Anda di halaman 1dari 9

Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

STUDI KOMPARATIF EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN


LAMTORO(LEUCAENA LEUCOCEPHALA) DAN SALEP
GENTAMISINTERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT KULIT
MENCIT (MUS MUSCULUS)
Maria Chrisdianne Wulan Bunganaen, I Nyoman Sasputra , I Made Artawan

ABSTRAK

Luka sayat merupakan trauma yang terjadi. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat
topikal luka sayat adalah daun lamtoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan efektivitas pemberian ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dan salep
gentamisin terhadap penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus). Metodologi
penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain “true
experimental design post test only control group design”. Data diuji secara statistik
menggunakan uji nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis. Hewan uji diberi perlakuan luka sayat
dengan panjang luka 2 cm dan kedalaman mencapai dermis. Sampel dibagi 3 kelompok yakni
kelompok kontrol diberikan aquades, kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak daun lamtoro
dan kelompok perlakuan 2 diberikan salep gentamisin. Setiap kelompok terdiri atas 5 ekor
mencit (Mus musculus) sehingga total sampel adalah 15 ekor. Penyembuhan luka sayat
diamati selama 14 hari secara makroskopis menggunakan kriteria Nagaoka. Hasil penelitian
diperoleh p=0,052(p>0,05). Tidak ada perbedaan bermakna antara 3 kelompok pada penilaian
makroskopik. Kesimpulan penelitiaan ini adalah penyembuhan luka antara kelompok kontrol,
perlakuan 1 dan perlakuan 2 tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Kata kunci : Ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala),penyembuhan luka sayat,


kriteria Nagaoka.

Luka didefinisikan sebagai mengalami penurunan dari hasil yang


kerusakan atau gangguan pada struktur didapat pada tahun 2007 yakni cedera
fungsi anatomi normal1. Kesinambungan akibat terkena benda tajam/tumpul sebesar
kulit mengalami kerusakan sehingga 20,6 % menjadi hanya 7,3%. Sedangkan
jaringan bagian dalam tubuh dapat terpapar untuk proporsi cedera akibat benda
secara langsung dengan lingkungan tajam/tumpul di Nusa Tenggara Timur
sekitarnya2. Terdapat berbagai faktor (NTT) adalah 6,1%6.
penyebab luka diantaranya trauma benda
tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat Prevalensi yang cukup tinggi
kimia, ledakan, sengatan listrik dan gigitan terhadap kejadian luka sayat di Indonesia
serangga3,4. Luka yang terjadi akibat dan khususnya di NTT, maka perlu
trauma benda tajam seperti pisau, pisau diketahui penanganan yang tepat terhadap
cukur atau pecahan kaca disebut sebagai luka sayat. Jenis penanganan yang dapat
luka sayat (vulnus scissum)5. dilakukan untuk menanggulangi masalah
kesehatan dengan menggunakan
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan pengobatan tradisional yang diturunkan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, secara turun temurun7. Selain itu,
prevalensi penyebab cedera karena terkena Keputusan Menteri Kesehatan
benda tajam/tumpul di Indonesia adalah (Kepmenkes) RI tahun 2007, diketahui
7,3% yang mana menempati urutan ketiga bahwa sejak berabad-abad penggunaan obat
sebagai penyebab cedera tersering setelah tradisional di Indonesia merupakan bagian
jatuh sebesar 40,9% dan kecelakaan dari budaya bangsa dan dimanfaatkan
bermotor sebesar 40,6%. Hasil ini masyarakat.

Universitas Nusa Cendana 512


Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

Hasil penelitian terdahulu daun obat antibiotik golongan aminoglikosida


lamtoro (Leucaena Leucocephala)atau yang efektif diberikan untuk infeksi bakteri
yang lebih dikenal masyarakat Indonesia basil gram-negatif yang bersifat aerob dan
dengan nama petai cina dapat digunakan digunakan oleh masyarakat dalam
16
sebagai obat luka dan bengkak dengan cara penyembuhan luka . Topikal antibiotik
di kunyah atau diremas-remas, kemudian telah diketahui dapat memberikan efek
ditempelkan pada bagian yang bengkak profilaksis terhadap luka17.
atau luka8–10. Daun lamtoro merupakan
jenis tanaman yang membutuhkan iklim Berdasarkan kandungan yang
tropis untuk pertumbuhan optimal sehingga terdapat dalam daun lamtoro dan manfaat
sangat cocok tumbuh di daerah NTT dari salep gentamisin, maka penelitian ini
dengan rerata suhu 27-280C10,11. dilakukan untuk mengetahui perbandingan
efektifitas pemberian ekstrak daun lamtoro
Hasil uji fitokimia daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dan salep
mengandung beberapa jenis metabolik gentamisin terhadap luka sayat yang
sekunder yang dapat membantu proses diberikan perlakukan pada mencit (Mus
penyembuhan luka, diantaranya tanin musculus).
sebagai antimikroba dan membantu proses
penyembuhan luka, flavonoid yang METODE PENELITIAN
berperan sebagai antioksidan, antibakteri,
analgesik, dan saponin yang bekerja Penelitian ini merupakan penelitian
membantu kontraksi luka serta eksperimental laboratorik dengan desain
meningkatkan proses epitelisasi12. Hasil “true experimental design” dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yeyen rancangan Post Test Only Control Group
Yessica Manadope dkk (2016), didapatkan Design. pada penelitian ini menggunakan
hasil bahwa pemberian krim ekstrak daun 15 ekor mencit jantan.
lamtoro memberikan efek signifikan yaitu
mengecilnya diameter luka bakar kulit Proses pembuatan ekstrak daun
kelinci pada hari ke-713. Sedangkan, lamtoro diawali dengan membersihkan
penelitian lain yang dilakukan oleh daun lamtoro pada air mengalir sebanyak 2
Megawati Ishak dkk (2017) menunjukkan kali lalu ditiriskan pada nampan yang telah
bahwa pemberian ekstrak etanol daun dialasi kertas dan diluruhkan daun dari
lamtoro dapat memberikan efek analgesik batangnya. Daun yang diperoleh sebanyak
terhadap mencit putih jantan (Mus 2 kg, dikeringkan dengan cara diangin-
musculus) yang diberikan rangsangan panas anginkan selama 3 hari. Daun yang telah
dengan suhu 550C14. Selain itu, penelitian kering sebanyak 1,3 kg kemudian diblender
pada tahun 2018 yang dilakukan oleh dan diayak hingga mendapatkan serbuk
Ahyana Fitrian dkk menunjukkan bahwa simplisia sebanyak 1 kg. Serbuk simplisia
gel ekstrak daun lamtoro memberikan efek daun lamtoro sebanyak 300 gram
terhadap peningkatan angiogenesis pada dicampurkan dengan etanol 96% sebanyak
luka insisi tikus Rattus norvegicus yang 1200 ml. Hasil pencampuran dimaserasi
diamati pada hari ke-3 dan ke-515. selama 5 hari dengan setiap harinya
digojok. Hasil maserasi difiltrasi
Penelitian-penelitian yang telah menggunakan kertas saring dan diperoleh
dilakukan terkait efektivitas ekstrak daun 550 ml yang kemudian dievaporasi dengan
lamtoro terhadap penyembuhan luka, alat evaporator pada suhu 400C. Hasil
menarik minat penulis untuk melakukan evaporasi didapatkan ekstrak kental
penelitian mengenai efektivitas pemberian sebanyak 20,8 gram.
ekstrak daun lamtoro yang dibandingkan
dengan salep gentamisin terhadap Subjek penelitian ini adalah 15 ekor
penyembuhan luka sayat mencit (Mus mencit (Mus musculus)yang dibagi menjadi
musculus). Salep gentamisin merupakan 3 kelompok perlakuan dengan tiap

Universitas Nusa Cendana 513


Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

kelompok berjumlah 5 ekor. Kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN


pertama merupakan kelompok kontrol yang
diberi aquades, kelompok kedua Hasil Pengukuran Berat Badan Mencit
merupakan kelompok perlakuan 1 yang Selama Masa Adaptasi
diberikan ekstrak daun lamtoro, dan
kelompok ketiga merupakan kelompok Pengukuran berat badan mencit
perlakuan 2 yang diberikan salep yang dilakukan selama masa adaptasi yang
gentamisin. dilakukan sehari sekalisertadilakukan
pengamatan terhadap kondisi fisik serta
Hewan uji kemudian diadaptasi perilaku mencit. Berdasarkan hasil
selama 7 hari. Masa adaptasi bertujuan pengamatan kondisi fisik dan perilaku
untuk mengamati kondisi fisik serta mencit selama 7 hari, diketahui bahwa
perilaku mencit dan menjaga berat badan tidak adanya tanda hewan mengalami sakit
mencit agar tetap stabil. Setelah 7 hari masa ataupun stress yang dapat ditandai dengan
adaptasi, pada hari ke-8 hewan uji diberi rambut kusam, rontok, berperilaku
perlakuan berupa luka sayat dengan menggigit-gigit rambut, berputar-putar dan
panjang 2 cm dan kedalaman hingga menekankan diri ke kandang.Hasil
mencapai dermis yang ditandai dengan pengukuran berat badan mencit untuk
keluarnya darah.Kemudian hewan uji kelompok kontrol yang diberi aquades,
diberikan perawatan luka sayat sebanyak 2 kelompok perlakuan 1 yang diberi ekstrak
kali sehari pada pagi dan sore hari dengan daun lamtoro dan kelompok perlakuan 2
perlakuan sesuai kelompok yang telah yang diberi gentamisin dapat dilihat pada
dibagi. Selama perawatan luka sayat, Gambar 1 dibawah ini.
dilakukan pengamatan secara makroskopis
selama 14 hari terhadap proses Gambar 1. Berat Badan Mencit Masa
penyembuhan luka sayatdan diobservasi Adaptasi
menggunakan kriteria Nagaoka. Setelah
melakukan pengamatan dan observasi Berdasarkan hasil pengukuran berat
selama 14 hari dan mendapatkan data
penyembuhan luka, data diuji secara
statistik.

Tabel 1. Penilaian Makroskopis


18
Kriteria Nagaoka

Parameter dan Deskripsi Skor


Waktu penyembuhan luka
Dibawah 7 hari 3
Antara 7-14 hari 2
Diatas 14 hari 1 badan mencit masa adaptasi yang terlihat
Infeksi lokal pada Gambar 1, diketahui bahwa berat
Infeksi lokal disertai 3 badan mencit berkisar antara 20-40 gram.
dengan pus Selama masa adaptasi, tidak terdapat
Infeksi lokal tanpa pus 2 mencit yang mengalami penurunan berat
Tidak ada tanda infeksi 1 badan melebihi 10% sejak hari pertama
local hingga hari ketujuhmasa adaptasi, Data
Reaksi alergi yang diperoleh menyatakan bahwa tidak
Reaksi alergi lokal berupa 3 ada sampel yang dieksklusikanselama masa
warna bintik merah adaptasi.
sekitar luka
Tidak ada reaksi alergi 1

Universitas Nusa Cendana 514


Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

Hasil Pengukuran Berat Badan Mencit


Selama Masa Intervensi

Pengukuran berat badan mencit


dilanjutkan selama masa intervensi yakni
14 hari yang dimulai sejak hari ke-8 hingga
hari ke-21.

Pengukuran yang dilakukan selama


masa intervensi telah dibagi kedalam 3
kelompok yakni kelompok kontrol (K),
kelompok perlakuan 1 (P1) dan kelompok
perlakuan 2 (P2), bertujuan untuk
mengontrol berat badan mencit agar tetap Berdasarkan data yang diperoleh
berada dalam rentangan kriteria inklusi dari Gambar 2, diketahui bahwa kelompok
yakni 20-40 gram. Peningkatan dan P1 memiliki perubahan berat badan yang
penurunan berat badan yang melebihi lebih stabil dibandingkan dengan kelompok
kriteria inklusi dapat mempengaruhi proses K dan kelompok P2 yang diamati selama 14
penyembuhan luka yakni akan terjadi hari masa intervensi.
penghambatan dalam penyembuhan luka
sehingga sangat diperlukan pengontrolan Hasil Pengamatan Luka Secara
terhadap peningkatan dan penurunan berat Makroskopis
badan hewan uji selama masa intervensi.
Hasil pengukuran berat badan tiap Pengamatan luka secara
kelompok kemudian dibandingkan dengan makroskopis setiap hari selama 14 hari,
direrata berat badan untuk mengetahui diobservasi menggunakan Kriteria Nagaoka
berat badan kelompok yang paling stabil. yang terdiri dari 3 aspek yaitu waktu
Rerata perbandingan pengukuran berat penyembuhan luka, infeksi lokal dan reaksi
badan mencit tiap kelompok dapat dilihat alergi pada sampel, yang diamati pada
pada Gambar 2 sebagai berikut. Tabel 2.

Gambar 2. Perbandingan Rerata Berat


Badan Mencit Masa Intervensi

Tabel 2. Hasil Pengamatan Makroskopis

Mencit Kelompok K Mencit Kelompok P1 Mencit Kelompok P2


Parameter dan Deskripsi Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu Penyembuhan
Luka
Di bawah 7 hari 3     
Antara 7-14 hari 2        
Di atas 14 hari 1  
Infeksi Lokal
Infeksi lokal disertai dengan
3
pus
Infeksi lokal tanpa pus 2
Tidak ada tanda infeksi
1               
lokal
Reaksi Alergi
Reaksi alergi berupa warna
3
bintik merah sekitar luka
Tidak ada reaksi alergi 1               

Universitas Nusa Cendana 515


Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

Data diuji menggunakanSaphiro nilai p masing-masing adalah 0.058 dan


Wilk.Hasil yang didapatkan dari uji Saphiro 0.549. Parameter kedua dan ketiga yang
Wilk yakni nilai sig p<0.05 pada parameter digunakan berdasarkan kriteria Nagaoka
waktu penyembuhan luka sehingga data yakni infeksi lokal dan reaksi alergi tidak
dinyatakan tidak berdistribusi secara menunjukkan adanya perbedaan antara
normal. ketiga kelompok perlakuan yakni dengan
persebaran data homogen.
Analisis data dilanjutkan
menggunakan uji Kruskal Wallis (uji non Penyembuhan luka makroskopis
parametrik) untuk mengetahui perbedaan secara keseluruhan berdasarkan kriteria
antara kelompok K, kelompok P1 dan Nagaoka pada mencit (Mus musculus)dapat
kelompok P2.Hasil analisis dapat dilihat dilihat dari pengamatan pada hari ke-5 dan
pada Tabel 3. hari ke-14.Penyembuhan luka pada hari ke-
5 dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 3. Output Analisis Kruskal Wallis
Waktu Penyembuhan Luka Gambar 3. Penyembuhan Luka Sayat
Hari ke-5
Kelompok Intervensi Nilai p
K-P1-P2 0.052

Berdasarkan data pada Tabel 3,


diketahui bahwa tingkat penyembuhan luka
dengan parameter waktu penyembuhan
luka secara makroskopis dari tiap
kelompok yakni kelompok K, kelompok P1
dan kelompok P2 tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dengan nilai p>0.05.
Kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan uji Post-Hoc Mann-Whitney Berdasarkan Gambar 3
U Test untuk mengetahui perbandingan penyembuhan luka sayat yang dilihat
antara masing-masing kelompok. Hasil uji secara makroskopis, diketahui bahwa luka
Post-Hoc Mann Whitney U Test dapat sayat yang diberi ekstrak daun lamtoro
dilihat pada Tabel 4. terlihat lebih kering dengan luka yang
mulai tertutup, tidak terlihat adanya infeksi
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Post-Hoc berupa pus, edema maupun kemerahan dan
Mann Whitney U TestWaktu tidak terdapat reaksi alergi pada luka dan
Penyembuhan Luka daerah sekitarnya. Sedangkan luka yang
diberi salep gentamisin, diamati bahwa luka
Kelompok Analisis Sampel Nilai p masih terbuka dan kemerahan walaupun
K– P1 0.031 tidak terdapat tanda infeksi maupun reaksi
K– P2 0.058 alergi disekitarnya. Pada luka yang hanya
P1 – P2 0.549 diberi aquades juga tampak belum tertutup
dengan luka yang masih basah dan
Hasil analisis menggunakan uji berwarna kemerahan. Namun tidak tampak
Post-Hoc Mann Whitney U waktu adanya infeksi lokal dan reaksi radang.
penyembuhan luka diketahui bahwa Selain pada hari ke-5, juga diamati
terdapat perbedaan yang signifikan antara penyembuhan luka sayat pada hari ke-14
kelompok K dan kelompok P1 dengan nilai yang dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai
p yaitu 0.031, kemudian tidak terdapat berikut.
perbedaan yang signifikan antara kelompok
K dan P2 dan kelompok P1dan P2 dengan

Universitas Nusa Cendana 516


Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

Gambar 4. Penyembuhan Luka Sayat pengobatan yang dapat menjaga dan


Hari ke-14 mempercepat proses penyembuhan luka.
Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan ekstrak daun lamtoro untuk
mengetahui efeknya terhadap
penyembuhan luka yang dibandingkan
dengan salep gentamisin dan diberikan
intervensi luka sayat dan pengobatan pada
mencit (Mus musculus) selama 14 hari.

Pada penelitian ini, digunakan


ekstrak daun lamtoro dengan dosis
0.018g/20gBB yang berasal dari Kota
Kupang dan dibandingkan dengan salep
Penyembuhan luka sayat yang gantamisin, yang mana pada hasil
terjadi pada hari ke-14 secara makroskopis penelitian didapatkan bahwa ekstrak daun
berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa lamtoro memberikan hasil terdapatnya
luka yang diberi ekstrak daun lamtoro telah penyembuhan luka sayat yang terjadi
mengalami penutupan secara sempurna dibawah 7 hari pada 3 sampel penelitian
dengan adanya scar dan telah ditumbuhinya yakni hari ke-6, sedangkan 2 sampel
bulu-bulu disekitar luka. Pada luka yang lainnya dari total 5 sampel mengalami
diberi salep gentamisin juga mengalami penyembuhan diantara 7-14 hari yakni hari
penyembuhan luka secara sempurna dengan ke-8 dan hari ke-10 tanpa adanya reaksi
adanya scar pada bekas luka. Sedangkan alergi maupun infeksi lokal pada sampel
luka yang hanya diberi aquades pada hari yang diberikan ekstrak daun lamtoro atau
ke-14, memberikan gambaran adanya kelompok P1.
keropeng pada 2 sisi ujung luka sayat,
dengan adanya penutupan luka yang belum Pada kelompok K, didapatkan
sempurna. waktu penyembuhan luka bervariasi, yakni
terdapat 1 sampel yang sudah mengalami
PEMBAHASAN penyembuhan di hari ke-10 dan 2 sampel di
hari ke-11 sehingga diklasifikasikan waktu
Luka sebagai suatu kerusakan atau penyembuhan luka antara 7-14 hari, dan
gangguan pada struktur fungsi anatomi terdapat 2 sampel yang belum mengalami
normal dapat terbagi menjadi beberapa penyembuhan di hari ke-14 sehingga
jenis. Salah satunya adalah luka terbuka diklasifikasikan waktu penyembuhan luka
dalam bentuk luka sayat. Luka sayat diatas 14 hari. Sedangkan kelompok P2,
merupakan luka dengan bentuk didapatkan waktu penyembuhan luka
memanjang, tepi lurus, panjang melebihi berdasarkan pengamatan selama 14 hari,
kedalaman dengan tidak adanya jaringan terdapat 2 sampel yang memiliki waktu
rusak disekitar luka. Pada kondisi dan penyembuhan dibawah 7 hari yakni pada
keadaan normal, luka akan mengalami hari ke-6 dan 3 sampel memiliki waktu
penyembuhan secara normal melalui penyembuhan antara 7-14 hari yakni pada
beberapa fase penyembuhan luka, hari ke-7, hari ke-9 dan hari ke-10.
diantaranya hemostasis dan inflamasi, Berdasarkan data yang telah diperoleh,
proliferasi dan neovaskularisasi serta maka diketahui bahwa terdapat perbedaan
maturasi dan re-epitelisasi. dari waktu penyembuhan dari ketiga
kelompok uji. Perbedaan yang terjadi pada
Proses penyembuhan luka secara waktu penyembuhan luka, pada kelompok
normal, dapat juga dipengaruhi oleh K diketahui mengalami penyembuhan lebih
berbagai faktor yang menghambat proses lambat dari kelompok P1 dan P2 disebabkan
penyembuhan luka, sehingga diperlukan proses penyembuhan luka terjadi secara

Universitas Nusa Cendana 517


Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

normal tanpa intervensi tambahan yang merupakan reaksi yang dapat terjadi
dapat mempercepat penyembuhan luka, apabila terdapat kandungan yang
tetapi faktor lain yang dapat mempengaruhi menimbulkan reaksi hipersensitivitas pada
penyembuhan luka seperti oksigenasi, suhu, luka sayat. Pada hasil pengamatan selama
nutrisi, stress dan berat badan tetap 14 hari, dari ketiga kelompok tidak
dikendalikan sehingga tidak mempengaruhi menunjukan adanya reaksi alergi seperti
penyembuhan luka yang terjadi. Sedangkan bintik kemerahan yang artinya kandungan
perbedaan yang terjadi pada kelompok P1 yang terdapat dalam ekstrak dan salep
dan P2 disebabkan karena adanya gentamisin tidak menimbulkan reaksi
kandungan fitokimia pada ekstrak daun sistem imun.
lamtoro yang mempercepat waktu
penyembuhan luka melebihi dari Data yang diperoleh dari hasil
kandungan pada salep gentamisin.Senyawa pengamatan selama 14 hari, dianalisis
kimia yang terkandung dalam ekstrak daun menggunakan uji Saphiro dan
lamtoro diantaranya berupa flavonoid yang diperolehnilai sig p<0.05 sehingga data
berperan sebagai antiseptik, antibakteri dan dinyatakan tidak berdistribusi secara
antioksidan sehingga dapat bekerja pada normal. Analisis dilanjutkan menggunakan
fase hemostasis dan inflamasi pada uji non parametrik berupa uji Kruskal
penyembuhan luka, alkaloid yang berperan Wallis, dan didapatkan varians data
sebagai antiinflamasi, antibakteri dan p=0.052 (p>0.05) yang menyatakan tidak
membantu vasokonstriksi pembuluh darah terdapat perbedaan signifikan.
diawal terjadinya jejas untuk mengurangi
terjadinya perdarahan sehingga dapat Analisis data dilanjutkan dengan
bekerja pada fase hemostasis dan inflamasi melakukan uji Post-Hoc Mann Whitney U
serta proliferasi dan neovaskularisasi. Mann-Whitney untuk mengetahui
Kemudian terdapat juga saponin yang perbedaan yang terdapat diantara masing-
membantu meningkatkan kontraksi luka, masing kelompok perlakuan. Hasil uji yang
meningkatkan epitelisasi yang dapat pertama didapatkan varians data
bekerja pada fase re-epitelisasi dan p=0.031(p<0.05) untuk K-P1 yakni terdapat
maturasi serta sebagai antibakteri dan perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada
antioksida yang akan bekerja pada fase hasil uji yang kedua antara K-P2 didapatkan
hemostasis dan inflamasi. Selain itu, varians data p=0.058 (p>0.05) sehingga
senyawa tanin yang terdapat pada ekstrak diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan
daun lamtoro membantu dalam yang signifikan. Pada hasil analisis uji yang
mempromosikan penyembuhan luka yang ketiga yakni antara P1-P2didapatkan varians
membantu pada fase re-epitelisasi dan data dengan nilai p=0.549 (p>0.05). Hasil
maturasi serta sebagai antioksidan dan ini menjelaskan bahwa tidak terdapat
antimikroba. Selain berdasarkan waktu perbedaan yang bermakna antara kelompok
penyembuhan luka, 2 aspek lain yang yang diberi ekstrak daun lamtoro dengan
dinilai yaitu infeksi lokal dan reaksi alergi kelompok yang diberik salep gentamisin
dari ketiga kelompok tidak menunjukkan dari waktu penyembuhan luka. Pada
perbedaan yaitu tidak terdapat infeksi lokal parameter infeksi lokal dan reaksi alergi
maupun reaksi alergi selama 14 hari masa tidak menunjukkan adanya perbedaan
intervensi. Berdasarkan hasil pengamatan karena data yang diperoleh dari hasil
yang diperoleh, pada aspek infeksi lokal pengamatan selama 14 hari adalah
tidak terdapat perbedaan dari ketiga homogen.
kelompok yakni tidak terdapat infeksi yang
disebabkan karena dikendalikannya faktor KESIMPULAN
lain penyembuhan luka seperti kebersihan
lingkungan kandang sehingga mengurangi Kesimpulan yang didapatkan pada
kontaminasi bakteri pada luka sayat. penelitian ini, berdasarkan hasil analisis
Sedangkan pada aspek reaksi alergi perbandingan efektivitas pemberian ekstrak

Universitas Nusa Cendana 518


Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dan The Cellular And Molecular


salep gentamisin terhadap penyembuhan Mechanisms. 2009;37(5):1528–42.
luka sayat kulit mencit (Mus musculus)
tidakterdapat perbedaan signifikan terhadap 2. Ziemba R. First Aid In Cases Of
penyembuhan luka sayat antara 3 kelompok Wounds , Fractures , As Well As
perlakuan yakni kelompok yang diberi Thermal And Chemical Burns. Mil
aquades, kelompok yang diberi ekstrak Pharm Med. 2012;15–24.
daun lamtoro dan kelompok yang diberi
salep gentamisin. 3. Nursetyowati Rahayu. Uji Aktivitas
Gel Etil P-Metoksisinamat Terhadap
SARAN Penyembuhan Luka Terbuka Pada
Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Saran yang dapat diberikan oleh Jantan Galur Sprague Dawley. 2016;
peneliti untuk penelitian selanjutnnya
dengan adanya kebaharuan berupa : 4. Halim Rm. Uji Efek Penyembuhan
Luka Sayat Ekstrak Etanol Daun
1. Melakukan perbandingan dosis Kecombrang (Etlingera elatior)
ekstrak daun lamtoro di Kupang yang Dalam Bentuk Sediaan Gel Terhadap
paling efektif dan dosis yang dapat Kelinci (Oryctolagus Cuniculus).
menyebabkan toksin terhadap 2014;
penyembuhan luka sayat.
5. Barbería-Marcalain E, Estarellas-
2. Menggunakan bentuk sediaan daun
Roca A, Piera-Lluch V. Gunshot
lamtoro yang lebih stabil berupa krim
Wound. Rev Esp Med Leg.
dan gel.
2012;38(1).
3. Dapat dibuat pengobatan
6. Riset Kesehatan Dasar Badan
menggunakan daun lamtoro dalam
Penelitian Dan Pengembangan
bentuk plester sehingga mengurangi
Kesehatan Kementerian Kesehatan
kontaminasi bakteri yang dapat
Ri. Jakarta; 2013.
menyebabkan terjadinya infeksi dan
menghambat penyembuhan luka
sayat. 7. Kedokteran F, Maret Us. Perbedaan
Efek Pemberian Lendir Bekicot (
Achatina fulica ) Dan Gel
4. Diperlukan pembelajaran dan latihan Tm
Bioplacenton Terhadap
oleh peneliti selanjutnya yang
Penyembuhan Luka Bersih Pada
menggunakan hewan uji
Tikus Putih. 2010.
terkhususnya mencit agar dapat
menjaga kondisi mencit untuk
terhidar dari stress dan kondisi 8. Agustina Retnaningsih. Uji Daya
abnormal. Hambat Daun Petai Cina (Leucaena
leucocephala folium) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus Dan
5. Perlu dilakukan uji fitokimia terhadap
Escherichia coli Menggunakan
kandungan daun lamtoro yang
Metode Difusi Agar.
terdapat di daerah Kupang, NTT.
2016;5(April):110–4.
DAFTAR PUSTAKA
9. Nugroho La. Potensi Ekstrak Daun
1. Elnar T V, Ailey Tb. The Wound Lamtoro (Leucaena leucocephala
Healing Process : An Overview Of lamk) Sebagai Biopreservatif Telur
Ayam. 2016;6–18.

Universitas Nusa Cendana 519


Studi Komparatif Efektivitas Cendana Medical Journal, Edisi 18, Nomor 3, Desember 2019

10. Names L, Description B. Leucaena Angiogenesis Gel Ekstrak Daun


leucocephala ( Lam .) De Wit Lamtoro ( Leucaena leucocephala ).
Fabaceae - Mimosoideae Leucaena 2018;20(1).
leucocephala ( Lam .) De Wit
Fabaceae - Mimosoideae. 2009;0:1– 16. Laurence L. Brunton P, Keith L.
8. Parker, Md P, Donald K. Blumenthal
P, L. O. Buxton, Pharmd F. Goodman
11. Provinsi Nusa Tenggara Timur & Gilman Manual Farmakologi Dan
Dalam Angka 2018. Badan Pusat Terapi. Jakarta: Egc; 2011. 729 P.
Statistik Provinsi Nusa Tenggara
Timur; 2018. 17. Diehr S, Hamp A, Jamieson B. Do
Topical Antibiotics Improve Wound
12. Soni H, Singhai Ak. International Healing  2007;56(2).
Research Journal Of Pharmacy.
2012;3(7):1–7. 18. Tetsuya Nagaoka, Kaburagi Y,
Yasuhito Hamaguchi, Hasegawa M,
13. Manapode Yy, Yamlean Pvy, Sudewi Takehara K, Steeber Da, Et Al.
S. Uji Efektivitas Sediaan Krim Delayed Wound Healing In The
Ekstrak Daun Lamtoro ( Laucaena Absence Of Intercellular Adhesion
glauca ) Terhadap Luka Bakar Pada Molecule-1 Or L-Selectin
Kelinci ( Orytolagus cuniculus ). Expression. Am J Pathol.
2016;5(4):280–3. 2000;157(1): 237–47.

14. Ishak M, Bodhi W, Citraningtyas G.


Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol
Daun Lamtoro ( Leucaena
eucocephala ( Lam ) De Wit ) Pada
Mencit Putih Jantan. 2017;6(4).

15. Fitrian A, Bashori A, Sudiana Ik,


Farmakologi D, Kedokteran F,
Airlangga U, Et Al. Efek

Universitas Nusa Cendana 520

Anda mungkin juga menyukai