinggi).
11
disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah) yang
berbentuk huruf C (Cincin-cincin kartilago) dengan bagian terbuka
mengarah ke posterior (esofagus).
Trakea dilapisi epitel bertingkat dengan silia (epithelium
yang menghasilkan lendir) yang berfungsi menyapu partikel yang
berhasil lolos dari saringan hidung, ke arah faring untuk kemudian
ditelan atau diludahkan atau dibatukkan dan sel gobet yang
menghasikan mukus. Potongan melintang trakea khas berbentuk
huruf D.
12
Bronkhiolus terminalis memiliki diameter kurang lebih 1 mm.
saluran ini disebut bronkiolus. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Bronkiolus memasuki lolubus pada bagian
puncaknya, bercabang lagi membentuk empat sampai tujuh
bronkiolus terminalis. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara
karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
Alveolus adalah unit fungsional paru. Setiap paru mengandung
lebih dari 350 juta alveoli, masing-masing dikelilingi banyak kapiler
darah. Alveoli bentuknya peligonal atau heksagonal. Alveolus yaitu
tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius (lintasan berdinding tipis dan pendek) yang terkadang
memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus
alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris
terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus
Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-
pori kohn.
6. Paru-paru
Paru-paru adalah struktur elastis sperti spons. Paru-paru berada
dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang
iga dan letaknya di sisi kiri dan kanan mediastinum (struktur blok
padat yang berada di belakang tulang dada. Paru-paru menutupi
jantung, arteri dan vena besar, esophagus dan trakea).
Paru-paru memilki :
a. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas
calvicula.
13
b. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam
dinding dada
c. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan
jantung.
d. Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga di lapisi oleh pleura yaitu parietal pleura
(dinding thorax) dan visceral pleura (membrane serous). Di antara
rongga pleura ini terdapat rongga potensial yang disebut rongga
pleura yang didalamnya terdapat cairan surfaktan sekitar 10-20 cc
cairan yang berfungsi untukmenurunkan gaya gesek permukaan
selama pergerakan kedua pleura saat respirasi. Tekanan rongga
pleura dalam keadaan normal ini memiliki tekanan -2,5 mmHg.
Paru kanan relative lebih kecil dibandingkan yang kiri dan
memiliki bentuk bagian bawah seperti concave karena tertekan oleh
hati. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius
dan inferior.
Paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,
sakkus alveolar dan alveoli.
Paru-paru divaskularisasi dari dua sumber, yaitu:
1) Arteri bronchial yang membawa zat-zat makanan pada bagian
conduction portion, bagian paru yang tidak terlibat dalam
pertukaran gas. Darah kembali melalui vena-vena bronchial.
2) Arteri dan vena pulmonal yang bertanggungjawab pada
vaskularisasi bagian paru yang terlibat dalam pertukaran gas
yaitu alveolus
3) Pembuluh darah dan persarafan
Persyarafan penting dalam aksi pergerakan pernapasan
disuplai melalui n.phrenicus dan n.spinal thoraxic. Nervus
phrenicus mempersyarafi diafragma, sementara n.spinal thoraxic
14
mempersyarafi intercosta. Di samping syaraf-syaraf tersebut, paru
juga dipersyarafi oleh serabut syaraf simpatis dan para simpatis.
Di dalam paru terdapat peredaran darah ganda. Darah yang
miskin oksigen dari ventrikel kanan masuk ke paru melalui arteri
pulmonalis. Selain system arteri dan vena pulmonalis, terdapat pula
arteri dan vena bronkialis, yang berasal dari aorta, untuk
memperdarahi jaringan bronki dan jaringan ikat paru dengan darah
kaya oksigen. Ventilasi paru (bernapas) melibatkan otot-otot
pernapasan, yaitu diafragma dan otot-otot interkostal. Selain ini ada
otot-otot pernapasan tambahan eperti otot-otot perut.
Jumlah udara dalam paru
Kejadian ventilasi pulmoner dapat dijelaskan dengan membagi
udara paru dalam empat volume kapasitas. Alat yang dipakai
mengukur ini adalah respirometer.
Mekanisme Pernapasan Menurut tempat terjadinya
pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel
tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara
di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka
udara masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih
besar maka udara akan keluar.
Pernapasan yang dilakukan menyediakan suplai udara segar
secara terus menerus ke dalam membran alveoli. Keadaan ini
terjadi melalui dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Kedua fase ini sangat tergantung pada karakter paru dan
rongga torax.
15
1) Inspirasi
inspirasi terjadi karena adanya kontraksi otot dan
mengeluarkan energi maka inspirasi merupakan proses aktif.
Agar udara dapat mengalir masuk ke paru-paru, tekanan di
dalam paruharus lebih rendah dari tekanan atmosfer. Tekanan
yang rendah ini ditimbulkan oleh kontraksi otot-otot
pernapasan yaitu diafragma dan m.intercosta. kontraksi ini
menimbulkan pengembangan paru, meningkatnya volume
intrapulmoner. Peningkatan volume intrapulmoner
menyebabkan tekanan intrapulmoner (tekanan di dalam
alveoli) dan jalan nafas pada paru menjadi lebih kecil dari
tekanan atmosfer sekitar 2 mmHg atau sekitar ¼ dari 1%
tekanan atmosfer, disebabkan tekanan negative ini udara dari
luar tubuh dapat bergerak masuk ke dalam paru-paru sampai
tekanan intrapulmonal seimbang kembali dengan tekanan
atmosfer.
2) Ekspirasi
Seperti halnya inspirasi, ekspirasi terjadi disebabkan
oleh perubahan tekanan di dalam paru. Pada saat diafragma
dan m. intercostalis eksterna relaksasi, volume rongga thorax
menjadi menurun. Penurunan volume rongga thorax ini
menyebabkan tekanan intrapulmoner menjadi meningkat
sekitar 2 mmHg diatas tekanan atmosfer (tekanan atmosfer 760
mmHg pada permukaan laut). Udara keluar meninggalkan
paru-paru sampai tekanan di dalam paru kembali seimbang
dengan tekanan atmosfer.
Ekspirasi merupakan proses yang pasif, dimana di
hasilkan akibat relaksasinya otot-otot yang berkontraksi selama
inspirasi. Ekspirasi yang kuat dapat terjadi karena kontraksi
yang kuat/aktif dari m.intercostalis interna dan m. abdominalis.
16
Kontraksi m. abdominalis mengkompresi abdomen dan
mendorong isi abdomen mendesak diafragma ke atas
1.6 KOMPLIKASI
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak,
orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan orang yang
memiliki masalah kesehatan tertentu, seperti diabetes. Beberapa komplikasi
bronkopneumonia yang mungkin terjadi, di antaranya:
17
1. Infeksi darah
Kondisi ini terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam aliran darah
dan menyebabkan infeksi ke organ-organ lain. Infeksi darah
atau sepsis berpotensi menyebabkan terjadinya kegagalan organ.
2. Abses paru-paru
Kondisi akibat kerusakan berat pada paru-paru sehingga tubuh tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen karena terganggunya fungsi pernapasan.
Jika tidak segera diobati, gagal napas dapat membuat organ tubuh tidak
dapat berfungsi dan pernapasan terhenti sama sekali. Jika hal ini terjadi,
maka penderitanya perlu mendapatkan napas bantuan dengan bantuan
mesin (ventilator).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur
serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long,
1996 : 435)
Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
18
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
Pemeriksaan Radiologi
Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus(Barbara C, Long,
1996 : 435).
Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat(Sandra M, Nettina, 2001).
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien
bronkopneumonia adalah:
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
3. Kebutuhan nutrisi dan cair
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
1. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk transpor muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Arief
Mansjoer,2000).
A. PENGKAJIAN
1) Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering
terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi
pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih
sering mengalami bronkopneumonia.
2) Keluhan Utama : sesak nafas
19
3) Riwayat Penyakit
a) Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis
(alergi) dan batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia
bakteri.
b) Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam
beberapa hari hingga seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk
mengalami kesulitan pernapasan.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit
fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap
panjang dan lama yang disertai wheezing (pada Bronchopneumonia).
5) Pengkajian Fisik
Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takhipnea, dispnea, sianosis
sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
nafas pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit dan nadi
mengalami peningkatan.
Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.
Auskultasi : Pada pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjurang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi pada sisi yang resolusi,
pernafasan bronchial, bronkhofoni, kadang-kadang terdenar bising
gesek pleura
6) Data Fokus
- Pernapasan
Gejala : takipneu, dispneu, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan
obat aksesoris, pelebaran nasal.
Tanda : bunyi napas ronkhi, halus dan melemah, wajah pucat atau
sianosis bibir atau kulit
- Aktivitas atau istirahat
- Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : penurunan toleransi aktivitas, letargi
- Integritas ego : banyaknya stressor
- Makanan atau cairan
- Gejala ; kehilangan napsu makan, mual, muntah
20
Tanda: distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering dengan
tugor kulit buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
- Nyeri atau kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleritis), meningkat oleh batuk, nyeri
dada subternal (influenza), maligna, atralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada posisi
yang sakit untuk membatasi gerakan)(Doengos,2000).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muncul pada anak, yaitu :
1) Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
2) Pola Nafas tidak efektif
3) Gangguan Pertukaran gas
4) Disfungsi respon penyapihan ventilator
5) Hipertermia
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7) Kurang Pengetahuan
8) Resiko Aspirasi
9) PK : Syok Septik
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
1. Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif Status respirasi : Pembersihan jalan napas
ventilasi 1. Pastikan kebutuhan oral /
Definisi : Ketidakmampuan Status respirasi :Jalan tracheal suctioning
untuk membersihkan sekresi napas efektif 2. Auskultasi suara nafas
atau obstruksi dari saluran Kontrol aspirasi sebelum dan sesudah
pernafasan untuk suctioning.
mempertahankan kebersihan Setelah dilakukan 3. Informasikan pada klien dan
jalan nafas. tindakan keperawatan keluarga tentang suctioning
21
Orthopneu Mendemonstrasikan memfasilitasi suksion
Cyanosis batuk efektif dan nasotrakeal
Kelainan suara nafas suara nafas yang 6. Gunakan alat yang steril
22
adanya eksudat di dada jika perlu
alveolus, adanya benda 16. Keluarkan sekret
asing di jalan nafas. dengan batuk atau suction
17. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
18. Lakukan suction pada
mayo
19. Berikan bronkodilator
bila perlu
20. Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
21. Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
22. Monitor respirasi dan
status O2
2. Gangguan Pertukaran NOC : NIC :
Gas Status Respirasi : Manajemen jalan napas
Definisi : pertukaran gas Buka jalan nafas,
Kelebihan atau defisit pada Status respirasi : guanakan teknik chin lift
oksigenasi dan/atau ventilasi atau jaw thrust bila perlu
eliminasi karbondioksida Posisikan pasien untuk
Status vital sign
pada membran kapiler memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien
alveoli Setelah dilakukan
perlunya pemasangan alat
Batasan karakteristik : tindakan keperawatan
jalan nafas buatan
Gangguan penglihatan selama ....x 24 jam Pasang mayo bila perlu
Penurunan CO2 Lakukan fisioterapi
Takikardi Gangguan pertukaran
Hiperkapnia gas pasien dapat teratasi dada jika perlu
Keletihan Keluarkan sekret
dengan
Somnolen dengan batuk atau suction
23
Iritabilitas Kriteria Hasil : Auskultasi suara nafas,
Hypoxia Mendemonstrasikan catat adanya suara tambahan
Kebingungan Lakukan suction pada
Dyspnoe peningkatan ventilasi
Nasal faring dan oksigenasi yang mayo
AGD Normal Berika bronkodilator
Sianosis adekuat
Memelihara bila perlu
Warna kulit abnormal Barikan pelembab
kebersihan paru paru
(pucat, kehitaman) udara
Hipoksemia dan bebas dari tanda Atur intake untuk
Hiperkarbia tanda distress
Sakit kepala ketika cairan mengoptimalkan
pernafasan keseimbangan.
bangun Mendemonstrasikan Monitor respirasi dan
Frekuensi dan kedalaman
batuk efektif dan status O2
nafas abnormal
suara nafas yang Monitoring pernapasan
Faktor yang
bersih, tidak ada Monitor rata – rata,
berhubungan
sianosis dan dyspneu kedalaman, irama dan usaha
Ketidakseimbangan
(mampu respirasi
perfusi ventilasi
mengeluarkan Catat pergerakan
Perubahan membran
sputum, mampu dada,amati kesimetrisan,
kapiler-alveolar
bernafas dengan penggunaan otot tambahan,
mudah, tidak ada retraksi otot supraclavicular
pursed lips) dan intercostal
Tanda tanda vital Monitor suara nafas,
dalam rentang seperti dengkur
Monitor pola nafas :
normal
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
24
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3. Pola nafas tidak afektif b/d NOC : NIC :
penurunan energi dalam Status respirasi : Manajemen jalan napas
bernafas. ventilasi Buka jalan nafas,
Definisi : Pertukaran udara Status respirasi :Jalan guanakan teknik chin lift
inspirasi dan/atau ekspirasi napas efektif atau jaw thrust bila perlu
tidak adekuat Status Vital Sign Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : memaksimalkan ventilasi
Penurunan tekanan Setelah dilakukan Identifikasi pasien
inspirasi/ekspirasi tindakan keperawatan perlunya pemasangan alat
Penurunan pertukaran selama ....x 24 jam Pola jalan nafas buatan
udara per menit napas pasien efektif Pasang mayo bila perlu
Menggunakan otot dengan Lakukan fisioterapi dada
pernafasan tambahan Kriteria Hasil : jika perlu
Nasal flaring Mendemonstrasikan Keluarkan sekret dengan
Dyspnea batuk efektif dan batuk atau suction
Orthopnea suara nafas yang Auskultasi suara nafas,
25
Pernafasan pursed-lip mudah, tidak ada perlu
Tahap ekspirasi pursed lips) Berikan pelembab udara
berlangsung sangat lama Menunjukkan jalan Kassa basah NaCl Lembab
Peningkatan diameter nafas yang paten Atur intake untuk cairan
anterior-posterior (klien tidak merasa mengoptimalkan
Pernafasan rata- tercekik, irama nafas, keseimbangan.
rata/minimal frekuensi pernafasan Monitor respirasi dan
Bayi : < 25 atau > 60 dalam rentang status O2
berhubungan :
Hiperventilasi Monitoring Vital Sign
Monitor TD, nadi, suhu,
Deformitas tulang
dan RR
Kelainan bentuk dinding
Catat adanya fluktuasi
dada
tekanan darah
Penurunan
Monitor VS saat pasien
energi/kelelahan\
berbaring, duduk, atau
Perusakan/pelemahan
26
muskulo-skeletal berdiri
Obesitas Auskultasi TD pada kedua
Posisi tubuh lengan dan bandingkan
Kelelahan otot Monitor TD, nadi, RR,
persepsi/kognitif abnormal
27
Batasan karakteristik: selama ....x 24 jam Monitor adanya penurunan
1. Berat disfungsi respon dan peningkatan tekanan
penurunan gas darah penyapihan ventilator inspirasi
arteri dari batas tidak terjadi dengan Monitor hasil pembacaan
normal. Kriteria Hasil : ventilator dan suara nafas
Peningkatan frekuensi Mendemonstrasikan Gunakan tehnik aseptic
pernafasan secara batuk efektif dan Hentikan selang NGT
significant dari batas suara nafas yang sampai suction dan 30-60
normal bersih, tidak ada menit sebelum fisioterapi
Peningkatan tekanan sianosis dan dada
darah dari batas dyspneu (mampu Tingkatkan intake dan
normal (20 mmHg). mengeluarkan cairan adekuat
Peningkatan denyut sputum, mampu
28
Denyut nadi sedikit guanakan teknik chin lift
meningkat < atau jaw thrust bila perlu
20x/menit Posisikan pasien untuk
Pucat, sianosis memaksimalkan ventilasi
Kecemasan, Identifikasi pasien
diaporesis, mata perlunya pemasangan alat
melebar jalan nafas buatan
3. Ringan Pasang mayo bila perlu
Hangat Lakukan fisioterapi dada
kegelisahan, kelelahan jika perlu
tidak nyaman untuk Keluarkan sekret dengan
29
minggu
ketidakcocokan selang
untuk mengurangi
bantuan ventilator
ketidakadekuatan
dukungan social
Fisiologi
nutrisi yang tidak
adekuat
gangguan pola tidur
ketidaknyamanan atau
nyeri tidak terkontrol
bersihan jalan nafas tidak
efektif
30
penyakit/ trauma rentang normal mengatasi penyebab
peningkatan Tidak ada
demam
metabolisme perubahan warna Selimuti pasien
aktivitas yang berlebih Lakukan tapid sponge
kulit dan tidak ada
pengaruh Berikan cairan intravena
pusing, merasa Kompres pasien pada lipat
medikasi/anastesi
ketidakmampuan/penuru nyaman paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
nan kemampuan untuk
Berikan pengobatan untuk
berkeringat
terpapar dilingkungan mencegah terjadinya
menggigil
panas
Dehidrasi
pakaian yang tidak tepat
Pengaturan suhu
Monitor suhu minimal tiap
2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
31
kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu
32
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
33
adanya kekurangan badan yang berarti Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
Dilaporkan adanya Kaji kemampuan pasien
perubahan sensasi rasa untuk mendapatkan nutrisi
Perasaan
yang dibutuhkan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
Monitoring nutrisi
Miskonsepsi
Kehilangan BB dengan BB pasien dalam batas
makanan cukup normal
Keengganan untuk Monitor adanya penurunan
makan berat badan
Kram pada abdomen Monitor tipe dan jumlah
Tonus otot jelek aktivitas yang biasa
Nyeri abdominal dengan
dilakukan
atau tanpa patologi Monitor interaksi anak
Kurang berminat
atau orangtua selama
terhadap makanan
Pembuluh darah kapiler makan
Monitor lingkungan
mulai rapuh
Diare dan atau selama makan
Jadwalkan pengobatan
steatorrhea
Kehilangan rambut yang dan tindakan tidak selama
34
psikologis atau Monitor pertumbuhan dan
ekonomi. perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
35
adanya kawat pada menelan, Naikkan kepala 30-45
rahang mengunyah tanpa derajat setelah makan
peningkatan residu terjadi aspirasi, dan
lambung mampumelakukan
menurunnya fungsi oral hygiene
36
DAFTAR PUSTAKA
37
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
38
terhadap lahan yang merupakan lahan persawahan/daerah rawa-rawa
hingga menjadi lahan bebas banjir.
39
Sebelah Selatan berbatas : Gedung AKPER Kab. Musi Banyuasin
Sebelah Barat berbatas : Tanah penduduk (area persawahan)
Sebelah Timur berbatas : Jalan raya (Jalan Kol. Wahid Udin)
B.PERIODE PEMANTAPAN
a. Penetapan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pada tahun 2007 Pemerintah Daerah KabupatenMusi
Banyuasin membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu, hal ini memacu kami untuk melakukan peningkatan sarana dan
fasilitas pelayanan serta peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia kesehatan di rumah sakit yang memenuhi harapan dan
kebutuhan seluruh masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.
40
tanggal 13 Juni 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (BLU), Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu mengalami
perubahan status institusi dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Kabupaten Musi Banyuasin ke Badan Layanan Umum Daerah Musi
Banyuasin berdasarkan Surat keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor
: 451 Tahun 2008 pada tanggal 31 Mater 2008, tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.
41
Pada tahun 2014 dibawah kepimpinan direktur dr. H. Azmi
Dariusmansyah, MARS , RSUD Sekayu mulai melakukan persiapan
akreditasi versi baru (akreditasi versi 2012). Ada beberapa tahapan yang
dilalui sebelum dilakukan survei akreditasi meliputi
42
kepada provider menjadi berorientasi kepada pasien. Dan juga adanya
komitmen pihak RSUD Sekayu untuk meningkatkan mutu pelayanan
berdasarkan standar pelayanan Rumah Sakit Yang berlaku sehingga
kepuasan pasien meningkat.
Survei Akreditasi bisa menambah semangat seluruh karyawan
dan tenaga medis di RSUD Sekayu supaya dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.Kita harus buktikan bahwa
RSUD Sekayu ini tidak kalah dibandingkan dengan RS Lain dalam
memberikan pelayanan yang terbaik dan berstandar kepada masyarakat
Musi Banyuasin.
d. Menjadi RS Kelas B
Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B dengan layanan
unggulan Pelayanan critical care and trauma respon centre. Pelayanan
ini didukung dengan pengembangan ruangan IGD, ruang intensif,
Kamar Bedah, pusat sterilisasi. Adapun alat-alat pendukung untuk
pengembangan ruangan tersebut, seperti:
a. Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
43
c. Fluorescopy dan lain sebagainya
1. Pengembangan ruang rawat inap dan ruangan penunjang
lainnya
2. Sebagai pusat rujukan khususnya kabupaten MUBA dan dan
umumnya provinsi Sumsel dan sekitarnya
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan RSUD Sekayu
Pelayanan di RSUD Sekayu Kelas B masih ada yang perlu
ditambah dan diperbaiki berdasarkan hasil visitasi dan akan
segera ditindaklanjuti. Untuk sekarang Unit pelayanan yang ada
di RSUD Sekayu, diantaranya :
A. INSTALASI
1. Instalasi Rawat Jalan :
1) Klinik Penyakit Dalam
2) Klinik Kebidanan dan Kandungan
3) Klinik Anak
4) Klinik Bedah
5) Klinik Gigi & Mulut
6) Klinik Mata
7) Klinik Syaraf
8) Klinik Paru
9) Klinik Jantung
10) Klinik Jiwa
11) Klinik THT
12) Klinik Rehabilitasi Medik
13) Klinik Kulit dan Kelamin
14) Klinik Umum (Medical Check Up)
15) Klinik Psikologis
2. Instalasi Rawat Inap (Kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas
III)
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi
5. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
6. Instalasi Radiologi
7. Instalasi Gizi
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Bedah Sentral (OK)
10. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
11. Instalasi Neonatus Intensif Care Unit (NICU)
12. Instalasi Kebidanan
13. Instalasi Rehabilitas Medik
14. Instalasi Pemeliharaan Sarana RS (IPSRS)
44
B. UNIT
1. Unit Hemodialisa
2. Unit MCU dan UTD
3. Unit Rekam Medik
4. Unit Sanitasi
5. Unit CSSD
6. Unit Diklat
7. Unit Humas
8. Unit IT
9. Unit Pendapatan dan Pelaporan
45
tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembaNgkan pelayanan
Medical Check Up dengan konsep :
- Pusat pelayanan Medical Check Up yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Medical Check
Up secara komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang
professional dan dilengkapi fasilitas medis yang modern.
b. Center of Excellent Integrated Heart
46
meningkat akan pelayanan bedah minimal invasif tersebut RSUD Sekayu
akan menambah nilai investasi dari beberapa aspek diantaranya adalah
penambahan sarana alat kesehatan, pendidikan dan pelatihan SDM,
penambahan SDM sesuai kompetensi dan renovasi gedung. Setelah
dilakukan analisis kelayakan investasi di dapatkan nilai NPV > 0 dan
IRR > target risiko (16%) hal ini berarti bahwa investasi elayanan bedah
minimal invasif dapat dilaksanakan di RSUD Sekayu
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembagkan pelayanan
bedah dengan konsep :
- Pusat pelayanan bedah invasif yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Bedah secara
komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang professional dan
dilengkapi fasilitas medis yang modern. Hal ini akan bersinergis
dengan pelayanan diagnosis dan terapis di RSUD Sekayu.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan penambahan alat-alat kesehatan dan pengembangan
pelayanan minimal infasif surgery hingga tahun 2019. Berikut grafik
rencana pengembangan pelayanan bedah minimal invasif:
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan bedah
invasif di RSUD Sekayu.
47
Pusat pelayanan hemodialisis yang mengedepankan patient safety
One stop service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hemodialisis, dengan
pelayanan kesehatan yang profesional dan dilengkapi dengan
fasilitas kesehatan yang modern.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan renovasi gedung dan penambahan sarana prasarana
pelayanan hemodialisis hingga tahun 2019. Berikut road map rencana
pengembangan pelayanan hemodialisis.
48
- Pusat pelayanan kemoterapi yang terstandar, modern, dan aman bagi
pasien serta tenaga kesehatan terkait.
Dengan berpegangan pada hal tersebut diatas, maka diharapkan
dapat memudahkan dalam pemasarannya. Untuk memenuhi harapan
tersebut RSUD Sekayu merancang perencanaan penambahan alat-alat
kesehatan dan pengembangan pelayanan kemoterapi hingga tahun 2019.
Berikut grafik rencana pengembangan
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan
kemoterapi di RSUD Sekayu.
C. PENGEMBANGAN BANGUNAN RS
a. BANGUNAN FISIK
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kelas C dari
tahun 2000 hingga 2017. Pada akhir tahun 2017 RSUD Sekayu
berhasil melakukan peningkatan kelas menjadi Kelas B dengan
tingkat hunian (BOR) sebesar 86,4% pada tahun 2018 dengan
kapasitas tempat tidur 239 Tempat tidur. berdasarkan kajian yang
mendalam kebutuhan tempat tidur RSUD Sekayu harus
ditingkatkan sesuai dengan tingkat kunjungan dan standar kelas
B. Selain itu berdasarkan visitasi dari tim visitasi peningkatan
kelas RSUD Sekayu ke kelas B terdapat beberapa kekurangan
yang perlu segera ditindaklanjuti untuk memenuhi standar
bangunan dan ruangan RS Kelas B.
Rekam
Sejak Tahun 2018 RSUD Sekayu Medik
yang mulanya terdiri
Bank Sumsel
dari gedung A, B, C, D dan GedungBaru masing-masing
Tempat 2 (dua)
Pendaftaran/
lantai Loket dengan gedung Eks
(kulim dan manggaris) bertambah
Triase Pendaftaran
akper dengan uraian sebagai berikut: ICU/ NICU
1. Gedung A Kebidanan (VK dan
Neonatus)
49 Bedah Sentral
Aula
CSSD
Poliklinik
Farmasi Rawat Jalan
IGD
Radiologi
Rehabilitasi Medik
Labor Patologi Klink & UTD
Ruang Humas
Tempat Fotocopy
Poli Tumbuh Kembang Anak
Poli Eksekutif
2. Gedung B
Ruang Perawatan Rawat Inap
o Kelas III diberi nama Ruang Medang
o Kelas II diberi nama Ruang Meranti
o Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
o Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
o Rungai Sungkai Kebidanan (II dan III) dan Ruang
Rawat
Gabung Bayi
Ruang Bidang Keperawatan RSUD Sekayu
3. Gedung C
Labor Patologi Anatomi
Ruang IT / Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim
(TPA)
Haemodialisa
Kantin
Farmasi Rawat Inap
Gudang Farmasi 1
Ruang Gizi
Sanitasi/ Laundry
4. Gedung D
IPSRS
Maintenance
Ruang Genset
Kamar Jenazah
Instalasi Gas Medis
5. Gedung Baru
Ruang Infeksi Airborne Disease ( Kulim)
Ruang Infeksi Non Airborne Disease ( Manggaris)
6. Gedung Eks Akper
Kantor Administrasi
Gudang Farmasi 2
Ruang Perawatan Leban Ruang Kemoterapi
Gudang Sarana
50
Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi
fasilitas dan sarana penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik
bagi masyarakat. Untuk Kapasitas tempat tidur secara keseluruhan yang
dimiliki RSUD Sekayu sekarang berjumlah 254 TT untuk rawat inap, 9
TT di IGD dan 6 TT untuk VK Kebidanan. Dengan perincian untuk
rawat inap sebagai berikut:
51
VISI Percepatan RSUD Sekayu sesuai Edaran Nomor 800/245/RS/IV/
2018:
Menjadi RS Rujukan Regional Berstandar Internasional Tahun
2019
52
itu dibantu juga dengan Komite Medik, Keperawatan, Mutu, PMKP, IPCN
dan Farmasi dan Terapi. Setiap Bagian dan Bidang dibantu oleh 2 (dua)
orang pejabat struktural.
Adapun susunan organisasi RSUD Sekayu pada tahun 2019 (01 Oktober
2019) sebagai berikut :
1. Direktur RSUD Sekayu : dr.Makson Parulian Purba, MARS
2. Kepala Bagian Tata Usaha : H. Achmadi, SKM, M.Si
Kasubbag Administrasi dan Umum : Solehatun Robiah, SKM
Kasubbag Diklat dan Litbang : Ns. Efriena Masda
Kartianah, S.Kep
Kasubbag Sarana dan Rekam Medik : Yulrizal, SKM
3. Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabiati, SH,
M.Kes
Kepala Seksi Layanan Rawat : R.A Rita Anggraini, SST
Kepala Seksi Administrasi : Farida Yazid, S.Kep
4. Kepala Bidang Pelayanan : dr. Ira Puspita Mizar
Ginting
Kepala Seksi Pelayanan Medis : Novaza Zemilia Ariani,
S.ST, M.Kes
Kepala Seksi Penunjang Medis : Fauziah, SKM., M.Kes
5. Kepala Bidang Keuangan dan Program : Elliya, SE
Kepala Seksi Keuangan & Program : Ridati Murdianti, S.Si
Kepala Seksi Akuntansi : Rodes Kurniadi, Amd
Ketua Komite
1) Satuan Pengawas Internal (SPI) : Tika Hadiyanti, Am.F
2) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi : dr, Meili
Andriani, SpAn
3) Komite Medik : dr. Taufik firdaus, SpOG (K)
4) Komite Keperawatan : Ns. Tuty Arly. S.Kep
5) Komite Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien : dr.
Nursaenah, SpS
6) Komite Farmasi dan Terapi : dr. Oyon Istambul, Sp.B
53
6) Instalasi ICU : dr. Meili Andriani, Sp.An
7) Instalasi NICU : dr. Deisy Elfrina Lubis, Sp.A
8) Instalasi Laboratorium PK : dr. Ruri Rizki Andriani, Sp.PK
9) Instalasi Laboratorium PA : dr. Winta Mayanti, SpPA
10) Instalasi Radiologi : dr. Enggar KW
11) Instalasi Farmasi : Dra. Hanifdar, Apt
12) Instalasi Rehabilitasi Medik : dr. Riri Puspa Putri F
13) Instalasi IPSRS : Leni Gustina
14) Instalasi Gizi : Farida, S.KM
54
11. Kepala Unit Pendapatan dan Pelaporan: M. Fajridin Asnur
Manajer On Duty
1. Fadlawati, SE 4. Andodi,SKM
2. Nurhidayat Afrianto 5. Ifrat
3. Edy sumantri, AMAK 6. Farida Yazid, S.Kep
55
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY ” M DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN ; BRONKOPNEUMONIA DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
56
1. Prenatal : Ny. M kehamilan G2P0A1, usia 27 tahun, ibu pasien jarang
memeriksakan kehamilannya kebidan atau pelayanan kesehatan, klien
tidak merokok, makan teratur, dan mempunyai riwayat kelahiran
abortus 1 x
2. Intranatal: Bayi lahir Seksio Caesaria atas indikasi Kala II tidak maju
+ gawat janin lahir hidup tidak langsung menangis dari ibu G3 Po A1
hamil aterm , ketuban hijau kental bau R/ PEB , KPSW (+), anus (+) ,
APGAR SCORE 6/7
3. Postnatal :Bayi lahir tidak langsung menangis dari ibu G3 Po A1
hamil aterm , ketuban hijau kental bau R/ PEB , KPSW (+), anus (+) ,
APGAR SCORE 6/7
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
57
: Perempuan : Tinggal serumah
f. Riwayat sosial
1. Yang mengasuh :Saat ini bayi di RS dirawat oleh perawat
dan bidan sesekali ibu klien menjenguk sat jam kunjung RS.
2. Hubungan dengan anggota keluarga : ibu bayi bisa mengunjungi,
melihat, dan menyentuh bayinya saat berkunjung
3. Hubungan dengan teman sebaya : tidak ada
58
Ceftazidim injeksi 2 x 150 mg IV
Dexametason 3 x 1/3 mg IV
injeksi
Aminophilin injeksi 3 x 3 mg IV
2. 13 Desember Ampicilin injeksi 2x150 mg IV
2019
Ceftazidim injeksi 2 x 150 mg IV
Dexametason 3 x 1/3 mg IV
injeksi
Aminophilin injeksi 3 x 3 mg IV
3. 14 Desember Ampicilin injeksi 2x150 mg IV
2019
Ceftazidim injeksi 2 x 150 mg IV
Dexametason 3 x 1/3 mg IV
injeksi
Aminophilin injeksi 3 x 3 mg IV
4. 15 Desember Ampicilin injeksi 2x150 mg IV
2019
Ceftazidim injeksi 2 x 150 mg IV
g. Aktivitas :
Bayi tampak lemah, banyak tidur dan kurang aktif, menangis kuat
h. Tindakan keperawatan :
1. Monitor TTV dan kesadaran klien
2. Monitor pola napas klien (RR, kedalaman, penggunaan otot bantu
napas, retraksi , sianosis, cuping hidung , alat bantu napas)
3. Mengatur posisi klien semi ekstensi
4. Memberikan ASI Via OGT 20 cc/3 jam
5. Mengkolaborasikan dengan dokter pemasangan ventilator modus
PC-CMV FIO2 = 30 % Peep 7,0
6. Perawatan Incubator dan pemasangan bed side monitor
i. Hasil laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
59
Hematologi
DARAH LENGKAP
+ LED
- Hemoglobin 14.9 g/dL 13.4 – 19.9
- Lekosit
10.2 10^3/mm^3 9.4 – 34.0
- Eritrosit
- Trombosit 4.07 10^6/dL 4.80 – 6.90
- Hematokrit
246 10^3/mm^3 150 – 400
- MCV
- MCH 39.6 ∞ 42.0 – 65.0
- MCHC
97.3 fL 94.0 – 118.0
36.6 pg 31.0 – 37.0
37.6 g/L 30.0 – 36.0
Hitung Jenis
- Basofil 1 ∞ 0–2
- Eosinofil
1 ∞ 0–5
- Neurotrofil
- Neurotrofil batang 57 ∞ 40 – 80
- Limposit
1.0 ∞ 0–4
- Monosit
- Laju endap darah 29 ∞ 20 – 40
12 ∞ 5 – 15
3 Mm 0 -10
KIMIA DARAH
- Glukosa sewaktu 45 50 – 80
- Imunoserologi
mg/dL
- CRP
Negatif <5
j. Hasil rontgen :
COR : ukuran kesan tidak membesar, terlihat samar – samar, aorta baik
mediastinum superior melebar (thymus). Trakea ditengah hillus kanan
kiri tidak menebal. Tampak infiltrat dilapangan kedua paru sinus
kostofrenikus kanan kiri lancip. Diaragma kanan kiri licin tulang dan
jaringan lunak kesan baik.
Kesan : Infiltrat di lapangan kedua paru DD/HMD grade III, pneumonia
60
V. PENGKAJIAN FISIK
Data Klinis : PB : 48 cm , BB = 3500 gram , kesadaran : Compos mentis ,
GCS : 15 (E = 4 , M = 6 , V = 5) , SPO2 = 90 %
a) Keadaan Umum : Lemah, sesak (+), retraksi dada (+), sianosis (-), irama
napas tidak teratur , takipneu (+), takikardi (+) , bayi kurang aktif,
menangis kuat
b) Kulit
Warna kulit pucat , suhu hangat, turgor elastis
c) Kepala
Bentuk : simetris ,tidak ada hematoma dan luka , rambut warna hitam
d) Mata
Mata jernih, visus tidak dapat diukur, pupil isokor , reaksi cahaya : kanan
(+)/ Kiri (+)
e) Telinga
Bentuk simetris, serumen tidak ada
f) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran konka , sekret tidak ada
g) Mulut
Mukosa bibir kering, tidak terdapat sianosis dan kelainan labio palato
schizis, dan terpasang OGT pada mulut bayi untuk memenuhi kebutuhan
nutisi dan residu pada bayi.
h) Tenggorokan
Tonsil / pharink tidak ada peradangan
i) Leher
Bentuk simetris , tidak pembesaran vena jugularis
j) Dada
Bentuk tidak simetris , retraksi dada (+) , sesak (+) , terpasang Ventilator
modus PC-CMV FIO2 = 30 % PEEP 7
Paru-paru
Inspeksi : stridor (+), RR = 71 x/menit, irama napas takipneu tidak teratur,
retraksi dada (+) , kedalaman napas dalam
61
Palpasi : ekspansi pernapasan
Perkusi : Redup
Auskultasi : irama napas tidak teratur , suara napas ronchi
Jantung
Inspeksi : ictus cordis normal
Palpasi : ictus cordis normal
HR : 168x/menit
Perkusi : redup
Auskultasi : irama jantung tidak teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan,
S 1 = lup, S2 Dup
k) Abdomen
Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+) dan tidak terdapaat residu
l) Genitalia dan Anus
Penis : normal , tidak ada pembesaran, kebersihan baik
m) Ekstremitas atas dan bawah
Fraktur tidak ada , lesi / luka tidak ada , rentang gerak aktif , skala
kekuatan otot 4/4
4/4
ANALISA DATA
62
WIB
Nama
Masalah dan
No Data senjang Etiologi
keperawatan paraf
perawat
1. DS : -
DO : Virus Bakteri Jamur Bersihan
- Klien tampak Jalan Napas
sesak Invasi saluran napas
- Retraksi dada (+) atas
- Penggunaan otot
bantu napas (+) Kuman berlebih di
- Takipneu (+) bronchus
- Irama napas tidak
teratur Proses peradangan
- Sianosis (-)
- Sekret (+) Akumulasi sekret di
- Kedalaman napas bronchus
dangkal
- Tangisan lkuat Bersihan jalan napas
- Terpasang inefektif
Ventilator modus
PC-CMV FIO2 =
30 % peep 7
- TTV
RR = 78 %
HR = 168 x/menit
Suhu = 36,2 ˚C
Spo2 = 90 %
2. DS : -
DO : Infeksi saluran napas Gangguan
- Klien tampak bagian bawah Pertukaran
sesak gas
- Retraksi dada (+) Dilatasi pembuluh
- Penggunaan otot darah
bantu napas (+)
- Takipneu (+) Eksudat masuk alveoli
- Irama napas tidak
teratur Gangguan difusi gas
- Sianosis (-) O2 dan CO2
- Sekret (+)
- Kedalaman napas Kadar O2 di didalam
dangkal darah (hipoksemia)
63
- Tangisan lemah
- Terpasang CPAP
FIO2 = 21 % Gangguan pertukaran
- RR = 71 % gas
3. DS : -
DO : Akumulasi secret di Gangguan
- Mukosa bibir bronchus Nutrisi
kurang dari
kering,
Mucus dibronchus kebutuhan
- Reflek isap lemah meningkat tubuh
- Terpasang OGT
Anoreksia
pada mulut bayi
Reflek isap lemah
- Terpasang IVFD
D10 % Gtt X TPM Intake Nutrisi kurang
- Diet ASI/PASI Via
Gangguan Nutrisi
OGT 20 CC / 3 kurang dari kebutuhan
tubuh
jam (Syring pump)
64
Hari : Kamis Tanggal/jam : 11 Desember 2019 jam 14.00
WIB
1. Bersihan jalan napas inefektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
65
WIB
Nama &
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) TTD
Keperawatan
perawat
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan NIC :
napas inefektif tindakan keperawatan 1. Monitor TTV dan
berhubungan selama 3x24 jam jalan tingkat kesadaran klien
dengan nafas epektif dengan 2. Posisikan pasien
Akumulasi sekret kriteria hasil : senyaman mungkin
di bronchus - Pernafasan adekuat (semifowler)
16-30 x/menit 3. Pastikan kebutuhan
- Ronchi tidak ada oral / tracheal
- Bunyi napas suctioning
vesikuler 4. Auskultasi suara nafas
- Sekret tidak ada sebelum dan sesudah
- Auskultasi vesikuler suctioning.
- Sesak nafas hilang 5. Informasikan pada
- Tidak ada klien dan keluarga
penumpukan cairan tentang suctioning
diparu 6. Hentikan suction dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.
7. Kolaborasikan dengan
dokter dalam
pemberian terapi
bronkodilator
2. Gangguan Setelah dilakukan NIC :
pertukaran gas tindakan keperawatan 1. Monitor rata – rata,
66
berhubungan selama 3x24 jam kedalaman, irama dan
dengan eksudat Gangguan pertukaran usaha respirasi
masuk alveoli dan gas teratasi dengan 2. Catat pergerakan
gangguan difusi kriteria hasil : dada,amati
gas O2 dan CO2 - Pernafasan adekuat kesimetrisan,
16-30 x/menit penggunaan otot
- Retraksi dada tambahan, retraksi
minimal/tidak ada otot supraclavicular
- Bunyi napas dan intercostal
vesikuler 3. Posisikan pasien
- Sianosis tidak ada untuk
- Sesak nafas hilang memaksimalkan
- Tidak ada ventilasi
penumpukan cairan 4. Auskultasi suara
diparu nafas, catat area
- Tidak menggunakan penurunan / tidak
alat bantu napas adanya ventilasi dan
- TTV stabil suara tambahan
5. Kolaborasikan dalam
pemberian terapi
oksigen dan
pemasangan alat
ventilator
67
- Muntah tidak ada 4. Berikan ASI/PASI
- Mual tidak ada setiap 2 jam
- Nafsu makan 5. Monitor reflek isap
meningkat bayi
- BB meningkat 6. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemasangan OGT
7. Kolaborasi dengan
ahli gisi untuk
pemberian nutrisi bayi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
68
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 15.00 1. Monitor TTV dan tingkat Ku lemah, kesadaran
compos mentis , T = 36,2
kesadaran klien
C , HR = 168x/menit,
RR = 78 x/menit, SPO2
= 90 % , cuping hidung
(-), retraksi dada
(+)Sesak (+), irama
napas tidak teratur,
takipneu (+), tangisan
kuat
15.05 2. Posisikan pasien senyaman Posisi yang nyaman semi
fowler
mungkin (semifowler)
15.07 3. Pastikan kebutuhan oral / ASI/PASI via OGT 20
cc/ 3 jam
tracheal suctioning
15.10 4. Auskultasi suara nafas sebelum Sekret (+), bayi tenang
dan nyaman setelah di
dan sesudah suctioning.
suction
15.15 5. Informasikan pada klien dan Keluarga tampak
mengerti dengan
keluarga tentang suctioning
penjelasan perawat
15.20 6. Pemberian terapi kolaborasi Ampicilin injeksi 1 x
150 mg (IV)
dengan dokter
Aminophilin injeksi
dosis 1 x 3 mg (IV)
Dexametason injeksi
dosis 1 x 1/3 mg (IV)
2. 15.25 1. Monitor rata – rata, kedalaman, Kedalaman napas dalam
dan penggunaan otot
irama dan usaha respirasi
bantu napas diafragma
15.30 2. Catat pergerakan dada,amati Ronchi (+), cuping
hidung (-) , sianosis (-)
kesimetrisan, penggunaan otot
Sesak (+), irama napas
tambahan, retraksi otot tidak teratur, takipneu
(+), tangisan kuat
supraclavicular dan intercostal
15.35 3. Posisikan pasien untuk Posisi pasien semi
fowler
memaksimalkan ventilasi
15.37 4. Auskultasi suara nafas, catat Ronchi (+), sekret (+)
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
69
15.40 5. Kolaborasikan dalam pemberian Terpasang ventilator
Modus PC-CMV FIO2 =
terapi oksigen dan pemasangan
30 % , peep 7
alat ventilator
3. 15.45 1. Monitor BB klien setiap hari BB = 3500 gram
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
70
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 15.00 1. Monitor TTV dan tingkat Ku sedang , kesadaran
compos mentis , T = 36,3
kesadaran klien
C , HR = 137x/menit,
RR = 55 x/menit, SPO2
= 92 % , cuping hidung
(-), retraksi dada (-)
Sesak (-), irama napas
tidak teratur, takipneu
(-), tangisan kuat
15.05 2. Posisikan pasien senyaman Posisi yang nyaman semi
fowler
mungkin (semifowler)
15.10 3. Pastikan kebutuhan oral / ASI/PASI via OGT 20
cc/ 3 jam
tracheal suctioning
15.15 4. Auskultasi suara nafas sebelum Sekret (+), bayi tenang
dan nyaman setelah di
dan sesudah suctioning.
suction
15.20 5. Pemberian terapi kolaborasi Ampicilin injeksi 1 x
150 mg (IV)
dengan dokter
Aminophilin injeksi
dosis 1 x 3 mg (IV)
Dexametason injeksi
dosis 1 x 1/3 mg (IV)
2. 15.25 1. Monitor rata – rata, kedalaman, Kedalaman napas
dangkal dan penggunaan
irama dan usaha respirasi
otot bantu napas
diafragma
15.27 2. Catat pergerakan dada,amati Ronchi (-), cuping
hidung (-) , sianosis (-)
kesimetrisan, penggunaan otot
Sesak (-), irama napas
tambahan, retraksi otot tidak teratur, takipneu
(-), tangisan kuat
supraclavicular dan intercostal
15.35 3. Posisikan pasien untuk Posisi pasien semi
fowler
memaksimalkan ventilasi
15.37 4. Auskultasi suara nafas, catat Ronchi (-), sekret (-)
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
15.40 5. Kolaborasikan dalam pemberian Terpasang ventilator
Modus SPN CPAP FIO2
terapi oksigen dan pemasangan
= 21 % , peep 5
alat ventilator
71
3. 15.45 1. Monitor BB klien setiap hari BB = 3500 gram
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
72
1. 15.00 1. Monitor TTV dan tingkat Ku stabil , kesadaran
Compos mentis , T =
kesadaran klien
36,7 C , HR =
147x/menit, RR = 47
x/menit, SPO2 = 95 % ,
cuping hidung (-),
retraksi dada (-) Sesak
(-), irama napas tidak
teratur, takipneu (-),
tangisan kuat
15.05 2. Posisikan pasien senyaman Posisi yang nyaman semi
fowler
mungkin (semifowler)
15.08 3. Pastikan kebutuhan oral / ASI/PASI via OGT 20
cc/ 3 jam
tracheal suctioning
15.10 4. Auskultasi suara nafas sebelum Sekret (+), bayi tenang
dan nyaman setelah di
dan sesudah suctioning.
suction
15.20 5. Pemberian terapi kolaborasi Ampicilin injeksi 1 x
150 mg (IV)
dengan dokter
Aminophilin injeksi
dosis 1 x 3 mg (IV)
Dexametason injeksi
dosis 1 x 1/3 mg (IV)
2. 15.25 1. Monitor rata – rata, kedalaman, Kedalaman napas
dangkal
irama dan usaha respirasi
15.27 2. Catat pergerakan dada,amati Ronchi (-), cuping
hidung (-) , sianosis (-)
kesimetrisan, penggunaan otot
Sesak (-), irama napas
tambahan, retraksi otot tidak teratur, takipneu
(-), tangisan kuat
supraclavicular dan intercostal
15.35 6. Posisikan pasien untuk Posisi pasien semi
fowler
memaksimalkan ventilasi
15.37 7. Auskultasi suara nafas, catat Ronchi (-), sekret (-)
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
15.40 8. Kolaborasikan dalam pemberian Terpasang ventilator
Modus SPN CPAP FIO2
terapi oksigen dan pemasangan
= 21 % , peep 5
alat ventilator
3. 15.45 1. Monitor BB klien setiap hari BB = 3500 gram
73
15.50 2. Monitor adanya mual muntah Mual muntah (-)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
74
15.05 2. Monitor adanya mual muntah Mual muntah (-)
CATATAN PERKEMBANGAN
75
1. 19.30 wib S : -
O:
- ku lemah , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (+), retraksi dada (+), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (+)
- Terpasang ventilator modus PC-CMV
FIO2 = 30 % peep 7
- TTV :
T = 36 C , HR = 160 x/menit, RR = 60
x/menit, SPO2 = 93 %
A : Bersihan jalan napas inefektif belum
teratasi
P : Intervensi Bersihan jalan napas
diteruskan
1. Monitor TTV dan tingkat kesadaran klien
2. Posisikan pasien senyaman mungkin
(semifowler)
3. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
4. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
5. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
6. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi bronkodilator
2. 19. 35 S:-
O:
- ku lemah , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (+), retraksi dada (+), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (+)
- Terpasang ventilator modus PC-CMV
FIO2 = 30 % peep 7
- TTV :
76
T = 36 C , HR = 160 x/menit, RR = 60
x/menit, SPO2 = 93 %
A : Gangguan pertukaran gas belum teratasi
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
4. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
5. Kolaborasikan dalam pemberian terapi
oksigen dan pemasangan alat ventilator
3. 19.45 S:-
O : ku lemah, reflek isap lemah, mual (-),
muntah (-) , terpasang OGT , ASI/PASI Via
OGT 20 cc /3 jam
A : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi
P : intervensi gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diteruskan
1. Monitor BB klien setiap hari
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor intake nutrisi pasien
4. Berikan ASI/PASI setiap 2 jam
5. Monitor reflek isap bayi
6. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk
77
pemberian nutrisi bayi
CATATAN PERKEMBANGAN
78
1. 19.30 wib S : -
O:
- ku sedang , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- Terpasang ventilator modus PC-CMV
FIO2 = 21 % peep 5
- TTV :
T = 36,4 C , HR = 148 x/menit, RR = 48
x/menit, SPO2 = 95 %
A : Bersihan jalan napas inefektif teratasi
sebagian
P : Intervensi Bersihan jalan napas
diteruskan
1. Monitor TTV dan tingkat kesadaran klien
2. Posisikan pasien senyaman mungkin
(semifowler)
3. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
4. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi bronkodilator
2. 19. 35 S:-
O:
- ku sedang , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (-), ronchi (-)
- Terpasang ventilator modus PC-CMV
FIO2 = 21 % peep 5
- TTV :
T = 36 C , HR = 160 x/menit, RR = 60
x/menit, SPO2 = 93 %
79
A : Gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
4. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
5. Kolaborasikan dalam pemberian terapi
oksigen dan pemasangan alat ventilator
3. 19.45 S:-
O : ku sedang, reflek isap lemah, mual (-),
muntah (-) , terpasang OGT , ASI/PASI Via
OGT 20 cc /3 jam
A : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian
P : intervensi gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diteruskan
1. Monitor BB klien setiap hari
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor intake nutrisi pasien
4. Berikan ASI/PASI setiap 2 jam
5. Monitor reflek isap bayi
6. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk
pemberian nutrisi bayi
80
CATATAN PERKEMBANGAN
81
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 19.30 wib S : -
O:
- ku stabil , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- Terpasang ventilator modus SPN – CPAP
FIO2 = 21 % peep 5
- TTV :
T = 36,7 C , HR = 147x/menit, RR = 47
x/menit, SPO2 = 95 %
A : Bersihan jalan napas inefektif teratasi
sebagian
P : Intervensi Bersihan jalan napas
diteruskan
1. Monitor TTV dan tingkat kesadaran klien
2. Posisikan pasien senyaman mungkin
(semifowler)
3. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
4. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi bronkodilator
2. 19. 35 S:-
O:
- ku stabil , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- Terpasang ventilator modus SPN – CPAP
FIO2 = 21 % peep 5
82
- TTV :
T = 36,7 C , HR = 147x/menit, RR = 47
x/menit, SPO2 = 95 %
A : Gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
4. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
5. Kolaborasikan dalam pemberian terapi
oksigen dan pemasangan alat ventilator
3. 19.45 S:-
O : ku stabil , reflek isap lemah, mual (-),
muntah (-) , terpasang OGT , ASI/PASI Via
OGT 20 cc /3 jam
A
P :: Gangguan nutrisi kurang
intervensi gangguan darikurang
nutrisi kebutuhan
dari
kebutuhan tubuh diteruskan
1. Monitor BB klien setiap hari
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor intake nutrisi pasien
4. Berikan ASI/PASI setiap 2 jam
5. Monitor reflek isap bayi
6. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk
83
pemberian nutrisi bayi
CATATAN PERKEMBANGAN
84
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 19.30 wib S : -
O:
- ku stabil , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- RR Spontan , SPO2 = 98 %, Sianosis (-),
irama napas teratur.
- TTV :
T = 36,7 C , HR = 145x/menit, RR = 45
x/menit, SPO2 = 98 %
A : Bersihan jalan napas inefektif teratasi
P : Intervensi Bersihan jalan napas
dihentikan
2. 19. 35 S:-
O:
- ku stabil , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- RR Spontan , SPO2 = 98 %, Sianosis (-),
irama napas teratur.
- TTV :
T = 36,7 C , HR = 145x/menit, RR = 45
x/menit, SPO2 = 98 %
85
3. 19.45 S:-
O : ku stabil , reflek isap sedang, mual (-),
muntah (-) , ASI/PASI Via oral 20 cc /jam
A : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian
P : intervensi gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diteruskan
1. Monitor BB klien setiap hari
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor intake nutrisi pasien
4. Berikan ASI/PASI setiap 2 jam
5. Monitor reflek isap bayi
CATATAN PERKEMBANGAN
86
Hari : Minggu Tanggal/jam : 16 Desember 2019 jam 10.00
WIB
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 10.00 wib S : -
O : ku stabil , reflek isap sedang, mual (-),
muntah (-) , ASI/PASI Via oral 20 cc /jam
A : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi
P : intervensi gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diteruskan ke ruangan
neonatus
BAB IV
PEMBAHASAN
87
Pada bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang
kesenjangan antara tinjauan teori dan praktik pada kasus Asuhan Keperawatan
pada By. Ny. M dengan Gangguan sistem pernapasan ; Bronkopneumonia, di
Ruang Neonatal Intesive Care Unit (NICU) RSUD Sekayu. Pembahasan ini
terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. kelompok
akan membahas secara lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan
pada tanggal 12 – 16 Desember 2019
Penulis melakukan pengkajian pada hari Kamis tanggal 12 desember
2019 pada pukul 15.00 WIB diruang NICU RSUD Sekayu. Pada bab pembahasan
ini kelompok akan melakukan penjelasan tentang Asuhan Keperawatan Pada By.
Ny. M Gangguan sistem pernapasan ; Bronkopneumonia, di Ruang Neonatal
Intesive Care Unit (NICU) RSUD Sekayu, kelompok akan menjelaskan tentang
perbandingan hasil penatalaksanaan dengan teori serta dilakukan penekanan
mekanisme apa yang sama dan apa yang berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini
didukung oleh data pasien yang menunjukkan pada Riwayat Penyakit Sekarang
mengalami sesak napas , retraksi dada (+), sianosis (-), takipneu (+) , sekret (+) ,
takikardi (+), ronchi (+)..Dari masalah yang dialami klien, kelompok menetapkan
3 (tiga) diagnosa untuk mengatasi masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama
Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan Akumulasi sekret di bronchus
, kedua : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli
dan gangguan difusi gas O2 dan CO2 dan ketiga : Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d reflek isap lemah dan intake nutrisi kurang
Diagnosa Prioritas utama yang kelompok ambil adalah Bersihan jalan
napas inefektif berhubungan dengan Akumulasi sekret di bronchus
, kedua : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli
dan gangguan difusi gas O2 dan CO2 dan ketiga : Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d reflek isap lemah dan intake nutrisi kurang
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2018, Bersihan jalan napas inefektif
berhubungan dengan Akumulasi sekret di bronchus, kedua : Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli dan gangguan difusi gas O2 dan
88
CO2 dan ketiga : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d reflek isap
lemah dan intake nutrisi kurang
Pada bayi dengan bronkopneumonia biasanya sistem pernafasan
mengalami gangguan akibat adanya aspirasi mekonenum hal ini terlihat dari
APGAR SCORE 6/7 , sesak (+), retraksi dada (+), ronkhi (+), irama napas tidak
teratur, sianosis (+),
Batasan karakteristik : dispnea, suara nafas tambahan (ronchi atau
weezing), perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan sianosis, penurunan
suara nafas, sputum berlebih, gelisah serta mata terbelalak.
Pada Bayi dengan bronkopneumia secara teori pasien mengalami
hipertermi / peningkatan suhu tubuh dikarena adanya adanya infeksi bakteri pada
sistem pernapasan . tapi pada pasien By.Ny.M tidak ditemukan pasien mengalami
hipertemi .Hal ini disebabkan karena saat pasien di rawat di ruangan NICU sudah
dilakukan penanganan segera sebelum infeksi menyebar ke sistem tubuh yang
lain. Hal ini membuktikan ketidak sesuaian antara teori dan kenyataan di
lapangan.
Pada Bayi dengan bronkpneumonia secara teori ditemukan pasien
mengalami gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat penumpukan
sekret dibronchus menyebabkan anoreksa sehingga intake nutrisi kurang . Hal ini
ditemukan pada pasien By.Ny.M . ini membuktikan ada kesesuaian antara teori
dan kenyataan dilapangan .
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan
bronkopneumonia yaitu :
1. Bronkopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
lainnya.
2. Etiologi Bronkopneumonia : Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh
virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. antara
lain:
- Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
- Virus : Legionella pneumoniae
- Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
- Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
3. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada pasien By.Ny.M dengan
Bronkopneumonia :
1) Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan Akumulasi sekret di
bronchus
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli dan
gangguan difusi gas O2 dan CO2
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d reflek isap lemah dan
intake nutrisi kurang
4. Asuhan keperawatan pada By.Ny. dilakukanm dari tanggal 12 s/d 15 Desember
2019 dan pada tanggal 16 Desember 2019 pasien dipindahkan ke ruangan
neonatus.
90
B. Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang Bronkopneumonia baik
dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan
serta penerapan asuhan keperawatannya.
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang
Bronkopneumonia Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan
masyarakat.
3. Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
pencegahan bayi dengan bronkopneumonia.
91
DAFTAR PUSTAKA
92