(Suara Radio)
Syahrir : Apa benar yang ku dengar? Aku akan memberi tahu Sukarni.
SCENE 2
Shaleh : Benar itu, Jepang sudah tidak ada kekuasaan lagi di negeri kita, kita
harus memanfaatkan momen ini.
SCENE 3
SCENE 4
Latar Tempat : Kediaman Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
Acara : Perdebatan
Chaerul Saleh : Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!
Sukarni : Kita harus segera merebut kekuasaan! Kami sudah siap
mempertaruhkan jiwa kami!
Wikana : Betul, kita harus memproklamasikan kemerdekaan ini! Mendengar
kata-kata ancaman seperti itu, Ir. Soekarno naik darah dan berdiri
menuju Wikana sambil berkata :
Ir. Soekarno : Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku
malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!
Moh. Hatta : Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda
yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika
saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira
bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasika
kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan
kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Ir. Soekarno untuk
melakukan hal itu?
Chaerul Saleh : Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan
kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah meyerah
dan takluk dalam “Perang Sucinya”!. Mengapa bukan kita yang
menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?
Ir. Soekarno : Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan
bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau
perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan
itu? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan
perempuan dan anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan
kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak akan mendapat
bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita
akan tegak diatas kekuatan sendiri.
Wikana : Tapi semakin cepat kita memproklamsikan kemerdekaan ini akan
semakin cepat pula kita akan terbebas dari semua belenggu yang
menyiksa ini.
Moh. Hatta : Baiklah, tapi kita perlu waktu untuk beruding sebentar.
SCENE 5
Latar Tempat :