Beranda ▼
LP TB Paru
A. Konsep Medis
1. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Ventilasi
membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya, yaitu digfrahma. Efek dari
gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada.
Ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea (inspirasi), karena
penurunan tekanan di dalam dan mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan
diagfrahma kembali ke ukurannya semula (ekspirasi), paru-paru yang elastis tersebut
mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus dan trakea. Fase inspirasi dari
pernapasan normalnya membutuhkan energi: fase ekspirasi normalnya positif. Inspirasi
menempati sepertiga dari siklus pernapasan, ekspirasi menempati dua pertiganya.
Pleura. Bagian terluar dari paru-paru, dikelilingi oleh membran halus, licin yaitu
pleura, yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan
superior diagfrahma. Pleura parietalis melapisi tiraks dan pleura viseralis melapisi paru-
paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura, yang
mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan
keduannya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
Lobus. Setiap paru dibagi menjadi lobu-lobus. Paru kiri atas lobus bawah dan atas,
sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih jauh
dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan
pleura.
Bronkus dan bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus
paru. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri).
Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru
kiri), yang merupakan struktur yang dicari ketika memilih posisi drainase postural yang
paling efektif untuk pasien tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi
bronkus subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri,
limfatik dan saraf.
Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam kluster
antara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka bersatu
untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter persegi (seukuran lapang
tenis).
Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagositis yang besar yang memakan benda asing (misal : lendir, bakteri) dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
b. Fisiologi
Transpor Oksigen. Oksigen dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang dari sel
melalui sirkulasi darah. Sel-sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang berdinding tipis
sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran atau lewatnya oksigen dan karbon
dioksida dengan mudah. Oksigen berdifusi dari kapiler, menembus dinding kapiler ke
cairan interstisial dan kemudian melalui membran sel-sel ke jaringan, tempat dimana
oksigen dapat digunakan oleh mitokondria untuk pernafasan selular. Gerakan karbon
dioksida juga terjadi melalui difusi dan berlanjut dengan arah yang berlawanan dari sel ke
dalam darah.
Pertukaran Gas. Setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki vena
sistemik (dimana disebut darah vena) dan mengalir ke sirkulasi pulmonal. Konsentrasi
oksigen dalam darah di dalam kapiler paru-paru lebih rendah dibanding dengan
konsentrasi dalam kantung udara paru, yang disebut alveoli. Sebagai akibat gradien
konsentrasi ini, oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam darah. Karbon dioksida yang
mempunyai konsentrasi dalam darah lebih tinggi dari dalam alveoli, berdifusi dari dalam
alveoli. Gerakan udara ke dan keluar jalan nafas (ventilasi) secara kontinue memurnikan
oksigen dan membuang karbon dioksida dari jalan dalam paru. Keseluruhan proses
pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara darah dengan sel-sel tubuh
ini disebut respirasi. (Brunner & Suddarth, EGC : 2002).
2. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen,
ginjal, tulang dan nodus limfe (Irman Somantri, 2007). Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arif
Mansjoer 2001).
Menurut Nethna. M Sandra (2001) Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuklei
droplet lewat udara.
TBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. ( Irman Somantri, 2009).
Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi akibat mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Junaidi,
Iskandar, 2010)
3. Etiologi
Sifat kuman TBC adalah aerob yaitu lebih mengenai hidup pada jaringan yang tinggi kadar
O2 dan juga bersifat dormant di dalam sel yaitu basil tidak aktif tetapi keluar dari sel maka basil akan
berkembangbiak. Pada penderita akan mengalami kekambuhan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi TBC, yaitu keganasan basil TBC. Jumlah basil cukup banyak, adanya
sumber penularan, daya tahan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
keturunan, usia, nutrisi yang kurang.
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
Pembagian tuberculosis (TB) paru dari sistem lama diketahui beberapa klasipikasi seperti :
b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberculosis paru (koch pulmonum) aktif, non aktif
dan quessent (bentuk aktif yang mulai menyembuh).
2) Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4
cm. jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satuan bagian paru. Bila bayangan
kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.
3) Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberculosis.
Pada tahun 1974 American Thoracic Sociaty memberikan klarifikasi baru yang diambil berdasarkan
aspek kesehatan masyarakat :
a. Kategori 0 : tidak pernah terpasan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negatif, tes
tuberkulin negatif.
b. Ketegori I : terpasan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini riwayat hontak
positif, tes tuberkulin negatif.
c. Kategori II : terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit, tes tuberkulin positif, radiologis dan
sputum negatif.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis dan
mikrobiologis :
a. Tuberculosis Paru
- Tuberculosis paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA negatif, tetapi tanda-
tanda lain positif.
- Tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati. Disini seputum BTA negatif dan tanda-
tanda lain juga meragukan.
Pada stadium dini penyakit tuberkulosis biasanya tidak tampak adanya tanda atau gejala yang khas.
Tuberkulosis dapat didiagnosis hanya dengan tes tuberkullin, pemeriksaan radiogram dan
pemeriksaan bakteriologik. Menurut CDC (Centers for Disease Control), suatu kasus tuberkulosis
dapat dipastikan bila organisme mycobacterium tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika bakteri tidak
diperoleh, maka laporan kasus tuberculosis dianggap benar bila hal-hal berikut ini dapat ditemukan :
c. Radiogram dada dengan hasil abnormal (tidak stabil, dapat memburuk atau membaik)
dan atau bukti klinis akan adanya penyakit ini, dan
d. Keputusan yang memberikan satu paket terapi yang lengkap dengan dua atau lebih obat
antituberkulosis.
Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya destruksi jaringan paru-paru, produksi sputum
semakin banyak dan batuk-batuk dapat menjadi semakin berat. Biasanya tidak ada gajala nyeri dada
dan batuk darah biasanya hanya dikaitkan dengan kasus-kasus yang sudah lanjut. Beberapa penderita
mengalami batuk produktif, keletihan lemah, keringat pada malam hari dan berat badan menurun
mirip dengan tanda dan gejalan bronkhitis akut dan pneumonia (Prince.A.Sylvia, 1995).
7. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini
1) Pleuritis
2) Efusi pleura
3) Empierna
4) Laringitis
6) Poncet’s arthropathy
b. Komplikasi lanjut
3) Amilioidosis
4) Karsinoma paru
8. Manajemen Medik
Tabel 2.1
Obat Dosis
9. Pemeriksaan penunjang
a. Uji Tuberkulin
b. Pemeriksaan Radiologi
c. Pemeriksaan Bakteriologis
e. Uji BCG
a. Kebutuhan oksigen
b. Rasa nyaman
Akumulasi sekret kental dan menetap menimbulkan rasa tidak nyaman pada klien.
c. Pemenuhan nutrisi
Kebanyakan klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami kesulitan makan karena
adanya proses peradangan pada jaringan paru sehingga sulit untuk menelan. Adakalanya,
saluran antara oesophagus dan bronchi menjadi tidak normal (fistula), menyebabkan
batuk parah selama menelan sehingga makanan dan minuman masuk ke dalam paru-
paru. Apabila transpor oksigen dan nutrisi ke jaringan otak berkurang maka akan
merangsang pusat vomiting centeryang akan menyebabkan mual dan muntah sehingga
intake nutrisi berkurang.
d. Aktivitas
Klien dengan tuberculosis paru akan mengalami sesak nafas dan intake nutrisi yang tidak
adekuat akan menyebabkan pembentukan energi menurun sehingga klien mengalami
kelemahan fisik secara menyeluruh yang akhirnya klien tidak dapat melakukan aktivitas
secara penuh.
e. Istirahat Tidur
f. Psikologis
Apabila klien tidak mengetahui tentang penyakit progonis penyakit, maka akan
meningkatkan kecemasan pada klien atau keluarga.
Dari hasil pengkajian pada klien TB Paru biasanya didapat data-data sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat dan
tanggal masuk rumah sakit.
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat dan
hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling menonjol yang dirasakan
klien saat dikaji yaitu : adanya batuk pilek yang lama (≤ 4 minggu), terasa sesak waktu
bernafas.
3) Riwayat kesehatan dahulu adanya batuk pilek yang mungkin berhubungan dengan
penyakit sekarang atau klien pernah mengalami penyakit yang sama dengan penyakit
yang sekarang.
4) Riwayat kesehatan keluarga apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dengan klien atau penyakit yang diturunkan atau penyakit menular.
5) Riwayat kesehatan lingkungan ventilasi ruamah kurang, lingkungan yang kotor dan
berdebu dapat terhirup dan dapat menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan
atau TB Paru.
6) Riwayat psikologi dikaji keadaan emosi dan respon keluarga dalam menghadapi
penyakit tuberculosis Paru yang sedang diderita anaknya.
7) Riwayat sosial dikaji tentang pola hidup, kebiasaan dan pola interaksi dengan orang
lain di lingkungan sekitarnya.
8) Pola kebiasaan sehari-hari pola makan dan minum, pola tidur dan istirahat, aktivitas
atau bermain dan pola eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Data Biologis
Ada empat teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu mencakup inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi untuk mendapatkan data objektif.
a. Sistem pernafasan
Pernapasan cepat dan dangkal disrtai pernapasan cuping hidung, ada sianosis sekitar
hidung dan mulut, ada pemeriksaan adanya retraksi dinding dada, pada auskultasi
terdengar suara napas ronchi basah atau kering, batuk berdahak, darah.
b. Sistem Kardiovaskuler
Kemungkinan terjadi hiper atau hipotensi, sianosis, clubing finger dan takikardi.
c. Sistem Gastrointestinal
Kemungkinan adanya mual, muntah, nafsu makan buruk, penurunan berat badan
karena adanya peningkatan metabolisme tubuh dari proses peradangan. Adanya
sputum di jalan nafas akan terasa bau dan tidak enak sehingga nafsu makan menurun.
d. Sistem Genitourinaria
Selama fungsi ginjal masih bagus kemungkinan kelainan sangat kecil dan diare terus
menerus sehingga urine dapat berkurang.
e. Sistem Muskuloskeletal
f. Sistem Integumen
Dapat dikaji adanya sianosis bagian ujung ekstremitas perifer seperti ujung jari,
tangan dan kaki atau membran mukosa sianosis, juga adanya peningkatan suhu
tubuh, keringat dingin pada malam hari.
g. Sistem endokrin
Menjelaskan mengenai keadaan kulit meliputi warna, tekstur, turgor dan keadaan
kulit, tekstur dan bentuk rambut, keadaan wajah pucat atau tidak.
h. Sistem Neurologis
a) Bilasan lambung
b) Sekret bronchus
c) Sputum
d) Cairan pleura
2) Hasil foto thorax terdapat pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau
tanpa infiltrat.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan
nafas.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri dada berhubungan dengan iskemik jaringan paru.
f. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan baksil menyebar melalui udara
(Doenges, M, E, EGC : 2000).
4. Rencana Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan dan pengentalan
sekret pada jalan nafas.
2) Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
b. Gangguan rasa nyaman nyeri dada berhubungan dengan iskemik jaringan paru
2) Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan untuk menghisap akibat
sesak.
2) Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji reflek isap klien 1. Bila reflek isap + berarti klien dapat
menelan dengan baik
2. Awasi masukan/pengeluaran dan 2. Berguna dalam mengukur keefektifan
berat badan secara periodik nutrisi dan dukungan cairan
5. Berikan perawatan mulut sebelum 5. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
dan sesudah tindakan pernapasan sputum atau obat untuk pengobatan
respirasi yang merangsang pusat muntah
2) Kriteria :
INTERVENSI RASIONAL
2) Kriteria :
INTERVENSI RASIONAL
3. Gunakan alat bantu untuk klien 3. Pasien dapat menangani diri sendiri,
meningkatkan kemandirian dan harga
diri
4. Kaji kemampuan klien dalam 4. Mengkaji perkembangan program
melakukan tingkatan aktivitas ringan latihan mandiri
seprti kekamar mandi sendiri
f. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan baksil menyebar melalui udara
2) Kriteria :
- Alat makan dan minum klien terpisah dengan keluarga yang lain
INTERVENSI RASIONAL
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur 8. Alat dalam pengawasan efek dan
ulang secara periodik terhadap sputum keefektifan obat dan respon klien
untuk lamanya therafi terhadap therafi.
10. Kolaborasi dalam memberikan agen 10. Kombinasi agen anti infeksi
anti infeksi sesuai indikasi, seperti : digunakan conth : 2 obat primer
(isonlazid : INH) etambutal (mymbutol), tambah 1 obat sekunder. INH
rifampin (RMP/ripadin). biasanya obat pilihan untuk pasien
infeksi dan pada resiko terjadi TB.
Komoterafi INH dan rifampicin jangan
pernah terlewat (selama 9 bulan)
dianggap pengobatan cukup untu TB
paru, Etambutol harus diberian bila
sistem syaraf pusat untuk tak
terkontaminasi, diseminata terjadi/
bila dicurigai resisten
DAFTAR PUSTAKA
http://catatanperawat.asuhan-keperawatan-anak-dengan-tb-paru.
http://pend-amanah-unik.blogspot.com/2007/08/tuberculosisparu.htmlarahrendah.
Irman Somantri, S,Kp. M. Kep.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan pada Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta: Buana Ilmu Populer
1 komentar:
1.
Anonim25 Mei 2014 09.36
Thanks a lot, so helpful
Balas
‹
›
Beranda
Iday C'kobe
Pribadi yang selalu berusaha untuk berpikir positif, percaya diri dan optimis
Lihat profil lengkapku