Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PETERNAKAN ORGANIK

“PENYAKIT UNGGAS YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

ARFA PERMADI SUKUR (05.10.18.1699)

BAHARUDDIN (05.10.18.1700)

CITRA LESTARI (05.10.18.1701)

DIVA CHOFIFAH P.A (05.10.18.1702)

DWI NUR RAHMADANI (05.10.18.1703)

FAISAL (05.10.18.1704)

FIRMANSYAH (05.10.18.1705)

2H

BUDIDAYA TERNAK

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) GOWA

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala
limpahan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya yang telah diberikan hingga saat ini,
serta tak lupa pula shalawat dan salam kepada baginda nabi besar Muhammad S.A.W.
penghulu bagi seluruh umat yang telah menuntun umat ke jalan surga.

Makalah yang sederhana ini penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
PETERNAKAN ORGANIK pada Politeknik Pembangunan Pertanian
(POLBANGTAN) Gowa. Segenap rasa terima kasih penulis ucapkan kepada semua
pihak yang telah ikut membantu serta berpartisipasi dalam penyusunan bahan dan
materi dari isi makalah ini semoga mendapat segala limpahan rahmat dari-Nya.

Penulis menyadari bahwa makalah sederhana yang dibuat ini masih jauh dari
kesempurnaan isi materi karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik, saran dan bimbingan yang membangun dari berbagai pihak
untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat


memberikan manfaat bagi setiap pembaca.

Gowa, 29 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
II. PEMBAHASAN 3
A. Snot/Coryza 3
B. Berak Kapur 5
C. Berak Hijau 5
D. Kolera 5
E. Chronic Respiratory Disease (CRD) / Sinusitis 7
F. Colibacillosis
III. KESIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan unggas di negara Indonesia sangat pesat, hal ini


disebabkan peternakan unggas banyak menciptakan peluang bisnis yang sangat
menjanjikan, juga beternak unggas dapat dijangkau oleh masyarakat kalangan
menengah kebawah. Namun banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi dalam
beternak unggas yaitu harga pakan yang terus naik terkadang tidak sebanding dengan
hasil panennya, harga vitamin dan obat-obatan yang harus merogok kantong dalam-
dalam, juga karena unggas mudah terserang penyakit.
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti
sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa
kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan
industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel,
dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi
dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.
Banyak penyakit yang dapat menyerang ternak unggas, beberapa diantara nya
diakibatkan oleh bakteri. Bakteri ini dapat menyebakan penyakit yang fatal bagi
ternak unggas. Hal inilah yang mendasar dibuatnya makalah mengenai penyakit pada
ternak unggas akibat bakteri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada unggas?
2. Bagaimana penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut?
3. Apa ciri ternak unggas yang terkena penyakit tersebut?

2
II. PEMBAHASAN
A. Penyakit Pada Unggas akibat Bakteri
a. Snot/Coryza
Disebabkan oleh bakteri Haemophillus gallinarum . Penyakit ini biasanya
menyerang ayam akibat adanya perubahan musim. Perubahan musim biasanya
mempengaruhi kesehatan ayam. Snot banyak ditemukan di daerah tropis. Penyakit ini
menyerang hampir semua umur ayam. Angka kematian yang ditimbulkan oleh
penyakit ini mencapai 30% tetapi angka morbiditas atau angka kesakitannya
mencapai hingga 80%. Snot bersifat kronis, biasanya berlangsung antara 1-3 bulan.
Ayam betina berumur 18-23 minggu paling rentan terhadap penyakit ini. Namun
menurut pengalaman, ayam berumur kurang dari 16 minggu mempunyai angka
kematian yang cukup tinggi jika terkena penyakit ini. Sedangkan ayam yang sedang
bertelur dapat disembuhkan tetapi produktivitas telur menurun hingga 25%.
Penularan Snot dapat melalui kontak langsung, udara, debu, pakan, air minum,
petugas kandang dan peralatan yang digunakan.
Dari berbagai referensi gejala penyakit Snot pada ayam adalah :

 Ayam terlihat mengantuk, sayapnya turun


 Keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas
 Muka dan mata bengkak akibat pembengkakan sinus infra orbital
 Terdapat kerak dihidung
 Napsu makan menurun sehingga tembolok kosong jika diraba
 Ayam mengorok dan sukar bernapas
 Pertumbuhan menjadi lambat.

Sedangkan pengobatan tradisional yang dapat dilakukan adalah memberikan


perasan tumbukan jahe, kunir, kencur dan lempuyang. Air perasan ini dicampurkan
pada air minum. Sedangkan ampasnya di campurkan pada sedikit pakan. Selain
ramuan ini menghangatkan tubuh ayam, ramuan ini juga berkhasiat untuk menambah
napsu makan ayam. Selain memberikan obat yang diberikan bersama dengan air
minum juga memberikan obat secara suntikan pada ayam yang sudah parah. Obat

3
yang diberikan adalah Sulfamix dengan dosis 0.4 cc/kg BB ayam. Hal lain yang perlu
dilakukan karena penyakit ini mempunyai penularan yang sangat cepat dan luas,
ayam yang terkena Snot harus sesegera mungkin dipisahkan dari kelompoknya.

Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan


kandang dan lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena sinar matahari
langsung sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang lembab dan basah
memudahkan timbulnya penyakit ini.

b. Berak Kapur atau Pullorum


Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum . Berak kapur sering
ditemukan pada anak ayam umur 1-10 hari.
Gejala yang timbul adalah :
 Napsu makan menurun
 Kotoran encer dan bercampur butiran-butiran putih seperti kapur
 Bulu dubur melekat satu dengan yang lain
 Jengger berwarna keabuan
 Badan anak ayam menjadi menunduk
 Sayap terkulai
 Mata menutup

Gejala anak ayam yang terkena berak kapur selain gejala yang disebutkan di
atas, anaka ayam akan terlihat pucat, lemah, kedinginan dan suka bergerombol
mencari tempat yang hangat. Berbeda dengan ayam dewasa, gejala berak kapur tidak
nyata benar. Ayam dewasa yang terkena berak kapur akan mengalami penurunan
produktivitas telur, depresi, anemia, kotoran encer dan berwarna kuning.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga sanitasi mulai dari
mesin penetasan hingga sanitasi kandang dan melakukan desinfeksi kandang dengan
formaldehyde sebanyak 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari
kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan. Pengobatan Berak
Kapur dilakukan dengan berikan air gula 2-5% (20-50 gram per liter air minum)

4
selama 3 hari untuk memberikan supplai energi. Cara lain yang dapat dilakukan
dengan memberikan irisan bawang putih yang telah diiris tipis pada ayam yang
berperan sebagai antibiotik untuk membasmi bakteri yang berada dalam saluran
pencernaan.

c. Berak Hijau
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, demikian pula
pengobatannya. Selama ini penyakit ini diduga disebabkan oleh bakteri
sejenis Salmonella pullorum. Penularan berak hijau sangat mudah yaitu melalui
kontak langsung termasuk saat jantan mengawini betina dan melalui pakan dan
minuman yang terkontaminasi dengan ayam yang sakit. Pengaruh penyakit ini dapat
sampai ke DOC keturunan induk yang sakit.

Gejala penyakit ini adalah:

 Jengger berwarna biru


 Mata lesu
 Napsu makan menurun
 Sekitar pantat terlihat memutih dan lengket.

Upaya pencegahan merupakan hal utama antara lain dengan menjaga sanitasi
kandang, memisahkan antara ayam yang sakit memberikan pakan yang yang
baik. Jika ayam yang terinfeksi mengalami kematian , lebih baik ayam tersebut
dibakar agar bakteri tersebut ikut mati dan tidak menular ke ayam yang lain.

d. Kolera
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau Pasteurella
multocida . Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini menyerang
ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut atau kronis.
Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan produktivitas bahkan mati.
Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan. Kolera dapat ditularkan melalui

5
kontak langsung, pakan, minuman, peralatan, manusia, tanah maupun hewan lain.
Pada serangan akut, kematian dapat terjadi secara tiba-tiba.

Sedangkan pada serangan kronis didapatkan gejala sebagai berikut:

 Napsu makan berkurang


 Sesak napas
 Mencret
 Kotoran berwarna kuning, coklat atau hijau berlendir dan berbau busuk
 Jengger dan pial bengkak serta kepala berwarna kebiruan
 Ayam suka menggeleng-gelengkan kepala
 Persendian kaki dan sayap bengkak disertai kelumpuhan

Pembedahan yang didapatkan pada unggas yang mengalami kematian pada kolera
akut antara lain adalah :

 Pendarahan pintpoint pada membran mukosa dan serosa dan atau pada lemak
abdominal
 Inflamasi pada 1/3 atas usus kecil
 Gambaran “parboiled” pada hati
 Pembesaran dan pembengkakan limpa
 Didapatkan material berbentuk cream atau solid pada persendian

Diagnosis secara tentative dapat didirikan atas riwayat unggas, gejala dan lesi
postmortem. Sedangkan diagnosis definitive didapatkan pada isolasi dan identifikasi
organisme ini. Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan antara lain dengan
menjaga agar litter tetap kering, mengurangi kepadatan kandang, menjaga kebersihan
peralatan kandang dan memberikan vitamin dan pakan yang cukup agar stamina
ayam tetap terjaga. Pengobatan kolera dapat dilakukan dengan menggunakan daun
sirih yabg mengandung Atsiri oil yang bersifat dasinfektan dan anti jamur sehingga
dapat menjadi antiseptik pada saluran pencernaan. Unsur eugenol dan metil-eugenol

6
berfungsi pengurangan rasa sakit. Sifat anti bakteri dapat mengurangi rasa gatal dan
merah berair pada mata.

e. Chronic Respiratory Disease (CRD) / Sinusitis

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum . Biasanya


menyerang ayam pada usia 4-9 minggu. Penularan terjadi melalui kontak langsung,
peralatan kandang, tempat makan dan minum , manusia, DOC yang
terinfeksi atau telur tetas.
Gejala CRD ini mirip dengan Snot atau Coryza yaitu:
 Batuk-batuk
 Napas berbunti atau ngorok
 Keluar cairan dari lubang hidung
 Nafsu makan turun
 Produksi telur turun
 Ayam suka menggeleng-gelengkan kepalanya

Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai
dari cara yang paling sederhana yaitu tidak membeli DOC dari produsen yang tidak
diketahui dan melakukan sanitasi kandang.

Pengobatan CRD pada ayam yang sakit dapat diberikan Bawang Putih kemudian
campurkan kedalam air, untuk dosis sendiri biasanya 1siung/1liter. Selain untuk obat
ngorok bawang putih juga berfungsi sebagai antibiotik bagi tubuh ayam. Daun sirih +
Bawang Putih kemudian campurkan kedalam air minum. Untuk dosisnya 1siung
bawang + 1lembar sirih/1liter air minum. Kunyit+bawang putih+daun pepaya
kemudian campurkan kedalam air minum

f. Colibacillosis
Penyebab penyakit ini adalah Escherichia coli . Problem yang ditimbulkan
dapat infeksi akut berat dengan kematian yang tiba-tiba dan angka kematian yang
tinggi hingga infeksi ringan dengan angka kesakitan dan kematian yang
rendah.infeksi dapat terjadi pada saluran pernapasan, septicemia atau enteritis karena

7
infeksi pada gastrointestinal. Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau diikuti oleh
infeksi sekunder. Infeksi sekunder yang menyertai penyakit ini adalah Mycoplasma
gallisepticum . Semua umur dapat terkena penyakit ini, namun yang paling banyak
adalah ayam usia muda.

Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini disebabkan oleh toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri akibat pertumbuhan dan multiplikasi. Invasi primer terjadi
pada system pernapasan dan system gastrointestinal. Omphalitis atau infeksi pada
anak ayam terjadi karena penutupan tali pusat yang kurang baik atau karena invasi
bakteri melalui cangkang telur pada saat inkubasi.

Berikut ini gejala yang timbul pada penyakit ini adalah:

 Napsu makan menurun


 Ayam lesu dan tidak bergairah
 Bulu kasar
 Sesak napas
 Kotoran banyak menempel di anus
 Diare
 Batuk

Pada pembedahan akan didapatkan:

 Dehydrasi
 Bengkak dan kongesti pada hati, limpa dan ginjal
 Pendarahan pinpoint pada organ viscera
 Eksudat fibrinous pada kantung udara, kantung jantung dan permukaan
jantung, hati dan paru (sangat karakteristik)
 Usus menipis dan inflamasi serta mengandung mucous dan area
perdarahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang seperti menjaga


ventilasi udara, litter yang terjaga kebersihannya, secara teratur melakukan desinfeksi

8
terhadap peralatan dan fasilitas lainnya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
menjaga kualitas pakan dan air minum, kepadatan kandang harus diperhatikan,
penanganan mesin penetas telur dan menjauhkan ayam dari stress yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh.

Pengobatan Colibasillosis dapat dilakukan dengan obat-obat sulfa, neomisin,


streptomisin dan tetrasiklin. Meskipun demikian, menurut info yang lain dikatakan
pengobatan penyakit ini cenderung susah dan tidak
menentu.

9
III. KESIMPULAN

Terdapat banyak penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang terdapat
pada ternak unggas, beberapa dari penyakit tersebut sudah dijelaskan pada
pembahsan diatas. Hal yang mudah dilakukan dalam menghindari penyakit tersebut
agar tidak menyerang ternak unggas adalah dengan melakukan tindakan pencegahan,
baik melalui sanitasi maupun perawatan ternak dengan manajemen yang baik.

10
DAFTAR PUSTAKA
Hanter IPB. 2018. Cara penenganan dan pengobatan herbal ngorok pada ayam
http://www.hanter-ipb.com/cara-penanganan-dan-pengobatan-herbal-ngorok-pada-
ayam/
Septian Maraya. 2017. Penyakit ternak ungags akibat bakteri.
https://id.scribd.com/document/376053691/makalah-bakteri-unggas/
Fredi Kurniawan. 2015.Cara mengatasi dan mengobati berak kapur ayam.
Fredikurniawan.com/cara-mengatasi-dan-mengobati-berak-kapur-ayam

11

Anda mungkin juga menyukai