Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkaran adalah salah satu bahasan geometri di matematika yang banyak
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misal pada arsitektur, seni, industri, dan
masih banyak lagi. Urgensi mengenai lingkaran terasa penting untuk
dipelajari di sekolah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya topik lingkaran
pada Kurikulum 2006 (KTSP) maupun Kurikulum 2013 (Kurtilas),
khususnya di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Banyak penelitian mengenai pembelajaran lingkaran dilokasi berbeda
menunjukkan bahwa masih ada kesulitan belajar geometri lingkaran yang
dialami oleh siswa. Kesulitan yang dihadapi bagi siswa karena harus
memahami konsep bagaimana rumus-rumus lingkaran terbentuk dan
bagaimana langkah yang tepat untuk menyelesaikan soal-soal tentang
lingkaran. Padahal lingkaran merupakan salah satu hal di dalam matematika
yang penting untuk dikuasai.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah suatu pembelajaran dan pengajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Dengan
penerapan model pembelajaran CTL pembelajaran akan lebih bermakna
karena dengan dikaitkannya materi pembelajaran terhadap kehidupan nyata
sehingga tujuan pembelajaran diharapkan akan tercapai dan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hudoyo (1999:3) bahwa
pendekatan pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar
mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Pemilihan pendekatan
yang tepat akan mempermudah proses terbentuknya pengetahuan pada
siswa.

1
Dengan menggunakan media yang tepat maka proses belajar dan
pembelajaran dalam kelas akan berjalan efektif. Salah satunya pemanfaatan
Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media pembelajaran.
LKS merupakan alat bantu dalam pembelajaran untuk mempermudah
siswa dalam memahami konsep-konsep yang dapat mengembangkan
keterampilan proses yang mampu memperkaya kemampuan siswa. Dengan
adanya LKS siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran secara
keseluruhan dengan lebih mudah. Di samping itu, untuk memotivasi belajar
siswa yang diharapkan akan meningkatkan pencapaian hasil belajar yang
optimal dan berpengaruh pada prestasi yang dicapai.
Kesalahan yang dilakukan siswa saat belajar tidak selamanya buruk,
namun juga dapat menjadi alat bantu dalam mendiagnosa kesulitan belajar
dan menjadi bahan remediasi.
Berdasarkan pemikiran dan penjelasan di atas, tim penulis tertarik
membahas mengenai “Meningkatkan Hasil Belajar Lingkaran melalui
Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada Siswa Kelas VIII SMP”.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran kontekstual
untuk meningkatkan hasil belajar lingkaran pada Siswa Kelas VIII SMP?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar lingkaran pada Siswa Kelas
VIII SMP

BAB II

PEMBAHASAN

Berikut ini akan dibahas secara umum mengenai materi, model, serta media
pembelajaran yang digunakan.

2
2.1 Lingkaran
2.1.1 Pengertian Lingkaran
Lingkaran merupakan salah satu bentuk geometri bangun datar
yang sering kita temui dan kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari. Menurut Barnett Rich (2009), lingkaran (circle) adalah himpunan
pada titik pada bidang sedemikian sehingga segmen-segmen garis
yang ditarik pada masing-masing titik pada himpunan itu kesatuan
titik tertentu kongruen. Atau lebih umumnya, lingkaran adalah tempat
kedudukan titik yang berjarak sama dari suatu titik tertentu.
Sementara Ahsanul (2003), berpendapat lingkaran adalah himpunan
titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu pada bidang
datar. Titik tertentu itu disebut pusat lingkaran.
Dengan beberapa pendapat yang ada, maka pengertian lingkaran
adalah himpunan semua titik pada bidang datar yang berjarak sama
dari suatu titik tetap pada bidang tersebut yang disebut titik pusat
lingkaran. Lingkaran juga salah satu kurva tutup sederhana yang
membagi bidang menjadi dua bagian, yaitu bagian dalam dan luar
lingkaran.
2.1.2 Unsur-Unsur Lingkaran
a) Sudut pusat
Ciri-ciri dari sudut pusat ialah :
a. Terbentuk dari dua sinar garis (kaki sudut)
b. Kaki sudut berhimpit dengan jari-jari lingkaran
c. Titik sudut berhimpit dengan titik pusat lingkaran

b) Jari-jari lingkaran
Ciri-ciri jari-jari lingkaran ialah :

3
a. Berupa ruas garis
b. Menghubungkan titik pada lingkaran dengan titik pusat

c) Diameter lingkaran
Ciri-ciri diameter lingkaran ialah :
a. Berupa ruas garis
b. Menghubungkan dua titik pada lingkaran
c. Melalui titik pusat lingkaran

d) Busur lingkaran
Ciri-ciri busur lingkaran ialah :
a. Berupa kurva lengkung
b. Berhimpit dengan lingkaran
c. Jika kurang dari setengah lingkaran (sudut pusat < 180°) disebut
busur minor
d. Jika lebih dari setengah lingkaran (sudut pusat > 180°) disebut
busur mayor
e. Busur setengah lingkaran berukuran sudut pusat = 180°

e) Tali busur lingkaran


Ciri-ciri tali busur lingkaran ialah :
a. Berupa ruas garis
b. Menghubungkan dua titik pada lingkaran
Penulisan simbol : , ,

4
f) Apotema lingkaran
Ciri-ciri apotema lingkaran ialah :
a. Berupa ruas garis
b. Menghubungkan titik pusat dengan satu titik di tali busur
c. Tegak lurus dengan tali busur

g) Juring lingkaran
Ciri-ciri juring lingkaran ialah :
a. Berupa daerah di dalam lingkaran
b. Dibatasi oleh dua jari-jari dan satu busur lingkaran
c. Jari-jari yang membatasi memuat titik ujung busur lingkaran

h) Tembereng lingkaran
Ciri-ciri tembereng lingkaran ialah :
a. Berupa daerah di dalam lingkaran
b. Dibatasi oleh tali busur dan busur lingkaran

2.1.3 Hubungan Antara Sudut Pusat dan Sudut Keliling


Sudut pusat adalah sudut yang terbentuk oleh dua jari-jari
lingkaran (titik sudutnya pada pusat lingkaran). Sudut keliling adalah
sudut yang terbentuk oleh dua tali busur yang berpotongan pada
lingkaran (titik sudut terletak pada lingkaran). Adapun sifat-sifat sudut
pusat dan sudut keliling adalah :

5
a. Jika sudut pusat dan sudut keliling menghadap busur yang sama,
besar sudut pusat dua kali besar sudut keliling.
b. Sudut-sudut keliling yang menghadap busur yang sama, besarnya
sama
c. Sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran besarnya 90°
d. Pada segiempat tali busur (segiempat yang keempat sisinya
merupakan tali busur lingkaran), jumlah besar sudut yang
berhadapan sama dengan 180°

2.1.4 Keliling dan Luas Lingkaran


a) Keliling lingkaran
Keliling lingkaran adalah panjang busur/ lengkung pembentuk

lingkaran. Rumus keliling lingkaran adalah atau

.
Keterangan : K = keliling, r = jari-jari, d = diameter,

b) Luas lingkaran
Luas lingkaran adalah luas daerah bidang datar yang dibatasi oleh

suatu lingkaran. Rumus luas lingkaran adalah L .


Keterangan : L = luas, r = jari-jari, d = diameter,

2.1.5 Menentukan Panjang Busur dan Luas Juring


Panjang busur sebanding dengan sudut pusat yang menghadapnya.
Begitupun luas juring sebanding dengan sudut pusat yang bersesuaian
dengan juring tersebut. Rumus panjang busur dan luas juring
lingkaran dengan sudut pusat sebesar α sebagai berikut :
Panjang busur = dan luas juring = .

6
2.1.6 Garis Singgung Lingkaran
Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong lingkaran
di satu titik. Garis singgung lingkaran tegak lurus dengan diameter
atau jari-jari lingkaran. Titik potong garis singgung lingkaran dengan
lingkaran disebut titik singgung. Adapun sifat-sifat garis singgung
lingkaran ialah :
a. Memotong lingkaran di satu titik
b. Tegak lurus dengan jari-jari lingkaran yang melalui titik
singgungnya

1) Garis singgung persekutuan dua lingkaran


Garis yang menyinggung dua lingkaran disebut garis singgung
persekutuan. Ada dua macam garis singgung persekutuan, yaitu
garis singgung persekutuan luar dan garis singgung persekutuan
dalam.
a) Garis singgung persekutuan luar dua lingkaran
Melukis garis singgung persekutuan luar dua lingkaran :

7
Rumus panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran
adalah:

8
b) Garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran
Melukis garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran :

9
Rumus panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran
adalah :

2.2 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)


2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning
Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006), menyatakan
bahwa belajar dalam CTL bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan
dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara
langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan
materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Sementara Trianto (2007), berpendapat pula mengenai CTL
adalah pembelajaran yang terjadi apabila siswa menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-
masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung
jawab mereka sebagai anggota keluarga dan warga masyarakat.
Sejalan dengan hal di atas, Muslich (2007), menjelaskan bahwa
landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar

10
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal tetapi
mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru
lewat fakta-fakta yang mereka alami dalam kehidupannya.
Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, pembelajaran
CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan antara
materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi
tersebut digunakan dengan menggunakan pengalaman dan
pengetahuan sebelumnya untuk menemukan dan membangun
pengetahuannya sendiri. Materi pelajaran akan bermakna bagi siswa
jika mereka mempelajari materi tersebut melalui konteks kehidupan
mereka.
Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi
hanya berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
jangka panjang. Model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL), menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa. CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi
yang dipelajarinya dan menghubungkan serta menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Dengan demikian, peran siswa dalam
pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang
menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang
dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta,
tetapi belajar adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual
memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
a. Mengaitkan. Adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia
mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal

11
siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui
siswa dengan informasi baru.
b. Mengalami. Merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan
pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan
serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan
kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistis dan relevan.
d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang
bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang
kompleks dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak
hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten
dengan dunia nyata.
e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman
belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan
f. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan
Kontekstual.Jadi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling),
dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

2.2.2 Langkah-Langkah CTL / Sintaks CTL


a. Model CTL 1 :

12
Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis
besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah
sebagai berikut.

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih


bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
b. Model CTL 2 :
1) Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi – tujuan, pengarahan – petunjuk, rambu-rambu,
contoh);
2) Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi);
3) Learning community (seluruh siswa berpartisipati dalam belajar
kelompok dan individual, otak berpikir dan tangan bekerja,
mengerjakan berbagai kegiatan dan percobaan);
4) Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi,
menemukan);
5) Constructivism (membangun pemahaman sendiri,
mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis);
6) Reflection (tinjauan, rangkuman, tindak lanjut);
7) Authentic assessment (penilaian selama proses dan seusai
pembelajaran harus dilakukan secara objektif dan dilakukan
dengan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang benar-benar
mewakili kompetensi siswa).

13
c. Model CTL 3:
Menurut ( Suparto, 2004: 6) bahwa secara garis besar penerapan
pendekatan kontekstual dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Mengembangkan metode beajar mandiri,
2) Melaksanakan penemuan (inquiry),
3) Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa,
4) Menciptakan masyarakat belajar,
5) Hadirkan "model" dalam pembelajaran,
6) Lakukan refleksi di setiap akhir pertemuan,
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya.

2.2.3 Kelebihan Dan Kelemahan


1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL
a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus
sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa
terlibat aktif dalam PBM.
b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan
data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru
dapat lebih kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak
ditentukan oleh guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok.

2. Kelemahan dari model pembelajaran CTL


a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada
kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan
siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam
menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa
tadi tidak sama

14
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak
jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa
yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan
CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar
ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan
siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa
yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model
ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami
kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang
memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda
dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL
ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena
lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.

2.3 Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Berbantuan Media


LKS pada Materi Lingkaran

15
Langkah umum yang dapat dilakukan dalam penerapan model
pembelajaran kontekstual dengan berbantuan media LKS pada materi
lingkaran adalah sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk
menyebutkan contoh benda disekitar yang berbentuk lingkaran dan
mendeskripsikan lingkaran berdasarkan pengetahuannya masing-masing.
Kemudian guru meluruskan penjelasan peserta didik dan menegaskan serta
memberikan contoh manfaat daripada belajar lingkaran untuk kehidupan
sehari-hari.
b. Agar lebih efektif peserta didik membentuk kelompok untuk
menyelesaikan LKS secara kooperatif. Disamping membangun kerjasama
yang baik, harapannya peserta didik mampu membaur dan saling
menghargai keberagaman dengan anggota kelompok yang dibentuk secara
heterogen.
c. Dengan berbantuan LKS, peserta didik diarahkan untuk menemukan unsur,
rumus, dan konsep lingkaran.
d. Memberikan arahan dalam menyimpulkan pelajaran berdasarkan LKS
yang disajikan dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya tentang materi lingkaran yang telah dipelajari.
e. Menilai presentasi atau penampilan peserta didik pada waktu
mempresentasikan hasil diskusinya.
f. Mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah diberikan pada
pembelajaran waktu itu.

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa peneletian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Endang Susilowati pada jurnal yang
berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Berbantuan Media LKS Materi Lingkaran”, hasil penelitian didasarkan
atas hasil pengamatan kinerja guru dan keaktifan siswa, persentase
keaktifan siswa pada siklus I dikategorikan baik yaitu 75% ,tetapi

16
siswa masih ragu untuk mengungkapkan pendapat. Peningkatan terjadi
di siklus II yang dikategorikan sangat baik yaitu 82,14% hal ini
disebabkan karena siswa sudah berani untuk mengapresiasikan
pendapatnya. Kinerja guru pada siklus I dalam kategori baik sehingga
persentase kinerja guru mencapai 72,2%. Sedangkan pada Siklus II
persentase kinerja guru mengalami peningkatan menjadi 80%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II kinerja guru sudah
memenuhi indikator keberhasilan. Untuk hasil tes evalusi siklus I dan
siklus II dapat dibandingkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata siswa
secara klasikal mencapai 74%. Sedangkan dari hasil tes evaluasi siklus
II dengan nilai rata-rata siswa secara klasikal mencapai 84%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tua Halomoan Harahap, pada jurnal
yang berjudul “Penerapan Contextual Teaching And Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Representasi Matematika
Siswa Kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran
2012/2013 Materi Geometri”, hasil penelitian menunjukkan bahwa :
(1) terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan
rata-rata persentase klasikal sebesar 65,63% pada siklus I dan sebesar
87,50% pada siklus II, (2) terjadi peningkatan kemampuan representasi
matematika siswa dengan rata-rata persentase klasikal sebesar 75,00%
pada siklus I dan sebesar 93,75% pada siklus II, (3) terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa dengan rata-rata persentase sebesar 80,72% pada
siklus I dan sebesar 87,86% pada siklus II, dan (4) terjadi peningkatan
respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL)
dengan rata-rata sebesar 3,33 pada siklus I dengan kriteria baik dan
rata-rata sebesar 3,56 pada siklus I dengan kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil dari kedua penelitian yang relevan tersebut
terbukti bahwa model pembelajaran kontekstual (CTL) dengan
berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
lingkaran.

17
2.5 Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang dilakukan


oleh siswa dan guru. Salah satu upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa adalah dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang
tepat. Salah satu modelnya adalah model pembelajaran kontekstual (CTL)
berbantuan media LKS. Dalam pembelajaran kontekstual siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuan atau konsep melalui pengalaman nyata
(constructivisme) dan hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan
yang dimiliki siswa selalu berasal dari bertanya (question), dengan dibaginya
kedalam kelompok-kelompok diharapkan siswa akan saling berbagi
informasi atau bekerjasama (learning community), sehingga memperlihatkan
cara pengoperasian pemecahan masalah (modelling), kemudian siswa
merespon terhadap pengetahuan baru yang diterima (reflection). Dan guru
memberikan penilaian sebagai gambaran perkembangan siswa sepanjang
proses pembelajaran.
Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap
atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan
peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode
terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses
pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau
prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.
Dengan demikian diharapkan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran CTL berbantuan media LKS dapat meningkatkan hasil belajar
siswa
kelas VIII SMP pada materi lingkaran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat skema kerangka berpikir sebagai
berikut:

Materi Model CTL Hasil


Lingkaran + Belajar
Media LKS

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang relevan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media
LKS dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
materi lingkaran, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk
menyebutkan contoh benda disekitar yang berbentuk lingkaran dan
mendeskripsikan lingkaran berdasarkan pengetahuannya masing-
masing. Kemudian guru meluruskan penjelasan peserta didik dan
menegaskan serta memberikan contoh manfaat daripada belajar
lingkaran untuk kehidupan sehari-hari
b. Agar lebih efektif peserta didik membentuk kelompok untuk
menyelesaikan LKS secara kooperatif. Disamping membangun
kerjasama yang baik, harapannya peserta didik mampu membaur dan
saling menghargai keberagaman dengan anggota kelompok yang
dibentuk secara heterogen.
c. Dengan berbantuan LKS, peserta didik diarahkan untuk menemukan
unsur, rumus, dan konsep lingkaran.
d. Memberikan arahan dalam menyimpulkan pelajaran berdasarkan
LKS yang disajikan dan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya tentang materi lingkaran yang telah dipelajari.
e. Menilai presentasi atau penampilan peserta didik pada waktu
mempresentasikan hasil diskusinya.
f. Mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah diberikan pada
pembelajaran waktu itu.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aksin, Nur, dan Ana Yuni Astuti. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII
Semester 2. Klaten : Intan Pariwara.

As’ari, Abdur Rahman dkk. 2017. Matematika SMP/MTs Kelas VIII


Semester 2 Edisi Revisi 2017. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang Kemendikbud.

Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.


Jakarta : Erlangga.

Guru dan pendidik. 2014. Pengertian CTL Menurut Para Ahli.


http://bumipendidik.blogspot.com/2014/07/model-pembelajaran-ctl-
contextual.html

Harahap, T. Halomoan. 2015. Penerapan Contextual Teaching And


Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Representasi
Matematika Siswa Kelas Vii-2 Smp Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran
2012/2013.

Kompasiana. Contextual Teaching And Learning (CTL).


https://www.kompasiana.com/nurmaberutu/59eaec33f133444b556ce492/pen
dekatan-kontekstual-contextual-teaching-and-learning?page=all

Silabus.web.id. 2018. Lembar Kerja Siswa (LKS).


https://www.silabus.web.id/lembar-kerja-siswa/

Susilowati, Endang. 2013.Meningkatkan Hasil Belajar Matematika


Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning(CTL) Berbantuan Media LKS Materi Lingkaran.

20

Anda mungkin juga menyukai