Anda di halaman 1dari 6

Pengenalan Merk Obat

OBAT GENERIK:

Adalah nama obat yang sama dengan zat aktif berkhasiat yang dikandungnya, sesuai nama resmi
International Non Propietary Names yang telah di tetapkan dalam Farmakope Indonesia. Contohnya:
Parasetamol, Antalgin, Asam Mefenamat, Amoksisilin, Cefadroxyl, Loratadine, Ketoconazole, Acyclovir,
dan lain-lain. Obat-obat tersebut sama persis antara nama yang tertera di kemasan dengan kandungan zat
aktifnya.

OBAT PATEN:

Adalah hak paten yang diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang ditemukannya berdasarkan
riset. Industri farmasi tersebut diberi hak paten untuk memproduksi dan memasarkannya, setelah melalui
berbagaii tahapan uji klinis sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional. Obat yang telah
diberi hak paten tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh industri
farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak paten.

Peresepan Obat Yang Rasional

Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada apoteker untuk
membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan
perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan dan keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya
dalam bidang farmakologi dan terapi. Resep juga perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker
dan pasien.

Penulisan resep harus ditulis dengan jelas sehingga dapat dibaca oleh petugas di apotek. Resep yang
ditulis dengan tidak jelas akan menimbulkan terjadinya kesalahan saat peracikan / penyiapan obat dan
penggunaan obat yang diresepkan.

Standar penulisan resep yang rasional terdiri dari inscriptio, praescriptio, signatura dan subcriptio.
Inscriptio meliputi nama dan alamat dokter, nama kota serta tanggal penulisan resep. Untuk praescriptio
terdiri atas nama dan dosis obat yang diberikan serta jumlahnya, cara pembuatan atau bentuk sediaan
yang dikehendaki. Yang termasuk dalam signatura adalah aturan pakai, nama, umur dan berat badan
pasien. Sedangkan tanda tangan atau paraf dokter merupakan subscriptio, yang menjadikan resep suatu
resep tersebut otentik. Tiap resep dimulai dengan R/ dan diakhiri dengan tanda penutup dan paraf atau
tanda tangan dokter.

Urutan penulisan / praescriptio antara lain remedium cardinale atau obat pokok, baik yang bersifat
causatif maupun simtomatik, remedium adjuvans atau bahan pembantu dan vehikulum. Pemberian obat
simtomatik dipisahkan bila gejala penyakit mudah sembuh atau timbul, digunakan untuk terapi penyakit
kronis, digunakan pada waktu tertentu dan memudahkan minum obat yang lain.
Urutan penulisan nama obat adalah nama obat, kekuatan obat, bentuk sediaan dan kemasan. Di bawah ini
beberapa contoh penulisan yang benar :

R/ Acyclovir 400 mg tab No. LXX

∫ 5 dd tab II

R/ Colistin 180000 IU

mfla pulv dtd No. XV

∫ 3 dd pulv I, 1 h pc habiskan

R/ Gentamicin 80 mg/2 ml inj amp No. II

∫ imm

Penulisan jumlah / dosis obat dinyatakan dalam satuan berat untuk bahan padat (microgram/mcg,
milligram/mg, gram/g) dan satuan isi untuk cairan (tetes, milliliter/mL, liter/L). Penulisan dalam angka
desimal dihindari untuk mencegah terjadinya kesalahan pembacaan.

Aturan pemakaian obat ditulis dengan singkatan dan jelas dalam bahasa latin. Kalau menggunakan bahasa
indonesia sebaiknya tidak disingkat.

Kesalahan Pengobatan (Medication Error)

Mungkin bagi beberapa di antara kita, istilah Kesalahan Pengobatan (Medication Error) merupakan suatu
istilah yang baru didengar. Menurut Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Medication Error
adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga
kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Kerugian yang dialami pasien bisa bermacam-macam mulai
dai kerugian dalam hal biaya bahkan sampai menyebabkan kematian. Di Amerika Serikat, dari penelitian
yang dilakukan oleh Institute of Medicine (IOM) menunjukkan bahwa angka kematian yang disebabkan
oleh kesalahan pengobatan adalah sekitar 44.000 – 98.000 orang per tahun dimana angka kematian
tersebut lebih besar dibandingan angka kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (43.458
orang), penyakit kanker (42.297 orang), maupun AIDS (16.516 orang). Namun, di Indonesia belum ada
data yang jelas mengenai angka kematian yang disebabkan oleh kesalahan pengobatan. Menurut JAMA
1995 Jul 5,274(1):29-34, kesalahan pengobatan dapat terjadi dalam proses prescribing (39%),
transcribing (12%), dispensing (11%) dan administering (38%).

Prescribing

Kesalahan dalam proses prescribing merupakan kesalahan yang terjadi dalam penulisan resep obat oleh
dokter. Misalnya, obat yang diresepkan dosisnya tidak tepat (terlalu besar atau terlalu kecil) untuk pasien.
Bila dosisnya terlalu besar bagi pasien, maka dapat menyebabkan efek toksik (keracunan) yang bahkan
sampai bisa menyebabkan kematian dan bila dosisnya terlalu kecil, maka efek terapi (penyembuhan) dari
obat tersebut tidak tercapai. Contoh lainnya misalnya, tidak jelasnya tulisan dalam resep, keliru dalam
menuliskan nama obat atau tidak jelasnya instruksi yang diberikan dalam resep.
Transcribing

Kesalahan dalam proses transcribing merupakan kesalahan yang terjadi dalam menterjemahkan resep
obat di apotek. Misalnya, resep yang keliru dibaca/diterjemahkan sehingga otomatis salah juga obat yang
diberikan kepada pasien. Bisa juga karena secara sengaja instruksi yang diberikan dalam resep tidak
dikerjakan atau secara tidak sengaja ada instruksi dalam resep yang terlewatkan sehingga tidak
dikerjakan.

Dispensing

Kesalahan dalam proses dispensing merupakan kesalahan yang terjadi dalam peracikan atau pengambilan
obat di apotek. Misalnya, obat salah diambil karena adanya kemiripan nama atau kemiripan kemasan,
bisa juga karena salah memberi label obat sehingga aturan pemakaian obat atau cara pemakaian obat
menjadi tidak sesuai lagi atau mengambil obat yang sudah kadaluarsa.

Administering

Kesalahan dalam proses administering berkaitan dengan hal-hal yang bersifat administrasi pada saat obat
diberikan atau diserahkan kepada pasien. Misalnya, karena keliru dalam membaca nama pasien atau tidak
teliti dalam memeriksa identitas pasien maka obat yang diberikan/diserahkan juga menjadi salah. Bisa
juga karena salah dalam menuliskan instruksi pemakaian obat kepada pasien atau salah memberi
penjelasan secara lisan kepada pasien sehingga pasien pun akhirnya salah dalam menggunakan obat
tersebut.

Penyimpanan Obat

PENYIMPANAN
Penyimpanan berarti mengelola barang yang ada dalam persediaan, dengan maksud selalu dapat
menjamin ketersediaannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan pasien, terjadi stock out atau over stock,
tempat penyimpanan yakni gudang farmasi.
Tujuan penyimpanan :
- Memelihara mutu barang dan menjaga kelangsungan persediaan (selalu ada stock)
- Menjamin keamanan dari kecurian dan kebakaran
- Memudahkan dalam pencarian dan pengawaasan persediaan barang kadaluarsa.
- Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
Fungsi gudang farmasi adalah :
- Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. Menerima, menyimpan, memelihara, dan mendistribusikan
perbekalan farmasi.
- Menyiapkan penyusunan rencana, pencatatan pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan
perbekalan farmasi.
- Mengamati mutu dan khasiat obat yang disimpan.
GUDANG
PENGELOLA GUDANG
Dilaksanakan oleh tenaga yang kompeten, terdidik, mempunyai ijin untuk menangani yakni farmasis.
Guna mempermudah pengawasan maka unit perbekalan farmasi harus dibawah pengelolaan farmasis
untuk menjamin persediaan selalu tetap memenuhi persyaratan kefarmasian.

KEGIATAN DI GUDANG
Pemeriksaan obat/alkes /aldok yang baru datang.
Penerimaan obat (perbekalan farmasi)
Pengaturan
Penyimpanan
Pengeluaran
Transportasi
Administrasi
Pelaporan
Persyaratan ruang penyimpanan perbekalan farmasi :
- Accessibility, ruang penyimpanan harus mudah dan cepat diakses
- Utilities, ruang penyimpanan harus memiliki sumber listrik, air, AC, dan fasilitas lain.
- Communication, ruangan penyimpanan itu harus memiliki alat komunikasi.
- Drainage, ruangan penyimpanan harus berada di lingkungan baik dengan sistem pengairan yang baik
pula.
- Size, ruang penyimpanan harus memiliki ukuran yang cukup untuk menampung barang yang ada.
- Security, ruang penyimpanan aman dari resiko pencurian dan penyalahgunaan serta hewan pengganggu.
Jenis perbekalan farmasi yang disimpan di gudang :
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan :
- Penyimpanan < 25°C (sejuk) : disimpan dalam ruangan ber-AC
- Penyimpanan dingin disimpan dalam lemari pendingin (2-8°C).
- Penyimpanan 0°C disimpan dalam freezer.
- Narkotika disimpan dalam lemari narkotika yang mempunyai aturan sesuai dengan ketentuan.
- Barang mudah terbakar disimpan dalam gudang tahan api yang dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran.
Metode penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit :
- Berdasarkan bentuk sediaan, penyimpanan sediaan padat (tablet), sediaan cair (sirup), serta alat-alat
kesehatan harus dipisahkan,sesuai sifat fisika kimianya ( ikuti petunjuk yg tertera pada kemasan )
- Vaksin ?B3?Citostatika ?Reagensia?bahan radiologi ? Injeksi ? Infus ?
- Menurut abjad atau alfabetis
- Menurut farmakoterapi
- Sistem First in first out (FIFO)/ First expire first out (FEFO) atau kombinasi keduanya. Untuk sistem
FIFO, penyimpanan berdasarkan pada obat yang pertama kali masuk, sedangkan sistem FEFO
berdasarkan pada obat yang punya expire date terdekat.
Pengemasan Obat
a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan yang dikemas.
Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip/blister, ampul, vial dan lain-lain.

b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan
lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus dan
sebagainya.

c. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau
tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah
dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam
peti kemas (Julianti dan Nurminah 2006).

FUNGSI DAN PERANAN KEMASAN

Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-
kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan
pada bahan pangan adalah :

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk tidak tercecer,
terutama untuk cairan, pasta atau butiran

2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban
udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan
mutu produk.

3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan
informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.

4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1 lusin, 1
gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia
perdagangan..

5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya,
misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air
keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat
melindungi produk-produk lain di sekitarnya (Julianti dan Nurminah 2006).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengemasan:

1. Harus selalu mengikuti dan mematuhi prosedur tertulis yang sudah dibuat.
2. Harus selalu mengikuti dan menjalankan in process control.
3. Pra penandaan pada bahan pengemas harus selalu dilakukan.
4. Sebelum melakukan pengemasan, kesiapan jalur pengemasan harus selalu diperiksa.
5. Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan dalam satu palet.
6. Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur yang berdampingan.
7. Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas.
8. Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan harus selalu diberi label
identitas dan jumlah.
9. Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi label, harus dipisah dan diberi
tanda.
10. Peralatan pengemasan tidak boleh bersentuhan langsung dengan produk.
11. Bahan untuk pengemasan seperti: pelincir, perekat, tinta, cairan pembersih, ditempatkan dalam
wadah berbeda dari wadah untuk produk (Kurniawan, 2012).

Promosi Obat

Adalah kegiatan pemberian informasi dan himbauan mengenai obat jadi mengenai izin edar yang
dilakukan oleh industry farmasi dan pedagang besar farmasi dengan tujuan meningkatkan resepan,
distribusi, penjualan dan atau penggunaan obat.

Medical representative

Medical representative, atau sering disingkat dengan nama Med-Rep, atau yang sering disebut Detailer.
Profesi ini tugasnya “Menjual” atau mempromosikan produk obat dari tempatnya bekerja kepada para
dokter.

Label dan Iklan Pangan

Merupakan sarana dalam kegiatan perdagangan pangan yang disampaikan memiliki arti penting sehingga
perlu diatur dan dikendalikan dan informasi mengenai pangan yang disampaikan kepada masyarakat
adalah benar dan tidak menyesatkan.

Iklan Pangan

Adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan atau bentuk
lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan pangan.

Label sekurang-kurangnya memuat :

1. Nama produk

2. Berat bersih atau isi bersih

3. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan pangan kewilayah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai