Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurul Maharani Putri

NIM : 3920187181434
Mapel : Farmakologi Farmasi 3A (Amal Fadhollah, Apt)

TATA LAKSANA HIPERTENSI

1. Klasifikasi Hipertensi
 Optimal, sistolik <120 dan diastolic <80
 Normal, sistolik 120-129 dan/atau diastolic 80-84
 Normal tinggi, sistolik 130-139 dan/atau diastolic 84-89
 Hipertensi derajat 1, sistolik 140-159 dan/atau diastolic 90-99
 Hipertensi derajat 2, sistolik 160-179 dan/atau diastolic 100-109
 Hipertensi derajat 3, sistolik ≥ 180 dan/atau diastolic ≥ 110
 Hipertensi sistolik terisolasi, sistolik ≥ 140 dan diastolic <90

2. Jenis Obat Hipertensi


Obat anti hipertensi meliputi :
 Diuretic, meliputi thiazide (hydrochlorothiazide), loop diuretic (furosemide), diuretic
hemat kalium (spironolactone). Obat golongan ini akan mengurangi resiko kejadian
kardiovaskular, seperti yang telah dinyatakan beberapa penelitian terdahulu, seperti
veterans administrations studies, MRC, dan SHEP.
 Inhibitor system renin anglotensin, meliputi ACE inhibitor (captopril, lisinopril,
ramipril, quinapril, trandolapril), Angiotensin reseptor blocker (losartan, candesartan,
valsartan, irbesartan), direct renin inhibitor (aliskiren). Penggunaan obat ACE
inhibitor pada pasien jantung coroner yang di sertai DM pada gangguan fungsi sistolik
ventrikel kiri merupakan pilihan utama dengan rekomendasi penuh dari semua
guidelines yang telah dipublikasi. Pemberian obat ini secara khusus sangat bermanfaat
pada pasien jantung koroner dengan hipertensi, terutama dalam pencegahan kejadian
kardiovaskular. Pada pasien hipertensi usia lanjut ( > 65 tahun ), pemberian ACEi
juga direkomendasikan , khususnya setelah dipublikasikannya 2 studi besar yaitu
ALLHAT dan ANBP-2. Studi terakhir menyatakan bahwa pada pasien hipertensi pria
berusia lanjut, ACEi memperbaiki hasil akhir kardiovaskular bila dibandingkan
dengan pemberian diuretic, walaupun kedua obat memiliki penurunan tekanan darah
yang sama. Sedangkan ARB adalah pemberian untuk pasien yang toleran terhadap
ACE inhibitor. Beberapa penelitian menyatakan bahwa valsartan dan captopril
memeiliki efektifitas yang sama pada pasien paska infark dengan resiko kejadian
kardiovaskular yang tinggi.
 Adrenergic inhibitor, meliputi obat golongan beta adrenergic blocker (propranolol,
metaprolol, atenolol), central sympatholitics (reserpine, clonidine, methyldopa), dan
alfa adrenergic blocker (prazosin, terazosin, doxazosin)
Betablocker merupakan obat pilihan pertama dalam tatalaksana hipertensi pada pasien
dengan penyakit jantung koroner terutama yang menyebabkan timbulnya gejala
angina. Obat ini akan bekerja mengurangi iskemia dan angina, karena efek utamanya
sebagai inotropik dan kronotropik negative. Dengan menurunnya frekuensi denyut
jantung maka waktu pengisian diastolik untuk perfusi koroner akan memanjang.
Betablocker juga menghambat pelepasan renin di ginjal yang akan menghambat
terjadinya gagal jantung. Betablocker cardioselective (β1) lebih banyak
direkomendasikan karena tidak memiliki aktifitas simpatomimetik intrinsic.
 Calcium channel blocker (CCB), merupakan obat tambahan setelah optimalisasi dosis
beta blocker, bila terjadi : TD tetap tiggi; Angina yang persisten; Adanya
kontraindikasi absolute pemberian dari beta blocker. Obat ini meliputi fenilakilamin
(verapamil), benzothiazepin (ditiazem), dihidropiridine (nifedipine, felodipine,
amlodipine, nitrendipine, lacidipine, lercanidipine, benidipine)
 Vasodilator (hydralazine, minoxidil, sodium nitroprusside)

3. Tatalaksana Terapi
 Non farmakologis
Metode ini dengan cara menjaga pola hidup sehat untuk menurunkan tekanan darah
serta menguntungkan dalam permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang
menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi
pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya
selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan
tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain,
maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjrkan, yaitu :
 Penurunan berat badan
 Mengurangi asupan garam
 Olahraga
 Menguragi konsumsi alcohol
 Berhenti merokok
 Farmakologi
Dimulai bagi pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi
derajat ≥2. Prinsip terapi ini perlu memperhatikan :
 Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
 Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
 Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia
55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
 Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)
dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
 Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
 farmakologi
 Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai