Anda di halaman 1dari 2

Sub tema (1) : Ide kreatif produk dan layanan PLN Group Masa Depan

Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan perusahaan sektor pembangkit listrik di Indoneisa
yang berbasis bahan baku batubara yang menjadi penyumbang emisi CO2 sebesar 163Mt CO2 pada
tahun 2010 (direct combustion). Baru-baru ini pasar modal menyukai tren dengan produk-produk
rendah emisi. Didukung dengan persetujuan pemerintah Indonesia dalam ikatan pasar global pada
bulan februari adanya investasi sebesar 1,25 milyar US$, dengan berbagai proyek yang meliputi
energy terbarukan, energy efisiensi, Emisi GRK, dan bangunan hijau. Pada (RUPTL PLN) 2018-
2027 menyebutkan bahwa permintaan listrik dalam 9 tahun kedepan akan menurun hingga 434
TWh pada tahun 2027 dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar menurun 6,86% yang
sebelumnya dipresidiksi 8,3%. The Institute for Energy Economics and Financial Analysis dalam
laporannya “Can Indonesia’s National Electricity Provider Adjust to New Market Realities as It Seeks $1
Billion in International Bond Support?” menyebutkan adanya kemungkinan bahwa biaya oprasional PLN
akan naik dan menganalisa sampai kapan PLN harus bergantung pada subsidi Negara dan dapatkah
menghadapi global trend market.

2012
2009
2006
2003
2000
TAHUN

1997
1994
1991
1988
1985
1982
1979
1976
1973
0 20 40 60 80 100
(%) PRODUKSI LISTRIK

Biomass Fuel Fossil Fuel

Grafik 1 Produksi listrik yang bersumber dari bahan bakar biomass dan Fosil
(sumber : IEA, statistic map 2017)

Hal tersebut menjadi tantangan terbesar PLN yakni menyediakan produk dengan kapasitas besar
dengan memafaatkan EBT (Energi Baru Terbarukan) yang merupakan negatife emisi carbon.
Peningkatan produksi listrik dengan sumber energi bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan
gas alam) dapat di lihat pada grafik 1. Menurut data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan
yang signifikan sebesar 32% dari tahun 1973 sampai tahun 2014, sedangkan pada produksi listrik
yang bersumber pada bahan bakar biomassa terjadi penurunan sebesar 32% dari tahun 1973 sampai
tahun 2014 (IEA, statistic map 2017). Hal tersebut yang menjadi dasar evaluasi untuk menemukan
inovasi teknologi yang dapat mendukung upaya mengurangi gas rumah kaca di Indonesia yaitu
Biomassa, Bio-energy, dan Carbon Capture Storage (BECCS).

Perlu adanya evaluasi terhadap technology dengan kapasitas yang telah terpasang, degan
optimalisasi dan effisiensi bahan baku yang digunakan dalam proses pembakaran menjadi fuel.
Sehingga akan tercapai bauran energy yang diinginkan dengan keuntungan produk nilai end-use
penggunaan listrik lebih rendah. Biomassa di Indonesia memiliki jumlah yang tak sedikit tapi
untuk pemanfaatan masih rendah pada sektor energi, berdasarkan pada Outlook Energi Indonesia
Pengembangan ini ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan listrik pada wilayah yang belum
terjangkau jaringan listrik PLN (off-grid) atau untuk meningkatkan kahandalan pasokan listrik
PLN (on-grid) sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar
pembangkit listrik. Tahun 2016 di sebutkan bahwa sumber daya biomassa mencapai 32.654 MWe,
sedangkan kapasitas terpasang hanya 1,626 MW (off grid) dan 91.1 MW (On Grid). Pemerintah
Indonesia telah mengatur pengembangan bioenergi dengan Peraturan Menteri ESDM No. 19 dan
No.25 Tahun 2013 tentang produksi listrik dari bahan baku.

Anda mungkin juga menyukai