Anda di halaman 1dari 3

SCENE 1

Latar Tempat : Ruang Kerja Sutan Syahrir

Waktu : 14 Agustus 1945

(Suara Radio)

(Sutan Syahrir sedang menulis sambil mendengarkan)

Syahrir : Apa benar yang ku dengar? Aku akan memberi tahu Sukarni.

SCENE 2

Latar Tempat : Ruang Tamu Sutan Syahrir

Syahrir : Bung, apakah kalian sudah mendengar berita kekalahan Jepang?

Sukarni : Belum, Bung!

Shaleh : Benarkah itu? Apakah yang terjadi dengan Jepang?

Syahrir : Dari yang kudengar, sekutu telah menjatuhkan bom di Kota


Hiroshima dan Nagasaki. Oleh sebab itu, Jepang melakukan genjatan
senjata.

Sukarni : Kalau begitu kita harus segera memproklamirkan kemerdekaan!

Shaleh : Benar itu, Jepang sudah tidak ada kekuasaan lagi di negeri kita, kita
harus memanfaatkan momen ini.

Sukarni : Baiklah, kita akan segera rapatkan dengan golongan muda.

SCENE 3

Latar Tempat : Jalan Cikini No. 71

Acara : Rapat Golongan Muda

Chaerul Saleh : Teman-teman sekalian, sudahkah kalian mendengar berita tentang


kekalahan Jepang?
Wikana : Belum, kawan. Darimana engkau tahu tentang itu?
Chaerul Saleh : Barusan saya dan Sukarni berkumpul dengan Syahrir, ia mendengar
siaran radio Jepang yang mengumumkan berita tentang genjatan
senjata itu.
Darwis : Berarti negeri kita sekarang dalam kondisi Vacumm of Power?
Chaerul Saleh : Benar. Demikian, saya mengumpulkan kalian semua disini untuk
membicarakan masalah itu. Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk
memproklamirkan kemerdekaan.
Sukarni : Tepat sekali. Kalau begitu, kita harus membagi tugas. Saya, Wikana,
dan Chaerul Saleh akan pergi ke kediaman Ir. Soekarno untuk
menyampaikan kabar ini. Sedangkan untuk Bung Darwis akan
memerintahkan anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari
jepang.

SCENE 4

Latar Tempat : Kediaman Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta

Waktu : 15 Agustus 1945 jam 22:00 WIB

Acara : Perdebatan

Chaerul Saleh : Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!
Sukarni : Kita harus segera merebut kekuasaan! Kami sudah siap
mempertaruhkan jiwa kami!
Wikana : Betul, kita harus memproklamasikan kemerdekaan ini! Mendengar
kata-kata ancaman seperti itu, Ir. Soekarno naik darah dan berdiri
menuju Wikana sambil berkata :
Ir. Soekarno : Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku
malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!
Moh. Hatta : Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda
yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika
saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira
bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasika
kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan
kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Ir. Soekarno untuk
melakukan hal itu?
Chaerul Saleh : Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan
kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah meyerah
dan takluk dalam “Perang Sucinya”!. Mengapa bukan kita yang
menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?
Ir. Soekarno : Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan
bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau
perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan
itu? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan
perempuan dan anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan
kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak akan mendapat
bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita
akan tegak diatas kekuatan sendiri.
Wikana : Tapi semakin cepat kita memproklamsikan kemerdekaan ini akan
semakin cepat pula kita akan terbebas dari semua belenggu yang
menyiksa ini.
Moh. Hatta : Baiklah, tapi kita perlu waktu untuk beruding sebentar.

(Soekarno dan Hatta meninggalkan ruangan, dan kembali lagi)


Ir. Soekarno : Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan untuk tidak tergesa-
gesa dalam mengambil keputusan. Apalagi tentang kemerdekaan
Indonesia.
(Dengan berat hati Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh meninggalkan kediaman Ir. Soekarno.)

SCENE 5

Latar Tempat :

Anda mungkin juga menyukai