Anda di halaman 1dari 92

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap
berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai
infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara
berkembang infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah
utama dalam bidang kesehatan. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi
saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza
Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Batuk biasanya tidak
dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Gambaran klinis pada bronkopneumoni ini harus dapat dibedakan dengan
gambaran klinis Bronkiolitis, Aspirasi pneumonia,Tb paru primer, sehingga
penatalaksanaan dapat dilakukan secara tepat.

1
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada By. Ny ” M
Dengan Bronkopneumonia di Ruang Neonatal Intensive Care Unit / NICU
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada By. Ny ” M
Dengan Bronkopneumonia
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan
pada By. Ny ” M Dengan Bronkopneumonia
c. Mampu merumuskan perencanaan Asuhan Keperawatan pada By. Ny
” M Dengan Bronkopneumonia
d. Mampu melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada By. Ny ” M
Dengan Bronkopneumonia
e. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada By. Ny ” M
Dengan Bronkopneumonia

1.3 MANFAAT
A. BAGI MAHASISWA
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan Asuhan
Keperawatan pada Bayi dengan Bronkopneumonia secara nyata di
Lapangan.
B. BAGI INSTITUSI PENDIDIKAN
Memberikan Masukan bagi pendidikan tentang bagaimana proses Praktik
Klinik Keperawatan Mahasiswa Program Ners di Rumah Sakit Umum
Daerah Sekayu
C. BAGI RUMAH SAKIT
Memberikan masukan bagi Rumah Sakit tentang upaya peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bronkopneumonia


Broncho pneumoni adalah frekuensi komplikasi pulmonari, batuk
produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat,
pernafasan meningkat (Suzanne G Bare, 1993).
Bronkho pneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi
pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
lainnya. (Dep. Kes. 1996 : Halaman 106).
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572).
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan
bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006: 805).
Kesimpulan Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia
tepatnya pneumononia lobaris yang penyebaran daerah infeksinya berupa
penyebaran bercak dan dapat meluas ke parenkim paru yang ada disekitarnya.

2.2 ETIOLOGI
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

3
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 :
682) antara lain:
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus : Legionella pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi
pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal
yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis crani,
Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina,
2001 : 682)
Menurut Whaley’s dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa
Streptococus, staphylococcus atau basil ektrik sebagai agen penyebab di
bawah umur 3 bulan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh bakteri :
Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni),
Mycobacterium Tuberculosis. Virus : Respiratory syntical virus, virus
influenza, virus sitomegalik.Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus
Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp,
Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.

2.3 Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-
paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk
ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi
peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses
peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
a. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak,
pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan

4
kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi)
b. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah
merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang
berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
c. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
d. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).
Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit,
cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi
fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat
dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di
alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman
dan debris (Mansjoer, 2000: 966).

2.4 Manifestasi Klinis


1. Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti
menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul
sianosis(Barbara C. long, 1996 :435).

5
2. Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika
terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat)(Sandra M.
Nettina, 2001 : 683).
3. Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
b. Nyeri pleuritik
c. Nafas dangkal dan mendengkur
d. Takipnea
e. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
f. Mengecil, kemudian menjadi hilang
g. Krekels, ronki,
h. Gerakan dada tidak simetris
i. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
j. Diaforesis
k. Anoreksia
l. Malaise
m. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
n. Gelisah
o. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
p. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin
tucker, Susan. 2000_247).

1.4 Anatomi dan Fisiologi sistem pernapasan


a. Anatomi Pernapasan

6
b. Fisiologi
Respirasi atau pernapasan merupakan pertukaran Oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel
mengambil Oksigen yang akan digunakan dalam bereaksi dengan
senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk menghasilkan
senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan
juga dapat di artikan sebagai proses untuk menghasilkan energi.
Pernapasan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) Pernapasan Eksternal (luar) yaitu proses bernapas atau pengambilan
Oksigen dan pengeluaran Karbondioksida serta uap air antara
organisme dan lingkungannya
2) Pernapasan Internal (dalam) atau respirasi sel terjadi di dalam sel
yaitu sitoplasma dan mitokondria.
Sistem pernapasan terdiri atas saluran atau organ yang
berhubungan dengan pernapasan. Oksigen dari udara diambil dan
dimasukan ke darah, kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida
(CO2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan
dinapaskan ke luar udara.

7
Fungsi Sistem Pernapasan : Fungsi utama sistem pernapasan adalah
untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam darah dan
memungkinkan karbon dioksida terlepas dari dara ke udara bebas.
Meskipun fungsi utama system pernapasan adalah pertukaran oksigen
dan karbon dioksida, masih ada fungsi-fungsi tambahan lain yaitu:
1. Tempat menghasilkan suara
2. Untuk meniup (balon, kopi/the panas, tangan, alat musik dan lain
sebagainya)
3. Homeostatis (pH darah)
4. Otot-otot pernapasan membantu kompresi abdomen
(miksi,defekasi,partus).
Pada manusia, pernapasan terjadi melalui alat-alat pernapasan yang
terdapat dalam tubuh atau melalui jalur udara pernapasan untuk menuju
sel-sel tubuh. Struktur organ atau bagian-bagian alat pernapasan pada
manusia terdiri atas Rongga hidung, Farings (Rongga tekak), Larings
(kotak suara), Trakea (Batang tenggorok), Bronkus dan Paru-paru.
Alat pernapasan manusia terdiri atas beberapa organ, yaitu:
1. Rongga Hidung
Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah
sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Hidung
meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian
internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara.
Di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping
hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas
farings (nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi
bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares
anterior, dan bagian respirasi.
Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri
adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas ke dalam vestibulum nasi
tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut
yang kaku dan besar. Rambut ini berfungsi menapis benda-benda

8
kasar yang terdapat dalam udara inspirasi. Terdapat 3 fungsi rongga
hidung :
a. Dalam hal pernafasan = udara yang di inspirasi melalui rongga
hidung akan menjalani 3 proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghanatan, dan pelembaban.
b. Ephithelium olfactory = bagian meial rongga hidung memiliki
fungsi dalam penerimaan bau
c. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukan suara-
suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonasi.
Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah
alpukat, terbagi dua oleh sekat (septum mediana). Dari dinding
lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi oleh
mukosa, yaitu:
 Konka nasalis superior
 Konka nasalis medius,
 Konka nasalis inferior, terdapat jaringan kavernosus atau
jaringan erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis,
dekat permukaan
Sinus paranasal adalah rerongga berisi udara yang terdapat
dalam tulang-tulang tengkorak dan berhubungan dengan rongga
hidung. Macam-macam sinus yang ada adalah sinus maksilaris,
sinus frontalis, sinus etmoidalis, dan sinus sfenoidalis.

2. Faring (Rongga tekak)


Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13
cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larings
pada dasar tengkorak.
Faring dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang
dan atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur
penting yaitu adanya saluran yang menghubungkan dengan tuba

9
eustachius dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada
nasofaring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada
kedua sisi membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa
sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba
Auditory yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian
tengah.
b. Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak
dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus
digestif menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari
kedua saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut
dan permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal
dari dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki
fungsi pada system pernapasan dan system pencernaan. refleks
menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan
makanan terdorong masuk ke saluran cerna (oesophagus) dan
secara stimulant, katup menutup laring untuk mencegah makanan
masuk ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari
mulut oleh fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-
macam tonsila, seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan
tonsila lingual.
c. Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring
merupakan posisi terendah dari farings. Pada bagian bawah
laringofaring system respirasi menjadi terpisah dari sitem
digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan
makanan lewat posterior ke dalam esophagus melalui epiglottis
yang fleksibel.

3. Larings (Kotak suara)


Larings adalah suatu katup yang rumit pada persimpangan
antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat

10
dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan
masuk ke trakea. Fungsi utama pada larings adalah untuk melindungi
jalan napas atau jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya ,
namun juga sebagai organ pembentuk suara atau menghasilkan
sebagian besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi.
Larings ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang
terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam’s apple), yang khas
nyata pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawah tulang
rawan ini terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan
trakea.
Epiglotis terletak diatas seperti katup penutup. Epiglotis
adalah sekeping tulang rawan elastis yang menutupi lubang larings
sewaktu menelan dan terbuka kembali sesudahnya. Pada dasarnya,
Larings bertindak sebagai katup, menutup selama menelan unutk
mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam batang
tracheobronchial.
Mamalia menghasilkan getaran dari pita suara pada dasar
larings. Sumber utama suara manusia adalah getaran pita suara
(Frekuensi 50 Hertz adalah suara bas berat sampai 1700 Hz untuk
soprano tinggi).

4. Trakea (Batang tenggorokan)


Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan
panjang 10 sampai 12 cm. Trakea terletak di daerah leher depan
esophagus dan merupakan pipa yang terdiri dari gelang-gelang
tulang rawan. Di daerah dada, trakea meluas dari larings sampai ke
puncak paru, tempat ia bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan.
Jalan napas yang lebih besar ini mempunyai lempeng-lempeng
kartilago di dindingnya, untuk mencegah dari kempes selama
perubahan tekanan udara dalam paru-paru. Tempat terbukanya trakea

11
disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah) yang
berbentuk huruf C (Cincin-cincin kartilago) dengan bagian terbuka
mengarah ke posterior (esofagus).
Trakea dilapisi epitel bertingkat dengan silia (epithelium
yang menghasilkan lendir) yang berfungsi menyapu partikel yang
berhasil lolos dari saringan hidung, ke arah faring untuk kemudian
ditelan atau diludahkan atau dibatukkan dan sel gobet yang
menghasikan mukus. Potongan melintang trakea khas berbentuk
huruf D.

5. Bronkus dan Percabangannya


Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan
kanan.
Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan lebih vertikal
daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri disebut
bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing
dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di
belah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan
bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronkus lobaris (sekunder) dan kemudian menjadi lobus segmentalis
(tersier). Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang
ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara).

12
Bronkhiolus terminalis memiliki diameter kurang lebih 1 mm.
saluran ini disebut bronkiolus. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Bronkiolus memasuki lolubus pada bagian
puncaknya, bercabang lagi membentuk empat sampai tujuh
bronkiolus terminalis. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara
karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
Alveolus adalah unit fungsional paru. Setiap paru mengandung
lebih dari 350 juta alveoli, masing-masing dikelilingi banyak kapiler
darah. Alveoli bentuknya peligonal atau heksagonal. Alveolus yaitu
tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius (lintasan berdinding tipis dan pendek) yang terkadang
memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus
alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris
terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus
Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-
pori kohn.

6. Paru-paru
Paru-paru adalah struktur elastis sperti spons. Paru-paru berada
dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang
iga dan letaknya di sisi kiri dan kanan mediastinum (struktur blok
padat yang berada di belakang tulang dada. Paru-paru menutupi
jantung, arteri dan vena besar, esophagus dan trakea).
Paru-paru memilki :
a. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas
calvicula.

13
b. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam
dinding dada
c. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan
jantung.
d. Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga di lapisi oleh pleura yaitu parietal pleura
(dinding thorax) dan visceral pleura (membrane serous). Di antara
rongga pleura ini terdapat rongga potensial yang disebut rongga
pleura yang didalamnya terdapat cairan surfaktan sekitar 10-20 cc
cairan yang berfungsi untukmenurunkan gaya gesek permukaan
selama pergerakan kedua pleura saat respirasi. Tekanan rongga
pleura dalam keadaan normal ini memiliki tekanan -2,5 mmHg.
Paru kanan relative lebih kecil dibandingkan yang kiri dan
memiliki bentuk bagian bawah seperti concave karena tertekan oleh
hati. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius
dan inferior.
Paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,
sakkus alveolar dan alveoli.
Paru-paru divaskularisasi dari dua sumber, yaitu:
1) Arteri bronchial yang membawa zat-zat makanan pada bagian
conduction portion, bagian paru yang tidak terlibat dalam
pertukaran gas. Darah kembali melalui vena-vena bronchial.
2) Arteri dan vena pulmonal yang bertanggungjawab pada
vaskularisasi bagian paru yang terlibat dalam pertukaran gas
yaitu alveolus
3) Pembuluh darah dan persarafan
Persyarafan penting dalam aksi pergerakan pernapasan
disuplai melalui n.phrenicus dan n.spinal thoraxic. Nervus
phrenicus mempersyarafi diafragma, sementara n.spinal thoraxic

14
mempersyarafi intercosta. Di samping syaraf-syaraf tersebut, paru
juga dipersyarafi oleh serabut syaraf simpatis dan para simpatis.
Di dalam paru terdapat peredaran darah ganda. Darah yang
miskin oksigen dari ventrikel kanan masuk ke paru melalui arteri
pulmonalis. Selain system arteri dan vena pulmonalis, terdapat pula
arteri dan vena bronkialis, yang berasal dari aorta, untuk
memperdarahi jaringan bronki dan jaringan ikat paru dengan darah
kaya oksigen. Ventilasi paru (bernapas) melibatkan otot-otot
pernapasan, yaitu diafragma dan otot-otot interkostal. Selain ini ada
otot-otot pernapasan tambahan eperti otot-otot perut.
 Jumlah udara dalam paru
Kejadian ventilasi pulmoner dapat dijelaskan dengan membagi
udara paru dalam empat volume kapasitas. Alat yang dipakai
mengukur ini adalah respirometer.
Mekanisme Pernapasan Menurut tempat terjadinya
pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel
tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara
di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka
udara masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih
besar maka udara akan keluar.
Pernapasan yang dilakukan menyediakan suplai udara segar
secara terus menerus ke dalam membran alveoli. Keadaan ini
terjadi melalui dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Kedua fase ini sangat tergantung pada karakter paru dan
rongga torax.

15
1) Inspirasi
inspirasi terjadi karena adanya kontraksi otot dan
mengeluarkan energi maka inspirasi merupakan proses aktif.
Agar udara dapat mengalir masuk ke paru-paru, tekanan di
dalam paruharus lebih rendah dari tekanan atmosfer. Tekanan
yang rendah ini ditimbulkan oleh kontraksi otot-otot
pernapasan yaitu diafragma dan m.intercosta. kontraksi ini
menimbulkan pengembangan paru, meningkatnya volume
intrapulmoner. Peningkatan volume intrapulmoner
menyebabkan tekanan intrapulmoner (tekanan di dalam
alveoli) dan jalan nafas pada paru menjadi lebih kecil dari
tekanan atmosfer sekitar 2 mmHg atau sekitar ¼ dari 1%
tekanan atmosfer, disebabkan tekanan negative ini udara dari
luar tubuh dapat bergerak masuk ke dalam paru-paru sampai
tekanan intrapulmonal seimbang kembali dengan tekanan
atmosfer.
2) Ekspirasi
Seperti halnya inspirasi, ekspirasi terjadi disebabkan
oleh perubahan tekanan di dalam paru. Pada saat diafragma
dan m. intercostalis eksterna relaksasi, volume rongga thorax
menjadi menurun. Penurunan volume rongga thorax ini
menyebabkan tekanan intrapulmoner menjadi meningkat
sekitar 2 mmHg diatas tekanan atmosfer (tekanan atmosfer 760
mmHg pada permukaan laut). Udara keluar meninggalkan
paru-paru sampai tekanan di dalam paru kembali seimbang
dengan tekanan atmosfer.
Ekspirasi merupakan proses yang pasif, dimana di
hasilkan akibat relaksasinya otot-otot yang berkontraksi selama
inspirasi. Ekspirasi yang kuat dapat terjadi karena kontraksi
yang kuat/aktif dari m.intercostalis interna dan m. abdominalis.

16
Kontraksi m. abdominalis mengkompresi abdomen dan
mendorong isi abdomen mendesak diafragma ke atas

1.5 PATHWAY (TERLAMPIR)

1.6 KOMPLIKASI
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak,
orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan orang yang
memiliki masalah kesehatan tertentu, seperti diabetes. Beberapa komplikasi
bronkopneumonia yang mungkin terjadi, di antaranya:

17
1. Infeksi darah
Kondisi ini terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam aliran darah
dan menyebabkan infeksi ke organ-organ lain. Infeksi darah
atau sepsis berpotensi menyebabkan terjadinya kegagalan organ.
2. Abses paru-paru

Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di dalam rongga


paru-paru, biasanya kondisi ini dapat ditangani dengan antibiotik. Namun
terkadang juga membutuhkan prosedur pembedahan untuk membuangnya.
3. Efusi pleura

Efusi pleura adalah kondisi di mana cairan memenuhi ruang di sekitar


paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya dikeringkan
menggunakan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus, efusi pleura
yang serius memerlukan prosedur operasi untuk membantu mengeluarkan
cairan.
4. Gagal napas

Kondisi akibat kerusakan berat pada paru-paru sehingga tubuh tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen karena terganggunya fungsi pernapasan.
Jika tidak segera diobati, gagal napas dapat membuat organ tubuh tidak
dapat berfungsi dan pernapasan terhenti sama sekali. Jika hal ini terjadi,
maka penderitanya perlu mendapatkan napas bantuan dengan bantuan
mesin (ventilator).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1) Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
 Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur
serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long,
1996 : 435)
 Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
 Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

18
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
 Pemeriksaan Radiologi
 Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus(Barbara C, Long,
1996 : 435).
 Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat(Sandra M, Nettina, 2001).

1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien
bronkopneumonia adalah:
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
3. Kebutuhan nutrisi dan cair
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
1. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk transpor muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Arief
Mansjoer,2000).

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


BRONKOPNEUMONIA

A. PENGKAJIAN
1) Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering
terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi
pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih
sering mengalami bronkopneumonia.
2) Keluhan Utama : sesak nafas

19
3) Riwayat Penyakit
a) Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis
(alergi) dan batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia
bakteri.
b) Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam
beberapa hari hingga seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk
mengalami kesulitan pernapasan.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit
fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap
panjang dan lama yang disertai wheezing (pada Bronchopneumonia).
5) Pengkajian Fisik
 Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takhipnea, dispnea, sianosis
sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
nafas pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
 Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit dan nadi
mengalami peningkatan.
 Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.
 Auskultasi : Pada pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjurang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi pada sisi yang resolusi,
pernafasan bronchial, bronkhofoni, kadang-kadang terdenar bising
gesek pleura
6) Data Fokus
- Pernapasan
Gejala : takipneu, dispneu, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan
obat aksesoris, pelebaran nasal.
Tanda : bunyi napas ronkhi, halus dan melemah, wajah pucat atau
sianosis bibir atau kulit
- Aktivitas atau istirahat
- Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : penurunan toleransi aktivitas, letargi
- Integritas ego : banyaknya stressor
- Makanan atau cairan
- Gejala ; kehilangan napsu makan, mual, muntah

20
Tanda: distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering dengan
tugor kulit buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
- Nyeri atau kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleritis), meningkat oleh batuk, nyeri
dada subternal (influenza), maligna, atralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada posisi
yang sakit untuk membatasi gerakan)(Doengos,2000).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muncul pada anak, yaitu :
1) Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
2) Pola Nafas tidak efektif
3) Gangguan Pertukaran gas
4) Disfungsi respon penyapihan ventilator
5) Hipertermia
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7) Kurang Pengetahuan
8) Resiko Aspirasi
9) PK : Syok Septik

C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
1. Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif  Status respirasi : Pembersihan jalan napas
ventilasi 1. Pastikan kebutuhan oral /
Definisi : Ketidakmampuan  Status respirasi :Jalan tracheal suctioning
untuk membersihkan sekresi napas efektif 2. Auskultasi suara nafas
atau obstruksi dari saluran  Kontrol aspirasi sebelum dan sesudah
pernafasan untuk suctioning.
mempertahankan kebersihan Setelah dilakukan 3. Informasikan pada klien dan
jalan nafas. tindakan keperawatan keluarga tentang suctioning

selama ....x 24 jam 4. Minta klien nafas dalam


Batasan Karakteristik : Bersihan jalan napas sebelum suction dilakukan.
 Dispneu, Penurunan pasien efektif dengan 5. Berikan O2 dengan
suara nafas Kriteria Hasil : menggunakan nasal untuk

21
 Orthopneu  Mendemonstrasikan memfasilitasi suksion
 Cyanosis batuk efektif dan nasotrakeal

 Kelainan suara nafas suara nafas yang 6. Gunakan alat yang steril

(rales, wheezing) bersih, tidak ada sitiap melakukan tindakan

 Kesulitan berbicara sianosis dan dyspneu 7. Anjurkan pasien untuk


(mampu istirahat dan napas dalam
 Batuk, tidak efekotif atau
mengeluarkan setelah kateter dikeluarkan
tidak ada
sputum, mampu dari nasotrakeal
 Mata melebar
bernafas dengan 8. Monitor status oksigen
 Produksi sputum
mudah, tidak ada pasien
 Gelisah
pursed lips) 9. Ajarkan keluarga
 Perubahan frekuensi dan
 Menunjukkan jalan bagaimana cara melakukan
irama nafas
nafas yang paten suksion
(klien tidak merasa 10. Hentikan suksion dan
Faktor-faktor yang
tercekik, irama nafas, berikan oksigen apabila
berhubungan:
frekuensi pernafasan pasien menunjukkan
 Lingkungan : merokok,
dalam rentang bradikardi, peningkatan
menghirup asap rokok, saturasi O2, dll.
normal, tidak ada
perokok pasif-POK,
suara nafas
infeksi Manajemen jalan napas
abnormal)
 Fisiologis : disfungsi 11. Buka jalan nafas,
 Mampu
neuromuskular, guanakan teknik chin lift
mengidentifikasikan
hiperplasia dinding atau jaw thrust bila perlu
dan mencegah factor
bronkus, alergi jalan 12. Posisikan pasien untuk
yang dapat
nafas, asma. memaksimalkan ventilasi
menghambat jalan
 Obstruksi jalan nafas : 13. Identifikasi pasien
nafas
spasme jalan nafas, perlunya pemasangan alat
sekresi tertahan, jalan nafas buatan
banyaknya mukus, 14. Pasang mayo bila
adanya jalan nafas perlu
buatan, sekresi bronkus, 15. Lakukan fisioterapi

22
adanya eksudat di dada jika perlu
alveolus, adanya benda 16. Keluarkan sekret
asing di jalan nafas. dengan batuk atau suction
17. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
18. Lakukan suction pada
mayo
19. Berikan bronkodilator
bila perlu
20. Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
21. Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
22. Monitor respirasi dan
status O2
2. Gangguan Pertukaran NOC : NIC :
Gas  Status Respirasi : Manajemen jalan napas
Definisi : pertukaran gas  Buka jalan nafas,
Kelebihan atau defisit pada  Status respirasi : guanakan teknik chin lift
oksigenasi dan/atau ventilasi atau jaw thrust bila perlu
eliminasi karbondioksida  Posisikan pasien untuk
 Status vital sign
pada membran kapiler memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien
alveoli Setelah dilakukan
perlunya pemasangan alat
Batasan karakteristik : tindakan keperawatan
jalan nafas buatan
 Gangguan penglihatan selama ....x 24 jam  Pasang mayo bila perlu
 Penurunan CO2  Lakukan fisioterapi
 Takikardi Gangguan pertukaran
 Hiperkapnia gas pasien dapat teratasi dada jika perlu
 Keletihan  Keluarkan sekret
dengan
 Somnolen dengan batuk atau suction

23
 Iritabilitas Kriteria Hasil :  Auskultasi suara nafas,
 Hypoxia  Mendemonstrasikan catat adanya suara tambahan
 Kebingungan  Lakukan suction pada
 Dyspnoe peningkatan ventilasi
 Nasal faring dan oksigenasi yang mayo
 AGD Normal  Berika bronkodilator
 Sianosis adekuat
 Memelihara bila perlu
 Warna kulit abnormal  Barikan pelembab
kebersihan paru paru
(pucat, kehitaman) udara
 Hipoksemia dan bebas dari tanda  Atur intake untuk
 Hiperkarbia tanda distress
 Sakit kepala ketika cairan mengoptimalkan
pernafasan keseimbangan.
bangun  Mendemonstrasikan  Monitor respirasi dan
 Frekuensi dan kedalaman
batuk efektif dan status O2
nafas abnormal
suara nafas yang Monitoring pernapasan
Faktor yang
bersih, tidak ada  Monitor rata – rata,
berhubungan
sianosis dan dyspneu kedalaman, irama dan usaha
 Ketidakseimbangan
(mampu respirasi
perfusi ventilasi
mengeluarkan  Catat pergerakan
 Perubahan membran
sputum, mampu dada,amati kesimetrisan,
kapiler-alveolar
bernafas dengan penggunaan otot tambahan,
mudah, tidak ada retraksi otot supraclavicular
pursed lips) dan intercostal
 Tanda tanda vital  Monitor suara nafas,
dalam rentang seperti dengkur
 Monitor pola nafas :
normal
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
 Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak

24
adanya ventilasi dan suara
tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
 Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3. Pola nafas tidak afektif b/d NOC : NIC :
penurunan energi dalam  Status respirasi : Manajemen jalan napas
bernafas. ventilasi  Buka jalan nafas,
Definisi : Pertukaran udara  Status respirasi :Jalan guanakan teknik chin lift
inspirasi dan/atau ekspirasi napas efektif atau jaw thrust bila perlu
tidak adekuat  Status Vital Sign  Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : memaksimalkan ventilasi
 Penurunan tekanan Setelah dilakukan  Identifikasi pasien
inspirasi/ekspirasi tindakan keperawatan perlunya pemasangan alat
 Penurunan pertukaran selama ....x 24 jam Pola jalan nafas buatan
udara per menit napas pasien efektif  Pasang mayo bila perlu
 Menggunakan otot dengan  Lakukan fisioterapi dada
pernafasan tambahan Kriteria Hasil : jika perlu
 Nasal flaring  Mendemonstrasikan  Keluarkan sekret dengan
 Dyspnea batuk efektif dan batuk atau suction
 Orthopnea suara nafas yang  Auskultasi suara nafas,

 Perubahan bersih, tidak ada catat adanya suara


penyimpangan dada sianosis dan dyspneu tambahan
 Nafas pendek (mampu  Lakukan suction pada
mengeluarkan mayo
 Assumption of 3-point
sputum, mampu  Berikan bronkodilator bila
position
bernafas dengan

25
 Pernafasan pursed-lip mudah, tidak ada perlu
 Tahap ekspirasi pursed lips)  Berikan pelembab udara
berlangsung sangat lama  Menunjukkan jalan Kassa basah NaCl Lembab
 Peningkatan diameter nafas yang paten  Atur intake untuk cairan
anterior-posterior (klien tidak merasa mengoptimalkan
 Pernafasan rata- tercekik, irama nafas, keseimbangan.
rata/minimal frekuensi pernafasan  Monitor respirasi dan
 Bayi : < 25 atau > 60 dalam rentang status O2

 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 normal, tidak ada


suara nafas Terapi Oksigen
 Usia 5-14 : < 14 atau >
abnormal)  Bersihkan mulut, hidung
25
 Tanda Tanda vital dan secret trakea
 Usia > 14 : < 11 atau >
dalam rentang  Pertahankan jalan nafas
24
normal (tekanan yang paten
 Kedalaman pernafasan
darah, nadi,  Atur peralatan oksigenasi
 Dewasa volume tidalnya
pernafasan)  Monitor aliran oksigen
500 ml saat istirahat
 Bayi volume tidalnya 6-8  Pertahankan posisi pasien

ml/Kg  Observasi adanya tanda

 Timing rasio tanda hipoventilasi

 Penurunan kapasitas vital  Monitor adanya


kecemasan pasien

Faktor yang terhadap oksigenasi

berhubungan :
 Hiperventilasi Monitoring Vital Sign
 Monitor TD, nadi, suhu,
 Deformitas tulang
dan RR
 Kelainan bentuk dinding
 Catat adanya fluktuasi
dada
tekanan darah
 Penurunan
 Monitor VS saat pasien
energi/kelelahan\
berbaring, duduk, atau
 Perusakan/pelemahan

26
muskulo-skeletal berdiri
 Obesitas  Auskultasi TD pada kedua
 Posisi tubuh lengan dan bandingkan
 Kelelahan otot  Monitor TD, nadi, RR,

pernafasan sebelum, selama, dan


 Hipoventilasi sindrom setelah aktivitas

 Nyeri  Monitor kualitas dari nadi

 Kecemasan  Monitor frekuensi dan

 Disfungsi irama pernapasan

Neuromuskuler  Monitor suara paru

 Kerusakan  Monitor pola pernapasan

persepsi/kognitif abnormal

 Perlukaan pada jaringan  Monitor suhu, warna, dan

syaraf tulang belakang kelembaban kulit

 Imaturitas Neurologis  Monitor sianosis perifer


 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
4. Disfungsi respon NOC : NIC :
penyapihan ventilator  Status respirasi : Ventilasi Mekanik
Definisi : ketidakmampuan pertukaran gas  Monitor adanya kelelahan
untuk mengatur pada  Status respirasi : dari otot pernafasan
tekanan terendah dukungan ventilasi  Monitor adanya kegagalan
ventilasi mekanik saat  Vital sign respirasi
menjelang dan  Lakukanpengaturan
memperpanjang proses Setelah dilakukan monitor ventilasi secara
penyapihan. tindakan keperawatan rutin

27
Batasan karakteristik: selama ....x 24 jam  Monitor adanya penurunan
1. Berat disfungsi respon dan peningkatan tekanan
 penurunan gas darah penyapihan ventilator inspirasi
arteri dari batas tidak terjadi dengan  Monitor hasil pembacaan
normal. Kriteria Hasil : ventilator dan suara nafas
 Peningkatan frekuensi  Mendemonstrasikan  Gunakan tehnik aseptic
pernafasan secara batuk efektif dan  Hentikan selang NGT
significant dari batas suara nafas yang sampai suction dan 30-60
normal bersih, tidak ada menit sebelum fisioterapi
 Peningkatan tekanan sianosis dan dada
darah dari batas dyspneu (mampu  Tingkatkan intake dan
normal (20 mmHg). mengeluarkan cairan adekuat
 Peningkatan denyut sputum, mampu

jantung dari batas bernafas dengan Penyapihan Ventilasi


normal (20x/menit) mudah, tidak ada Mekanik
 Pernafasan abdomen pursed lips)  Monitor kapasitas vital,
paradox  Tanda tanda vital
kekuatan inspirasi
 Adanya bunyi nafas, dalam rentang  Pastikan pasien bebas dari

terdengar sekresi jalan normal


tanda tanda infeksi
nafas. sebelum dilepas
 Sianosis  Monitor status cairan dan
 Penurunan tingkat elektrolit yang adekuat
kesadaran  Suction jalan nafas
 Nafas dangkal.  Konsulkan ke fisioterapi
dada
2. Sedang  Gunakan tehnik relaksasi
 TD sedikit meningkat
<20mmHg Manajemen buka jalan
 Peningkatan frekuensi napas
pernafasan<5 x/menit  Buka jalan nafas,

28
 Denyut nadi sedikit guanakan teknik chin lift
meningkat < atau jaw thrust bila perlu
20x/menit  Posisikan pasien untuk
 Pucat, sianosis memaksimalkan ventilasi
 Kecemasan,  Identifikasi pasien
diaporesis, mata perlunya pemasangan alat
melebar jalan nafas buatan
3. Ringan  Pasang mayo bila perlu
 Hangat  Lakukan fisioterapi dada
 kegelisahan, kelelahan jika perlu
 tidak nyaman untuk  Keluarkan sekret dengan

bernafas batuk atau suction


Faktor faktor yang  Auskultasi suara nafas,
berhubungan: catat adanya suara
Psikologi tambahan
 pasien merasa tidak  Lakukan suction pada
efektif untukpenyapihan mayo
 tidak berdaya  Berikan bronkodilator bial
 cemas, putus asa, takut perlu

 defisit pengetahuan  Berikan pelembab

 penurunan motivasi udara(kassa Nacl lembab)

 penurunan harga diri  Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan
Situasional
keseimbangan.
 episode masalah tidak
 Monitor respirasi dan
terkontrol
status O2
 riwayat usaha
penyapihan tidak berhasil
 lingkungan yang ,kurang
baikriwayat tergantung
ventilator >4 hari-1

29
minggu
 ketidakcocokan selang
untuk mengurangi
bantuan ventilator
 ketidakadekuatan
dukungan social
Fisiologi
 nutrisi yang tidak
adekuat
 gangguan pola tidur
 ketidaknyamanan atau
nyeri tidak terkontrol
 bersihan jalan nafas tidak
efektif

5. Hipertermia NOC : NIC :


Definisi : suhu tubuh naik Pengaturan suhu Perawatan Demam
diatas rentang normal tubuh  Monitor suhu sesering
mungkin
Batasan Karakteristik: Setelah dilakukan  Monitor IWL/ Insisible
 kenaikan suhu tubuh tindakan Water Lose/ Kehilangan

diatas rentang normal keperawatan cairan tanpa disadari


 serangan atau konvulsi  Monitor warna dan suhu
selama ....x.24 jam
(kejang) kulit
Hipertemia pasien  Monitor tekanan darah,
 kulit kemerahan
 pertambahan RR dapat teratasi nadi dan RR
 takikardi dengan  Monitor penurunan tingkat
 saat disentuh tangan
kesadaran
terasa hangat  Monitor WBC, Hb, dan
Kriteria Hasil :
Hct
 Suhu tubuh dalam
 Monitor intake dan output
Faktor faktor yang
rentang normal  Berikan anti piretik
berhubungan :  Nadi dan RR dalam  Berikan pengobatan untuk

30
 penyakit/ trauma rentang normal mengatasi penyebab
 peningkatan  Tidak ada
demam
metabolisme perubahan warna  Selimuti pasien
 aktivitas yang berlebih  Lakukan tapid sponge
kulit dan tidak ada
 pengaruh  Berikan cairan intravena
pusing, merasa  Kompres pasien pada lipat
medikasi/anastesi
 ketidakmampuan/penuru nyaman paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
nan kemampuan untuk
 Berikan pengobatan untuk
berkeringat
 terpapar dilingkungan mencegah terjadinya
menggigil
panas
 Dehidrasi
 pakaian yang tidak tepat

Pengaturan suhu
 Monitor suhu minimal tiap
2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari

31
kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu

Monitor Suhu Tubuh


 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing

32
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

6. Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari  Status nutrisi : Managemen nutrisi
kebutuhan tubuh makanan dan  Kaji adanya alergi
Definisi : Asupan  Intake cairan makanan
nutrisi tidak cukup Setelah dilakukan  Kolaborasi dengan ahli

untuk keperluan tindakan gizi untuk menentukan

metabolisme tubuh. keperawatan jumlah kalori dan nutrisi

Batasan karakteristik : selama ....x.24 jam yang dibutuhkan pasien.


 Anjurkan pasien untuk
 Berat badan 20 % atau Kebutuhan nutrisi
meningkatkan intake Fe
lebih di bawah ideal pasien dapat
 Anjurkan pasien untuk
 Dilaporkan adanya teratasi dengan
meningkatkan protein dan
intake makanan yang Kriteria Hasil :
vitamin C
kurang dari RDA  Adanya  Berikan substansi gula
(Recomended Daily peningkatan berat  Yakinkan diet yang

Allowance) badan sesuai dengan dimakan mengandung


 Membran mukosa dan tinggi serat untuk
tujuan
konjungtiva pucat  Berat badan idealmencegah konstipasi
 Kelemahan otot yang
sesuai dengan tinggi  Berikan makanan yang
digunakan untuk terpilih ( sudah
badan
menelan/mengunya  Mampu dikonsultasikan dengan
 Luka, inflamasi pada
mengidentifikasi ahli gizi)
rongga mulut  Ajarkan pasien bagaimana
kebutuhan nutrisi
 Mudah merasa kenyang,
 Tidak ada tanda membuat catatan makanan
sesaat setelah
tanda malnutrisi harian.
mengunyah makanan  Tidak terjadi  Monitor jumlah nutrisi dan
 Dilaporkan atau fakta
penurunan berat kandungan kalori

33
adanya kekurangan badan yang berarti  Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
 Dilaporkan adanya  Kaji kemampuan pasien
perubahan sensasi rasa untuk mendapatkan nutrisi
 Perasaan
yang dibutuhkan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
Monitoring nutrisi
 Miskonsepsi
 Kehilangan BB dengan  BB pasien dalam batas
makanan cukup normal
 Keengganan untuk  Monitor adanya penurunan
makan berat badan
 Kram pada abdomen  Monitor tipe dan jumlah
 Tonus otot jelek aktivitas yang biasa
 Nyeri abdominal dengan
dilakukan
atau tanpa patologi  Monitor interaksi anak
 Kurang berminat
atau orangtua selama
terhadap makanan
 Pembuluh darah kapiler makan
 Monitor lingkungan
mulai rapuh
 Diare dan atau selama makan
 Jadwalkan pengobatan
steatorrhea
 Kehilangan rambut yang dan tindakan tidak selama

cukup banyak (rontok) jam makan


 Suara usus hiperaktif  Monitor kulit kering dan
 Kurangnya informasi, perubahan pigmentasi
misinformasi  Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
Faktor-faktor yang
rambut kusam, dan mudah
berhubungan :
patah
 Ketidakmampuan  Monitor mual dan muntah
pemasukan atau  Monitor kadar albumin,
 mencerna makanan atau total protein, Hb, dan
 mengabsorpsi zat-zat
kadar Ht
gizi berhubungan  Monitor makanan
dengan faktor biologis, kesukaan

34
psikologis atau  Monitor pertumbuhan dan
ekonomi. perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

7. Resiko Aspirasi NOC : NIC:


Definisi : Resiko masuknya  Respiratory Status : Pencegahan aspirasi
sekret sekret gastrointestinal Ventilation  Monitor tingkat kesadaran,
, oropharingeal, benda-  kontrol aspirasi reflek batuk dan
benda padat, atau cairan  Status menelan kemampuan menelan
kedalam tracheobronkhial Setelah dilakukan  Monitor status paru
Faktor-faktor Resiko : tindakan keperawatan  Pelihara jalan nafas
 peningkatan tekanan selama ....x 24 jam  Lakukan suction jika
dalam lambung Aspirasi tidak terjadi diperlukan
 selang makanan dengan  Cek nasogastrik sebelum
 situasi yang menghambat Kriteria Hasil : makan
 elevasi tubuh bagian atas  Klien dapat  Hindari makan kalau
 penurunan tingkat bernafas dengan residu masih banyak
kesadaran mudah, tidak irama,  Potong makanan kecil
 adanya tracheostomy frekuensi kecil
atau selang endotracheal pernafasan normal  Haluskan obat
 keperluan pengobatan  Pasien mampu sebelumpemberian

35
 adanya kawat pada menelan,  Naikkan kepala 30-45
rahang mengunyah tanpa derajat setelah makan
 peningkatan residu terjadi aspirasi, dan
lambung mampumelakukan
 menurunnya fungsi oral hygiene

sfingter esofagus  Jalan nafas paten,

 gangguan menelan mudah bernafas,

 NGT tidak merasa

 Operasi/trauma wajah, tercekik dan tidak


ada suara nafas
mulut, leher
abnormal
 Batuk dan gag reflek
 Penurunan motilitas
gastrointestinal
 Lambatnya pengosongan
lambung

36
DAFTAR PUSTAKA

Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20.


Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan
Klasifikasi 2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa,
Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program
Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek
Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar
Jurusan Keperawatan.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta.
Buku Kedokteran.

37
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

3.1 SEJARAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

3.1.1 PERKEMBANGAN SEBELUM TAHUN 2000

RSUD Sekayu dibangun pada zaman Belanda yaitu tepatnya


pada tahun 1937 yang berlokasi di Jalan dr. Slamet Imam Santoso
Sekayu. Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit pada waktu itu
terfokus pada rawat jalan dan rawat inap dengan kapasitas 10 tempat
tidur. Dokter pertama yang bertugas di RSUD Sekayu adalah dr. Slamet
Imam Santoso.

Pada tahun 1963 bersamaan dengan kepindahan Ibu kota


Kabupaten Musi Banyuasin dari Palembang ke Sekayu, RSUD Sekayu
sedikit mengalami perkembangan dengan perubahan tipe menjadi
Rumah Sakit Tipe D dengan kapasitas 42 tempat tidur.

Pada tahun 1970 dilakukan renovasi gedung RSUD Sekayu


dengan penambahan gedung perawatan bertingkat. Gambaran RSUD
Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin kelas D sebagai berikut : RSUD
Sekayu memiliki luas 2500 m2 dengan luas bangunan 1105 m2, terletak
di pinggir Sungai Musi dan sering mengalami kebanjiran akibatnya
rumah sakit terkesan kumuh dan tidak terawat, lokasi yang berada di
lingkungan rumah penduduk serta area lahan terbatas sehingga tidak
memungkinkan untuk dikembangkan.

Pada tahun 1996 Pemerintah Daerah merencanakan realokasi/


pemindahan gedung RSUD Sekayu ke lokasi baru yang terletak di jalan
Kolonel Wahid Udin Lingkungan I Kayuara. Untuk merealisasikan
rencana tersebut ± 6,7ha. Kemudian dilakukan proses penimbunan

38
terhadap lahan yang merupakan lahan persawahan/daerah rawa-rawa
hingga menjadi lahan bebas banjir.

Pada tanggal 6 Mei 1997 dilakukan pembanguan fisik tahap I


dan II. Pembangunan gedung secara resmi ditandai dengan peletakan
batu pertama pembangunan gedung RSUD Sekayu dilakukan oleh
Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI yang pada saat itu
dijabat oleh dr. Suyoga, MPH,.Kemudian diteruskan dengan
penyelesaian pengerjaan fisik bangunan dan pengadaan peralatan.

Tepat pada tanggal 23 Maret 1999 kegiatan operasional RSUD


Sekayu pindah dari rumah sakit lama ke lokasi baru yang berada di
jalan kol. Wahid Udin Lingkungan I Kelurahan Kayuara Kabupaten
Musi Banyuasin dengan kapasitas 60 tempat tidur. Fasilitas dan saran
kegiatan pelayanan dilengkapi.

Pada tanggal 10 Februari 2000 ditetapkan menjadi kelas Type C


dengan Surat Keputusan Bupati MUBA Nomor:058/SK/IV/2000,
dengan 60 TT, 4 dokter spesialis (Anak, Kebidanan dan Kandungan,
Penyakit Dalam dan Bedah).

3.1.2 PERKEMBANGAN RSUD SEKAYU


A. PERIODE PERSIAPAN
Pada tahun 2007 dilakukan pembangunan gedung baru RSUD
Sekayu dan mulai operasional Rawat Jalan (Tahap Awal) pada Bulan
Maret 2008. Gedung baru dengan penambahan gedung perawatan
bertingkat, dengan kapasitas 150 (seratus lima puluh) tempat tidur.
RSUD Sekayu menjadi pusat rujukan 25 unit Puskesmas, 103 Pustu,
142 Polindes serta 22 unit Puskesmas Keliling.

RSUD Sekayu Kelas C yang berlokasi di Jalan Kolonel Wahid


Udin Lingkungan I Kecamatan Kayuara Kabupaten Musi Banyuasin
berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatas : Gedung SMP 6 Unggul Sekayu Kab. Muba

39
Sebelah Selatan berbatas : Gedung AKPER Kab. Musi Banyuasin
Sebelah Barat berbatas : Tanah penduduk (area persawahan)
Sebelah Timur berbatas : Jalan raya (Jalan Kol. Wahid Udin)

Pada awalnya RSUD Sekayu kelas C hanya memiliki 60 tempat


tidur dengan fasilitas dan jenis pelayanan seperti layaknya RSU Kelas C
lainya, yang mempunyai 4 orang dokter spesialis yaitu; Spesialis
Kebidanan dan Kandungan, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah,
Spesialis Anak. Namun pada kenyataannya hanya Spesialis Penyakit
Dalam dan Spesialis Anak yang ada, sedangkan dua Spesialis lainnya
adalah Tenaga Kontrak.

Banyak hal substansi dan finansial yang dihadapi RSUD Sekayu


pada masa ini, antara lain jumlah tenaga perawatan yang kurang,
gedung baru yang belum rampung sehingga diperlukan adaptasi dalam
hal pemantauan dan pemeliharaannya.

Persiapan pelayanan fisik gedung baru disertai pula pelaksanaan


kegiatan-kegiatan perubahan kelembagaan RSUD Sekayu menuju
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan segala substansi yang
mendukung.

B.PERIODE PEMANTAPAN
a. Penetapan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pada tahun 2007 Pemerintah Daerah KabupatenMusi
Banyuasin membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu, hal ini memacu kami untuk melakukan peningkatan sarana dan
fasilitas pelayanan serta peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia kesehatan di rumah sakit yang memenuhi harapan dan
kebutuhan seluruh masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.

Seiring dengan upaya mewujudkan visi dan misi Kabupaten


Musi Banyuasin, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005,

40
tanggal 13 Juni 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (BLU), Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu mengalami
perubahan status institusi dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Kabupaten Musi Banyuasin ke Badan Layanan Umum Daerah Musi
Banyuasin berdasarkan Surat keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor
: 451 Tahun 2008 pada tanggal 31 Mater 2008, tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.

b. Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit


Seiring peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap pelayanan di Rumah
sakit. Masyarakat sebagai customer / pelanggan menuntut adanya
kepuasan terhadap pelayanan di Rumah Sakit. RSUD Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin merupakan Rumah Sakit Milik Pemerintah
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin berdiri sejak tahun 1937.
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di indonesia perlu terus
ditingkatkan sehingga dapat sejajar dengan mutu layanan rumah sakit di
negara-negara maju lainnya.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan tersebut, setiap 3
(tiga) tahun sekali rumah sakit wajib mengikuti akreditasi rumah sakit
sesuai ketentuan undang-undang rs nomor 44 tahun 2009, pasal 40 yang
menerangkan bahwa “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga)
tahun sekali “.
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan yang diberikan kepada
rumah sakit oleh pemerintah melalui badan yang berwenang
(KARS/Komisi Akreditasi Rumah Sakit) karena Rumah Sakit telah
memenuhi standar pelayanan yang ditentukan.
Akreditasi RSUD Sekayu versi lama telah berlangsung sejak
tahun 2002 dan telah diperbaharui pada tahun 2012.

41
Pada tahun 2014 dibawah kepimpinan direktur dr. H. Azmi
Dariusmansyah, MARS , RSUD Sekayu mulai melakukan persiapan
akreditasi versi baru (akreditasi versi 2012). Ada beberapa tahapan yang
dilalui sebelum dilakukan survei akreditasi meliputi

1) Kegiatan Workshop akreditasi oleh tim KARS Pusat dilaksanakan


tanggal 11-12 Agustus 2014
2) Kegiatan Bimbingan akreditasi oleh tim KARS Pusat dilaksanakan
tanggal 6 - 28 November 2015
3) Kegiatan Survei akreditasi oleh tim KARS Pusat dilaksanakan
tanggal 11-13 Oktober 2016. Pada tanggal 1 Desember 2016 ,
Berdasarkan surat dari KARS PUSAT NOMOR 2757
/KARS/XII/2016 menyatakan Hasil Survei RSUD Sekayu dari 15
Bab yang dilakukan survei , 4 bab mencapai > 60 % dan < 80 % :
TINGKAT MADYA atau dapat mengajukan remedial untuk Bab
sebagai berikut:

1. SKP / Sasaran Keselamatan Pasien


2. PPK / Pendidikan pasien dan keluarga
3. KPS / kualifikasi pendidikan dan staf
4. TKP / Tata kelola kepemimpinan dan pengarahan
Pada Tahun 2017, ada perubahan kepemimpinan Direktur RSUD
Sekayu yaitu Bapak dr. Makson Parulian Purba MARS . Dibawah
kepemimpinan dr. Makson Parulian Purba MARS, RSUD Sekayu
melakukan Kegiatan survei ulang akreditasi oleh tim KARS Pusat
untuk mendapatkan Tingkat paripurna yang dilaksanakan 12 Mei
2017. Hasil survei ulang akreditasi tersebut telah keluar dan RSUD
Sekayu mendapatkan Tingkat Paripurna (bintang lima) dikeluarkan
pada 26 Mei 2017 berlaku hingga 10 Oktober 2019
Survei / Penilaian Akreditasi bertujuan untuk mengetahui
apakah pelayanan Rumah sakit telah memenuhi standar Akreditasi .
Survei Akreditasi Baru di RSUD Sekayu ini menjadi tolak Ukur
perubahan pola pikir dan budaya RSUD sekayu dari yang berorientasi

42
kepada provider menjadi berorientasi kepada pasien. Dan juga adanya
komitmen pihak RSUD Sekayu untuk meningkatkan mutu pelayanan
berdasarkan standar pelayanan Rumah Sakit Yang berlaku sehingga
kepuasan pasien meningkat.
Survei Akreditasi bisa menambah semangat seluruh karyawan
dan tenaga medis di RSUD Sekayu supaya dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.Kita harus buktikan bahwa
RSUD Sekayu ini tidak kalah dibandingkan dengan RS Lain dalam
memberikan pelayanan yang terbaik dan berstandar kepada masyarakat
Musi Banyuasin.

c. Sertifikasi Internasional (ISO) IGD dan Farmasi RSUD Sekayu


Percepatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu terus
dilakukan. Pada Rabu 18 Oktober 2017 dilakukan assesment awal
mengenai sertifikasi Mutu Pelayanan ISO 9001:2015 oleh konsultan
ISO dari PT Asia Cipta Manajemen yang sudah terakreditas The United
Kingdom Accreditation Service (UKAS), yang di sampaikan oleh Muh
Fidi Andri Putra MM dan Winda Saraswati SE. Dengan komitmen
yaitu untuk meningkatkan mutu kinerja Sumber Daya Manusia (SDM)
di RSUD Sekayu. Untuk mencapai type B tentu melalui proses, salah
satunya adalah sertifikasi internasional. Sertifikasi internasional ini ada
dua bagian yakni pelayanan dan non pelayanan. Untuk tahap awal yang
sedang kita jalani ini adalah pelayanan IGD dan Farmasi, guna
mengukur system manajemen yang ada di IGD dan Farmasi.

d. Menjadi RS Kelas B
Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B dengan layanan
unggulan Pelayanan critical care and trauma respon centre. Pelayanan
ini didukung dengan pengembangan ruangan IGD, ruang intensif,
Kamar Bedah, pusat sterilisasi. Adapun alat-alat pendukung untuk
pengembangan ruangan tersebut, seperti:
a. Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

43
c. Fluorescopy dan lain sebagainya
1. Pengembangan ruang rawat inap dan ruangan penunjang
lainnya
2. Sebagai pusat rujukan khususnya kabupaten MUBA dan dan
umumnya provinsi Sumsel dan sekitarnya
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan RSUD Sekayu
Pelayanan di RSUD Sekayu Kelas B masih ada yang perlu
ditambah dan diperbaiki berdasarkan hasil visitasi dan akan
segera ditindaklanjuti. Untuk sekarang Unit pelayanan yang ada
di RSUD Sekayu, diantaranya :
A. INSTALASI
1. Instalasi Rawat Jalan :
1) Klinik Penyakit Dalam
2) Klinik Kebidanan dan Kandungan
3) Klinik Anak
4) Klinik Bedah
5) Klinik Gigi & Mulut
6) Klinik Mata
7) Klinik Syaraf
8) Klinik Paru
9) Klinik Jantung
10) Klinik Jiwa
11) Klinik THT
12) Klinik Rehabilitasi Medik
13) Klinik Kulit dan Kelamin
14) Klinik Umum (Medical Check Up)
15) Klinik Psikologis
2. Instalasi Rawat Inap (Kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas
III)
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi
5. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
6. Instalasi Radiologi
7. Instalasi Gizi
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Bedah Sentral (OK)
10. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
11. Instalasi Neonatus Intensif Care Unit (NICU)
12. Instalasi Kebidanan
13. Instalasi Rehabilitas Medik
14. Instalasi Pemeliharaan Sarana RS (IPSRS)

44
B. UNIT
1. Unit Hemodialisa
2. Unit MCU dan UTD
3. Unit Rekam Medik
4. Unit Sanitasi
5. Unit CSSD
6. Unit Diklat
7. Unit Humas
8. Unit IT
9. Unit Pendapatan dan Pelaporan

e. Menjadi Rujukan Regional di Sumatera Selatan

Berbagai persiapan untuk mewujudkan target menjadi Rumah Sakit


Rujukan terus dilakukan seperti memperoleh akreditasi paripurna,
meningkatkan keahlian dan wawasan tenaga medis/nonmedis,
menggandeng dokter-dokter spesialis, serta menjalin kerja sama
dengan berbagai pihak untuk memberikan pelayanan kesehatan
terbaik kepada masyarakat. Hingga RSUD Sekayu mampu mencapai
Misinya untuk menjadi RS Rujukan Regional tersebut yang ditetapkan
oleh gubernur melalui Peraturan Gubernur Sumsel Nomor 67 Tahun
2018 yang mengampu 4 kabupaten yaitu Kabupaten Musi Rawas,
Musi Rawas Utara, Pali dan Banyuasin. Dengan layanan unggulan
spesialistiknya RSUD Sekayu telah mengembangkan 5 layanan
unggulan yang melibatkan tenaga spesialistik yang mumpuni di
bidangnya masing-masing, diantaranya:
a. Center of Excellent Medical Check Up
Dengan pengembangan pelayanan ini, diharapkan RSUD
Sekayu dapat memenuhi harapan masyarakat atau perusahaan akan
pelayanan Medical Check Up secara menyeluruh karena RSUD
Sekayu mempunyai SDM yang handal dan dilengkapi dengan
peralatan dan fasilitas lainnya yang menunjang pelayanan Medical
Check Up, sehingga nantinya dapat menjadi pusat pelayanan
Medical Check Up di Provinsi Sumatera Selatan. Dalam upaya
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas

45
tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembaNgkan pelayanan
Medical Check Up dengan konsep :
- Pusat pelayanan Medical Check Up yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Medical Check
Up secara komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang
professional dan dilengkapi fasilitas medis yang modern.
b. Center of Excellent Integrated Heart

Kateterisasi Jantung & Angiografi (CATH LAB) untuk


menentukan Diagnostik penyakit jantung dan pembuluh darah dan untuk
selanjutnya dilakukan Intervensi Non Bedah sesuai indikasi secara
invasive melalui pembuluh darah dengan menggunakan kateter atau
elektroda.
Berdasarkan analisa Angka kejadian morbiditas maupun mortalitas
akibat Sindrom Koroner Akut (SKA) masih sangat tinggi, dan
merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia, bahkan
dunia. Penanganan kasus SKA di RSUD Sekayu yang tidak adekuat
selama ini sering berakibat pada komplikasi di kemudian hari, tak jarang
pasien datang dengan kondisi dilated cardiomyopathy yang kualitas
hidupnya akan sangat menurun. Sebagai RS tipe B dan sebagai RS
rujukan regional yang mengampu rujukan dari 4 kabupaten di sekitarnya.
Potensi-potensi ini dapat dikembangkan pula ke layanan kateterisasi
jantung, hingga RSUD Sekayu menjadi pusat layanan jantung terpadu
tingkat regional, bahkan provinsi. Untuk mewujudkan pusat pelayanan
tersebut dibuat roadmap dalam rangka persiapan pelayanan dengan
metode KSO.

c. Menjadi Center of Excellent Minimal Invasif Surgery Tahun 2019

Pelaksanaan pelayanan bedah minimal invasif yang sudah berjalan


sejak Oktober 2017. Dikarenakan permintaan pelayanan yang semakin

46
meningkat akan pelayanan bedah minimal invasif tersebut RSUD Sekayu
akan menambah nilai investasi dari beberapa aspek diantaranya adalah
penambahan sarana alat kesehatan, pendidikan dan pelatihan SDM,
penambahan SDM sesuai kompetensi dan renovasi gedung. Setelah
dilakukan analisis kelayakan investasi di dapatkan nilai NPV > 0 dan
IRR > target risiko (16%) hal ini berarti bahwa investasi elayanan bedah
minimal invasif dapat dilaksanakan di RSUD Sekayu
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembagkan pelayanan
bedah dengan konsep :
- Pusat pelayanan bedah invasif yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Bedah secara
komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang professional dan
dilengkapi fasilitas medis yang modern. Hal ini akan bersinergis
dengan pelayanan diagnosis dan terapis di RSUD Sekayu.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan penambahan alat-alat kesehatan dan pengembangan
pelayanan minimal infasif surgery hingga tahun 2019. Berikut grafik
rencana pengembangan pelayanan bedah minimal invasif:
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan bedah
invasif di RSUD Sekayu.

d. Menjadi Center of Excellent Haemodialisa Tahun 2019


RSDU Sekayu sebelumnya memang sudah memilik pelayanan
Hemodialisa namun Unit Pelayanan Hemodialisa RSUD Sekayu layak
untuk dikembangkan menjadi center excellent. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, maka
RSUD Sekayu akan mengembangkan pelayanan hemodialisis dengan
konsep :

47
 Pusat pelayanan hemodialisis yang mengedepankan patient safety
 One stop service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hemodialisis, dengan
pelayanan kesehatan yang profesional dan dilengkapi dengan
fasilitas kesehatan yang modern.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan renovasi gedung dan penambahan sarana prasarana
pelayanan hemodialisis hingga tahun 2019. Berikut road map rencana
pengembangan pelayanan hemodialisis.

e. Menjadi Center of Excellent Chemo Therapy Tahun 2019

Jumlah masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan


kemoterapi di Kabupaten Musi Banyuasin cenderung mengalami
peningkatan, serta belum adanya pelayanan kemoterapi pada kabupaten-
kabupaten sekitar Musi Banyuasin, sehingga dengan adanya fasilitas
center excellent chemotherapy di RSUD Sekayu ini, kami optimis dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.
Harapannya dengan adanya center excellent chemotherapy akan
mempercepat dan mempemudah pasien mendapatkan pelayanan
kemoterapi.
Berdasarkan pengamatan pada beberapa rumah sakit daerah yang
ada di Sumatera Selatan dan analisa SWOT, tingkat pelayanan
kemoterapi semakin meningkat dan dalam upaya memenuhi kebutuhan
akan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, maka RSUD Sekayu
akan mengembangkan pelayanan kemoterapi dengan konsep sebagai
berikut:
- Penyelenggaraan Peyelenggaraan Pelayanan Kanker sesuai dengan
panduan yang bertujuan menjamin hak pelayanan kanker bagi
seluruh masyarakat Indonesia dan mencakup kegiatan promotif,
reventif, kuratif, dan rehabilitatif.

48
- Pusat pelayanan kemoterapi yang terstandar, modern, dan aman bagi
pasien serta tenaga kesehatan terkait.
Dengan berpegangan pada hal tersebut diatas, maka diharapkan
dapat memudahkan dalam pemasarannya. Untuk memenuhi harapan
tersebut RSUD Sekayu merancang perencanaan penambahan alat-alat
kesehatan dan pengembangan pelayanan kemoterapi hingga tahun 2019.
Berikut grafik rencana pengembangan
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan
kemoterapi di RSUD Sekayu.

C. PENGEMBANGAN BANGUNAN RS

a. BANGUNAN FISIK
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kelas C dari
tahun 2000 hingga 2017. Pada akhir tahun 2017 RSUD Sekayu
berhasil melakukan peningkatan kelas menjadi Kelas B dengan
tingkat hunian (BOR) sebesar 86,4% pada tahun 2018 dengan
kapasitas tempat tidur 239 Tempat tidur. berdasarkan kajian yang
mendalam kebutuhan tempat tidur RSUD Sekayu harus
ditingkatkan sesuai dengan tingkat kunjungan dan standar kelas
B. Selain itu berdasarkan visitasi dari tim visitasi peningkatan
kelas RSUD Sekayu ke kelas B terdapat beberapa kekurangan
yang perlu segera ditindaklanjuti untuk memenuhi standar
bangunan dan ruangan RS Kelas B.
 Rekam
Sejak Tahun 2018 RSUD Sekayu Medik
yang mulanya terdiri
 Bank Sumsel
dari gedung A, B, C, D dan GedungBaru masing-masing
Tempat 2 (dua)
Pendaftaran/
lantai Loket dengan gedung Eks
(kulim dan manggaris) bertambah
 Triase Pendaftaran
akper dengan uraian sebagai berikut: ICU/ NICU
1. Gedung A  Kebidanan (VK dan
Neonatus)
49  Bedah Sentral
 Aula
 CSSD
 Poliklinik
 Farmasi Rawat Jalan
 IGD
 Radiologi
 Rehabilitasi Medik
 Labor Patologi Klink & UTD
 Ruang Humas
 Tempat Fotocopy
 Poli Tumbuh Kembang Anak
 Poli Eksekutif
2. Gedung B
 Ruang Perawatan Rawat Inap
o Kelas III diberi nama Ruang Medang
o Kelas II diberi nama Ruang Meranti
o Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
o Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
o Rungai Sungkai Kebidanan (II dan III) dan Ruang
Rawat
Gabung Bayi
Ruang Bidang Keperawatan RSUD Sekayu
3. Gedung C
 Labor Patologi Anatomi
 Ruang IT / Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim
(TPA)
 Haemodialisa
 Kantin
 Farmasi Rawat Inap
 Gudang Farmasi 1
 Ruang Gizi
 Sanitasi/ Laundry
4. Gedung D
 IPSRS
 Maintenance
 Ruang Genset
 Kamar Jenazah
 Instalasi Gas Medis
5. Gedung Baru
 Ruang Infeksi Airborne Disease ( Kulim)
 Ruang Infeksi Non Airborne Disease ( Manggaris)
6. Gedung Eks Akper
 Kantor Administrasi
 Gudang Farmasi 2
 Ruang Perawatan Leban  Ruang Kemoterapi
 Gudang Sarana

50
Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi
fasilitas dan sarana penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik
bagi masyarakat. Untuk Kapasitas tempat tidur secara keseluruhan yang
dimiliki RSUD Sekayu sekarang berjumlah 254 TT untuk rawat inap, 9
TT di IGD dan 6 TT untuk VK Kebidanan. Dengan perincian untuk
rawat inap sebagai berikut:

Tabel: 1.1 Kapasitas Tempat Tidur RSUD Sekayu Tahun 2019

NO. URAIAN JUMLAH


1 Kelas utama VIP (Ruang Petang) 10
2 Kelas I (Ruang Tembesu) 20
Kelas II (Ruang Meranti dan Sungka
3 40
(1 kamar, 4 TT)
Kelas III (32 TT Sungkai, 30 TT
4 Manggaris, 29 TT Kulim, 40 TT 143
Medang dan 12 TT Leban)
5 ICU 4
6 NICU 4
7 Tempat tidur bayi 33
254 Tempat
TOTAL
Tidur

VISI MISI RSUD SEKAYU

VISI sesuai SK Direktur RSUD Sekayu Nomor 800/171/RS/2018:


MEWUJUDKAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
MUSI BANYUASIN SEBAGAI RUMAH SAKIT KELAS
DUNIA DALAM RANGKA MENDUKUNG PERWUJUDAN
MUBA MAJU BERJAYA 2022

51
VISI Percepatan RSUD Sekayu sesuai Edaran Nomor 800/245/RS/IV/
2018:
Menjadi RS Rujukan Regional Berstandar Internasional Tahun
2019

MISI sesuai SK Direktur RSUD Sekayu Nomor 800/171/RS/2018:


1. Melakukan Penataan SDM melalui peningkatan Hard Competency dan
Soft Competency (The Right Man In the Right Place at The Righ Time)
2. Terwujudnya Akreditasi Paripurna dan Rumah Sakit Kelas B
3. Terwujudnya RSUD Sekayu sebagai Rujukan Regional bertaraf
Internasional melalui unggulan pelayanan Center Of excellence medical
check up tahun 2019, Center Of excellence integrated heart care tahun
2019, Center Of excellence minimal invasif surgery tahun 2019, Center Of
excellence hemodialisa tahun 2019 Center Of excellence chemo therapy
tahun 2019
4. Terwujudnya RSUD Sekayu berstandar Akreditasi Joint Comission
Internasional

STRUKTUR DAN SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT


Struktur Organisasi dan tata kerja RSUD Sekayu sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Tahun 2008 telah ditetapkan oleh Bupati Musi
Banyuasin dalam Surat Keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor 40
Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Rumah Sakit
Umum Daerah Sekayu. RSUD Sekayu dipimpin oleh seorang kepala
dengan sebutan Direktur yang secara teknis medis berkoordinasi dengan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin dan secara teknis
operasional kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Musi
Banyuasin.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu untuk sekarang
masih mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
dimana ada 1 (satu) Kepala Bagian dan 3 Kepala Bidang yang membantu
Direktur dalam menyelenggarakan operasional RSUD Sekayu ini. Selain

52
itu dibantu juga dengan Komite Medik, Keperawatan, Mutu, PMKP, IPCN
dan Farmasi dan Terapi. Setiap Bagian dan Bidang dibantu oleh 2 (dua)
orang pejabat struktural.
Adapun susunan organisasi RSUD Sekayu pada tahun 2019 (01 Oktober
2019) sebagai berikut :
1. Direktur RSUD Sekayu : dr.Makson Parulian Purba, MARS
2. Kepala Bagian Tata Usaha : H. Achmadi, SKM, M.Si
 Kasubbag Administrasi dan Umum : Solehatun Robiah, SKM
 Kasubbag Diklat dan Litbang : Ns. Efriena Masda
Kartianah, S.Kep
 Kasubbag Sarana dan Rekam Medik : Yulrizal, SKM
3. Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabiati, SH,
M.Kes
 Kepala Seksi Layanan Rawat : R.A Rita Anggraini, SST
 Kepala Seksi Administrasi : Farida Yazid, S.Kep
4. Kepala Bidang Pelayanan : dr. Ira Puspita Mizar
Ginting
 Kepala Seksi Pelayanan Medis : Novaza Zemilia Ariani,
S.ST, M.Kes
 Kepala Seksi Penunjang Medis : Fauziah, SKM., M.Kes
5. Kepala Bidang Keuangan dan Program : Elliya, SE
 Kepala Seksi Keuangan & Program : Ridati Murdianti, S.Si
 Kepala Seksi Akuntansi : Rodes Kurniadi, Amd

Ketua Komite
1) Satuan Pengawas Internal (SPI) : Tika Hadiyanti, Am.F
2) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi : dr, Meili
Andriani, SpAn
3) Komite Medik : dr. Taufik firdaus, SpOG (K)
4) Komite Keperawatan : Ns. Tuty Arly. S.Kep
5) Komite Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien : dr.
Nursaenah, SpS
6) Komite Farmasi dan Terapi : dr. Oyon Istambul, Sp.B

Kepala Instalasi (SK Direktur Nomor: 800/345/RS/2019):


1) Instalasi Rawat Jalan : dr. Alicia Agustine, Sp.B
2) Instalasi Rawat Inap : dr. Febri Rahmayani, SpPD
3) Instalasi Kebidanan : dr. Renny Junitasari, Sp. OG
4) Instalasi Gawat Darurat : dr. Hendra Cipta, SpB
5) Instalasi Bedah Sentral : dr. Oyon Istambul, Sp.B

53
6) Instalasi ICU : dr. Meili Andriani, Sp.An
7) Instalasi NICU : dr. Deisy Elfrina Lubis, Sp.A
8) Instalasi Laboratorium PK : dr. Ruri Rizki Andriani, Sp.PK
9) Instalasi Laboratorium PA : dr. Winta Mayanti, SpPA
10) Instalasi Radiologi : dr. Enggar KW
11) Instalasi Farmasi : Dra. Hanifdar, Apt
12) Instalasi Rehabilitasi Medik : dr. Riri Puspa Putri F
13) Instalasi IPSRS : Leni Gustina
14) Instalasi Gizi : Farida, S.KM

Kepala Ruang (SK Direktur Nomor: 800/196/RS/2019):


1. Kepala Ruang ICU : Ns. Serawati, S.Kep
2. Kepala Ruang NICU : Ns. Mia Mutia, S.Kep
3. Kepala Ruang OK : Ns Andi Perdana P, S.Kep
4. Kepala Ruang Farmasi : Tenti Rosita, S.Farm. Apt
5. Kepala Ruang Fisioterapi : Sri Suryani, S.Ft
6. Kepala Ruang IGD : Ardiansyah,Am.Kep
7. Kepala Ruang Laboratorium : Edi Sumantri, AMAK
8. Kepala Ruang Radiologi : Nurhidayat Arifianto, SKM
9. Kepala Ruang Sungkai : Rimayanti, SST
10. Kepala Ruang Medang : Nofriani, Am.Kep
11. Kepala Ruang Meranti : Ns. Mareta Sri Wulandari,
S.Kep
12. Kepala Ruang Manggaris : Ns.Ema Jaya, S.Kep
13. Kepala Ruang Kulim : Ns. Darni Apriyani, S.Kep
14. Kepala Ruang Petanang/Tembesu : Hernita, Am.Kep
15. Kepala Ruang Rawat Jalan : Nirwana,Am.Keb
16. Kepala Ruang VK Kebidanan :R.A.Nurhidayah
Oktaria, Am.Keb,SKM
17. Kepala Ruang Neonatus : Siti Fenta Juliantika, Am.Keb
18. Kepala Ruang PA : Vera Wati
19. Kepala Ruang Gizi : Egi Puspita, Amg
20. Kepala Ruang IPSRS : Hermawati

Kepala Unit (SK Direktur Nomor: 800/344/RS/2019):


1. Kepala Unit MCU : dr. Afif Alfisyah
2. Kepala Unit Poli Eksekutif : dr. Syaukat
3. Kepala Unit Transfusi Darah : dr. Melani
4. Kepala Unit Hemodialisa :dr. Syahpri Dasa Wangsa, SpPD
5. Kepala Unit Ruang Rekam Medik : Iin Dahlia, SKM
6. Kepala Unit Sanitasi : Leni Gustina, S.E
7. Kepala Unit CSSD : Leni Maryani, Am.Kep
8. Kepala Unit Humas : Andodi, SKM
9. Kepala Unit Diklat : Marni Eliza, Am.Kep
10. Kepala Unit IT : Sri Gustina, S.Kom

54
11. Kepala Unit Pendapatan dan Pelaporan: M. Fajridin Asnur

Manajer On Duty
1. Fadlawati, SE 4. Andodi,SKM
2. Nurhidayat Afrianto 5. Ifrat
3. Edy sumantri, AMAK 6. Farida Yazid, S.Kep

55
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY ” M DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN ; BRONKOPNEUMONIA DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

Pengkajian dilakukan tanggal 12 Desember 2019Jam 14.00 WIB


I. IDENTITAS DATA
A. BIODATA PASIEN
a. Inisial nama : By Ny. M
b. TTL : Sekayu, 08 Desember 2019 (3 Hari)
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Keramat jaya Sungai Keruh
e. No. CM : 331484
f. Tanggal MRS : 08 Desember 2019 Jam 19.00 WIB
g. Nama ayah/ibu :Tn. H / Ny. M

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


a. Keluhan utama : Sesak Napas
b. Riwayat kesehatan sekarang : + 3 hari yang lalu Bayi lahir Seksio
Caesaria atas indikasi Kala II tidak maju + gawat janin lahir hidup tidak
langsung menangis dari ibu G3 Po A1 hamil aterm , ketuban hijau kental
bau R/ PEB , KPSW (+), anus (+) , APGAR SCORE 6/7, sesak (+),
retraksi dada (+), irama napas tidak teratur, takipneu (+), ronchi (+),
sekret (+), menangis kuat (+) , RR = 78 x/ menit, HR = 168 x/menit,
SPO2 = 90 % , T = 36,2 C, Ku lemah.

c. Riwayat kehamilan dan kelahiran :

56
1. Prenatal : Ny. M kehamilan G2P0A1, usia 27 tahun, ibu pasien jarang
memeriksakan kehamilannya kebidan atau pelayanan kesehatan, klien
tidak merokok, makan teratur, dan mempunyai riwayat kelahiran
abortus 1 x
2. Intranatal: Bayi lahir Seksio Caesaria atas indikasi Kala II tidak maju
+ gawat janin lahir hidup tidak langsung menangis dari ibu G3 Po A1
hamil aterm , ketuban hijau kental bau R/ PEB , KPSW (+), anus (+) ,
APGAR SCORE 6/7
3. Postnatal :Bayi lahir tidak langsung menangis dari ibu G3 Po A1
hamil aterm , ketuban hijau kental bau R/ PEB , KPSW (+), anus (+) ,
APGAR SCORE 6/7

d. Riwayat masa lampau


1. Penyakit waktu kecil : Tidak ada
2. Pernah dirawat di RS :Tidak pernah
3. Obat-obatan yang digunakan :Tidak ada
4. Tindakan (operasi) : Tidak ada
5. Alergi : Tidak ada

e. Riwayat keluarga (disertai genogram)

Keterangan :
: Laki-laki : Pasien

57
: Perempuan : Tinggal serumah
f. Riwayat sosial
1. Yang mengasuh :Saat ini bayi di RS dirawat oleh perawat
dan bidan sesekali ibu klien menjenguk sat jam kunjung RS.
2. Hubungan dengan anggota keluarga : ibu bayi bisa mengunjungi,
melihat, dan menyentuh bayinya saat berkunjung
3. Hubungan dengan teman sebaya : tidak ada

III. KEBUTUHAN DASAR


a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat Diet ASI 20 cc /3 jam sekali melalui OGT
(syring pump)
b. Eliminasi
pasien BAK dan BAB menggunakan Pampers ± 100 cc.
c. Istirahat dan tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar, berasa kotor BAB dan
BAK, rata – rata tidur perhari 20 – 22 jam

IV. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


Diagnosa medis : Bronkopneumonia
a. No. CM : 331484
b. Tanggal MRS : 08 Desember 2019 Jam 19.00 WIB
c. Tindakan operasi : Tidak ada
d. Status nutrisi : Bayi mendapat intake ASI 20 cc/ per 3 jam via
OGT (syring pump)
e. Status cairan : Bayi terpasang IVFD D 10 % Gtt X TPM
f. Obat-obatan :
NO TANGGAL NAMA OBAT DOSIS RUTE
1. 12 Desember Ampicilin injeksi 2x150 mg IV
2019

58
Ceftazidim injeksi 2 x 150 mg IV
Dexametason 3 x 1/3 mg IV
injeksi
Aminophilin injeksi 3 x 3 mg IV
2. 13 Desember Ampicilin injeksi 2x150 mg IV
2019
Ceftazidim injeksi 2 x 150 mg IV
Dexametason 3 x 1/3 mg IV
injeksi
Aminophilin injeksi 3 x 3 mg IV
3. 14 Desember Ampicilin injeksi 2x150 mg IV
2019
Ceftazidim injeksi 2 x 150 mg IV
Dexametason 3 x 1/3 mg IV
injeksi
Aminophilin injeksi 3 x 3 mg IV
4. 15 Desember Ampicilin injeksi 2x150 mg IV
2019
Ceftazidim injeksi 2 x 150 mg IV

g. Aktivitas :
Bayi tampak lemah, banyak tidur dan kurang aktif, menangis kuat

h. Tindakan keperawatan :
1. Monitor TTV dan kesadaran klien
2. Monitor pola napas klien (RR, kedalaman, penggunaan otot bantu
napas, retraksi , sianosis, cuping hidung , alat bantu napas)
3. Mengatur posisi klien semi ekstensi
4. Memberikan ASI Via OGT 20 cc/3 jam
5. Mengkolaborasikan dengan dokter pemasangan ventilator modus
PC-CMV FIO2 = 30 % Peep 7,0
6. Perawatan Incubator dan pemasangan bed side monitor

i. Hasil laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

59
Hematologi
DARAH LENGKAP
+ LED
- Hemoglobin 14.9 g/dL 13.4 – 19.9
- Lekosit
10.2 10^3/mm^3 9.4 – 34.0
- Eritrosit
- Trombosit 4.07 10^6/dL 4.80 – 6.90
- Hematokrit
246 10^3/mm^3 150 – 400
- MCV
- MCH 39.6 ∞ 42.0 – 65.0
- MCHC
97.3 fL 94.0 – 118.0
36.6 pg 31.0 – 37.0
37.6 g/L 30.0 – 36.0
Hitung Jenis
- Basofil 1 ∞ 0–2
- Eosinofil
1 ∞ 0–5
- Neurotrofil
- Neurotrofil batang 57 ∞ 40 – 80
- Limposit
1.0 ∞ 0–4
- Monosit
- Laju endap darah 29 ∞ 20 – 40
12 ∞ 5 – 15
3 Mm 0 -10
KIMIA DARAH
- Glukosa sewaktu 45 50 – 80
- Imunoserologi
mg/dL
- CRP
Negatif <5

j. Hasil rontgen :
COR : ukuran kesan tidak membesar, terlihat samar – samar, aorta baik
mediastinum superior melebar (thymus). Trakea ditengah hillus kanan
kiri tidak menebal. Tampak infiltrat dilapangan kedua paru sinus
kostofrenikus kanan kiri lancip. Diaragma kanan kiri licin tulang dan
jaringan lunak kesan baik.
Kesan : Infiltrat di lapangan kedua paru DD/HMD grade III, pneumonia

60
V. PENGKAJIAN FISIK
Data Klinis : PB : 48 cm , BB = 3500 gram , kesadaran : Compos mentis ,
GCS : 15 (E = 4 , M = 6 , V = 5) , SPO2 = 90 %
a) Keadaan Umum : Lemah, sesak (+), retraksi dada (+), sianosis (-), irama
napas tidak teratur , takipneu (+), takikardi (+) , bayi kurang aktif,
menangis kuat
b) Kulit
Warna kulit pucat , suhu hangat, turgor elastis
c) Kepala
Bentuk : simetris ,tidak ada hematoma dan luka , rambut warna hitam
d) Mata
Mata jernih, visus tidak dapat diukur, pupil isokor , reaksi cahaya : kanan
(+)/ Kiri (+)
e) Telinga
Bentuk simetris, serumen tidak ada
f) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran konka , sekret tidak ada
g) Mulut
Mukosa bibir kering, tidak terdapat sianosis dan kelainan labio palato
schizis, dan terpasang OGT pada mulut bayi untuk memenuhi kebutuhan
nutisi dan residu pada bayi.
h) Tenggorokan
Tonsil / pharink tidak ada peradangan
i) Leher
Bentuk simetris , tidak pembesaran vena jugularis
j) Dada
Bentuk tidak simetris , retraksi dada (+) , sesak (+) , terpasang Ventilator
modus PC-CMV FIO2 = 30 % PEEP 7
Paru-paru
Inspeksi : stridor (+), RR = 71 x/menit, irama napas takipneu tidak teratur,
retraksi dada (+) , kedalaman napas dalam

61
Palpasi : ekspansi pernapasan
Perkusi : Redup
Auskultasi : irama napas tidak teratur , suara napas ronchi
Jantung
Inspeksi : ictus cordis normal
Palpasi : ictus cordis normal
HR : 168x/menit
Perkusi : redup
Auskultasi : irama jantung tidak teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan,
S 1 = lup, S2 Dup
k) Abdomen
Tidak terdapat distensi abdomen, bising usus (+) dan tidak terdapaat residu
l) Genitalia dan Anus
Penis : normal , tidak ada pembesaran, kebersihan baik
m) Ekstremitas atas dan bawah
Fraktur tidak ada , lesi / luka tidak ada , rentang gerak aktif , skala
kekuatan otot 4/4
4/4

ANALISA DATA

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Kamis Tanggal/jam : 12 Desember 2019 jam 14.00

62
WIB
Nama
Masalah dan
No Data senjang Etiologi
keperawatan paraf
perawat
1. DS : -
DO : Virus Bakteri Jamur Bersihan
- Klien tampak Jalan Napas
sesak Invasi saluran napas
- Retraksi dada (+) atas
- Penggunaan otot
bantu napas (+) Kuman berlebih di
- Takipneu (+) bronchus
- Irama napas tidak
teratur Proses peradangan
- Sianosis (-)
- Sekret (+) Akumulasi sekret di
- Kedalaman napas bronchus
dangkal
- Tangisan lkuat Bersihan jalan napas
- Terpasang inefektif
Ventilator modus
PC-CMV FIO2 =
30 % peep 7
- TTV
RR = 78 %
HR = 168 x/menit
Suhu = 36,2 ˚C
Spo2 = 90 %

2. DS : -
DO : Infeksi saluran napas Gangguan
- Klien tampak bagian bawah Pertukaran
sesak gas
- Retraksi dada (+) Dilatasi pembuluh
- Penggunaan otot darah
bantu napas (+)
- Takipneu (+) Eksudat masuk alveoli
- Irama napas tidak
teratur Gangguan difusi gas
- Sianosis (-) O2 dan CO2
- Sekret (+)
- Kedalaman napas Kadar O2 di didalam
dangkal darah (hipoksemia)

63
- Tangisan lemah
- Terpasang CPAP
FIO2 = 21 % Gangguan pertukaran
- RR = 71 % gas

3. DS : -
DO : Akumulasi secret di Gangguan
- Mukosa bibir bronchus Nutrisi
kurang dari
kering,
Mucus dibronchus kebutuhan
- Reflek isap lemah meningkat tubuh
- Terpasang OGT
Anoreksia
pada mulut bayi
Reflek isap lemah
- Terpasang IVFD
D10 % Gtt X TPM Intake Nutrisi kurang
- Diet ASI/PASI Via
Gangguan Nutrisi
OGT 20 CC / 3 kurang dari kebutuhan
tubuh
jam (Syring pump)

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Kamis Tanggal/jam : 12 Desember 2019 jam 14.00
WIB
1. Bersihan jalan napas inefektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484

64
Hari : Kamis Tanggal/jam : 11 Desember 2019 jam 14.00
WIB
1. Bersihan jalan napas inefektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Kamis Tanggal/jam : 12 Desember 2019 jam 14.00
WIB
1. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan Akumulasi sekret di
bronchus
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli dan
gangguan difusi gas O2 dan CO2
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d reflek isap lemah dan
intake nutrisi kurang

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : kamis Tanggal/jam : 12 Desember 2019 jam 14.00

65
WIB
Nama &
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) TTD
Keperawatan
perawat
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan NIC :
napas inefektif tindakan keperawatan 1. Monitor TTV dan
berhubungan selama 3x24 jam jalan tingkat kesadaran klien
dengan nafas epektif dengan 2. Posisikan pasien
Akumulasi sekret kriteria hasil : senyaman mungkin
di bronchus - Pernafasan adekuat (semifowler)
16-30 x/menit 3. Pastikan kebutuhan
- Ronchi tidak ada oral / tracheal
- Bunyi napas suctioning
vesikuler 4. Auskultasi suara nafas
- Sekret tidak ada sebelum dan sesudah
- Auskultasi vesikuler suctioning.
- Sesak nafas hilang 5. Informasikan pada
- Tidak ada klien dan keluarga
penumpukan cairan tentang suctioning
diparu 6. Hentikan suction dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.
7. Kolaborasikan dengan
dokter dalam
pemberian terapi
bronkodilator
2. Gangguan Setelah dilakukan NIC :
pertukaran gas tindakan keperawatan 1. Monitor rata – rata,

66
berhubungan selama 3x24 jam kedalaman, irama dan
dengan eksudat Gangguan pertukaran usaha respirasi
masuk alveoli dan gas teratasi dengan 2. Catat pergerakan
gangguan difusi kriteria hasil : dada,amati
gas O2 dan CO2 - Pernafasan adekuat kesimetrisan,
16-30 x/menit penggunaan otot
- Retraksi dada tambahan, retraksi
minimal/tidak ada otot supraclavicular
- Bunyi napas dan intercostal
vesikuler 3. Posisikan pasien
- Sianosis tidak ada untuk
- Sesak nafas hilang memaksimalkan
- Tidak ada ventilasi
penumpukan cairan 4. Auskultasi suara
diparu nafas, catat area
- Tidak menggunakan penurunan / tidak
alat bantu napas adanya ventilasi dan
- TTV stabil suara tambahan
5. Kolaborasikan dalam
pemberian terapi
oksigen dan
pemasangan alat
ventilator

3. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan 1. Monitor BB klien


kurang dari tindakan keperawatan setiap hari
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam nutrisi 2. Monitor adanya mual
b.d reflek isap terpenuhi dengan muntah
lemah dan intake kriteria hasil : 3. Monitor intake nutrisi
nutrisi kurang - Reflek isap kuat pasien

67
- Muntah tidak ada 4. Berikan ASI/PASI
- Mual tidak ada setiap 2 jam
- Nafsu makan 5. Monitor reflek isap
meningkat bayi
- BB meningkat 6. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemasangan OGT
7. Kolaborasi dengan
ahli gisi untuk
pemberian nutrisi bayi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : kamis Tanggal/jam : 12 Desember 2019 jam 14.00
WIB

68
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 15.00 1. Monitor TTV dan tingkat Ku lemah, kesadaran
compos mentis , T = 36,2
kesadaran klien
C , HR = 168x/menit,
RR = 78 x/menit, SPO2
= 90 % , cuping hidung
(-), retraksi dada
(+)Sesak (+), irama
napas tidak teratur,
takipneu (+), tangisan
kuat
15.05 2. Posisikan pasien senyaman Posisi yang nyaman semi
fowler
mungkin (semifowler)
15.07 3. Pastikan kebutuhan oral / ASI/PASI via OGT 20
cc/ 3 jam
tracheal suctioning
15.10 4. Auskultasi suara nafas sebelum Sekret (+), bayi tenang
dan nyaman setelah di
dan sesudah suctioning.
suction
15.15 5. Informasikan pada klien dan Keluarga tampak
mengerti dengan
keluarga tentang suctioning
penjelasan perawat
15.20 6. Pemberian terapi kolaborasi Ampicilin injeksi 1 x
150 mg (IV)
dengan dokter
Aminophilin injeksi
dosis 1 x 3 mg (IV)
Dexametason injeksi
dosis 1 x 1/3 mg (IV)
2. 15.25 1. Monitor rata – rata, kedalaman, Kedalaman napas dalam
dan penggunaan otot
irama dan usaha respirasi
bantu napas diafragma
15.30 2. Catat pergerakan dada,amati Ronchi (+), cuping
hidung (-) , sianosis (-)
kesimetrisan, penggunaan otot
Sesak (+), irama napas
tambahan, retraksi otot tidak teratur, takipneu
(+), tangisan kuat
supraclavicular dan intercostal
15.35 3. Posisikan pasien untuk Posisi pasien semi
fowler
memaksimalkan ventilasi
15.37 4. Auskultasi suara nafas, catat Ronchi (+), sekret (+)
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan

69
15.40 5. Kolaborasikan dalam pemberian Terpasang ventilator
Modus PC-CMV FIO2 =
terapi oksigen dan pemasangan
30 % , peep 7
alat ventilator
3. 15.45 1. Monitor BB klien setiap hari BB = 3500 gram

15.50 2. Monitor adanya mual muntah Mual muntah (-)

15.55 3. Monitor intake nutrisi pasien Intake ASI/PASI 20 cc /


3 jam via OGT
15.57 4. Monitor reflek isap bayi Reflek isap masih lemah

16.00 5. Kolaborasikan dengan ahli gizi Diet ASI/PASI Neosure


pemberian diet / nutrisi pada 20 cc / 3 jam via OGT
bayi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Jumat Tanggal/jam : 13 Desember 2019 jam 14.00
WIB

70
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
1. 15.00 1. Monitor TTV dan tingkat Ku sedang , kesadaran
compos mentis , T = 36,3
kesadaran klien
C , HR = 137x/menit,
RR = 55 x/menit, SPO2
= 92 % , cuping hidung
(-), retraksi dada (-)
Sesak (-), irama napas
tidak teratur, takipneu
(-), tangisan kuat
15.05 2. Posisikan pasien senyaman Posisi yang nyaman semi
fowler
mungkin (semifowler)
15.10 3. Pastikan kebutuhan oral / ASI/PASI via OGT 20
cc/ 3 jam
tracheal suctioning
15.15 4. Auskultasi suara nafas sebelum Sekret (+), bayi tenang
dan nyaman setelah di
dan sesudah suctioning.
suction
15.20 5. Pemberian terapi kolaborasi Ampicilin injeksi 1 x
150 mg (IV)
dengan dokter
Aminophilin injeksi
dosis 1 x 3 mg (IV)
Dexametason injeksi
dosis 1 x 1/3 mg (IV)
2. 15.25 1. Monitor rata – rata, kedalaman, Kedalaman napas
dangkal dan penggunaan
irama dan usaha respirasi
otot bantu napas
diafragma
15.27 2. Catat pergerakan dada,amati Ronchi (-), cuping
hidung (-) , sianosis (-)
kesimetrisan, penggunaan otot
Sesak (-), irama napas
tambahan, retraksi otot tidak teratur, takipneu
(-), tangisan kuat
supraclavicular dan intercostal
15.35 3. Posisikan pasien untuk Posisi pasien semi
fowler
memaksimalkan ventilasi
15.37 4. Auskultasi suara nafas, catat Ronchi (-), sekret (-)
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
15.40 5. Kolaborasikan dalam pemberian Terpasang ventilator
Modus SPN CPAP FIO2
terapi oksigen dan pemasangan
= 21 % , peep 5
alat ventilator

71
3. 15.45 1. Monitor BB klien setiap hari BB = 3500 gram

15.50 2. Monitor adanya mual muntah Mual muntah (-)

15.55 3. Monitor intake nutrisi pasien Intake ASI/PASI 20 cc /


3 jam via OGT
15.57 4. Monitor reflek isap bayi Reflek isap masih lemah

16.00 5. Kolaborasikan dengan ahli gizi Diet ASI/PASI Neosure


pemberian diet / nutrisi pada 20 cc / 3 jam via OGT
bayi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Sabtu Tanggal/jam : 14 Desember 2019 jam 14.00
WIB
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat

72
1. 15.00 1. Monitor TTV dan tingkat Ku stabil , kesadaran
Compos mentis , T =
kesadaran klien
36,7 C , HR =
147x/menit, RR = 47
x/menit, SPO2 = 95 % ,
cuping hidung (-),
retraksi dada (-) Sesak
(-), irama napas tidak
teratur, takipneu (-),
tangisan kuat
15.05 2. Posisikan pasien senyaman Posisi yang nyaman semi
fowler
mungkin (semifowler)
15.08 3. Pastikan kebutuhan oral / ASI/PASI via OGT 20
cc/ 3 jam
tracheal suctioning
15.10 4. Auskultasi suara nafas sebelum Sekret (+), bayi tenang
dan nyaman setelah di
dan sesudah suctioning.
suction
15.20 5. Pemberian terapi kolaborasi Ampicilin injeksi 1 x
150 mg (IV)
dengan dokter
Aminophilin injeksi
dosis 1 x 3 mg (IV)
Dexametason injeksi
dosis 1 x 1/3 mg (IV)
2. 15.25 1. Monitor rata – rata, kedalaman, Kedalaman napas
dangkal
irama dan usaha respirasi
15.27 2. Catat pergerakan dada,amati Ronchi (-), cuping
hidung (-) , sianosis (-)
kesimetrisan, penggunaan otot
Sesak (-), irama napas
tambahan, retraksi otot tidak teratur, takipneu
(-), tangisan kuat
supraclavicular dan intercostal
15.35 6. Posisikan pasien untuk Posisi pasien semi
fowler
memaksimalkan ventilasi
15.37 7. Auskultasi suara nafas, catat Ronchi (-), sekret (-)
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
15.40 8. Kolaborasikan dalam pemberian Terpasang ventilator
Modus SPN CPAP FIO2
terapi oksigen dan pemasangan
= 21 % , peep 5
alat ventilator
3. 15.45 1. Monitor BB klien setiap hari BB = 3500 gram

73
15.50 2. Monitor adanya mual muntah Mual muntah (-)

15.55 3. Monitor intake nutrisi pasien Intake ASI/PASI 20 cc /


3 jam via OGT
15.57 4. Monitor reflek isap bayi Reflek isap masih lemah

16.00 5. Kolaborasikan dengan ahli gizi Diet ASI/PASI Neosure


pemberian diet / nutrisi pada 20 cc / 3 jam via OGT
bayi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Minggu Tanggal/jam : 15 Desember 2019 jam 14.00
WIB
Nama &
No Jam
Tindakan Keperawatan Respon TTD
DX (WIB)
perawat
3. 15.00 1. Monitor BB klien setiap hari BB = 3500 gram

74
15.05 2. Monitor adanya mual muntah Mual muntah (-)

15.08 3. Monitor intake nutrisi pasien Intake ASI /PASI 20 cc /


via oral
15.10 4. Monitor reflek isap bayi Reflek isap sedang

15.20 5. Kolaborasikan dengan ahli gizi Diet ASI via oral


pemberian diet / nutrisi pada
bayi

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : kamis Tanggal/jam : 12 Desember 2019 jam 14.00
WIB
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat

75
1. 19.30 wib S : -
O:
- ku lemah , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (+), retraksi dada (+), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (+)
- Terpasang ventilator modus PC-CMV
FIO2 = 30 % peep 7
- TTV :
T = 36 C , HR = 160 x/menit, RR = 60
x/menit, SPO2 = 93 %
A : Bersihan jalan napas inefektif belum
teratasi
P : Intervensi Bersihan jalan napas
diteruskan
1. Monitor TTV dan tingkat kesadaran klien
2. Posisikan pasien senyaman mungkin
(semifowler)
3. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
4. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
5. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
6. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi bronkodilator
2. 19. 35 S:-
O:
- ku lemah , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (+), retraksi dada (+), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (+)
- Terpasang ventilator modus PC-CMV
FIO2 = 30 % peep 7
- TTV :

76
T = 36 C , HR = 160 x/menit, RR = 60
x/menit, SPO2 = 93 %
A : Gangguan pertukaran gas belum teratasi
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
4. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
5. Kolaborasikan dalam pemberian terapi
oksigen dan pemasangan alat ventilator
3. 19.45 S:-
O : ku lemah, reflek isap lemah, mual (-),
muntah (-) , terpasang OGT , ASI/PASI Via
OGT 20 cc /3 jam
A : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi
P : intervensi gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diteruskan
1. Monitor BB klien setiap hari
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor intake nutrisi pasien
4. Berikan ASI/PASI setiap 2 jam
5. Monitor reflek isap bayi
6. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk

77
pemberian nutrisi bayi

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Jumat Tanggal/jam : 13 Desember 2019 jam 14.00
WIB
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat

78
1. 19.30 wib S : -
O:
- ku sedang , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- Terpasang ventilator modus PC-CMV
FIO2 = 21 % peep 5
- TTV :
T = 36,4 C , HR = 148 x/menit, RR = 48
x/menit, SPO2 = 95 %
A : Bersihan jalan napas inefektif teratasi
sebagian
P : Intervensi Bersihan jalan napas
diteruskan
1. Monitor TTV dan tingkat kesadaran klien
2. Posisikan pasien senyaman mungkin
(semifowler)
3. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
4. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi bronkodilator
2. 19. 35 S:-
O:
- ku sedang , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (-), ronchi (-)
- Terpasang ventilator modus PC-CMV
FIO2 = 21 % peep 5
- TTV :
T = 36 C , HR = 160 x/menit, RR = 60
x/menit, SPO2 = 93 %

79
A : Gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
4. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
5. Kolaborasikan dalam pemberian terapi
oksigen dan pemasangan alat ventilator
3. 19.45 S:-
O : ku sedang, reflek isap lemah, mual (-),
muntah (-) , terpasang OGT , ASI/PASI Via
OGT 20 cc /3 jam
A : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian
P : intervensi gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diteruskan
1. Monitor BB klien setiap hari
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor intake nutrisi pasien
4. Berikan ASI/PASI setiap 2 jam
5. Monitor reflek isap bayi
6. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk
pemberian nutrisi bayi

80
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Sabtu Tanggal/jam : 14 Desember 2019 jam 14.00
WIB

81
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 19.30 wib S : -
O:
- ku stabil , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- Terpasang ventilator modus SPN – CPAP
FIO2 = 21 % peep 5
- TTV :
T = 36,7 C , HR = 147x/menit, RR = 47
x/menit, SPO2 = 95 %
A : Bersihan jalan napas inefektif teratasi
sebagian
P : Intervensi Bersihan jalan napas
diteruskan
1. Monitor TTV dan tingkat kesadaran klien
2. Posisikan pasien senyaman mungkin
(semifowler)
3. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
4. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi bronkodilator
2. 19. 35 S:-
O:
- ku stabil , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- Terpasang ventilator modus SPN – CPAP
FIO2 = 21 % peep 5

82
- TTV :
T = 36,7 C , HR = 147x/menit, RR = 47
x/menit, SPO2 = 95 %
A : Gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
4. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
5. Kolaborasikan dalam pemberian terapi
oksigen dan pemasangan alat ventilator
3. 19.45 S:-
O : ku stabil , reflek isap lemah, mual (-),
muntah (-) , terpasang OGT , ASI/PASI Via
OGT 20 cc /3 jam
A
P :: Gangguan nutrisi kurang
intervensi gangguan darikurang
nutrisi kebutuhan
dari
kebutuhan tubuh diteruskan
1. Monitor BB klien setiap hari
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor intake nutrisi pasien
4. Berikan ASI/PASI setiap 2 jam
5. Monitor reflek isap bayi
6. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk

83
pemberian nutrisi bayi

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484
Hari : Minggu Tanggal/jam : 15 Desember 2019 jam 14.00
WIB

84
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 19.30 wib S : -
O:
- ku stabil , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- RR Spontan , SPO2 = 98 %, Sianosis (-),
irama napas teratur.
- TTV :
T = 36,7 C , HR = 145x/menit, RR = 45
x/menit, SPO2 = 98 %
A : Bersihan jalan napas inefektif teratasi
P : Intervensi Bersihan jalan napas
dihentikan
2. 19. 35 S:-
O:
- ku stabil , Kesadaran Compos Mentis
- Sesak (-), retraksi dada (-), irama napas
tidak teratur , sekret (+), ronchi (-)
- RR Spontan , SPO2 = 98 %, Sianosis (-),
irama napas teratur.
- TTV :
T = 36,7 C , HR = 145x/menit, RR = 45
x/menit, SPO2 = 98 %

A : Gangguan pertukaran gas teratasi


P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
dihentikan

85
3. 19.45 S:-
O : ku stabil , reflek isap sedang, mual (-),
muntah (-) , ASI/PASI Via oral 20 cc /jam
A : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian
P : intervensi gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diteruskan
1. Monitor BB klien setiap hari
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor intake nutrisi pasien
4. Berikan ASI/PASI setiap 2 jam
5. Monitor reflek isap bayi

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : By.Ny. M Diagnosa Medis : Bronkopneumonia


Jenis Kelamin : Laki-laki No. Medis Record : 331484

86
Hari : Minggu Tanggal/jam : 16 Desember 2019 jam 10.00
WIB
Nama &
No Jam
Catatan Perkembangan TTD
DX (WIB)
perawat
1. 10.00 wib S : -
O : ku stabil , reflek isap sedang, mual (-),
muntah (-) , ASI/PASI Via oral 20 cc /jam
A : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi
P : intervensi gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diteruskan ke ruangan
neonatus

BAB IV
PEMBAHASAN

87
Pada bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang
kesenjangan antara tinjauan teori dan praktik pada kasus Asuhan Keperawatan
pada By. Ny. M dengan Gangguan sistem pernapasan ; Bronkopneumonia, di
Ruang Neonatal Intesive Care Unit (NICU) RSUD Sekayu. Pembahasan ini
terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. kelompok
akan membahas secara lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan
pada tanggal 12 – 16 Desember 2019
Penulis melakukan pengkajian pada hari Kamis tanggal 12 desember
2019 pada pukul 15.00 WIB diruang NICU RSUD Sekayu. Pada bab pembahasan
ini kelompok akan melakukan penjelasan tentang Asuhan Keperawatan Pada By.
Ny. M Gangguan sistem pernapasan ; Bronkopneumonia, di Ruang Neonatal
Intesive Care Unit (NICU) RSUD Sekayu, kelompok akan menjelaskan tentang
perbandingan hasil penatalaksanaan dengan teori serta dilakukan penekanan
mekanisme apa yang sama dan apa yang berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini
didukung oleh data pasien yang menunjukkan pada Riwayat Penyakit Sekarang
mengalami sesak napas , retraksi dada (+), sianosis (-), takipneu (+) , sekret (+) ,
takikardi (+), ronchi (+)..Dari masalah yang dialami klien, kelompok menetapkan
3 (tiga) diagnosa untuk mengatasi masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama
Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan Akumulasi sekret di bronchus
, kedua : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli
dan gangguan difusi gas O2 dan CO2 dan ketiga : Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d reflek isap lemah dan intake nutrisi kurang
Diagnosa Prioritas utama yang kelompok ambil adalah Bersihan jalan
napas inefektif berhubungan dengan Akumulasi sekret di bronchus
, kedua : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli
dan gangguan difusi gas O2 dan CO2 dan ketiga : Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d reflek isap lemah dan intake nutrisi kurang
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2018, Bersihan jalan napas inefektif
berhubungan dengan Akumulasi sekret di bronchus, kedua : Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli dan gangguan difusi gas O2 dan

88
CO2 dan ketiga : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d reflek isap
lemah dan intake nutrisi kurang
Pada bayi dengan bronkopneumonia biasanya sistem pernafasan
mengalami gangguan akibat adanya aspirasi mekonenum hal ini terlihat dari
APGAR SCORE 6/7 , sesak (+), retraksi dada (+), ronkhi (+), irama napas tidak
teratur, sianosis (+),
Batasan karakteristik : dispnea, suara nafas tambahan (ronchi atau
weezing), perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan sianosis, penurunan
suara nafas, sputum berlebih, gelisah serta mata terbelalak.
Pada Bayi dengan bronkopneumia secara teori pasien mengalami
hipertermi / peningkatan suhu tubuh dikarena adanya adanya infeksi bakteri pada
sistem pernapasan . tapi pada pasien By.Ny.M tidak ditemukan pasien mengalami
hipertemi .Hal ini disebabkan karena saat pasien di rawat di ruangan NICU sudah
dilakukan penanganan segera sebelum infeksi menyebar ke sistem tubuh yang
lain. Hal ini membuktikan ketidak sesuaian antara teori dan kenyataan di
lapangan.
Pada Bayi dengan bronkpneumonia secara teori ditemukan pasien
mengalami gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat penumpukan
sekret dibronchus menyebabkan anoreksa sehingga intake nutrisi kurang . Hal ini
ditemukan pada pasien By.Ny.M . ini membuktikan ada kesesuaian antara teori
dan kenyataan dilapangan .

89
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan
bronkopneumonia yaitu :
1. Bronkopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
lainnya.
2. Etiologi Bronkopneumonia : Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh
virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. antara
lain:
- Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
- Virus : Legionella pneumoniae
- Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
- Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
3. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada pasien By.Ny.M dengan
Bronkopneumonia :
1) Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan Akumulasi sekret di
bronchus
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan eksudat masuk alveoli dan
gangguan difusi gas O2 dan CO2
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d reflek isap lemah dan
intake nutrisi kurang
4. Asuhan keperawatan pada By.Ny. dilakukanm dari tanggal 12 s/d 15 Desember
2019 dan pada tanggal 16 Desember 2019 pasien dipindahkan ke ruangan
neonatus.

90
B. Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang Bronkopneumonia baik
dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan
serta penerapan asuhan keperawatannya.
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang
Bronkopneumonia Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan
masyarakat.
3. Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
pencegahan bayi dengan bronkopneumonia.

91
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK,
KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

92

Anda mungkin juga menyukai