Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH MODEL ADVANCE ORGANIZER DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA SMP KELAS VII

No Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional


1 Model Pembelajaran  Joyce dan Weil (2009) berpendapat bahwa “Model pembelajaran  Model pembelajaran merupakan cara
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk yang digunakan oleh guru kepada
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), peserta didik untuk menyajikan
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing materi pembelajaran dalam sebuah
pembelajaran di kelas atau yang lain”. proses pembelajaran agar tujuan
 Menurut Zulfiani (2009) menjelaskan bahwa “model adalah pembelajaran yang sudah dirancang
rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme dapat tercapai.
suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subyek pembelajar,
lingkungan belajar dan kurikulum.”
2 Model Pembelajaran  Menurut Iskandarwassid (2008:20), model pembelajaran Advance  Model pembelajaran Advance
Advance Organizer
Organizer merupakan cara belajar untuk memperoleh pengetahuan Organizer adalah suatu model
baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pembelajaran yang disusun untuk
sebelumnya pada pembelajaran. Artinya setiap pengetahuan memberikan arah dalam menyusun
mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka suatu materi pembelajaran, dimana
dari sistem pemrosesan informasi yang dikembangkan dalam siswa dibantu oleh guru untuk
pengetahuan tersebut. memperoleh informasi, ide,
 Sedangkan menurut Joyce (2009:286), Advance organizer keterampilan, nilai dan cara berpikir
merupakan materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam yang pada prinsipnya siswa dapat
tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi yang lebih tinggi melihat kebermaknaan materi yang
daripada tugas pembelajaran itu sendiri. akan dipelajari dan
 According to Ausubel in Hudson (2009:414) an advance organizer menghubungkannya dengan materi
is a material that is introduced before an unfamiliar content so as
to facilitate its assimilation. They, therefore, act as an anchor for yang sudah dipelajari. Dalam
the reception of new content. Ausubel further points out that
kegiatannya siswa dapat menjelaskan
cognitive restructuring process that is as a result of advance
organizers leads to some positive learning outcome. In this study, kembali materi tersebut. Model
a film, a chart and text handouts on pollution were used as a bridge
pembelajaran ini dirancang untuk
to help learners link between what they knew about pollution and
what was to be learnt. memperkuat struktur koginitif
Menurut Ausubel dalam Hudson (2009:414), menganalogikan
peserta didik, seperti fakta-fakta,
pengetahuan awal atau Advance Organizer sebagai jembatan yang
konsep-konsep, dan generalisasi-
menghubungkan antara pengetahuan awal dan pengetahuan baru.
generalisasi yang telah dipelajari
Advance Organizer dapat berbentuk penjelasan verbal, wacana
peserta didik.
teks, gambar, atau diagram. Tujuan model pembelajaran Advance
Organizer ini adalah untuk memperkuat struktur kognitif dan
menambah daya ingat informasi baru.
 Ada dua jenis Advance Organizer, yaitu ekspositori dan  Terdapat dua jenis Advance
komparatif. Organizer ekspositori (expository organizer) menjadi Organizer yaitu ekspositori dan
konsep dasar pada tingkat abstraksi tertinggi atau mungkin komparatif.
beberapa konsep yang lebih kecil. Organizer ini merepresentasikan 1) Organizer ekspositori
perancah intelektual tentang bagaimana siswa akan (expository organizer)
“menggangtungkan” informasi baru yang mereka temui. Organizer merepresentasikan tentang
ekspositori khususnya berguna karena ia dapat menyediakan bagaimana siswa akan
perancah ideasional untuk materi-materi yang asing/tidak biasa. mengintegrasikan informasi baru
Di sisi lain, organizer komparatif (comparative organizer) biasanya yang mereka temui. Organizer
diterapkan pada materi yang biasa. Organizer ini dirancang untuk ekspositori dapat digunakan
membedakan antara konsep baru dan konsep lama untuk untuk materi-materi yang asing.
menghindari kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antar 2) Organizer komparatif
keduanya. (Joyce, 2009:287) (comparative organizer)
biasanya diterapkan pada materi
yang ‘biasa’. Organizer
komparatif dirancang untuk
membedakan antara konsep baru
dan konsep lama untuk
menghindari kebingungan yang
disebabkan oleh kesamaan
antarkeduanya.

 Sintaks Model Pembelajaran Advance Organizer menurut Joyce  Berdasarkan teori Joyce,
(2009:289) adalah sebagai berikut: Aunurrahman, dan Huda, maka
1. Tahap Pertama: Presentasi Advance Organizer peneliti menyimpulkan bahwa
a. Mengklarifikasi tujuan pelajaran sintaks model pembelajaran Advance
b. Menyajikan organizer Organizer, yaitu :
c. Mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan dan 1) Presentasi Advance Organizer
pengalaman pembelajar. a) Guru menjelaskan tujuan
2. Tahap Kedua: Presentasi tugas atau materi pembelajaran pembelajaran
a. Menyajikan materi b) Guru menyajikan organizer
b. Membuat urutan materi pembelajaran yang logis dan jelas c) Guru memberi contoh
c. Menghubungkan materi dengan organizer d) Guru menyajikan konteks
3. Tahap Ketiga: Memperkuat susunan kognitif e) Guru mendorong
a. Menggunakan prinsip - prinsip rekonsiliasi integratif. pengetahuan dan
b. Menganjurkan pembelajaran resepsi aktif. pengalaman peserta didik
c. Membangkitkan pendekatan kritis (umpan balik) pada 2) Presentasi Tugas dan Materi
materi pelajaran Pembelajaran
d. Mengklarifikasi a) Guru menyajikan materi
pembelajaran
 Aunurrahman (2014:159-160) menyatakan bahwa terdapat tiga b) Guru mengatur secara
tahap pada model pembelajaran Advance Organizer, yaitu : eksplisit tugas-tugas
1. Menjelaskan Panduan Pembelajaran 3) Penguatan terhadap Pengetahuan
Tahap ini terdapat beberapa kegiatan pokok yang dilakukan (Evaluasi)
guru, yaitu : a) Guru menggunakan prinsip
a) menjelaskan tujuan pembelajaran, rekonsiliasi integrative.
b) mempresentasikan panduan pembelajaran, Rekonsiliasi integratif yaitu
c) menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman pengetahuan baru yang
peserta didik yang relevan. dihubungkan dengan isi
2. Menjelaskan Materi dan Tugas-Tugas Pembelajaran materi pelajaran sebelumnya
Tahap ini terdiri dari: untuk mengatasi
a) menjelaskan materi pembelajaran, pertentangan kognitif. Guru
b) membangkitkan perhatian peserta didik, meminta siswa untuk
c) mengatur secara eksplisit tugas-tugas, mengaitkan konsep, prinsip,
d) menyusun susunan logis materi pembelajaran. dan aturan yang diperoleh
3. Memperkokoh Pengorganisasian Kognitif lewat penyajian materi
Tahap ini terdiri dari: pembelajaran dari konsep
a) menggunakan prinsip-prinsip secara terintegrasi, maupun prinsip yang
b) meningkatkan keaktifan aktivitas pembelajaran, diperolehnya melalui
c) mengembangkan pendekatan-pendekatan kritis guna penyajian materi awal.
memperjelas materi pembelajaran. b) Guru mengembangkan
 Huda (2015:107) menyatakan bahwa sintaks model pembelajaran pendekatan kritis
Advance Organizer terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai c) Guru mengklarifikasi
berikut.
1) Tahap 1 (Presentasi Advance Organizer)
a) Guru mengklarifikasi pembelajaran
b) Guru menyajikan organizer
c) Guru mengidentifikasi karakteristik-karakteristik
konsklusif
d) Guru memberi contoh-contoh
e) Guru menyajikan konteks
f) Guru mereview penjelasannya
g) Guru mendorong kesadaran dan pengetahuan peserta didik
2) Tahap 2 (Presentasi Tugas dan Materi Pelajaran)
a) Guru menyajikan materi
b) Guru berusaha menjaga perhatian peserta didik
c) Guru memperjelas aturan materi pelajaran
3) Tahap 3 (Pengolahan Kognitif)
a) Guru menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integrative
b) Guru menganjurkan pembelajaran resepsi aktif
c) Guru membangkitkan pendekatan kritis pada materi
pelajaran.

3 Kemampuan Berpikir  Menurut Muhfahroyin (2009), berpikir kritis adalah suatu proses  Berdasarkan beberapa pendapat para
Kritis
yang melibatkan operasi mental seperti deduksi induksi, klasifikasi, ahli tentang definisi berpikir kritis di
evaluasi, dan penalaran. atas, dapat dirumuskan bahwa
 According to Halpern in Sani (2019:14) Critical thinking is the use berpikir kritis adalah proses mental
of those cognitive skills or strategies that increase the probability
untuk menganalisis atau
of a desired outcome. It is used to described thinking that is
purposeful, reasoned, and goal directed the kind of thinking mengevaluasi informasi. Informasi
involved in solving problems, formulating inferences, calculating
tersebut bisa didapatkan dari hasil
likelihoods, and making decisions, when the thinker is using skills
that are thoughtful and effective for the particular context and type pengamatan, pengalaman, proses
of thinking task.
deduksi induksi, atau komunikasi.
Menurut Halpern dalam Sani (2019 : 14), proses berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis
diperlukan dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
merupakan suatu kemampan untuk
Pemikiran kritis mencakup tentang ingatan, pemikiran dan bahasa,
menganalisis situasi, masalah, dan
menalar secara deduktif, analisis argumen, menguji hipotesis,
argumen kemudian mampu memilih
kemiripan dan ketidakpastian, pengambilan keputusan,
pola investigasi untuk menghasilkan
penyelesaian masalah, dan berpikir kreatif.
jawaban yang tepat.
 Fisher (2011:11), Critical thinking is skilled and active
interpretation and evaluation of observations and communications,
information and argumentation.
Fisher (2011:11) mendefinisikan berpikir kritis sebagai
kemampuan untuk menginterpretasikan, menganalisis, dan
mengevaluasi ide dan argumen.
 Elaine (2009: 185) mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah  Tujuan berpikir kritis adalah untuk
untuk mencapai pemahaman yang mendalam. mencapai pemahaman yang
 Fahruddin (2012:2) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis mendalam tentang suatu materi atau
sederhana yaitu untuk menjamin sejauh mungkin, bahwa pemikiran konsep sehingga dapat menjamin
kita valid dan benar. bahwa pemikiran siswa terhadap
suatu konsep tersebut adalah valid
dan benar.

 Sumarmo (2012) memaparkan bahwa kemampuan berpikir kritis  Berdasarkan beberapa pendapat di
meliputi kemampuan untuk : atas, aspek berpikir kritis yang
1. menganalisis dan mengevaluasi argumen dan bukti, digunakan dalam penelitian ini yaitu
2. menyusun klarifikasi, :
3. membuat pertimbangan yang bernilai, a. Interpretasi
4. menyusun penjelasan berdasarkan data yang relevan dan tidak b. Analisis
relevan, serta c. Inferensi
5. mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi. d. Evaluasi
 Menurut Ennis (2011) terdapat dua belas indikator berpikir kritis e. Regulasi diri (self regulation)
yang dikelompokkan dalam lima aspek :
1. Klarifikasi dasar, memiliki indikator :
a. Memfokuskan pertanyaan
b. Menganalisis pertanyaan
c. Menanyakan dan menjawab pertanyaan
2. Membangun keterampilan dasar, memiliki indikator :
a. Menilai kredibilitas sumber (mempertimbangkan
kepercayaan sumber)
b. Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil
observasi
3. Menyimpulkan, memiliki indikator :
a. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
b. Menginduksi dan mempertimbangkan induksi
c. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
(mengevaluasi)
4. Memberikan klarifikasi lanjutan, memiliki indikator :
a. Mendefinisikan istilah menggunakan kriteria yang sesuai
dalam tiga dimensi
b. Mengidentifikasi asumsi
5. Dugaan dan keterpaduan
a. Menduga
b. Memadukan
 Menurut Sani (2019:140) mengemukakan bahwa indikator
kemampuan berpikir kritis meliputi :
a. Menginterpretasi (interpretation) yang terdiri :
mengelompokkan, menafsirkan kalimat, menjelaskan arti
b. Menganalisis (analysis), yang terdiri dari: menguji gagasan,
mengenali pendapat, menganalisis pendapat;
c. Mengevaluasi (evaluation), yang terdiri dari: menilai bantahan,
menilai pendapat;
d. Menyimpulkan (inference), yang terdiri dari: meragukan bukti,
memunculkan alternatif penyelesaian, menarik kesimpulan;
e. Menjelaskan (explanation), yang terdiri dari: mengemukakan
hasil, memberikan alasan atas prosedur yang digunakan,
mempresentasikan pendapat; dan
f. Regulasi diri (self regulation), yang terdiri dari: memeriksa dan
mengoreksi kembali.
 Menurut Curriculum Development Centre Ministry of Education
Malaysia (2002:5-6), indikator berpikir kritis peserta didik
dikelompokkan menjadi:
a. Menghubungkan (Attributting) yaitu mengidentifikasi kriteria
seperti karakteristik, ciri-ciri, kualitas, dan elemen dari konsep
atau objek.
b. Membandingkan dan Kontras (Comparing and Contrasting)
yaitu menemukan persamaan dan perbedaan berdasarkan
kriteria seperti karakteristik, ciri-ciri, kualitas, dan unsur suatu
konsep atau peristiwa.
c. Pengelompokan dan Klasifikasi (Grouping and Classifying)
yaitu memisahkan dan mengelompokkan benda atau fenomena
dalam kategori didasarkan pada kriteria tertentu seperti
karakteristik atau ciri-ciri umum.
d. Mengurutkan (Sequencing) yaitu mengatur objek dan informasi
berdasarkan kualitas dan kuantitas, karakteristik atau ciri-ciri
umum seperti ukuran, waktu, bentuk, dan bilangan.
e. Prioritas (Prioritising) yaitu mengatur objek dan informasi
berdasarkan pada pentingnya atau prioritasnya.
f. Analisis (Analysing) yaitu menguji informasi secara detail
dengan memecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk
menemukan makna dan hubungan di dalamnya.
g. Mendeteksi kerancuan/bias (Detecting bias) yaitu
mengidentifikasi pandangan atau ide-ide yang cenderung
mendukung atau menentang sesuatu cara yang tidak jelas atau
menyimpang.
h. Evaluasi (Evaluating) yaitu membuat penilaian pada kualitas
atau nilai sesuatu berdasarkan alasan atau bukti valid.
i. Membuat simpulan (Making conclusion) yaitu membuat
pernyataan tentang hasil penyelidikan berdasarkan suatu
hipotesis.
 Facione (2015:9) menyatakan aspek kemampuan berpikir kritis
antara lain:
1. Interpretasi, memahami atau mengungkapkan arti atau
mengerucutkan berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian,
penilaian, prosedur, atau kriteria. Memiliki sub aspek yaitu:
a. Kategorisasi
b. Klarifikasi
2. Analisis, mengidentifikasi hubungan dari pernyataan,
pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk representasi yang
tergagas dalam bentuk kepercayaan, pendapat, penilaian, atau
alasan. Memiliki sub aspek yaitu :
a. Menguji ide
b. Identifikasi
c. Argumen
d. Identifikasi alasan
3. Inferensi, mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang
diperlukan untukmenarik kesimpulan yang dapat diterima dari
berbagai hipotesis untuk memperoleh informasi yang relevan
dan valid. Sub aspeknya yaitu:
a. Mengumpulkan bukti
b. Membuat hipotesis
c. Menarik kesimpulan
4. Evaluasi, menilai kredibilitas dari pernyataan berdasarkan
persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau
pendapat seseorang. Selain itu juga menilai hubungan antara
berbagai pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk
representasi lain. Memiliki sub aspek antara lain :
a. Menilai kredibilitas pernyataan
b. Menilai kualitas argumen
5. Eksplanasi, menyatakan atau mengungkapkan alasan dari
berbagai konsep, metodologi, kategori untuk memperoleh
alasan yang paling meyakinkan. Sub aspeknya adalah :
a. Menyatakan hasil
b. Menilai prosedur
c. Mengungkapkan alasan
6. Pengaturan diri, memonitoring diri pada setiap aktivitas
kognitif, unsur-unsur yang diperlukan pada setiap aktivitas, dan
mampu menghasilkan suatu produk yang mendidik. Sub
aspeknya adalah :
a. Monitoring diri
b. Penilaian diri

Daftar Pustaka
Elaine B. Johnson. 2009. Contextual Teaching And Learning (Edisi Terjemahan Ibnu Setiawan). Bandung: MLC.

Ennis R H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. University of Illinois. Online at

http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinking_51 11_00.pdf

Fahrudin Faiz. 2012. Thinking Skills Pengantar Menuju Berpikir Kritis. Yogyakarta: Suka Press.

Fisher, Alec. 2011. Critical Thinking An Introduction Second Edition. United Kingdom : Cambridge University Press.

Hudson Shihusa dan Fred N Keraro. 2009. Using Advance Organizers to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of

Mathematics, Science, and Technology Education. 5(4). 413 – 420.


Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Rosda Karya.

Joyce, Bruce.dkk. 2009. Models of Teaching (Model-model Pengajaran) Edisi Delapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran konstruktivik. Jurnal Pendidikan & Pembelajaran 16

(1): 88-93.

Sani, Ridwan Abdullah. 2019. Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills). Kota Tangerang : Tira Smart.

Sumarmo, Utari, dkk. 2012. Kemampuan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, dan Kreatif Matematika (Eksperimen terhadap Siswa SMA Menggunakan
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Strategi Think Talk Write). Jurnal Pengajaran MIPA, 17(1), 17-33.

Zulfiani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sainsi. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta. H.117

Anda mungkin juga menyukai