Karyawan yang mengambil cuti keluarga dan pengobatan harus dapat kembali ke
pekerjaan semula atau pada pekerjaan lain dengan status dan gaji yang ekuivalen
Tunjangan kesehatan harus dilanjutkan selama masa cuti, pada tingkat dan kondisi yang
sama. Jika untuk suatu alasan disamping kesehatan yang serius, karyawan tidak kembali
bekerja, pengusaha mungkin akan mengambil porsi yang dibayarkan karyawan dari
premi, dari karyawan yang tidak kembali tersebut.
Cuti mungkin diambil secara sebentar-sebentar dan bukannya sekaligus, sesuai dengan
perjanjian antara karyawan dengan perushaan, ketika kelahiran, adopsi, atau perawatan
anak angkat yang menjadi sebabnya. Untuk kondisi kesehatan yang serius, persetujuan
perusahaan tidak diperlukan.
Karyawan dapat dituntut untuk menggunakan seluruh liburan yang dibayarkan, dan cuti
pribadi sebelum mengambil cuti tanpa gaji.
Karyawan dituntut untuk memberikan pemberitahuan 30 hari sebelumnya, dalam
pelaksanaannya.
Reaksi pengusha terhadap FMLA. Sejak dikeluarkannya FMLA, beberapa faktor telah menjadi
nyata. Pertama, banyak pengusaha yang tidak cukup memberikan perhatian terhadap hukum ini. Beberapa
pengusha menolak cuti ini atau gagal menempatkan kembali para karyawan setelah cuti. Beberapa
pengusha “membalas dendam” dengan menempatkan karyawan pada pekerjaan yang lebih sulit bebannya
atau jadwal kerja yang lebih berat. Pengusaha mungkin mendapatkan masalah dengan FMLA, karena
terdapat banyak kondisi yang berbeda yang kesulitan dalam menginterpretasikan kapan dan bagaimana
peraturan-pertuaran
PRERSPEKTIF SUMBER DAYA MANUSIA
“ Diskriminasi” Tunjangan terhadap Para Pekerja Tanpa Anak
Dengan semakin banyaknya pekerja yang merespon masalah keluarga yang dihadapi oleh pekerja
yang memiliki anak, satu kelompok pekerja semakin merasa dikucilkan : yaitu mereka yang tidak
memiliki anak. Saat makin banyak pengusaha yang menekan untuk menjadi keluarga-bersahabat, untuk
para pekerja yang tidak memiliki anak di rumahnya, akan semakin merasa bahwa “persahabatan” tersebut
hanya ditujukan kepada para pekerja yang sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak di rumahnya.
Penolakan diam-diam ini semakin berkembang pada dua per tiga dari seluruh pekerja yang tidak
memiliki anak dibawah usia 18 tahun. Para pekerja tersebut memiliki lebih sedikit kesempatan untuk
menggunakan jenis tunjangan tertentu. Sebagi contoh, para pekerja tanpa anak menggunakan lebih sedikit
tunjangan seperti telecommuting, liburan dan hari libur pribadi. Beberapa pekerja “tanpa anak” ini telah
diperintahkan oleh para bos mereka bahwa merekalah yang harus mengadakan perjalanan dinas, atau
bekerja diluar jam kerja, agar para pekerja yang berkeluarga dapat menghabiskan lebih banyak waktu
dengan anak-anaknya. Banyak pekerja tanpa anak yang merasa bahwa mereka “mensubsidi” para pekerja
dengan anak-anak melalui jadwal kerja yang lebih intens, tuntutan perjalanan dinas yang lebih berat, dan
menggunakan lebih sedikit tunjangan.
Apakah penolakan ini disampaikan langsung atau tetap tersembunyi, penolakan ini sudah cukup
banyak sehingga memaksa beberapa pengusaha untuk memngubah beberapa tunjangan sehingga
memungkinkan para pekerja tanpa anak untuk menggunakan jadwal kerja yang lebih fleksibel dan
mengizinkan para pekerja tersebut untuk mengambil waktu libur tambahan. Tentu saja, jika hal ini tidak
berhasil, satu pekerja tanpa anak menyarankan untuk meletakkan sebuah foto anak kecil di atas meja
kerjannya dan berpura-pura akan mengambil cuti ketika ia ingin merawat “anak”nya tersebut. Tentu saja,
contoh diatas menimbulkan maslah etika. Akan tetapi, masalah etika dan moral yang lebih luas lagi
tentang tunjangan ini adalah “diskriminasi” terhadap para pekrja tanpa anak ini menghadapi masalah
lanjut usia yang ada diaplikasikan.
Juga kebutuhan untuk mengatur jalannya pekerjaan yang ditinggalkan karyawan yang sedang
cuti, khususnya dapat menjadi tantangan untuk pengusaha kecil. Kesulitan ini mungkin makin bertambah
karena hukum mengharuskan para pekerja yang cuti untuk ditawrkan pekerjaan yang sama di tingkat
jabatan yang sama atau gaji yang sama saat merka kembali bekerja.
I. Tunjangan Perawatan Keluarga
Makin berkembangnya penekanan pada masalah keluarga adalah penting bagi banyak pekerja di
dalam banyak organisasi. Akan tetapi, sebagaimana diindikasikan dalam perspektif sumber daya manusia,
para pekerja yang tidak berkeluarga merasakan adanya rasa permusuhan terhadap para pekerja yang
berkeluarga yang mendapatkan beberapa fasilitas karena status berkeluarganya.
Tunjangan Adopsi. Banyak pengusaha yang sudah memiliki tunjangan material dan patrnal
untuk para pekerja yang baru melahirkan. Agar adil, sejumlah perusahaan memberikan tunjangan bagi
para pekerja yang mengadopsi anak. Sebagai perbandingan pada peristiwa melahirkan, hanya sejumlah
kecil pekerja yang mengadopsi anak, tetapi ada masalah keadilan disini, yang dituju oleh para pengusaha
ketika memberikan tunjangan ini. Sebagai contoh, Microsoft memebrikan tunjangan tunai sebesar $5.000
dan cuti dengan gaji selama empat minggu untuk karyawan yang mengadopsi anak. Wendy’s memberikan
pembayarn tunai $4.000 untuk menutupi biaya-biaya adopsi dan cuti dengan gaji hingga enam minggu
lamanya untuk karyawan yang mengadopsi.
Perawatan Anak menyeimbangkan tanggung jawab keluargaa dan pekerjaan merupakan
tantangan utama bagi karyawan. Baik orang tua tunggal ataupun pasangan bekerja, para karyawan ini
kadang mengalami kesulitan untuk mendapatkan perawatan anak yang berkualitas tinggi dan terjangkau
biayanya.
Para pengusaha memperhatikan masalah perawatan anak dengan berbagai cara. Beberapa
perusahaan memberikan fasilitas pengasuhan anak di lokasi kerja. Memang secara relative fasilitas ini
baru sedikit yang dibangun, utamanya karena masalah biaya dan apakah cukup menarik untuk digunakan
oleh para karyawan yang pantas. Akan tetapi, demikian untuk beberapa perusahaan meyediakan fasilitas
pengasuhan anak dilokasi kerja juga merupakan nilai tambah untuk merekrut karyawan di pasar tenaga
kerja yang ketat.
Pilihan lainnya untuk bantuan perawatan anak antara lain :
Memberikan jasa yang direferensikan untuk membantu orang tua dalam mencari jasa penyedia
perawatan anak.
Menetapkan potongan harga (diskon) untuk pusat perawatan anak, yang mungkin disubsidi oleh
pengusaha.
Bekerja sama dengan rumah sakit untuk menawarkan program anak-sakit yang sebagian
dibayarkan oelh pengusaha.
Menyusun program ekstrakulikuler setelah jam sekolah untuk anak-anak yang lebih besar, kadang
disesuaikan dengan sistem sekolah public dan sekolah swasta.
Perawatan Lanjut Usia. Masalah lain yang juga berhubungan dengan keluarga adalah semakin
pentingnya perawatan untuk kerabat yang lanjut usia. Berbagai organisasi telah meneliti karyawan
mereka dan menemukan bahwa 30% dari mereka telah kehilangan waktu kerjannya untuk merawat
kerabat yang berusia lanjut. Tanggung jawab yang berhubungan dengan perawatan anggota keluarga
lanjut usia ini telah mengakibatkan menurunnya kinerja kerja, meningkatkan tingkat absensi, dan lebih
banyak stress pribadi yang memberikan dampak untuk karyawan.
Satu penelitihan menetapkan bahwa hilangnya produktivitas dan absensi dari karyawan yang merawat
para lanjut usia ini merugikan pengusaha sedikitnya $29 miliar per tahunnya. Beberapa tanggapan
pengusaha atas hal ini antara lain mengadakan survey kebutuhan, menyediakan sumber-sumber yang
diperlukan, dan memberikan referensi kepada para penyedia jasa perawatan lanjut usia. Beberapa
pengusaha memeberikan bantuan pengasuh lanjut usia dengan cara mengontrak perusahaan yang
mengelola perawatan lanjut usia untuk keluarga karyawan yang ditempatkan dilokasi lain.
Tunjangan untuk Patner Domestik dan Pasangan Sejenis. Seluruh gaya hidup telah berubah di
Amerika Serikat, pengusaha telah ditantang dengan adanya tuntutan-tuntutan tunjangan oleh para
karyawan yang tidak menikah namun memiliki hubungan yang dekat dengan orang lai. Para karyawan
yang mengajukan tuntutan tersebut adalah :
Karyawan gay dan lesbian yang menuntut tunjangan bagi patner mereka.
Karyawan yang tidak menikah yang memiliki pwngaturan hidup bersama dengan individu
lain dari jenis kelamin yang berbeda.
Istilah yang sering digunakan untuk merajuk pada individu-individu tersebut adalah patner domestic atau
pasangan sejenis (ekuivalen).
Argumen yang dibuat oelh para karyawan ini adalah bahwa jika pengusaha memberikan
tunjangan untuk pasangan dari karyawan yang menikah, maka tunjangan itu juga harus diberikan kepada
karyawan dengan gaya hidup alternative lain dan hubungan yang berbeda juga. Pandangan ini perlu
dengan : (1) kenyataan bahwa makin bertambanya gay dan lesbian yang terbuka mengenai gaya hidup
mereka, dan (2) data menunjukan bahwa presentase yang signifikan dari pasangan heteroseksual yang
hidup bersama sebelum menikah atau mereka yang tidak mau menikah secara formal.
Beberapa kota, seperti San Francisco, telah mengeluarkan hukum yang menuntut pengusaha
dengan kontrak kota untuk memberikan tunjangan bagi patner domestic. Negara bagian Hawaii juga
memiliki hukum serupa.
Beberapa pengusaha secara sukarela menawarkan tunjangan ini bagi patner domestic yang
berhak. Perusahaan tersebut antara lain Lotus DevelopmentCorp, Walt Disney, Levi Strauss & Company,
U.S West, Coors Brewing, dan Ben & Jerry’s Homemade, Inc. di perusahaan Lotus, baik karyawan
maupun “pasangannya” yang berhak harus menandatangani surat pernyataan sumpah yang dinamakan
“Affidavit of Spousal Equivalence”. Dalam surat tersebut, karyawan dan patner-nya diminta untuk
memastikan :