BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Implementas rencana pengembangan kota sehat melalui program Bina Keluarga
Sehat (BKS) sebagai upaya promotif dan preventif terhadap Penyakti Menular
dan Penyakit Tidak Menular di Kota Administrasi Jakarta Barat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Analisis kebijakan kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.
2. Mendeskripsikan rencana pengembangan kota sehat melalui program Bina
Keluarga Sehat (BKS) untuk masyarakat Kota Administrasi Jakarta Barat.
BAB II
TINJAUAN KONSEP
wilayah, dan terdapat program dana sehat dan jaminan sosal nasional bagi
masyarakat miskin.
2.2 Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Saat ini, pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia berbentuk jaminan
kesehatan berupa perlindungan kesehatan agar masyarakat memperoleh manfaat
pemeliharaan ksehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah memabyar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah dan diselenggarakan oleh badan penyelenggara jaminan sosial
kesehatan (BPJS) sebagai badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan (UU nomor 40, 2004).
Upaya penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi masyarakat di Indonesia
didukung oleh pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan yang dituangkan oleh
Permenkes nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada jaminan
kesehatan nasional yang bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan dan
fasilitas kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan perorangan baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau Masyarakat untuk mecapai kondisi masyarakat sehat di tingkat
kota/kabupaten, provinsi, dan nasional.
2.3 Indikator Status Kesehatan Kota di Indonesia
Penilaian status kesehatan kota di Indoesia tertuang dalam indeks pembangunan
kesehatan masyarakat (IPKM) yang bertujuan menentukan pringkat provinsi dan
kabupaten/kota dalam keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat sebagai
dasar perencanaan program pembangunan kesehatan di kabupaten/kota.
Penggunaan IPKM sebagai tolak ukur status kesehatan masyarakat
kabupaten/kota disusun berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
dengan menggunakan 24 indikator status kesehatan masyarakat Nasional berupa
balita gizi buruk dan kurang, balita sangat pendek dan pendek, balita sangat kurus
dan kurus, Akses air bersih, Akses sanitasi, Penimbangan bailta, Kunjungan
neonatal, Imunisasi lengkap, Rasio jumlah dokter dengan jumlah puskesmas,
Rasio jumlah bidan dengan jumlah desa, Persalinan oleh tenaga kesehatan, Balita
gemuk, Diare, Hipertensi, Pneumonia, Perilaku cuci tangan, Gangguan menelan,
Konsumsi tembakau, Prevalensis sakit gigi dan mulut, Asma, Disabilitas, Cedera,
Sakit sendi, dan Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hal tersebut diturunkan
kedalam mekanisme pencapaian pelayanan kesehatan yang diukur menggunakan
6
indikator sesuai kondisi wilayah dan disajikan dalam profile kesehatan dari dinas
provinsi atau kota/kabupaten setempat.
2.4 Kebijakan dan Status Kesehatan Jakarta Barat
2.4.1 Gambaran Status Kesehatan Kota Jakarta Barat
Berdasarkan profil dinas kesehatan DKI Jakarta 2015, Jakarta barat menempati
urutan ke empat terkait kondisi luas wilayah sebesar 129,54 Km2 dengan tingkat
laju kependudukan terbesar ke dua yaitu 1,36% per tahun lebih besar dari rata-rata
provinsi DKI Jakarta. Terkait status derajat kesehatan masyarakat, Jakarta Barat
menempati urutan ke dua angka kematian bayi per 1000 kelahiran yaitu sebesar
179 bayi mati dengan angka kematian bayi dan balita lebih tinggi dibanding
dengan wilayah lain di Jakarta, urutan perama dalam kasus DBD sebesar 1825
kasus, urutan pertama pada status gizi buruk balita sebesar 473 balita, terdapat
35,6% bayi yang tidak mendapatkan asi ekslusif di Jakarta Barat, terdapat 4,02%
masyarkat yang mengalami gangguan jiwa, dan 28,1% rumah tangga tidak ber
PHBS,
2.4.2 Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
Pemberdayaan kesejahteraan keluarga dicanangkan dengan upaya menjawab
tantangan pembangunan kesehatan dalam mencapai kesejahteaan masyarakat
melalui kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 yang difokuskan
pada penguatan upaya kesehatan dasar melalui peningkatan jaminan kesehatan,
peningkatan askes dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang
dijabarkan dalam 12 poko strategi yaitu akselerasi pemenuhan akses pelayanan
kesehatan ibu, anak, remaja, dan lanjut usia yang berkualitas, mempercepeat
perbaikan gizi masyarkat, meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan, meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas,
meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas, meningkatkan
ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat
kesehatan, meningkatkan pengawasan obat dan makanan, meningkatkan
ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia kesehatan,
meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, menguatkan
manajemen, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi kesehatan,
memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN), dan
mengembangkan serta meningkatkan efektivitas pembinaan kesehatan.
7
Teori Health Belief Model (HBM) dikemukakan pertama kali oleh Lewin pada
tahun 1960 yang kemudian disempurnakan oleh Becker dkk pada tahun 1970 dan
1980. HBM merupakan model kognitif dimana perilaku masyakat dipengaruhi
oleh proses kognitif. Proses kognitif dipengaruhi beberapa faktor yaitu demografi,
sosial, psikologis dan structural. HBM lebih tepat digunakan untuk mencegah
masalah kesehatan atau mempertahankan kesehatan karena menekankan pada
persepsi masyarakat. Komponen HBM untuk menciptakan kesehatan terdiri dari
Susceptibility (kemungkinan terpapar) yaitu kepercayaan seseorang dengan
menganggap bahwa menderita penyakit adalah hasil melakukan perilaku
tertentu, Severity (keparahan) yaitu kepercayaan subyektif dengan menganggap
bahwa penyebaran penyakit disebabkan oleh perilaku tertentu, Benefits
(keuntungan) yaitu kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang
disarankan untuk mengurangi risiko penyakit, Cues to action (isyarat bertindak)
yaitu dorongan dari lingkungan untuk melakukan perilaku sehat. Misalnya saran
perawat untuk berhenti merokok terutama pada orang tua yang memiliki balita,
dan Barriers (hambatan) yaitu aspek negatif dari perilaku kesehatan atau
hambatan yang dirasakan untuk melakukan tindakan yang dianjurkan. Misalnya
efek samping imunisasi pada balita.
Kelebihan Teori HBM yaitu persepsi terhadap hambatan dalam menjelaskan atau
memprediksi berbagai perilaku mempertahankan kesehatan, persepsi
hambatan merupakan prediktor perilaku preventif, bentuk intervensi praktis
khususnya yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit misalnya
skrinning, imunisasi, vaksinasi, dll. Kekurangan Teori HBM yaitu
mengansumsikan bawa setiap individu memiliki akses yang setara dalam
memperoleh informasi dalam membuat keputusan yang rasional (Peterson &
Bredow, 2013).
2.5.5 Donabedian Model
Donabian model merupakan metode evaluasi program promosi kesehatan yang
dilakukan berdasarkan proses evaluasi struktus, proses, dan hasil (outcome).
Evaluasi struktur dilakukan dalam menilai efektifitas organisasi meliputi
ketepatan pelaksanaan tupoksi (tugas pokok & fungsi), fungsi komando
organsisasi, kemampuan sumberdaya pelaksana, efektifitas metode yang
digunakan terhadap sasaran dan efektifitas sistem pendanaan, evaluasi proses
11
12
12
4. Jika dilihat dari visi, misi, dan program utama pemerintah kota Jakarta Barat,
program kesehatan bagi masyarakat khususnya kesehatan keluarga belum
menjadi hal prioritas.
5. Sistem penganggaran dana kesehatan bagi masyarkata masih mengedepankan
upaya kuratif.
3.1.3 Opportunities (Peluang)
1. Adanya kebijakan pemerintah pusat dalam bidang kesehatan yaitu peraturan
bersama menteri dalam negeri dan menteri kesehatan nomor 34 tahun 2005
dan nomor 1138/menkes/PB/VIII/2005 tentang penyelenggaraan
Kota/Kabupaten sehat.
2. Adanya upaya serius dari pemerintah DKI Jakarta dan Jakarta Barat untuk
menggiatkan upaya promotif dan preventif kesehatan bagi masyarakat pada
pelayanan kesehatan primer berupa adanya program KPLDH sebagai langkah
menyentuh keluarga secar langsung untuk mendapatkan pelayanan ksehatan.
3. Pendapatan perkapital masyarakat Jakarta Baras sebagian besar sudah berada
diatas rata-rata.
4. Akses masyarakat untuk menggunakan fasilitas layanan kesehatan di Jakarta
Barat mudah terjangkau.
5. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jakarta Barat pada tahun 2015 mencapai
Rp60,5 Miliar yang berasal dari penerimaan pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan pendapatan lainnya yang sah sehingga memiliki kekuatan
finansial yang cukup untuk melaksanakan program kesehatan di wilayahnya.
6. Tersedianya media komunikasi public di berbagai wilayah strategis kota
Jakarta Barat.
7. Adanya sistem jaminan sosial kesehatan bagi masyarakat berupa Kartu Jakarta
Sehat dan BPJS kesehatan sebagai fasilitas untuk menjaga kondisi kesehatan.
3.1.4 Threath (Ancaman)
1. Pertumbuhan penduduk di Jakarta Barat yang sangat pesat
2. Karakter masyarakat yang heterogen sehingga terjadari pembentukan keluarga
dengan multi budaya dengan berbagai risiko kesehatan.
3. Tingginya angka penyakit tidak menular dan penyakit menular pada
masyarakat Kota Jakarta Barat sehingga jika dibiarkan akan terjadi ledakan
penduduk dengan risiko penyakit yang cukup tinggi.
4. Jika masyarakat lebih mengedapankan upaya kesehatan kuratif maka akan
mengakibatkan pengeluaran anggaran daerah menjadi lebih besar dalam
jangka panjang.
13
Continuum of care
1. Program Ketuk Pintu Layani Dengan Hati
2. Program Gerakan Masyarakat Sehat
No Kegiatan Latar Belakang Tujuan Target Luaran Indikator Sasaran PIC Dana
Bina Upaya promontif 1. Audiensi program Pemerintah daerah 1. Terlaksananya Masyarakat Perawatan Pemanfaata
Keluarga dan prefentif ke Walikota Kota Administrasi pertemuan dengan Kota Kesehatan n dana
Sehat sejak dini pada Jakarta Barat Jakarta Barat Walikota beserta Adminsitrasi Masyarakat kesehatan
(BKS) pasangan menerima ajuan jajaran terkait Jakarta Barat melalui APBD DKI
pranikah sehingga program BKS 2. Tindaklanjut Keluarga Jakarta
satelah upaya realisasi yang mampu (13%) dan
membentuk program dari mengenal JKN
keluarga sudah Walikota Jakarta masalah
memahami tugas Barat kesehatan,
dan fungsinya 2. Pembentukan tim Terbentuknya 1. Adanya struktur berprilaku
dalam berkuarga formatur struktur organisasi dalam hidup sehat,
sehingga tebentuk orgransisasi, pelaksanaan dan
keluarga sadar deskripsi kerja, an program BKS memanfaatka
akan kesehatan rencana kerja yang disahkan n fasilitas
sebagai dasar oleh Walikota kesehatan
mewujudkan sesuai
masyarakat kota 3. Penyusunan Penyusunan 1. Tersusunnya kebutuhan
yang sehat proposal, media, proposal, modul, proposal pelatihan sehingga
modul pelatihan dan media fasilitator produktifitas
fasilitator pelatihan pelaksanaan kehidupan
program BKS stabil dan
19
3.1.5 Implementasi
1. Kabijakan Pemerintah Daerah
Penetapan kebijakan mengenai pelaksanaan program BKS diperlukan sebagai
landasan pelaksanaan kegiatan didukung oleh kebijakan Dinas Keagamaan terkait
proses pelaknaan pernikahan sehingga kerja sama lintas sekotoral menjadi kunci
utama dalam implementasi BKS.
2. Pelatihan Fasilitator
Pemberian pelatihan pada tim fasilitator yang terdiri dati Dokter Umum, Perawat
Generalis/Spesialis, dan Petugas keagamaan tingkat kecamatan dilakukan sebagai
upaya pemberian pemahaman teknis upaya metode konseling dan pendidikan
kesehatan yang digunakan sehingga muatan materi diberikan secara tepat dan
cermat hingga terbentuk komitmen dan peran aktif keluarga dalam kesehatan.
3. Pelaksanaan BKS
1) Pasangan yang hendak melakukan pernikahan di wilayah Jakarta Barat
wajib mengurus syarat pernikahan.
2) Dokumen syarat pernikahan sesuai dengan keputusan menteri agama
nomor 517 tahun 2001 ditambah hasil screening dan rekomendasi
pernikahan dari petugas kesehatan setempat (Puskesmas Kecamatan).
3) Pemberian rekomendas pernikahan pelaksanaan progam BKS pada
pasangan dalam membangung komitmen dan partisipasi aktif untuk
menjadi generasi masyarkat sehat.
4) Setelah rekomendasi diberikan kepada pasangan, maka dilakukan
bimbingan pra-nikah oleh petugas keagamaan dan/atau kesehatan
setempat.
5) Dokumen persyaratan pernikahan diverifikasi oleh petugas/ penghulu
pernikahan.
6) Pasangan yang sudah memiliki dokumen persyaratan pernikahan sesuai
dengan ketentuan dilakukan proses pernikahan oleh petugas KUA.
3.1.6 Evaluasi
Proses evaluasi pelaksanaan BKS dilakukan berdasarkan laporan pendataan status
keluarga baru dengan hasil screening kesehatan dan penilaian pemahaman fungsi
dan tugas keluarga untuk selanjutnya dilakukan tindak lanjut dengan pemantauan
kesehatan oleh petugas Puskesmas.
Keberhasilan dalam pelaksanaan progam BKS dinilai secara menyeluruh
berdasarkan pencapaian indikator masyarakat sehat (IMS) pada tingkat
kecamatan, dan kabupaten/kota melalui proses evaluasi sebagai berikut (model
donabean):
23
1. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur dilakukan dalam menilai efektifitas organisasi meliputi
ketepatan pelaksanaan tupoksi (tugas pokok & fungsi), fungsi komando
organsisasi, kemampuan sumberdaya pelaksana, efektifitas metode yang
digunakan terhadap sasaran dan efektifitas sistem pendanaa melalui adanya
pedoman pelaksanaan progam dan adanya supervisi.
2. Evaluasi proses
Evaluasi proses dilakukan untuk menilai kesesuaian pelaksanaan program dan
hambatan yang ditemukan dalam implementasi program melalui tersedianya
dokumen pelaporan kegiatan dan adanya monev untuk membahas kendala dan
hambatan dalam implementasi.
3. Evaluasi Hasi (Outcome)
Evaluasi hasil dilakukan untuk menilai pencapaian target berdasarkan indikator
yang tetapkan saat proses penyusunan pedoman progam BKS dapat berupa
adanya pnurunan angka penyakit menular dan tidak menular serta adanya
peningkatan partisipasi aktif masyakarat terhadap program KPLDH.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Program Bina Keluaga Sehat (BKS) merupakan upaya promotif dan preventif
yang dilakukan dalam memberikan pemahaman sekaligus pemicu partisipasi aktif
kesehatan pada keluarga sehingga pengawasan terhadap ledakan penduduk,
penanganan penyakit menular dan tidak menular, kesehatan ibu dan anak,
kesehatan lingkungan keluarga, dan masalah sosial dapat diintervensi sejak dini
dengan harapan terbentuknya generasi masyarakat sehat berlandaskan
kesejahteraan dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekomoni pada masyarakat Kota Jakarta Barat.
24
25