Anda di halaman 1dari 23

PANCASILA

1. IDEOLOGI
Ideologi merupakan istilah yang berasal dari Yunani. Terdiri dari dua kata, idea dan logi.
Idea artinya melihat (idean), dan logi berasal dari kata logos yang berarti pengetahuan
atau teori. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ideologi adalah hasil penemuan
dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau teori. Ideologi dapat pula diartikan sebagai
suatu kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas, pendapat (kejadian) yang
memberikan arah tujuan untuk kelangsungan hidup.

Jenis-Jenis Ideologi yang Ada Pada Umumnya


a. Liberalisme
Memiliki konsep kebebasan individual, artinya kesetaraan bagi semua anggota
masyarakat. Hak individu tidak boleh dicampuri oleh Negara.
b. Sosialisme
Menganggap bahwa manusia adalah makhluk kreatif, sehingga untuk mencapai
kebahagiaan harus melalui kerjasama. Hak milik untuk pribadi dibatasi. Agama harus
mendorong keberamaan. Peran Negara untuk pemerataan keadilan.
c. Fundamentalisme
Menetapkan agama sebagai hukum politik dalam dunia modern.
d. Marxisme (Komunisme)
Mengutamakan kebersamaan individu. Hak pribadi tidak diakui. Prinsip utama adalah
meterialisme yang menyangkal adanya jiwa rohani dan Tuhan. Biasanya cirinya
adanya satu partai, tidak ada golongan dalam masyarakat. Bersifat otoriter dan
monopoli.
e. Nasionalisme
Tidak membedakan ras, suku bangsa mementingkan persatuan diatas individu.
Jenis Norma
a. Norma Agama
Peraturan yang diciptakan Tuhan bersumber dari kitab suci.
b. Norma Kesusilaan
Peraturan yang dianggap sebagai suara hati manusia. Aturan hidup tentang perilaku
baik dan buruk berdasarkan kebenaran dan keadilan.
c. Norma Kesopanan
Peraturan yang dibuat oleh agama dan adat. Menghubungkan manusia terhadap
manusia di sekitarnya.
d. Norma Hukum
Peraturan yang dibuat oleh penguasa Negara / lembaga adat. Bersifat memaksa dan
mengikat.
Ciri – ciri ideologi
a. Ideologi Terbuka
 Merupakan kekayaan rohani, moral dan budaya.
 Tidak diciptakan Negara tapi ditemukan dalam masyarakat itu sendiri
 Menghargai pluralitas sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas
 Bersifat tidak mutlak (fleksibel)
 Isinya tidak langsung Operasional
b. Ideologi Tertutup
 Bukan merupakan cita-cita masyarakat
 Memaksakan ideologi, ideologi diciptakan oleh penguasa
 Bersifat totaliter (mencakup semua bidang)
 HAM tidak dihormati
 Isinya langsung operasional dan orgriter serta tuntutan konkret dan total
 Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan. Bidang informasi dikuasai dan
pendidikan dibatasi. Karena itu merupakan sarana efektif untuk menguasai
perilaku masyarakat

2. PANCASILA
Arti kata Pancasila
Kata atau istilah Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Panca yang berarti Lima
dan Sila yang berarti Dasar atau Asas. Secara harfiah, pancasila itu diartikan sebagai
dasar yang memiliki lima unsur. Pancasila merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Ir.
Soekarno dalam pidatonya disidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, yang untuk
selanjutnya ditetapkan sebagai hari lahirnya pancasila.
Sejarah Lahirnya Pancasila
a. Perumusan konseptualisasi Pancasila dimulai pada masa persidangan pertama
BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
b. Hasil sidang pertama BPUPKI:
 Muh.Yamin  Prof.Dr.Supomo  Ir.soekarno
(29 Mei 1945) (31 Mei 1945) (1 Juni 1945)
1. Peri kebangsaan 1. Persatuan 1. Kebangsaan Indonesia
2. Peri kemanusiaan 2. Kekeluargaan 2. Internasionalisme dan
3. Peri ketuhanan 3. Keseimbangan lahir- kemanusiaan
4. Peri kerakyatan batin 3. Mufakat dan demokrasi
5. Kesejahteraan 4. Musyawarah 4. Kesejahteraan social
rakyat 5. Keadilan rakyat 5. Ketuhanan yang Maha Esa
c. Sejarah sila-sila dalam Pancasila
 Istilah Pancasila pada mulanya diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya saat
siding BPUPKI. Ia menyampaikan rumusan lima prinsip dasar negara pada 1 Juni
1945 yang diberi nama “Pancasila”.
 Rumusan Pancasila dibahas oleh Panitia Delapan yang dibentuk BPUPKI untuk
menampung usul dari anggota lain.
 Ir. Soekarno membentuk Panitia Sembilan untuk menyelidiki usul-usul mengenai
perumusan dasar negara yang melahirkan konsep rancangan Pembukaan UUD 1945
yang disetujui pada 22 Juni 1945 dan diberi nama:
1. Oleh Ir. Soekarno: Mukaddimah
2. Oleh M. Yamin: Piagam Jakarta
3. Oleh Sukiman Wirjosandjojo: Gentlemen’s Agreement
 Sebelum Piagam Jakarta disahkan menjadi pancasila ada beberapa hal yang diubah
oleh PPKI, yaitu:
1. Sila “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk
pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
2. Syarat yang menyebutkan bahwa “presiden Indonesia harus orang Islam” diubah
menjadi “presiden Indonesia harus orang Indonesia asli” (Pasal 6 ayat 1 UUD
1945).
3. Fase pengesahan dilakukan tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang
menghasilkan rumusan final Pancasila yang mengikat secara konstitusional
dalam kehidupan bernegara.
4. Secara historis, ada tiga rumusan dasar negara yang diberi nama Pancasila, yaitu:
 Rumusan konsep Ir. Soekarno yang disampaikan pada pidato tanggal 1 Juni
1945 dalam sidang BPUPKI.
 Rumusan oleh Panitia Sembilan dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945.
 Rumusan pada pembukaan UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18
Agustus 1945.
Pancasila sbg sumber nilai
1. Nilai dasar -nilai dari kelima sila pancasila berupa cita-cita dan tujuan yang baik
dan benar
2. Nilai instrumental-penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar (uu, gbhn, dll)
3. Nilai praksis-realisasi nilai instrumental secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila Sebagai Paradigma
Pancasila berisi anggapan-anggapan dasar yang merupakan kerangka berpikir atau
keyakinan yang berfungsi sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional.
Sebagai paradigma pembangunan, Pancasila mempunyai kedudukan sebagai:
1. Cita-cita bangsa Indonesia
2. Jiwa bangsa
3. Moral Pembangunan
4. Dasar negara Republik Indonesia.
Pembangunan Sesuai Pancasila
1. Tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu pembangunan itu tidak hanya mementingkan
tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
2. Tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak melayani Ideologi tertentu dan
mengabaikan manusia nyata.
3. Harus menghormati HAM, yaitu pembangunan tidak boleh mengorbankan manusia
nyata melainkan menghormati harkat dan martabat bangsa.
4. Dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan masyarakat sebagai tujuan
pembangunan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kebutuhan mereka.
5. Diprioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial, yaitu
mengutamakan mereka yang paling lemah untuk menghapuskan kemiskinan
struktural.
Pancasila Sebagai Puncak Kebudayaan
 SILA PERTAMA, menunjukan tidak satupun suku bangsa ataupun golongan sosial
dan komunitas setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa;
 SILA KEDUA, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warga
negara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesuku bangsaan, kedaerahan,
maupun golongannya;
 SILA KETIGA, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad
masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai
satu bangsa yang berdaulat;
 SILA KEEMPAT, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui
musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang
mendahulukan kepentingan perorangan;
 SILA KELIMA, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Pancasila sebagai filsafat
 Dasar ontologis -pancasila sudah menjiwai dalam tubuh manusia secara kodrati
 Dasar epistemologis -pancasila merupakan suatu sistem pengetahuan untuk
pedoman bangsa
 Dasar aksiologis -pancasila merupakan satu kesatuan nilai
Nilai dalam Pancasila (Butir – Butir Pancasila Beserta Contoh Pengamalan)
Butir – butir Pancasila yang dahulu ada 36 butir sekarang diubah menjadi 45 butir
pancasila. Dalam masa reformasi menurut Tap MPR no. I/MPR/2003 ada perubahan isi
butir – butir Pancasila dengan masa sebelumnya, sehinggga menjadi 45 butir.
Butir butir pancasila sila ke 1: Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Memiliki dan meyakini satu agama dengan menjalankan perintah dan
menjauhi larangan sesuai norma agama yang berlaku.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
Contoh: Tidak menganggu ibadah agama yang lain.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Contoh: Menghormati sesama manusia.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Kita harus hidup rukun meskipun beda agama karena kita satu bangsa
Indonesia.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Setiap manusia bebas memilih agama yang sudah disahkan pemerintah.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Contoh: Saling menghormati ketika ada pemeluk agama lain yang sedang
menjalankan ibadah.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Contoh: Kita dilarang memaksakan suatu agama kepada orang lain karena itu urusan
dia dengan tuhannya, kita hanya diwajibkan mengigatkan saja.

Butir butir pancasila sila ke 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh: Tidak boleh sewenang – wenang/ kurang bermartabat terhadap sesama
sebab manusia mempunyai hak asasi yang sama.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
Contoh: Menghargai perbedaan. Kita perlu menyadari bahwa kita hidup memang
berbeda .beda dari suku, ras, maupun agama yang berdeda jadi perbedaan itu
memang ada.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Contoh: Tidak boleh menyakiti sesama manusia agar hidup rukun.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Contoh: Bersedia mengikuti kerja bakti dengan berbaur masyarakat yang lain.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Contoh: Tidak boleh memperlakukan orang lain secara semau kita sendiri yang
buruk.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Contoh: Saling menghormati dan menghargai.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Contoh: Memberi bantuan kepada orang lain yang butuh pertolongan kita
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
Contoh: Sebagai manusia kita perlu menjunjung suatu kebenaran, jangan yang salah
malah dibenarkan. Kita perlu hidup adil terhadap sesama manusia.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Contoh: Sebagai bangsa Indonesia ketika saudara kita yang berada dijauh ada
musibah kita perlu membantunya karena mereka masih satu bangsa dengan kita.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Contoh: Manusia merupakan mahkluk sosial. Jadi manusia tidak dapat hidup
sendiri, perlu adanya saling membantu satu sama lain.
Butir butir Pancasila sila ke 3: Persatuan Indonesia
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
Contoh: Bila di negara kita ada suatu masalah bukan berarti kita malah pindah
negara. Kita perlu berbuat sesuatu yang bisa kita lakukan agar masalah tersebut
terselesaikan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
Contoh: Kita perlu ikut berpatisipasi berjuang apabila negara Indonesia terancam
keamanannya.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Contoh: Hargailah produk-produk dalam negeri jangan semua produk menggunakan
buatan dari luar. Kita perlu ikut mensejahterakan perekonomian nasional.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Contoh: Menjaga sumber daya dan kelestarian bumi yang ada di Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
Contoh: Bila kita belum menjaga ketertiban dunia, kita bisa mulai dari yang terkecil
seperti mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan di lingkungan kita.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Eka.
Contoh: Tidak diperkenankan membeda bedakan antara suku, ras dan agama satu
dengan lainnya.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Contoh: Menjunjung tinggi nilai persatuan bangsa tanpa memandang suku, agama,
dan ras.
Butir butir pancasila sila ke 4: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaran / perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
Contoh: Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban sama memperoleh
pendidikan
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Contoh: Tidak boleh kita terlalu memaksa kehendak sendiri terhadap orang lain
apalagi melakukan penyuapan.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
Contoh: Ketika ada perbedaan kita perlu mengutamakan aspek bermusyawarah,
tidak boleh mau menang sendiri.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Contoh: Dalam bermusyawarah perlu tercapainya hasil yang telah disepakati
bersama dengan mendukung aspek kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
Contoh: Kita perlu patuh, menerima dan hormat terhadap suatu keputusan yang
sudah disepakati dan mufakat.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah
Contoh: Dalam menerima suatu keputusan kita perlu ikhlas dalam menjalaninya.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
Contoh: Di dalam bermusyawarah perlu mengutumakan kepetingan bersama
daripada kepentingan pribadi.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Contoh: Bermusyawarah kita perlu dalam keadaan dingin dan tidak emosi.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
Contoh: Dalam pengesahan keputusan sehendaknya keputusan tersebut sesuai
dengan norma pada TYME serta tetap mempertahankan martabat.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Contoh: Mempercayai penuh dan menyerahkan terhadap wakil – wakil terpilih
untuk menjalankan tugasnya.
Butir butir pancasila sila ke 5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Contoh: Wajib hukumnya saling menghormati terhadap sesama manusia untuk
tercapainya sikap kekeluargaan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Contoh: Dalam berkehidupan perlu hidup adil terhadap manusia, contoh yang
sering kita lihat perlakuan hukum terhadap kejahatan dengan koruptor.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Contoh: Dalam hidup memang antara hak dan kewajiban dibutuhkan akan tetapi
haruslah seimbang. Misal anda berhak memperoleh kenyamanan berkendara tapi
wajib hukumnya menaati peraturan lalu lintas yang berlaku.
4. Menghormati hak orang lain.
Contoh: Saling menghormati, baik, dan rukun terhadap sesama manusia
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Contoh: Memberi bantuan modal usaha tanpa riba.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
Contoh: Bersifat sewajarnya terhadap sesama, misal jangan sampai anda
memberatkan orang lain apalagi sampai jatuhnya pemerasan.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
Contoh: Bersikaplah hemat, lebih baik sisihkan uang anda untuk orang yang lebih
membutuhkan.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
Contoh: Jangan sampai dalam hidup kita membuat susah tetangga kanan kiri kita,
misal membangun pabrik industri tapi limbah dibuang sembarangan yang
menjadikan rugi masyarakat di sekitar kita.
9. Suka bekerja keras.
Contoh: Hidup jangan banyak mengeluh, kita perlu kerja keras dan cerdas untuk
memenuhi kebutuhan keluarga apalagi kalau bisa memberi kepada orang yang
membutuhkan.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Contoh: Dalam hidup jangan mengklaim hak yang memang itu sudah dipantenkan
pemiliknya. Apabila memang mau digunakan untuk kepentingan kita ada baiknya
disertakan sumber dan pengarangnya.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Contoh: Melakukan kegiatan kegiatan membangun seperti bela negara, kerja bakti,
gotong royong dan lain sebagainya.
Asal – Usul Pancasila
a. Causa materialis (asal mula bahan)
Berasal dari bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan
dan dalam agama-agamanya.
b. Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun)
Bagaimana Pancasila itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang
sangat menentukan.
c. Causa efisien (asal mula karya)
Asal mula yang meningkatkan Pancasila dari calon dasar negara menjadi Pancasila
yang sah
sebagai dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah PPKI.
d. Causa finalis (asal mula tujuan)
Tujuan dari perumusan dan pembahasan Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai
dasar negara. Untuk sampai kepada kausan finalis tersebut diperlukan kausa atau asal
mula sambungan.
Fungsi dan Kedudukan Pancasila
1. Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Fungsi Pancasila yang pertama adalah sebagai dasar Negara. Dasar negara di sini
diartikan sebagai dasar falsafah atau filosofi negara. Sehingga Pancasila dalam hal ini
digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara. Dengan kata lain,
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara
yang sesuai dengan bunyi dan isi yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.
2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang kedua adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dalam hal ini Pancasila berperan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, yang juga
merupakan satu kesatuan yang tidak akan bisa dipisah-pisah antara satu dengan yang
lain. Artinya bersatu dalam satu Negara, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
3. Kepribadian Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang ketiga adalah sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Fungsi
yang satu ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap mental maupun tingkah
lalu atau perilaku beserta amal perbuatan dari sikap mental tersebut. Kepribadian
yang dimaksudkan adalah ciri khas masyarakat bangsa Indonesia. Artinya suatu sikap
mental dan tingkah laku yang mempunyai ciri khas tersendiri sehingga mampu
dibedakan dengan bangsa lainnya di seluruh dunia. Itulah yang dinamakan
kepribadian bangsa Indonesia.
4. Jiwa Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang keempat adalah sebagai jiwa bangsa Indonesia. Pancasila
dijelaskan berdasarkan teori Von Savigny yang artinya adalah setiap bangsa
mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut dengan Volkgeist yang berarti jiwa
bangsa atau jiwa rakyat. Pancasila merupakan jiwa bangsa yang lahir bersamaan
dengan adanya atau terbentuknya bangsa Indonesia, yaitu pada zaman kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. Mr. A. G. Pringgodigdo dalam
tulisannya yang berjudul Pancasila. Dalam tulisan tersebut, juga menyebutkan
Pancasila sendiri sudah ada sejak adanya bangsa Indonesia berdiri dan berkembang
di zaman kerajaan. Meskipun istilah atau nama Pancasila baru dikenal pada 1 Juni
1945.
5. Sumber dari Segala Sumber Hukum
Fungsi Pancasila yang kelima adalah sebagai sumber dari segala hukum. Pancasila
merupakan sumber hukum bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sumber
hukum Indonesia ini bermakna sebagai pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita
hukum beserta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak bangsa
Indonesia.
Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita mengenai kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa atau Negara, perikemanusiaan, keadilan sosial, dan perdamaian
Nasional yang merupakan hak dan kewajiban warga negara.
Cita-cita hukum atau politik ialah tentang sifat, bentuk dan tujuan Negara Indonesia.
Dan terakhir cita-cita moral adalah hukum tentang kehidupan rakyat yang terkait
dengan keagamaan dan kemasyarakatan.
6. Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang kelima adalah sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia.
Perjanjian luhur di sini adalah menyangkut ikrar yang telah dibuat saat
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia bersama sama oleh para pendiri
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memutuskan untuk merdeka menjadi sebuah
Negara pada tanggal 17 Agustus 1945.
18 Agustus 1945 disahkan pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI pada saat itu merupakan
wakil-wakil seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur yang
tertulis tersebut (UUD 1945) untuk membela Pancasila sebagai dasar Negara selama-
lamanya.
7. Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa
Fungsi Pancasila yang ketujuh adalah sebagai falsafah hidup yang mempersatukan
bangsa. Indonesia negara yang kaya akan budaya dan etnis yang berbeda. Pancasila di
sini merupakan sarana atau alat yang sangat ampuh untuk mempersatukan bangsa
Indonesia agar tidak terjadinya penyebab terciptanya masyarakat majemuk dan
multikultural. Pancasila merupakan falsafah hidup dan kepribadian bangsa Indonesia
yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma luhur serta diyakini paling benar, adil,
bijaksana, dan tepat bagi bangsa Indonesia untuk bisa mempersatukan seluruh rakyat
Indonesia.
8. Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang kedelapan adalah sebagai cita cita dan tujuan bangsa Indonesia.
Cita-cita luhur bangsa Indonesia termuat tegas dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.
Hal ini dikarenakan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan media
penuangan jiwa proklamasi, yaitu jiwa Pancasila yang tertulis di dalamnya.
Sehingga Pancasila dapat dikatakan sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
Cita-cita luhur inilah yang kelak akan dicapai oleh bangsa Indonesia selaku bangsa
atau Negara.
9. Ideologi Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila yang kesembilan adalah sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Ideologi Negara adalah nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam
Pancasila menjadi cita-cita normatif dalam proses penyelenggaraan Negara.
Secara lebih luas, pengertian Pancasila sebagai Ideologi negara dapat diartikan
sebagai visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Dengan terwujudnya suatu kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan,
nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan, dan menjunjung tinggi
nilai keadilan, termasuk keadilan sosial. Dalam artian semua nilai-nilai luhur
Pancasila ada di dalamnya, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara
Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara - Garuda Pancasila merupakan Lambang
negara Indonesia, yang juga memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Meskipun
Berbeda-beda tetapi tetap satu Jua). Lambang negara Indonesia berbentuk burung
Garuda dengan kepala menghadap ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), dan
mempunyai perisai berbentuk seperti jantung yang digantung menggunakan rantai pada
leher Garuda, dan terdapat semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna "Meskipun
Berbeda-beda tetapi tetap satu Jiwa" tertulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Sultan Hamid II lah yang merancang Lambang ini, namun kemudian disempurnakan oleh
Bung Karno, Setelah itu diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali
pada tanggal 11-Februari-1950 dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.

Lambang negara Indonesia,


Garuda Pancasila
penggunaannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.
43/1958.

Deskripsi dan arti filosofi Lambang Negara


Garuda
Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi kuno di
sejarah Nusantara (Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang berwujud seperti
burung elang rajawali. Garuda dipakai sebagai Simbol Negara untuk menggambarkan
Negara Indonesia merupakan bangsa yang kuat dan besar.
Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan dan keagungan. Garuda
memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan tenaga dan kekuatan
pembangunan. Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan hari / Tanggal proklamasi
kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain: Jumlah bulu
pada masing-masing sayap berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8, Jumlah
bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19, Jumlah bulu di leher berjumlah 45.
Perisai
Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan peradaban
Nusantara sebagai senjata yang melambangkan perlindungan, pertahanan dan
perjuangan diri untuk mencapai tujuan. Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam
tebal yang menggambarkan garis khatulistiwa hal tersebut mencerminkan lokasi / Letak
Indonesia, yaitu indonesia sebagai negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa. Pada
perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Warna dasar
pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-putih). dan pada bagian
tengahnya memiliki warna dasar hitam.
Berikut adalah Pembagian dan penjelasan lambang pada ruang perisai:
Makna Sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam dengan
sebuah bintang emas berkepala lima (bersudut lima), bintang emas sendiri dapat
diartikan sebagai sebuah cahaya seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya
kerohanian bagi setiap manusia.
Makna Sila 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan Rantai yang disusun
atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling
membantu, gelang yang persegi menggambarkan pria sedangkan gelang yang lingkaran
menggambarkan wanita.
Makna Sila 3, Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin (Ficus
benjamina) di bagian kiri atas perisai berlatar putih, Pohon beringin merupakan sebuah
pohon Indonesia yang berakar tunjang - sebuah akar tunggal panjang yang menunjang
pohon yang besar ini dengan tumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Hal ini
mencerminkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Pohon Beringin juga mempunyai
banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. ini mencerminkan Indonesia
sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai latar belakang budaya yang berbeda-
beda (bermacam-macam).
Makna Sila 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan. yang disimbolkan dengan kepala banteng pada bagian
kanan atas perisai berlatar merah. Lembu liar atau Banteng merupakan binatang sosial
yang suka berkumpul, sama halnya dengan manusia dimana dalam pengambilan
keputusan harus dilakukan secara musyawarah salah satunya dengan cara berkumpul
untuk mendiskusikan sesuatu.
Makna Sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan padi
dan kapas di bagian kanan bawah perisai yang berlatar putih. kapas dan padi
(mencerminkan pangan dan sandang) merupakan kebutuhan pokok semua masyarakat
Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. ini mencerminkan persamaan
sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial anatara satu dan yang lainnya, tapi hal ini
(persamaan sosial) bukan berarti bahwa Indonesia memakai ideologi komunisme.
Pita yang bertulis semboyan "Bhinneka Tunggal Ika"
Sehelai pita putih dengan tulisan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam dicengkeram
oleh Kedua cakar Garuda Pancasila.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu
Tantular. Kata "bhinneka" memiliki arti beraneka ragam atau berbeda-beda, sedang kata
"tunggal" berarti satu, dan kata "ika" bermakna itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika
diartikan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda beda tapi pada
hakikatnya tetap satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk melambangkan kesatuan
dan persatuan Bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam ras, budaya, bahasa
daerah, agama, suku bangsa dan kepercayaan.
Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila
Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh diletakkan asal
asalan karena warna warna itu telah ditentukan untuk diletakkan pada bagian-bagian
yang ada pada lambang Garuda Pancasila.
 Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda
Pancasila. Warna hitam digunakan juga untuk warna perisai tengah latar belakang
bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah perisai. dan Warna hitam juga
dipakai sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".
 Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang
terdapat pada lambang Garuda Pancasila.
 Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
 Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. warna putih
juga diberi pada Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila.
 Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna bintang,
rantai, kapas, dan padi.
Makna Warna pada Garuda Pancasila
Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila. Warna-warna yang
dipakai menjadi warna pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki makna dan arti
kurang lebih sebagai berikut.
 Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran, dan kemurnian.
 warna hitam memiliki makna keabadian.
 Warna merah memiliki artian keberanian.
 Warna hijau artinya adalah kesuburan dan kemakmuran.
 Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran
Nilai Praksis Pancasila
Ideologi terbuka memiliki tiga unsur yang harus selalu dikembangkan dan dihidupkan
agar ideologi menjadi berkembang dan tahan uji. Ketiga unsur tersebut adalah:
1) Nilai dasar dimensi idealita Nilai dasar berupa kelima nilai pokok dalam Pancasila,
yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar
merupakan cita-cita bangsa Indonesia dan bersifat tetap.
2) Nilai instrumental dimensi normative / fleksibilitas Nilai instrumental merupakan
alat / media bagi terwujudnya nilai dasar. Nilai instrumental berupa norma-norma dan
kebijakan kebijakan, misalnya norma hukum, norma moral,norma agama, norma sosial,
GBHN, dan kebijakan lain.
3) Nilai Praksis dimensi realita Nilai praksis adalah realisasi cita-cita (nilai dasar)
dalam kehidupan setelah diproses dengan norma atau kebijakan yang dibuat. Nilai
praksis ini bersifat nyata, dan selalu memiliki kesenjangan dengan nilai dasar. Jika terjadi
kesenjangan antara nilai dasar dan nilai praksis, maka yang seharusnya berperan adalah
dimensi normatif.
Pengertian nilai praksis adalah nilai-nilai instrumental Pancasila dalam suatu realisasi
atas pengamalan yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, beragama, maupun bernegara.
Dalam koredeornya, perwujuatan nilai praksis inilah memiliki penjabaran nilai-nilai
dasar Pancasila yang senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan (reformasi) sesuai perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
serta aspirasi masyarakat. Proses perbaikaian dalam peraturan nilai Pancasila diatas
kerapkali disebut dengan amandemen.
Perwujudan Nilai Praksis Pancasila
Imeplementasi atas beragam nilai-nilai dalam Pancasila, sejatinya akan senantiasa
diukur dalam butir-butir sila 1-5. Berikut inilah isi dan makna yang terkadung dalam
Pancasila;
 Sila Ke-1 “Ketuhanan”
 Sila Ke-2 “Kemanusiaan”
 Sila Ke-3 “Persatuan”
 Sila Ke-4 “Musyawaratan”
 Sila Ke-5 “Keadilan”
Contoh Nilal Praksis Pancasila dalam Sehari-Hari
Penjelasan mengenai contoh-contoh yang dapat disebutkan dalam nilai-nilal praksis
Pancasila diatas, antara lain adalah sebagai berikut;
Sila 1 Pancasila
Nilai praksis dalam Pancasila, khususnya terdapat dalam butir pertama ialah
memberiakan pengakuan atas ketaqwaan bahwa Bangsa indonesia ialah Negara
berketuhanan. Dalam bahasan ini mengisyaratkan bahwa setiap hidup insan
memerlukan kekuasaan tuhan. Oleh karena itulah warga negara Indonesia diwajibkan
untuk memiliki keyakinan.
Contoh dalam keseharian atas pengamalan dalam sila 1 ini, misalnya saja tentang
terdapatnya 6 Agama di Indonesia yang diatur legalitasnya secara penuh. Bahkan dalam
Undang-Undang, tepatnya pada Pasal 29 memberikan keleluasaan untuk menjalankan
ibadahnya menurut keyakinan masing-masing.
Sila 2 Pancasila
Penjebaran dalam makna nilai prakis ini seolah memberikan pengakuan atas
keberlakuan setiap manusia yang sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, dalam koredor ini memberikan HAM (Hak Asasi Manusia)
menjadi prioritas yang paling utama.
Contoh tindakan keseharian yang mencerminkan nilai prakis dalam Pancasila misalnya
saja tentang pengamalan pada Pasal 31 yang mengemukakan bahwa Warga Negara
memiliki hak dalam pendidikan, mulai dari melanjutkan pendidikan sampai pada
fasilitas yang diberikan (diterima).
Sila 3 Pancasila
Contoh prilaku atas perwujutan dalam Sila 3 Pancasila ini mengindikasikan bahwa setiap
warga negara Indonesia senantiasanya sanggup serta rela melakukan pengobanan untuk
beragam kepentingan negara dan bangsa apabila di perlukan. Kondisi pengamalan dalam
nilai praksis kerap kali disebutkan sebagai penanaman atas jiwa nasionalisme.
Sila 4 Pancasila
Pengamalan dalam nilai praksis Pancasila ke-4 ini mengindikasikan arti bahwa
pengutamaan kesimpulan atas musyawarah dan mufakat dalam mengambil keputusan
lebih di prioritaskan dalam mewujudkan kedamaian bagi segenap masyarakat.
Kondisi kesaharian yang menjadi pengamalan dalam nilai praksis ini misalnya saja
tentang implementasi pada Pasal 37 yang menyebutkan bahwa perubahan Undang-
Undang Daar (Amandemen UUD 1945) hanya bisa dilakukan jika DPR beserta MPR
memberikan keputusan secara bersama, dengan legalisasi yang kuat dari lembaga
eksekutif.
Sila 5 Pancasila
Arti nilai praksis dalam sila kelima ini mengindikasikan tentang 3 makna besar yang ada,
antara lain Mengembangkan munculnya sikap adil, menjaga secara sungguh-sungguh
keseimbangan antar hak dan kewajiban warga negara, serta memberikan penghormatan
pada orang lain.
Contoh dalam sehari-hari atas nilai praksis ini misalnya saja tentang Pasal 34 yang
menyebutkan bahwa Fakir dan Miskin menjadi tangung jawab negara, kondisi ini
menimbulkan rasa bersatuan. Dimana setiap warga negara diberikan kewajiban untuk
membayar pajak, dari hasil tersebut pajak yang diberikan sebagian besar diperioritaskan
untuk kepentingan bersama-sama.
DPR & PRESIDEN
DPR
FUNGSI DPR
Menurut Pasal 20A Ayat (1) UUD NKRI Tahun 1945, yang memuat fungsi-fungsi DPR.
Fungsi-fungsi DPR memiliki 3 fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan.
1. Fungsi Legislasi
Fungsi yang pertama yaitu fungsi legislasi, dimana DPR memegang kekuasaan dalam
membentuk undang-undang bersama Presiden.
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
- Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
- Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan
SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah)
- Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
- Menetapkan UU bersama dengan Presiden
- Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang
diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU.
2. Fungsi Anggaran
Fungsi yang kedua yaitu fungsi anggaran, dimana DPR membahas dan memberikan
sebuah persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap sebuah rancangan
undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh presiden.
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)
- Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama
- Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang disampaikan oleh BPK
- Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi ketiga yaitu fungsi pengawasan, DPR melaksanakan sebuah pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang dan ABN.
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan
pemerintah
- Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan dan agama)
HAK DPR
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya terkait pelaksanaan fungsi
pengawasan, DPR dibekali 3 (tiga) hak, yakni:
1. Hak Interpelasi
Hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan
pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Hak Angket
Hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-
undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak Menyatakan Pendapat
Hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
- Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air
atau di dunia internasional;
- Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau dugaan bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum.
PRESIDEN
HAK PRESIDEN
1. GRASI
Grasi diatur di dalam Pasal 14 Ayat (1) UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2002 (UU Grasi). Grasi diberikan Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan dari MA. Jika seseorang memohon grasi kepada Presiden dan
dikabulkan, maka Presiden mengampuni perbuatan yang bersangkutan. Kesalahan
orang yang bersangkutan tetap ada, namun hukuman pidananya saja yang
dihilangkan.
2. AMNESTI
Berikutnya amnesti yang dapat diartikan sebagai pengampunan atau penghapusan
hukuman yang diberikan kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang
yang telah melakukan tindak pidana tertentu. Amnesti yang diberikan untuk banyak
orang dapat disebut sebagai amnesti umum. Amnesti diatur di dalam Pasal 14 Ayat
(1) UUD 1945. Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954 menyatakan bahwa
akibat dari pemberian amnesti adalah semua akibat hukum pidana terhadap orang
yang diberikan amnesti dihapuskan. Dengan kata lain, sifat kesalahan dari orang yang
diberikan amnesti juga hilang. Amnesti diberikan Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan dari MA serta DPR dan dapat diberikan tanpa pengajuan permohonan
terlebih dahulu.
3. ABOLISI
Kemudian abolisi dapat diartikan sebagai penghapusan proses hukum seseorang
yang sedang berjalan. Abolisi diberikan kepada terpidana perorangan dan diberikan
ketika proses pengadilan sedang atau baru akan berlangsung. Presiden harus
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam pemberian
abolisi. Abolisi diatur di dalam Pasal 14 Ayat (2) UUD 1945. Lalu yang terakhir adalah
rehabilitasi yang dapat diartikan sebagai tindakan pemenuhan hak seseorang untuk
mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta
martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan
karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan
undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan.
4. REHABILITASI
Rehabilitasi diberikan kepada terpidana yang telah mendapatkan kepastian hukuman
dan menjalani masa pidana, tetapi ternyata kemudian dinyatakan tidak bersalah.
Rehabilitasi diatur di dalam Pasal 14 Ayat (2) UUD 1945. Presiden harus
memperhatikan pertimbangan DPR dalam pemberian rehabilitasi.
RADIKALISME
Pengertian Radikalisme Secara Umum
Sebenarnya, apa arti radikalisme? Menurut para ahli, Pengertian Radikalisme adalah
suatu ideologi (ide atau gagasan) dan paham yang ingin melakukan perubahan pada
sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ ekstrim.
Inti dari tindakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau kelompok
tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang
diinginkan. Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut dalam
tempo singkat dan secara drastis serta bertentangan dengan sistem sosial yang berlaku.
Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme karena kelompok radikal dapat
melakukan cara apapun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak
sepaham dengan mereka. Walaupun banyak yang mengaitkan radikalisme dengan
Agama tertentu, pada dasarnya radikalisme adalah masalah politik dan bukan ajaran
Agama.
Sejarah Radikalisme
Pada dasarnya radikalisme sudah ada sejak jaman dahulu karena sudah ada di dalam diri
manusia. Namun, istilah “Radikal” dikenal pertamakali setelah Charles James Fox
memaparkan tentang paham tersebut pada tahun 1797.
Saat itu, Charles James Fox menyerukan “Reformasi Radikal” dalam sistem pemerintahan
di Britania Raya (Inggris). Reformasi tersebut dipakai untuk menjelaskan pergerakan
yang mendukung revolusi parlemen di negara tersebut. Pada akhirnya ideologi
radikalisme tersebut mulai berkembang dan kemudian berbaur dengan ideologi
liberalisme.
Seperti yang disebutkan pada pengertian radikalisme di atas, radikalisme seringkali
dikaitkan dengan agama tertentu, khususnya Islam. Hal ini dapat kita lihat dari adanya
kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang melakukan teror terhadap beberapa
negara di dunia dengan membawa/ menyebutkan simbol-simbol agama Islam dalam
setiap aksi teror mereka.
Tindakan ISIS dan dukungan dari sebagian kecil umat Islam terhadap ISIS pada akhirnya
membuat sebagian masyarakat dunia menganggap ISIS merupakan gambaran dari
ajaran Islam. Namun, tentu saja hal tersebut tidak benar adanya karena sebagian besar
umat Islam justru mengutuk tindakan keji yang dilakukan oleh ISIS.
Ciri-Ciri Radikalisme
Radikalisme sangat mudah kita kenali. Hal tersebut karena memang pada umumnya
penganut ideologi ini ingin dikenal/ terkenal dan ingin mendapat dukungan lebih banyak
orang. Itulah sebabnya radikalisme selalu menggunakan cara-cara yang ekstrim.
Berikut ini adalah ciri-ciri radikalisme:
 Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi, tanggapan
tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan
perlawanan dengan keras.
 Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus dan menuntut perubahan
drastis yang diinginkan terjadi.
 Orang-orang yang menganut paham radikalisme biasanya memiliki keyakinan
yang kuat terhadap program yang ingin mereka jalankan.
 Penganut radikalisme tidak segan-segan menggunakan cara kekerasan dalam
mewujudkan keinginan mereka.
 Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang berbeda
pandangan dengannya adalah bersalah.
Faktor Penyebab Radikalisme
Mengacu pada pengertian radikalisme di atas, paham ini dapat terjadi karena adanya
beberapa faktor penyebab, diantaranya:
1. Faktor Pemikiran
Radikalisme dapat berkembang karena adanya pemikiran bahwa segala sesuatunya
harus dikembalikan ke agama walaupun dengan cara yang kaku dan menggunakan
kekerasan.
2. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga berperan membuat paham radikalisme muncul di berbagai
negara. Sudah menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak
karena masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa saja, termasuk meneror
manusia lainnya.
3. Faktor Politik
Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin negara hanya
berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok
masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan.
Kelompok-kelompok tersebut bisa dari kelompok sosial, agama, maupun politik. Alih-
alih menegakkan keadilan, kelompok-kelompok ini seringkali justru memperparah
keadaan.
4. Faktor Sosial
Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian masyarakat kelas ekonomi
lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada tokoh-tokoh yang
radikal karena dianggap dapat membawa perubahan drastis pada hidup mereka.
5. Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab radikalisme.
Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan dendam, semua
ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
6. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di berbagai
tempat, khususnya pendidikan agama. Tenaga pendidik yang memberikan ajaran dengan
cara yang salah dapat menimbulkan radikalisme di dalam diri seseorang.
Kelebihan dan Kekurangan Radikalisme
Jangan salah paham, sejak awal artikel ini menyebutkan bahwa radikalisme merupakan
paham yang salah dan banyak menganggapnya sesat. Namun, di dalam radikalisme juga
terdapat kelebihan.
1. Kelebihan
 Penganut radikalisme punya tujuan yang jelas dan sangat yakin dengan tujuan
tersebut.
 Penganut radikalisme memiliki kesetiaan dan semangat juang yang sangat besar
dalam mewujudkan tujuannya.
2. Kekurangan
 Penganut radikalisme tidak dapat melihat kenyataan yang sebenarnya karena
beranggapan bahwa semua yang berseberangan pendapat adalah salah.
 Umumnya memakai cara kekerasan dan cara negatif lainnya dalam upaya
mewujudknya tujuannya.
 Penganut radikalisme menganggap semua pihak yang berbeda pandangan dengannya
adalah musuh yang harus disingkirkan.
 Penganut radikalisme tidak perduli dengan HAM (Hak Asasi Manusia).
Cara Mengatasi Radikalisme
Berikut ini 4 strategi yang harus dilakukan untuk memberantas radikalisme yaitu:
1. Meningkatkan Pemahaman Keagamaan
Radikalisme disebabkan oleh minimnya pemahaman agama. Belajar agama secara
dangkal dapat memicu mereka melakukan kekerasan, bahkan atas nama agama.
Tindakan terorisme balakangan ini dilakukan dengan cara bunuh diri, misalnya bom
bunuh diri, sebab Islam justru melarang tindakan bunuh diri, sehingga tindakan
terorisme dalam bentuk apapun sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Tindakan
terorisme mengatasnamakan Islam sering mengaitkan perbuatannya dengan jihad,
padahal mereka sebenarnya tidak tahu makna jihad sesungguhnya. Untuk itu kita
harus belajar agama pada yang ahlinya yang tahu betul apa arti jihad sesungguhnya.
2. Membentuk Komunitas-Komunitas Damai di Lingkungan Sekitar
Pemuda bisa menjadi pionir dalam pembentukan komunitas cinta damai di
lingkungannya. Komunitas-komunitas tersebut lah yang melakukan sosialisasi ke
masyarakat maupun ke sekolah-sekolah akan bahaya paham radikalisme. Selain itu
komunitas-komunitas ini juga ikut aktif dalam pengawasan sehingga jika dalam
lingkungannya terdapat hal-hal yang mencurigakan terkait penyebaran virus
radikalisme segera melaporkannya ke pihak yang memiliki wewenang seperti tokoh
masyarkat dan tokoh agama.
3. Menyebarkan Virus Damai di Dunia Maya
Hasil penelitian terbaru mencatat pengguna internet di Indonesia yang berasal dari
kalangan anak-anak dan remaja diprediksi mencapai 30 juta. Mereka ini
menggunakan internet hanya untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan
teman (lama dan baru) dan untuk hiburan. Hal inilah yang menjadi celah bagi para
penyebar paham radikalisme untuk menyebarkan pahamnya di dunia maya. Oleh
karena itu, dibutuhkan aksi dari pemuda sebagai pengguna internet terbanyak di
Indonesia untuk menangkal informasi-informasi yang menyesatkan dengan
mengunggah konten damai di social media seperti tulisan, komik, dan meme.
Sehingga konten-konten damai yang bertebaran di dunia maya dapat mengalahkan
konten-konten radikal yang disebarkan oleh kelompok-kelompok radikal,.
4. Menjaga Persatuan dan Kesatuan
Generasi Muda adalah generasi penerus Bangsa yang mempunyai kemampuan,
kepinteran, Keberanian dan mempunyai tekad yang kuat untuk melindungi Bangsa
Indonesia yang mereka cintai. Generasi muda adalah Warga Negara yang menjadi
unsur penting dalam suatu Negara. Menunjukkan sikap bela Negara para Generasi
Muda saat ini dapat dilakukan dengan menampilkan perilaku-perilaku positif yang
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 dengan menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan bangsa yang bertujuan untuk melawan segala macam paham kebencian dan
kekerasan yang ingin merusak keutuhan NKRI.
5. Menghindari dan memberantas Hoax
Membiasakan diri untuk menjaga diri dari berita hoax terutama yang beredar melalui
media social. Oleh karena itu agar selalu melakukan konfirmasi kebenaran atas suatu
berita, tidak mudah diprovokasi dan tidak membagikan berita yang belum teruji
sumber dan kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai