Penyebab Masalah
Penyebab masalah diare di kecamatan Anyer dijelaskan dalam diagram fishbone berikut:
Dalam diagram tersebut, penyebab masalah tingginya kasus diare dilihat dari 5 aspek:
a. Lingkungan
Penyebab diare berdasarkan keadaan lingkungan, yaitu sumber air minum bersih kurang dan
lingkungan kumuh. Cakupan sumber air minum hanya 70%, sehingga tidak semua warga yang
mendapatkan air minum bersih. Air yang terkontaminasi patogen penyebab diare
menyebabkan terjadinya diare, terutama pada anak-anak yang imunnya masih rendah.
Lingkungan kumuh terkait dengan kebersihan, semakin padat penduduk juga kesmiskinan yan
mencapai 30,45%, maka kebersihan lingkungan cenderung rendah.
b. Material
Penyebab diare berdasarkan material, yaitu cakupan jamban hanya 60% dan ketersediaan
obat diare kurang. Cakupan jamban hanya 60%, sehingga sebagian warga buang air besar di
sungai. Sedangkan sungai sering menjadi tempat bermain anak-anak, sumber air sebagian
warga untuk mencuci dan mandi. Ketersediaan obat diare yang kurang, tidak sebanding
dengan kejadian diare.
c. Biaya
Penyebab diare berdasarkan biaya, yaitu tingginya biaya untuk penyediaan jamban dan
sumber air bersih. Target cakupan jamban menurut Universal Access adalah 85%, sehingga
masih diperlukan 25% lagi pembuatan jamban di rumah–rumah warga. Sumber air bersih
baru juga diperlukan agar 100% warga mendapatkan air minum bersih. Sumber air bersih
dapat dilakukan dengan membuat sumur, atau mengalirkan air bersih ke beberapa area.
d. Manusia
Penyebab diare berdasarkan aspek manusia, yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan tidak adanya tenaga kesehatan
masyarakat. Pengetahuan PHBS masyarakat yang rendah menyebabkan masyarakat tidak
tahu bagaimana menjaga kebersihan, mengelola makanan dan minuman dengan aman, dan
menjauhi kebiasaan yang buruk. Tidak adanya tenaga kesehatan masyarakat, sehingga
pendekatan kesehatan berbasis masyarakat kurang diperhatikan.
e. Metode
Penyebab diare berdasarkan metode, yaitu tidak adanya peraturan yang melarang BABS
(Buang Air Besar Sembarangan) dan kurangnya penyuluhan kesehatan untuk masyarakat.
Kurangnya jamban di rumah-rumah menyebabkan sebagian warga BABS di sungai, sehingga
mencemari air. Untuk itu, diperlukan peraturan yang melarang warga BABS di sungai.
Penyuluhan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
PHBS, sehingga masyarakat dapat berperilaku bersih dimulai dari dirinya sendiri.
5. Plan of Action