FISIOLOGI HEWAN
OLEH:
EFRIDA PIMA SARI TAMBUNAN, M.Pd
PRODI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2019
VISI MISI PRODI BIOLOGI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat
dan hidayahNya sehingga buku penuntun praktikum FISIOLOGI HEWAN ini
dapat diselesaikan sesuai waktu yang dijadwalkan. Buku penuntun praktikum
FISIOLOGI HEWAN ini disusun dengan harapan dapat membantu para mahasiswa
agarlebih mudah mempelajari fisiologi hewan, dan sebagai pedoman dalam
melaksanakan praktikum fisiologi hewan.
Topik-topik praktikum yang ada dalam buku ini disusun dengan
memperhatikan fasilitas yang tersedia disamping memperhatikan pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang biologi yang perlu dikuasai oleh mahasiswa biologi.
Penulis rasakan masih ada kekurangan dalam penyusunan buku penuntun
praktikum FISIOLOGI HEWAN ini. Segala macam kritikan yang membangun dan
saran dari semua pihak akan dihargai dan diterima dengan lapang hati. Semoga
buku ini dapat bermanfaat bagi pemakainya.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PERCOBAAN I
PENGUJIAN URINE
Tinjauan Teoritis
Sistem eksresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu
filtrasi cairan tubuh dan peny ulingan(reabsopsi) larutan cair yang dihasilkan
dari filtrasi itu. (Campbell, 2004).Urine (air seni) adalah cairan sisa yang
dieksresikan oleh ginjal yang dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinisasi.
Sifat-sifat urine yaitu; volume urine normal dewasa 600-25.000 ml/hari. Jumlah ini
tergantung pada masukan air, suhu luar, makanan, keadaan mental/fisik individu;
berat jenis berkisar 1,003-1,035; pH berkisar 4,8-7,5. Bila masukan protein tinggi,
urine menjadi asam sebab fosfor dan sulfat berlebihan dari hasil metabolism
protein; Warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya
urokrom, sedikit urobilin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urine berwarna
kuning tua atau kecoklatan. Pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urine
menjadi hijau, coklat atau kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi warna seperti
asap sampai merah pada urine.
Unsur normal dalam urine misalnya adalah: Urea yang lebih dari 25 – 30 gram
dalam urine; amonia pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urine segar;
kreatinin dan keratin, normalnya 20 – 26 mg/kg pada laki – laki, pada perempuan
14 – 22 mg/kg; asam urat adalah hasil akhir terpenting oksidasi purine dalam tubuh;
asam amino hanya sedikit dalam urine; klorida terutama diekskresikan sebagai
natrium klorida; sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur dari makanan;
fosfat di urine adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat; oksalat dalam urine
rendah; mineral, natrium, kalsium, kalium dan magnesium ada sedikit dalam urine;
vitamin, hormone, dan enzim ditemukan dalam urine dengan jumlah kecil.
Tes yang dilakukan pada sampel urine pasien ber tujuan diagnosisinfeksi saluran
kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,memantau
perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi),dan skrining terhadap status kesehatan umum
Tujuan
1. Mengamati warna, kejernihan dan derajat keasaman (pH) urine
2. Mengetahui kandungan dalam urine
Alat dan Bahan
1. AgNO3 9. Rak Tabung
2. Urine 10. Tabung Reaksi 6 buah
3. pH stick (kertas pH indikator) 11. Kaki Tiga
4. Larutan Biuret 12. Beaker glass
5. Spritus 1 buah 13. Aquades
6. Larutan Benedict
7. Penjepit Tabung Reaksi 1buah
8. Pipet Tetes 1 buah
Prosedur Kerja
Pemeriksaan Warna Urine
1. Memasukkan ± 2 ml urine ke dalam tabung reaksi I
2. Warna dan bau urine diamati
Pemeriksaan pH Urine
1. Kertas pH indikator dimasukkan dalam tabung reaksi I
2. Perubahan warna pada kertas pH indikator diamati untuk mengetahui pH.
Pemeriksaan Glukosa
1. Tabung reaksi 1 diberi 5 tetes benedict
2. Pembakar spiritus dinyalakan dan diletakkan di bawah kaki tiga
3. Beaker glass yang telah berisi aquades diletakkan diatas kaki tiga
4. Tabung reaksi 1 dipanaskan secara tidak langsung
5. Perubahan warna pada urine di tabung I diamati
Pemeriksaan Protein
1. Memasukkan ± 2 ml urine dimasukkan dalam tabung reaksi II
2. Bagian atas tabung reaksi dipanasi diatas nyala api
3. 5 tetes larutan asetat 6 % dimasukkan kedalam tabung reaksi II
4. Tabung reaksi kedua dipanaskan kembali
5. Kekeruhan pada urine di tabung reaksi II diamati
PERCOBAAN II
TERMOLOGI
(PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS MEDIA AIR TERHADAP
MEMBUKA DAN MENUTUP OPERCULUM IKAN MAS)
Tinjauan Teoritis
Ikan merupakan salah satu hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya
mengikuti suhu lingkungan. Suhu media air merupakan faktor pembatas bagi
hewan poikilotermik. Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi berbagai faktor
seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopii (penutup oleh
vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi (Barus, 2010). Selain itu, pola
temperatur juga dapat dipengaruhi dari aktifitas manusia yaitu; limbah panas yang
berasal dari pendinginan pabrik.
Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas
jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 10 C, setiap satuan volume
air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Jika suhu tinggi,
air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen dibanding dengan suhunya rendah. Suhu
air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan
kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi
kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O 2,
CO2, N2, CH4 dan sebagainya. Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar
pertumbuhan ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25oC –
32oC.
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan
ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan
mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat di sembulkan, di bagian
mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya
kurang sempurna dan warna badan sangat beragam. (Susanto,2007).
Tujuan Teoritis
1. Mengetahui Perubahan suhu panas media air terhadap membuka & menutup
operculum ikan mas yang secara tidak langsung ingin mengetahui laju
pernafasan ikan tersebut.
Prosedur Kerja :
1. Siapkan sebuah beaker glass 600 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah
plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
2. Ambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke
dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi media air.
3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya
dengan thermometer dan catat hasilnya.
4. Pengamatan akan dilakukan dengan dua perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar
5. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui
suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup
operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter
dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk
masing –masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang
telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya
sampai ke lima ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke
dalam wadah plastik lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan
pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 1ºC.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
8. Data hasil pengamatan ditabulasi
Tabel 2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu 3 º C di atas
Suhu Kamar (29 º C ± 1)
Ulangan
Ikan Ke Rata-rata
1 2 3
1
2
3
4
5
PERCOBAAN III
AKTIVITAS JANTUNG DAN ALIRAN DARAH
Tinjauan Teoritis
Sistem sirkulasi merupakan sistem yang vital bagi keberlangsungan aktivitas
fisiologi organisme. Dalam menganalisa aktivitas system sirkulasi dilakukan
perhitungan tekanan darah dan detak jantung (heart beat) karena kemampuan
konduktivitasnya yang dapat dihitung pada nadi di pergelangan tangan. Kecepatan
detak seirama dengan detakan jantung memompa darah.
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium)
yang mengumpulkan darah dan sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan
darah. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsinya dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen
dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan
mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian
mengumpulkan darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru dan memompanya ke
jaringan di seluruh tubuh.
Denyut nadi adalah denyut/ getaran darah di dalam pembuluh darah arteri akibat
kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu
dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah
arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas
pembuluh darah arteri. Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari
banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Efek Windkessel yaitu aorta akan
mengambang jika ventrikel berkontraksi sehingga darah dari ventrikel dapat
tertampung dalam aorta dan diteruskan ke arteri. Aorta mempunyai daya kamplians
(peregangan) yang sangat tinggi. Tempat-tempat lain untuk menghitung denyut
nadi antara lain: arteri temporalis terdapat pada tulang pelipis, arteri caratis terdapat
pada leher, arteri femoralis terdapat pada lipatan paha, arteri dorsalis pedis terdapat
pada punggung kaki, arteri politela terdapat pada lipatan lutut, arrteri bracialis
terdapat pada lipatan siku, ictus cordis terdapat pada dinding iga , rusuk ke
5-7
Frekuensi denyut nadi (heart rate, HR) yaitu banyak denyut jantung permenit.
Stroke Volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yang merupakan volume akhir
diastole dikurangi volume akhir sistole. Tekanan nadi saat beristirahat pada
kebanyakan orang adalah 40 mmHg dan ini bisa meningkat hingga 100 mmHg
ketika orang dewasa sehat sedang berolahraga. Jika tekanan nadi lebih rendah dari
biasanya mencerminkan stroke volume rendah dan jantung tidak mampu memompa
jumlah darah yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena masalah serius seperti
gangguan jantung kongestif atau shock. Faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuensi denyut jantung antara lain: jenis kelamin, jenis aktifitas, keadaan emosi
(psikis), usia, berat badan, temperatur.
Tujuan Percobaan
1. Memahami metode pengukuran tekanan darah dan detak jantung manusia
2. Mengetahui hubungan tekanan darah dan detak jantung dengan aktivitas dan
jenis kelamin
3. Melihat dan memahami arah aliran darah pada hewan
Prosedur Kerja:
1. Mengukur Tekanan Darah Pada Berbagai Aktivitas
1. Lakukan pengukuran tekanan darah pada seluruh anggota kelompok
praktikum baik laki –laki maupun perempuan dengan menggunakan
spigmomanometer.
2. Pengukuran yang dilakukan terhadap praktikan dengan berbagai aktivitas
yaitu; duduk, berdiri, berjalan santai, jalan cepat dan berlari (masing-masing
dilakukan selama 5 menit).
3. Catat hasil pengukuran systole dan diastole pada lembar kerja dan buat
grafik hubungan aktivitas dan jenis kelamin dengan tekanan darah manusia.
Interprestasikan hasil yang diperoleh.
Catatan Penting:…………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………...
Catatan Penting:…………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………...
PERCOBAAN IV
PENGUJIAN GOLONGAN DARAH DAN KOAGULASI DARAH
Tinjauan Teoritis
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan tingkat tinggi) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri.
Komponen darah yaitu; plasma darah berupa eritrosit (sel darah merah), leukosit
(sel darah putih), dan trombosit (keping-keping darah). Sistem penggolongan darah
pada manusia, misalnya ABO dan rhesus (Rh). Dasar penggolongan adalah
adanya aglutinogen (antigen) di dalam sel darah merah dan aglutinin (antibodi) di
dalam plasma (serum). Aglutinogen adalah zat yang digumpalkan dan aglutinin
adalah zat yang menggumpalkan. Dr. Landsteiner merupakan penemu sistem ABO.
Dalam sistem ABO, ada tidaknya antigen tipe A dan B di dalam sel darah merah
menentukan golongan darah seseorang. Sistem tersebut mengelompokkan darah
manusia menjadi empat golongan, yaitu, A, B, AB, dan O .
Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya
aglutinogen (antigen tipe A dan tipe B) yang ditemukan pada permukaan eritrosit
dan aglutinin (antibodi) anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam plasma.
1. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B.
2. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipeB dan aglutinin anti-A.
3. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak
mengandung aglutinin anti-A atau anti-B.
4. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung
aglutini anti-A dan aglutini-B.
Tujuan
1. Memahami prinsip dan proses pengujian golongan darah manusia sistem ABO
2. Menentukan waktu koagulasi darah
Koagulasi Darah
1. Sterilkan ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi
alkohol, biarkan hingga mengering.
2. Tusuk ujung jari dengan menggunakan blood lancet sehingga darah keluar.
3. Teteskan satu tetes darah pada object glass, kemudian setiap 30 detik lakukan
tusukan-tusukan dengan jarum pentul pada tetes darah tersebut
4. Mengamati adanya benang-benang fibrin; lalu catatlah waktunya
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi substrat terhadap proses
kerja enzim amilase.
Prosedur Kerja
Pengaruh suhu terhadap kerja amilase
1. Menuangkan air liur sebanyak 3 ml pada masing-masing tabung reaksi yang
telah disediakan.
2. Memberikan label pada setiap tabung reaksi, tabung I,II dan III masing-
masing diberikan label 250, 370 dan 700.
3. Meletakkan tabung I pada rendaman air kran dalam baskom, sedangkan
tabung II dan III dipanaskan di atas bunsen dan suhunya diukur dengan
termometer.
4. Menunggu selama 10 menit, setelah itu menambahkan 5 ml larutan kanji 1%
pada masing-masing tabung. Mengocok tabung untuk menghomogenkan
kemudian dikembalikan pada tempatnya semula.
5. Setelah 5 menit, mengambil sedikit sampel dengan menggunakan pipet tetes
dari masing-masing tabung kemudian meneteskannya pada plat tetes.
6. Menetesi masing-masing sampel dengan larutan lugol kemudian
menghomogenkan sampel tersebut.
7. Mencatat hasil pengamatan dengan memberikan tanda positif (+) untuk yang
bereaksi/ reaksi positif dengan warna biru dan tanda negatif (-) untuk yang
tidak beraksi/reaksi negatif dengan warna selain biru (merah atau kuning).
Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kerja amilase
1. Menuangkan air liur sebanyak 3 ml pada masing-masing tabung reaksi yang
telah disediakan
2. Memberikan label pada setiap tabung reaksi, tabung I sampai IX diberikan
label masing-masing amilum 1% 1 ml, amilum 1% 2 ml, amilum 1 % 3 ml,
amilum 1 % 5 ml, amilum 1% 10 ml, amilum 5% 1 ml, amilum 5 % 2 ml,
amilum 5% 3 ml, amilum 5% 5 ml, amilum 5% 10 ml, aquades 5 ml, dan
alkohol 70% 5 ml.
3. Menambahkan larutan amilum 1% pada tabung I-V masing-masing sebanyak
1ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml dan 10 ml.
4. Menambahkan larutan amilum 5% pada tabung VI- X dengan volume
masing-masing 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml dan 10 ml
5. Menambahkan aquades pada tabung XI dan alkohol 70% pada tabung XII
masing-masing dengan volume 5 ml.
6. Memanaskan ke empat tabung tersebut di atas bunsen selama 10 menit.
7. Setelah 10 menit, mengambil sedikit sampel dari masing-masing tabung
dengan pipet tetes lalu meneteskannya pada plat tetes.
8. Menetesi masing-masing sampel dengan 2 tetes lugol dan
menghomogenkannya.
9. Mencatat hasil pengamatan dengan memberikan tanda positif (+) untuk yang
bereaksi/reaksi positif dengan warna biru dan tanda negatif (-) untuk yang
tidak bereaksi/ reaksi negatif dengan warna selain biru (merah atau kuning).
10. Melakukan perrlakuan pada poin 7 setelah menit ke 15, ke 30 dan menit ke
60.
Keterangan :
PERCOBAAN VI
PENENTUAN ADANYA LEMAK DALAM EMPEDU
Tinjauan Teoritis
Pohon empedu (biliary tree) merupakan saluran keluar untuk sekresi
empedu, suatu cairan yang mengandung garam empedu dalam membuat lemak
menjadi emulsi dan mempermudah penyerapan lemak dari usus, dan sejumlah
senyawa yang merupakan bentuk ekskresi dari akhir metabolisme hemoglobin
(bilirubin) serta inaktivasi obat-obatan dan hormon (Bevelender, 1988).
Kantong empedu merupakan suatu organ berongga berbentuk per (pear-
shaped) yang menempel erat pada permukaan belakang hati. Hati melakukan
berbagai fungsi penting dalam tubuh, termasuk produksi empedu, suatu campuran
zat-zat yang di simpan dalam kantung empedu sampai diperlukan (Campbell,
2004). Empedu tidak mengandung enzim pencernaan, tetapi mengandung garam
empedu yang membantu dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Empedu
mengandung pigmen yang berasal dari hasil sampingan perusakan sel darah merah
dalam hati, pigmen empedu ini dikeluarkan tubuh bersama-sama dengan feses.
Pada tubuh katak kelenjar pencernaan terbesar adalah hepar dan
pancreaticum yang memberikan sekresinya pda intestinum, kecuali intestenium
menghasilkan sekresinya sendiri. Hepar yang besar terdiri atas beberapa lobus dan
bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea
kemudian akan ditungkan dalam inetstinum melalui ductus cystecus terlebih
dahulu, kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan
yang berasal dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak..
Garam empedu berperan melarutkan lemak dalam air, dengan cara membuat
stabil emulsi lemak yang berasal dari makanan. Apabila garam empedu bergabung
dengan kolesterol, gliserid dan asam lemak akan terbentuklah micel yang dapat
diserap oleh dinding usus. Kekurangan cairan empedu dapat menurunkan
pencernaan lemak dan kekurangan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin
A, D, E, dan K
Tujuan
1. Mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan lemak
2. Mengetahui adanya lemak dalam kantung empedu
Prosedur Kerja
1. Mempersiapkan bahan utama yaitu Rana esculanta dibedah kemudian diambil
kantung empedunya (fesicafella). Kemudian bangkai katak yang tidak
digunakan dalam praktikum dibuang.
2. Pada perlakuan I, menyiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan
memberi label A dan B
3. Tampung isi dari kantung empedu ke dalam tabung reaksi A dengan
menggunting sedikit permukaan kantung empedu tadi.
4. Pengenceran cairan empedu tersebut dilakukan dengan menambahkan aquades
sehingga volumenya menjadi 2 ml.
5. Tambahkan 1-2 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi A; kemudian
kocoklah kuat-kuat; lalu biarkan selama 5-10 menit.
6. Pada perlakuan II tabung reaksi B diisi dengan 2 ml aquades dan 1-2 tetes
minyak kelapa.
7. Amatilah perubahan reaksi yang terjadi pada tabung reaksi A dan B