PENDAHULUAN
1
Dengan menggunakan media yang tepat maka proses belajar dan
pembelajaran dalam kelas akan berjalan efektif. Salah satunya pemanfaatan
Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media pembelajaran.
LKS merupakan alat bantu dalam pembelajaran untuk mempermudah
siswa dalam memahami konsep-konsep yang dapat mengembangkan
keterampilan proses yang mampu memperkaya kemampuan siswa. Dengan
adanya LKS siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran secara
keseluruhan dengan lebih mudah. Di samping itu, untuk memotivasi belajar
siswa yang diharapkan akan meningkatkan pencapaian hasil belajar yang
optimal dan berpengaruh pada prestasi yang dicapai.
Kesalahan yang dilakukan siswa saat belajar tidak selamanya buruk,
namun juga dapat menjadi alat bantu dalam mendiagnosa kesulitan belajar
dan menjadi bahan remediasi.
Berdasarkan pemikiran dan penjelasan di atas, tim penulis tertarik
membahas mengenai “Meningkatkan Hasil Belajar Lingkaran melalui
Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada Siswa Kelas VIII SMP”.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut ini akan dibahas secara umum mengenai materi, model, serta media
pembelajaran yang digunakan.
2
2.1 Lingkaran
2.1.1 Pengertian Lingkaran
Lingkaran merupakan salah satu bentuk geometri bangun datar
yang sering kita temui dan kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari. Menurut Barnett Rich (2009), lingkaran (circle) adalah himpunan
pada titik pada bidang sedemikian sehingga segmen-segmen garis
yang ditarik pada masing-masing titik pada himpunan itu kesatuan
titik tertentu kongruen. Atau lebih umumnya, lingkaran adalah tempat
kedudukan titik yang berjarak sama dari suatu titik tertentu.
Sementara Ahsanul (2003), berpendapat lingkaran adalah himpunan
titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu pada bidang
datar. Titik tertentu itu disebut pusat lingkaran.
Dengan beberapa pendapat yang ada, maka pengertian lingkaran
adalah himpunan semua titik pada bidang datar yang berjarak sama
dari suatu titik tetap pada bidang tersebut yang disebut titik pusat
lingkaran. Lingkaran juga salah satu kurva tutup sederhana yang
membagi bidang menjadi dua bagian, yaitu bagian dalam dan luar
lingkaran.
2.1.2 Unsur-Unsur Lingkaran
a) Sudut pusat
Ciri-ciri dari sudut pusat ialah :
a. Terbentuk dari dua sinar garis (kaki sudut)
b. Kaki sudut berhimpit dengan jari-jari lingkaran
c. Titik sudut berhimpit dengan titik pusat lingkaran
b) Jari-jari lingkaran
Ciri-ciri jari-jari lingkaran ialah :
3
a. Berupa ruas garis
b. Menghubungkan titik pada lingkaran dengan titik pusat
c) Diameter lingkaran
Ciri-ciri diameter lingkaran ialah :
a. Berupa ruas garis
b. Menghubungkan dua titik pada lingkaran
c. Melalui titik pusat lingkaran
d) Busur lingkaran
Ciri-ciri busur lingkaran ialah :
a. Berupa kurva lengkung
b. Berhimpit dengan lingkaran
c. Jika kurang dari setengah lingkaran (sudut pusat < 180°) disebut
busur minor
d. Jika lebih dari setengah lingkaran (sudut pusat > 180°) disebut
busur mayor
e. Busur setengah lingkaran berukuran sudut pusat = 180°
4
f) Apotema lingkaran
Ciri-ciri apotema lingkaran ialah :
a. Berupa ruas garis
b. Menghubungkan titik pusat dengan satu titik di tali busur
c. Tegak lurus dengan tali busur
g) Juring lingkaran
Ciri-ciri juring lingkaran ialah :
a. Berupa daerah di dalam lingkaran
b. Dibatasi oleh dua jari-jari dan satu busur lingkaran
c. Jari-jari yang membatasi memuat titik ujung busur lingkaran
h) Tembereng lingkaran
Ciri-ciri tembereng lingkaran ialah :
a. Berupa daerah di dalam lingkaran
b. Dibatasi oleh tali busur dan busur lingkaran
5
a. Jika sudut pusat dan sudut keliling menghadap busur yang sama,
besar sudut pusat dua kali besar sudut keliling.
b. Sudut-sudut keliling yang menghadap busur yang sama, besarnya
sama
c. Sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran besarnya 90°
d. Pada segiempat tali busur (segiempat yang keempat sisinya
merupakan tali busur lingkaran), jumlah besar sudut yang
berhadapan sama dengan 180°
.
Keterangan : K = keliling, r = jari-jari, d = diameter,
b) Luas lingkaran
Luas lingkaran adalah luas daerah bidang datar yang dibatasi oleh
6
2.1.6 Garis Singgung Lingkaran
Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong lingkaran
di satu titik. Garis singgung lingkaran tegak lurus dengan diameter
atau jari-jari lingkaran. Titik potong garis singgung lingkaran dengan
lingkaran disebut titik singgung. Adapun sifat-sifat garis singgung
lingkaran ialah :
a. Memotong lingkaran di satu titik
b. Tegak lurus dengan jari-jari lingkaran yang melalui titik
singgungnya
7
Rumus panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran
adalah:
8
b) Garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran
Melukis garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran :
9
Rumus panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran
adalah :
10
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal tetapi
mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru
lewat fakta-fakta yang mereka alami dalam kehidupannya.
Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, pembelajaran
CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan antara
materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi
tersebut digunakan dengan menggunakan pengalaman dan
pengetahuan sebelumnya untuk menemukan dan membangun
pengetahuannya sendiri. Materi pelajaran akan bermakna bagi siswa
jika mereka mempelajari materi tersebut melalui konteks kehidupan
mereka.
Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi
hanya berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
jangka panjang. Model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL), menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa. CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi
yang dipelajarinya dan menghubungkan serta menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Dengan demikian, peran siswa dalam
pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang
menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang
dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta,
tetapi belajar adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual
memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
a. Mengaitkan. Adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia
mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal
11
siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui
siswa dengan informasi baru.
b. Mengalami. Merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan
pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan
serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan
kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistis dan relevan.
d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang
bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang
kompleks dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak
hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten
dengan dunia nyata.
e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman
belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan
f. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan
Kontekstual.Jadi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling),
dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
12
Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis
besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah
sebagai berikut.
13
c. Model CTL 3:
Menurut ( Suparto, 2004: 6) bahwa secara garis besar penerapan
pendekatan kontekstual dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Mengembangkan metode beajar mandiri,
2) Melaksanakan penemuan (inquiry),
3) Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa,
4) Menciptakan masyarakat belajar,
5) Hadirkan "model" dalam pembelajaran,
6) Lakukan refleksi di setiap akhir pertemuan,
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya.
14
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak
jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa
yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan
CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar
ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan
siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa
yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model
ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami
kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang
memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda
dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL
ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena
lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.
15
Langkah umum yang dapat dilakukan dalam penerapan model
pembelajaran kontekstual dengan berbantuan media LKS pada materi
lingkaran adalah sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk
menyebutkan contoh benda disekitar yang berbentuk lingkaran dan
mendeskripsikan lingkaran berdasarkan pengetahuannya masing-masing.
Kemudian guru meluruskan penjelasan peserta didik dan menegaskan serta
memberikan contoh manfaat daripada belajar lingkaran untuk kehidupan
sehari-hari.
b. Agar lebih efektif peserta didik membentuk kelompok untuk
menyelesaikan LKS secara kooperatif. Disamping membangun kerjasama
yang baik, harapannya peserta didik mampu membaur dan saling
menghargai keberagaman dengan anggota kelompok yang dibentuk secara
heterogen.
c. Dengan berbantuan LKS, peserta didik diarahkan untuk menemukan unsur,
rumus, dan konsep lingkaran.
d. Memberikan arahan dalam menyimpulkan pelajaran berdasarkan LKS
yang disajikan dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya tentang materi lingkaran yang telah dipelajari.
e. Menilai presentasi atau penampilan peserta didik pada waktu
mempresentasikan hasil diskusinya.
f. Mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah diberikan pada
pembelajaran waktu itu.
16
siswa masih ragu untuk mengungkapkan pendapat. Peningkatan terjadi
di siklus II yang dikategorikan sangat baik yaitu 82,14% hal ini
disebabkan karena siswa sudah berani untuk mengapresiasikan
pendapatnya. Kinerja guru pada siklus I dalam kategori baik sehingga
persentase kinerja guru mencapai 72,2%. Sedangkan pada Siklus II
persentase kinerja guru mengalami peningkatan menjadi 80%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II kinerja guru sudah
memenuhi indikator keberhasilan. Untuk hasil tes evalusi siklus I dan
siklus II dapat dibandingkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata siswa
secara klasikal mencapai 74%. Sedangkan dari hasil tes evaluasi siklus
II dengan nilai rata-rata siswa secara klasikal mencapai 84%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tua Halomoan Harahap, pada jurnal
yang berjudul “Penerapan Contextual Teaching And Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Representasi Matematika
Siswa Kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran
2012/2013 Materi Geometri”, hasil penelitian menunjukkan bahwa :
(1) terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan
rata-rata persentase klasikal sebesar 65,63% pada siklus I dan sebesar
87,50% pada siklus II, (2) terjadi peningkatan kemampuan representasi
matematika siswa dengan rata-rata persentase klasikal sebesar 75,00%
pada siklus I dan sebesar 93,75% pada siklus II, (3) terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa dengan rata-rata persentase sebesar 80,72% pada
siklus I dan sebesar 87,86% pada siklus II, dan (4) terjadi peningkatan
respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL)
dengan rata-rata sebesar 3,33 pada siklus I dengan kriteria baik dan
rata-rata sebesar 3,56 pada siklus I dengan kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil dari kedua penelitian yang relevan tersebut
terbukti bahwa model pembelajaran kontekstual (CTL) dengan
berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
lingkaran.
17
2.5 Kerangka Berpikir
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang relevan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media
LKS dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
materi lingkaran, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk
menyebutkan contoh benda disekitar yang berbentuk lingkaran dan
mendeskripsikan lingkaran berdasarkan pengetahuannya masing-
masing. Kemudian guru meluruskan penjelasan peserta didik dan
menegaskan serta memberikan contoh manfaat daripada belajar
lingkaran untuk kehidupan sehari-hari
b. Agar lebih efektif peserta didik membentuk kelompok untuk
menyelesaikan LKS secara kooperatif. Disamping membangun
kerjasama yang baik, harapannya peserta didik mampu membaur dan
saling menghargai keberagaman dengan anggota kelompok yang
dibentuk secara heterogen.
c. Dengan berbantuan LKS, peserta didik diarahkan untuk menemukan
unsur, rumus, dan konsep lingkaran.
d. Memberikan arahan dalam menyimpulkan pelajaran berdasarkan
LKS yang disajikan dan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya tentang materi lingkaran yang telah dipelajari.
e. Menilai presentasi atau penampilan peserta didik pada waktu
mempresentasikan hasil diskusinya.
f. Mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah diberikan pada
pembelajaran waktu itu.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aksin, Nur, dan Ana Yuni Astuti. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII
Semester 2. Klaten : Intan Pariwara.
20