Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pengolahan
pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan
perlindungan. Yang dimaksud dengan prinsip kesehatan dalam pertanian organik
adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan
kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan
karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan.
Pertanian organik juga harus didasarkan pada siklus dan sistem ekologi
kehidupan. Pertanian organik juga harus memperhatikan keadilan baik antar
manusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan. Untuk mencapai
pertanian organik yang baik perlu dilakukan pengelolaan yang berhati-hati dan
bertanggung jawab melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia baik pada
masa kini maupun pada masa depan.
Beberapa tanaman Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dengan
teknik tersebut adalah padi, jagung, hortikultura yang meliputi tanaman sayur,
buah, bunga, dan tanaman obat (brokoli, kubis merah, jeruk, dll.). Serta tanaman
perkebunan (kopi, teh, kelapa, dll.), dan rempah-rempah.
Jagung merupakan jenis tanaman yang tergolong mudah untuk
dibudidayakan dan dapat memberikan banyak keuntungan. Dari beberapa teknik
yang tersedia, budidaya tanaman jagung organik adalah salah satu pilihan yang
banyak digunakan. Oleh karena itu, penyusun menyusun makalah ini untuk
mengetahui budidaya tanaman jagung organik.

1
1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan laporan praktik ini yaitu
untuk memahami dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang budidaya
tanaman jagung organik.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan laporan praktik ini adalah sebagai bahan bacaan
dan informasi bagi mahasiswa mengenai budidaya tanaman jagung organik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung (Zea mays)

Gambar 1.1 Zea mays


Jagung (Zea mays, keluarga L, Poaceae) dikenal sebagai tanaman yang
serbaguna, tumbuh di segala macam kondisi tanah, ketinggian dan kesuburan,
yang menjelaskan adaptasi menyeluruh dan berbagai varietas yang dimilikinya.
Dalam tujuan pembudidayaannya, jagung dibudidayakan dalam bentuk jagung
manis, jagung pipilan, bahkan jagung untuk sayur (baby corn).
Saat ini jagung merupakan produk biji-bijian ketiga yang paling banyak
diperdagangkan setelah gandum dan beras. Tanaman ini digunakan sebagai
sumber makanan pokok, terutama di Amerika latin dan Afrika, namun karena
harganya yang rendah dan digunakan di seluruh dunia jagung telah menjadi bahan
baku yang paling penting untuk pakan ternak dan beberapa bahan industri.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian
pupuk yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang
belum diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah
peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu

3
peningkatan produksi jagung yang memenuhi standar baik kualitas dan kuantitas
jagung yang dihasilkan tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui
atau memahami karakteristik tanaman jagung yang akan ditanam seperti
morfologi, fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman jagung
sehingga dapat meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
Semakin banyak permintaan pasar maka akan meningkatkan jumlah
permintaan sehingga produksi tanaman atau barang akan semakin menurun karena
stok barang semakin menipis serta meningkatkan harga barang. Jagung juga
mengandung karbohidrat yang sangat banyak yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Keunggulan komparatif dari tanaman jagung banyak diolah dalam bentuk tepung,
makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku pakan ternak. Hampir seluruh
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia baik langsung
maupun tidak langsung. Sejalan dengan perkembangan industri pengolah jagung
dan perkembangan sektor peternakan, permintaan akan jagung cenderung
semakin meningkat.

 Klasifikasi Tanaman Jagung


Jagung adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim
panas. Tanaman ini berumah satu, dengan bunga jantan tumbuh sebagai
perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga
betina tumbuh terpisah sebagai pembungaan samping (tongkol) yang berkembang
pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
• Kerajaan : Plantae
• Divisi : Magnoliophyta
• Kelas : Liliopsida
• Ordo : Poales
• Famili : Poaceae
• Genus : Zea
• Spesies : Z. Mays L

4
2.2 Botani

Gambar 1.2 Bunga Jantan


Tanaman semusim (annual) yang dalam budidaya menyelesaikan satu
daur hidupnya dalam 80-150 hari (sekitar 3 sampai 5 bulan), tergantung kultivar
dan saat tanam. Istilah "seumur jagung" menggambarkan usia rata-rata jagung
yang berkisar tiga sampai empat bulan. Sekitar paruh pertama dari daur hidup
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap reproduktif.
Sebagian jagung merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi
jika mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu,
biasanya 12,5 jam.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Rata-rata dalam budidaya
mencapai 2,0 sampai 2,5 m, meskipun ada kultivar yang dapat mencapai tinggi 12
m pada lingkungan tumbuh tertentu. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan
tanah hingga ruas teratas sebelum rangkaian bunga jantan (malai). Meskipun ada
yang dapat membentuk anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak
memiliki kemampuan ini. Tangkai batang beruas-ruas dengan tiap ruas kira-kira
20 cm. Dari buku melekatlah pelepah daun yang memeluk tangkai batang. Daun
tidak memiliki tangkai. Helai daun biasanya lebar 9 cm dan panjang dapat
mencapai 120 cm.

5
Gambar 1.3 Bunga Betina
Sebagai anggota monokotil, jagung berakar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 80 cm meskipun sebagian besar berada pada kisaran 20 cm. Tanaman
yang sudah cukup dewasa memunculkan akar adventif dari buku-buku bagian
terbawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana pada sorgum dan
tebu. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang
muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung
zat kayu (lignin).
Daun jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan
helai daun. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan tangkai daun terdapat
lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun
ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter,
yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stoma dikelilingi sel-
sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon
tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami
kekeringan, sel-sel kipas akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat
daun melipat ke bawah sehingga mengurangi transpirasi.
Susunan bunga jagung adalah diklin, yaitu memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman (berumah satu atau monoecious).
Bunga tersusun majemuk, bunga jantan tersusun dalam bentuk malai, sedangkan

6
betina dalam bentuk tongkol. Pada jagung, kuntum bunga (floret) tersusun
berpasangan yang dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Rangkaian
bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tangkai
tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif yang memiliki puluhan sampai ratusan bunga betina. Beberapa kultivar
unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
jagung prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari
lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

2.3 Morfologi Tanaman Jagung


1. Tinggi Jagung
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan
(seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
2. Struktur Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman tersebut.
3. Struktur Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin.

7
4. Struktur Daun
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
5. Struktur Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari
buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini
daripada bunga betinanya (protandri).
6. Struktur Buah
Buah jagung berwarna kuning muda saat sebelum dewasa atau putih susu
dalam keadaan pembentukan. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih
dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Adanya
pembaharuan peningkatan mutu jagung jenis hibrida namun umumnya setiap
batang hanya satu tongkol saja, dan saat buah jagung dewasa akan berubah bentuk
menjadi kekuningan.

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung


Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di
tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di
daerah pegunungan pada ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut. Tanah
yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan

8
aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam
tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya.
Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih
sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan
baik. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran drainenase yang dibuat
dinatar barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah
sekitar 5,5 - 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat
ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah,
dengan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun
hujan besar.
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari
sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat
penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan
terlindung oleh pohon-pohon atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari
matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan
jagung adalah antara 23 - 27 C. (Effendi,S. 1980).

2.5 Hama dan Penyakit pada Tanaman Jagung


Hama pada umumnya diartikan sebagai gangguan pada manusia, ternak
dan tanaman. Secara khusus hama di artikan sebagai semua aktivitas hidup hewan
yang dapat merusak, merugikan secara ekonomis sehingga dapat menurunkan
hasil produksi tanaman tersebut. Penyakit adalah gangguan terhadap tumbuhan
yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur. Penyakit tidak memakan tanaman
melainkan merusak tanaman dengan mengganggu proses-proses di dalamnya.
Tanaman yang terserang penyakit umumnya memiliki bagian tubuh yang utuh,
tetapi aktivitas hidupnya terganggu sehingga dapat mengalami kematian. Penyakit
juga dapat merugikan secara ekonomis dan menurunkan produksi terhadap
tanaman tersebut. Berikut beberapa hama dan penyakit yang terdapat pada
tanaman jagung. (Suharto. 2007). Berikut beberapa hama dan penyakit pada
tanaman jagung :

9
1. Belalang (Locusta sp. dan Oxya chinensis)
Hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran dimana
tingkat kerusakannya tergantung pada jumlah populasinya dan tipe tanaman yang
diserang. Hama belalang menyerang terutama pada bagian daun, daun terlihat
rusak karena serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak dan
belalang sedang dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan sekaligus
dengan tulang-tulang daunnya. Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan
penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin,
betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk
pada kemasan.
2. Ulat Gerayak (Spodoptera sp.)
Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak
berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan
dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah
daun, umumnya terjadi pada musim kemarau. Pengendalian secara fisik dapat
dilakukan dengan memasang alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40
buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.
Penggunaan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh
alami seperti : Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina,
Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae. Dari golongan bakteri yaitu
Bacillus thuringensis. Pemanfaatan patogen virus untuk ulat ini juga dapat
dilakukan dengan menggunakan Sl-NPV (Spodoptera litura - Nuclear
Polyhedrosis Virus). Parasit lain yang dapat dimanfaatkan adalah Parasitoid
Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida
berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau
lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.
3. Kutu Daun (Mysus persicae)
Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah Mysus persicae. Hama ini
mengisap cairan tanaman jagung terutama pada daun muda, kotorannya berasa
manis sehingga mengundang semut dan berpotensi menimbulkan serangan

10
sekunder yaitu cendawan jelaga. Serangan parah menyebabkan daun tanaman
jagung mengalami klorosis(kuning), dan menggulung. Kutu ini juga menjadi
serangga vektor penular virus mosaik. Pengendalian hama Mysus persicae dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid,
klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
4. Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)
Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak berwarna agak kemerahan
kemudian berubah menjadi abu-abu, selanjutnya bercak meluas, seringkali diikuti
pembentukan sklerotium dengan bentuk tidak beraturan berwarna putih kemudian
berubah menjadi cokelat. Serangan penyakit dimulai dari bagian tanaman yang
paling dekat dengan permukaan tanah kemudian menjalar ke bagian atas. Pada
varietas yang tidak tahan penyakit ini (rentan) serangan cendawan dapat mencapai
pucuk atau tongkol. Cendawan bertahan hidup sebagai miselium dan
sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan
tanah yang basah, lembab, dan drainase yang kurang baik akan merangsang
pertumbuhan miselium dan sklerotia.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kelembaban
areal pertanaman, yaitu dengan pengaturan jarak tanam tidak terlalu rapat dan
pengaturan drainase air agar tidak terjadi genangan. Pergiliran tanaman dengan
tanaman bukan sefamili. Pengendalian kimiawi dengan menggunakan fungisida
berbahan aktifmankozeb dan karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai dengan
petunjuk pada kemasan.
5. Busuk Batang
Penyakit busuk batang jagung disebabkan oleh delapan spesies/cendawan
seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium
moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum,
Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Penyakit busuk
batang jagung dapat menyebabkan kerusakan hingga 65%. Tanaman jagung yang
terserang penyakit ini tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala
tersebut terjadi pada stadia generatif. Pangkal batang yang terinfeksi berubah

11
warna dari hijau menjadi kecokelatan, bagian dalam batang busuk, sehingga
mudah rebah, dan bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang yang terinfeksi
akan memperlihatkan warna merah jambu, merah kecokelatan atau coklat.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah pergiliran tanaman,
pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah, drainase
yang baik, pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara
hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil,
metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
6. Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn.)
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras
patogennya yaitu ras O dan T. Ras O bercak berwarna coklat kemerahan dengan
ukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm, sedangkan Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu
(0,6-1,2) x (0,6-2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan dengan bercak berwarna
hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Ras T lebih
berbahaya (virulen) dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi
layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam. Tongkol jagung yang
terserang/terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur.
Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang,
tangkai kelobot, biji, dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi
miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang
cukup besar.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pemusnahan
seluruh bagian tanaman terserang sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman).
Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif
benomil, metil tiofanat, karbendazim, atau difenokonazole dengan
dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

12
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktik ini dilakukan di lahan praktik Polbangtan Gowa pada
tanggal 17 Mei 2019-selesai.

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


Bahan :
 Bibit Jagung (Zea mays)

Alat :
 Cangkul
 Papan kayu (untuk meratakan tanah)
 Tugal
 Gembor
 Tali rapiah
 Patok kayu

3.3 Budidaya Tanaman


 Pengolahan tanah (Dilakukan pada tanggal 17 Mei 2019)

Gambar 1.4 Pembuatan Bedengan

13
Langkah pertama yaitu pembuatan petakan dengan panjang 2m, lebar
1,5m, dan tinggi 50 cm. Petakan dibuat sebanyak lima dengan ukuran yang sama
pada masing-masing petakan. Jarang antar tiap petakan yaitu 50 cm.

 Pengapuran (Dilakukan pada tanggal 19 Mei 2019).

Gambar 1.5 Pengapuran


Masing-masing petakan diberi kapur untuk meningkatkan pH tanahnya.
Dosis kapur yang diberikan pada tiap petakan sama, yaitu sebanyak 0,9 kg. Cara
menghitung dosis :
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
× 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
𝐿𝑢𝑎𝑠 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟

 Pemupukan (Dilakukan pada tanggal 27 Mei 2019 )


Masing-masing petakan diberi pupuk organik (pupuk bokasi) untuk
meningkatkan tingkat kesuburan tanahnya. Dosis bokasi yang diberikan pada tiap
petakan berbeda, tergantung pada perlakuan yang diberikan. Adapun dosis pada
tiap petakan adalah sebagai berikut :
P0 = 0 kg
P1 = 0,9 kg
P2 = 1,8 kg
P3 = 2,7 kg
P4 = 3,6 kg

14
Cara menghitung dosis :
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
× 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
𝐿𝑢𝑎𝑠 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟

 Penanaman (Dilakukan pada tanggal 28 Mei 2019 )


Penanaman dilakukan dengan membuat tugal sedalam 3cm - 5cm. Jarak tanam
pada tiap lubang yaitu 20cm×75cm. Selanjutnya lubang-lubang tersebut diisi 2
biji bibit jagung. Tutup kembali lubang yang telah diisi bibit jagung.
 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman dan penyiangan. Penyulaman untuk
tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hst. Penyiangan dilakukan paling tidak
sebanyak dua kali atau menyesuaikan dengan kondisi gulma.

3.4 Pengamatan (Unsur Biotik dan Abiotik pada Lahan Praktik)


1. Unsur Biotik
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk
hidup. Pada pokoknya makhluk hidup dapat digolongkan berdasarkan jenis-jenis
tertentu, misalnya golongan manusia, hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup
berdasarkan ukurannya digolongkan menjadi mikroorganisme dan
makroorganisme. Manusia merupakan faktor biotik yang mempunyai pengaruh
terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan dan melipatkan, atau
mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan peran dan
fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
 Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik
menjadi zat organik (organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa
dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis.
Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau
 Konsumen adalah organisme heterotrof yang tidak bisa membuat
makanannya sendiri dan tergantung kepada organisme lain, baik yang
bersifat heterotrof maupun yang autotrof. Konsumen biasanya merupakan

15
hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara langsung (herbivora)
dinamakan konsumen primer. Hewan yang memakan konsumen primer
dinamakan konsumen II dan seterusnya sehingga terbentuk suatu rantai
makanan. Konsumen terakhir disebut konsumen puncak. Contoh
konsumen puncak adalah manusia.
 Dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik menjadi
anorganik untuk kemudian digunakan oleh produsen. Dekomposer dapat
disebut juga sebagai organisme detritivor atau pemakan bangkai. Contoh
organisme dekomposer adalah bakteri pembusuk dan jamur.

Adapun unsur biotik pada lahan praktik yaitu :


1. Hama
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan
dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua
organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada
ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia.
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang
menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua
hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
2. Penyakit Tanaman
Penyakit tanaman adalah sebuah kondisi dimana tanaman tersebut ataupun
terhambat pertumbuhannya. Penyakit tanaman adalah hasil dari beberapa
gangguan dalam proses kehidupan normal tanaman. Penyebab penyakit pada
tanaman dapat berasal dari makhluk hidup atau non-hidup.
3. Musuh Alami
Musuh alami adalah suatu organisme yang dalam kelangsungan hidupnya
memangsa/menumpang pada tubuh organisme lain. Musuh alami sebagai faktor
pengendali secara alami terhadap OPT (hama) sangat diperlukan keberadaannya
di dalam ekosistem atau agroekosistem.

16
4. Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
5. Manusia
Manusia adalah salah satu unsur biotik yang berpengaruh terhadap
tanaman. Manusia dapat berperan dalam penyebaran tanaman juga perawatan dan
pemeliharaan tanaman. Selain itu, keberadaan manusia juga dapat memberikan
pengaruh yang negatif pada tanaman yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada tanaman.

2. Unsur Abiotik
Abiotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu
yang tidak hidup (benda-benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen
penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci,
komponen abiotik merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar organisme yang
menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan
organisme tersebut.

Adapun unsur abiotik pada lahan praktik yaitu :


1. Air
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat
hidup. Begitu juga tanaman. Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat
vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Sebanyak 85-90% dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi
adalah air (Maynard dan Orcott, 1987).
Dari seluruh senyawa yang dibutuhkan bagi tanaman, air merupakan
senyawa yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Air terdapat di seluruh bagian
tumbuhan, mulai dari air tanah di sekitar akar sampai ke batas permukaan air dan
uap di daun. Air merupakan faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan (Devlin,
1975).

17
2. Tanah
Tanah adalah bagian permukaan bumi yang terdiri daripada mineral dan
bahan organik. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi,
karena tanah mampu mendukung kehidupan tumbuhan di mana tumbuhan
menyediakan makanan dan oksigen kemudian menyerap karbon dioksida dan
nitrogen. Tanah mempunyai arti penting bagi tanaman. Dalam mendukung
kehidupan tanaman, tanah memiliki fungsi untuk memberikan unsur hara dan
sebagai media perakaran, menyediakan air dan sebagai tempat penampungan
(reservoar) air, menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai tempat
bertumpunya tanaman.
Tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah yang subur. Tanah yang
subur adalah tanah yang mampu untuk menyediakan unsur hara yang cocok,
dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan
yang sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman.
3. Cahaya Matahari
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh
makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya
matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar
pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan
menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Tanpa matahari, tanaman akan menjadi kurus dan tidak subur. Bahkan,
pada tanaman-tanaman tertentu cahaya matahari membantunya dalam
pembentukan bunga walaupun tanpa bantuan pupuk. Dengan demikian, cahaya
matahari ternyata memiliki banyak manfaat bagi tumbuhan.
4. Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca yang dapat berpengaruh terhadap
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara luas angin akan
mempengaruhi unsur cuaca yang lain seperti suhu, kelembaban udara maupun
pergerakan awan. Angin dalam budidaya pertanian dapat berpengaruh langsung
seperti merobohkan tanaman. Namun pengaruh angin secara tidak langsung
sangat kompleks baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi tanaman.

18
Dengan adanya angin maka akan membantu dalam penyerbukan tanaman dan
pembenihan alamiah. Namun kelemahannya juga akan terjadi penyerbukan silang
dan penyebaran benih gulma yang tidak dikehendaki. Selain itu angin merupakan
salah satu penyebar hama dan patogen yang dapat mempertinggi serangan hama
dan penyakit yang akan sangat merugikan.
5. Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi baik
pertumbuhan maupun perkembangan makhluk hidup termasuk tumbuhan. Selain
unsur hara, air dan sinar matahari, dengan suhu yang sesuai juga akan membuat
pertumbuhan tanaman menjadi optimal. Laju pertumbuhan tanaman berjalan pada
kecepatan maksimum saat tanaman berada pada kondisi suhu yang optimum
(suitable). Dengan catatan pula bahwa faktor-faktor lain seperti yang disebutkan
tadi tidak menjadi pembatas (limiting factor) dalam pertumbuhannya.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pengukuran 1 : 13 Juni 2019
P0 = Tanpa Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 17, 5 cm 4
2 24 cm 2
3 17 cm 3
Tabel 1.1 Pengukuran P0
P1= 0,9 kg Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 27 cm 4
2 41 cm 3
3 21 cm 3
Tabel 1.2Pengukuran P1

P2= 1,8 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 27 cm 3
2 35 cm 4
3 31 cm 4
Tabel 1.3Pengukuran P2
P3= 2,7 kg Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 17 cm 3
2 32,5 cm 3
3 34,4 cm 4
Tabel 1.4 Pengukuran P3

20
P4= 3,6 kg Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 33,5 cm 4
2 29.5 cm 2
3 34,5 cm 3
Tabel 1.5 Pengukuran P4

Pengukuran 2 : 20 Juni 2019


P0 = Tanpa Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 29,7 cm 3
2 30,5 cm 4
3 33 cm 4
Tabel 1.6 Pengukuran P0

P1= 0,9 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 42 cm 4
2 50,3 cm 4
3 46,6 cm 4
Tabel 1.7 Pengukuran P1

P2= 1,8 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 28 cm 4
2 66,2 cm 5
3 66,5 cm 4
Tabel 1.8 Pengukuran P2

21
P3= 2,7 kg Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 43 cm 5
2 73,5 cm 5
3 58,6 cm 6
Tabel 1.9 Pengukuran P3

P4= 3,6 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 37,5 cm 6
2 80,5 cm 6
3 55 cm 5
Tabel 1.10 Pengukuran P4

Pengukuran 3 : 27 Juni 2019


P0 = Tanpa Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 44,8 cm 4
2 49,2 cm 4
3 46,3 cm 4
Tabel 1.11 Pengukuran P0

P1= 0,9 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 66 cm 5
2 85,7 cm 5
3 76 cm 5
Tabel 1.12 Pengukuran P1

22
P2= 1,8 kg Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 42 cm 3
2 122 cm 6
3 99,5 cm 6
Tabel 1.13 Pengukuran P2

P3= 2,7 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 76,3 cm 6
2 110 cm 5
3 93,5 cm 6
Tabel 1.14 Pengukuran P3

P4= 3,6 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 67,5 cm 5
2 131 cm 6
3 66 cm 5
Tabel 1.15 Pengukuran P4

Pengukuran 4 : 4 Juli 2019


P0 = Tanpa Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 61 cm 4
2 75,6 cm 5
3 74,8 cm 4
Tabel 1.16 Pengukuran P0

23
P1= 0,9 kg Bokasi
Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 95,4 cm 5
2 98,7 cm 6
3 103,2 cm 6
Tabel 1.17 Pengukuran P1

P2= 1,8 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 67,4 cm 5
2 156,5 cm 7
3 146,5 cm 7
Tabel 1.18 Pengukuran P2

P3= 2,7 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 109,3 cm 5
2 156,7 cm 7
3 126,2 cm 7
Tabel 1.19 Pengukuran P3

P4= 3,6 kg Bokasi


Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1 85,6 cm 3
2 158 cm 6
3 89,5 cm 7
Tabel 1.10 Pengukuran P4

24
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa pertumbuhan
tanaman jagung pada tiap petakan berbeda-beda. Hal ini terjadi karena tiap
petakan diberikan perlakuan yang berbeda. Untuk petakan P4 diberi pupuk bokasi
sebanyak 3,6 kg, untuk petakan P3 diberi 2,7 kg pupuk bokasi, untuk petakan P2
diberi 1,8 kg pupuk bokasi, petakan P1 diberi pupuk bokasi sebanyak 0,9 kg,
sedangkan pada petakan P0 tidak diberikan pupuk bokasi.
Budidaya tanaman jagung tanpa pemberian bokasi terlihat hasilnya lebih
rendah dari pada yang menggunakan bokasi. Hal ini terjadi karena jagung yang di
tanam tanpa bokasi kebutuhan akan unsur hara yang di perlukan oleh tanaman
sebagai sumber nutrisi bagi tanaman tidak tercukupi. Semakin tinggi dosis pupuk
yang diberikan pada tanaman maka semakin bagus pertumbuhan tanaman
tersebut. Selain itu pemeliharaan juga sangat penting untuk mengoptimalkan
pertumbuhan tanaman jagung, pemeliharaan yang sangat berpengaruh adalah
penyiraman, karena air berfungsi sebagai pelarut unsur hara agar bisa di serap
oleh tanaman.
Beberapa unsur biotik dan abiotik yang berpengaruh terhadap tanaman
jagung juga, sebagai berikut :
a. Unsur Biotik
1. Hama
 Belalang
Belalang menyerang tanaman jagung dengan memakan daun-daun
tanaman sehingga mengurangi luas permukaan daun dan mengganggu fungsi
fisiologis dari tanaman yang diserang. Kerusakan daun ini berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman tersebut. Jika serangan belalang ini dalam jumlah populasi
yang tinggi, daun tanaman yang diserang akan habis dimakannya.
 Kutu Daun (pada tanaman jagung)
Kutu daun menyerang tanaman jagung pada bagian daun muda yaitu
dengan mengisap cairan tanaman. Kotoran dari hama kutu daun terasa manis dan
mengundang semut-semut dan dapat menyebabkan timbulnya serangan sekunder

25
seperti cendawan jelaga. Akibat yang ditimbulkan oleh hama kutu daun yaitu
daun tanaman jagung mengalami klorosis dan menggulung.

2. Penyakit
 Bulai Daun (Peronosclerospora maydis)
Penyakit ini menyerang tanaman jagung pada bagian daun. Daun tanaman
jagung yang terserang akan berwarna kekuningan dan bergaris-garis dan urat daun
tampak kaku. memiliki gejala berupa daun akan berwarna kuning keputih-putihan
bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku.
 Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn)
Ciri-ciri tanaman jagung yang terkena penyakit bercak daun yaitu terdapat
bercak hijau kecokelatan pada bagian daun.
 Hawar Daun (Rhizoctonia solani)
Penyakit hawar daun terjadi pada bagian daun tanaman jagung. Ciri-ciri
yang ditimbulkan yaitu adanya bercak berwarna abu-abu pada daun tanaman.
3. Musuh Alami
 Kumbang
Kumbang berperan dalam membantu proses penyerbukan tanaman secara
alami.
 Laba-laba
Laba-laba yang terdapat pada tanaman jagung dan kacang tanah
merupakan salah satu makanan dari hama belalang, sehingga membantu tanaman
dalam mengurangi intensitas serangan hama belalang.
 Kupu-kupu
Kupu-kupu berperan dalam membantu proses penyerbukan tanaman
secara alami.
4. Gulma
 Legum
Legum merupakan salah satu jenis tanaman penutup tanah (cover crop)
yang membantu untuk melindungi tanah. Meskipun keberadaannya dapat

26
menguntungkan, namun jumlah legum yang berlebihan menyulitkan saat
melakukan proses pembumbunan untuk tanaman kacang tanah.
 Putri Malu
Putri malu adalah salah satu tumbuhan yang dikategorikan ke dalam jenis
gulma golongan polong-polongan. Batangnya yang berduri menyulitkan saat
proses pemeliharaan dan penyiraman tanaman karena dapat melukai kaki kita.

b. Unsur Abiotik
1. Air
Tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Tanaman yang dipelihara harus
disiram dengan teratur untuk memastikan tanaman tersebut tumbuh dengan baik.
2. Tanah
Tanah pada lahan praktik telah diberi perlakuan dengan pengapuran dan
pemupukan sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman jagung.
3. Cahaya Matahari
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh
makhluk hidup didunia. Pada tanaman khususnya tanaman yang berklorofil
seperti yang terdapat pada lahan praktik, cahaya matahari sangat berperan dalam
proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk
menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan
energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
4. Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca yang dapat berpengaruh terhadap
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada lahan praktik,
angin membantu dalam proses penyerbukan tanaman dan pembenihan alamiah.
5. Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi baik
pertumbuhan maupun perkembangan tanaman. Pada lahan praktik, suhu yang
relatif tinggi berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh tanaman.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pengolahan
pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan,
dan perlindungan.
 Unsur hara memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman
jagung

5.2 Saran
Sebagai mahasiswa pertanian, kita harus belajar lebih giat naik
denganmembaca buku atau referensi lainnya untuk memperdalam ilmu tentang
budidaya tanaman organik

28
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.2010.Tanaman Jagung.
https://id.m.wikipedia.org.Diakses pada tanggal 25 Juli 2019
Anonim.2016.Laporan Praktikum Jagung.
http://cupiangalau.blogspot.com.Diakses pada tanggal 26 Juni 2019
Wikipedia.2009.Pertanian Organik.
https://id.m.wikipedia.org.Diaksespada tanggal 26 Juli 2019

29
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Pengolahan Lahan

Gambar 1.2 Pengukuran Tanaman

Gambar 1.3 Bunga Tanaman Jagung

30

Anda mungkin juga menyukai