Abstrak
Hutan bakau merupakan lumpur intertidal di wilayah pesisir timur Deli Serdang
yang penting habitat burung pantai yang bermigrasi. Perubahan tata guna lahan
dan konversi hutan mengancam hal ini penting titik persinggahan untuk spesies
yang bermigrasi. Minimnya data dan informasi habitat burung pantai di kawasan
ini membatasi upaya konservasi dan selanjutnya mengancam kelangsungan hidup
spesies ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki tren penggunaan
habitat oleh burung pantai yang bermigrasi. Kerja lapangan dilakukan selama
musim migrasi dimulai dari Oktober 2014 hingga April 2015. Keberadaan burung
pantai yang bermigrasi pun dinilai menggunakan teropong dan monokuler. Scan
sampling digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan habitat oleh burung
pantai. Perbedaan tingkah laku antar habitat dianalisis menggunakan analisis
ragam. Ada 30 spesies burung pantai tersebar di tujuh tipe habitat yang berbeda di
wilayah studi kami. Paling luas habitat yang digunakan oleh burung pantai adalah
dataran lumpur, diikuti oleh rawa-rawa dan perkebunan. Studi ini mengungkapkan
hal itu Habitat mudflat memiliki potensi tinggi dalam mendukung keberadaan
burung pantai yang bermigrasi di kawasan ini.
PENDAHULUAN
Metode
Studi ini dilakukan selama musim migrasi penuh di Oktober 2014 hingga April
2015 di pesisir timur Deli Serdang Kabupaten Provinsi Sumatera Utara.
3. Hasil
Habitat, distribusi dan kelimpahan burung pantai yang bermigrasi. Tujuh habitat
berbeda digunakan oleh 30 spesies burung pantai. Mudflat memiliki jumlah
burung pantai tertinggi dengan total 10.687 orang. Permukiman manusia dan tepi
sungai merupakan tipe habitat dengan jumlah individu terendah,bersama dengan
kolam dan sawah yang digunakan oleh kelompok <100 burung. Spesies dominan
di habitat mudflat adalah Pasir Kecil Plover Charadrius mongolus (1840
individu), diikuti oleh Whimbrel Numenius phaeopus (1482 individu) dan Eurasia
Curlew Numenius arquata (1452 individu).
Spesies dominan di habitat rawa adalah Common Redshank Tringa totanus (212
individu), Pacific Golden Plover Pluvialis fulva (112 individu) dan Panggung
berkepala putih Himantopus leucocephalus (76 individu). Di habitat perkebunan,
jenis yang dominan adalah Lesser Sand Plover (382 individu), Pacific Golden
Plover (314 individu) dan Whimbrel (274 individu). Tiga habitat yang berpotensi
mendukung jumlah spesies dan individu tertinggi adalah dataran lumpur (total
spesies ¼ 23; total individu ¼ 10.687), rawa-rawa (total spesies ¼ 14; total
individu ¼ 513) dan perkebunan (total spesies ¼13; total individu ¼ 1394).
Hamparan lumpur yang luas di wilayah pesisir Deli Serdang bervariasi setiap
wilayah. Burung pantai ditemukan mencari makan di muara bersama substrat
lumpur berpasir. Kedalaman lumpur di setiap muara juga bervariasi. Perkebunan
yang dimanfaatkan burung pantai adalah kelapa sawit muda areal perkebunan
(tinggi pohon sekitar 50 cm1.5 m) yang tidak rata permukaan tanah. Selain itu,
ada rumput berukuran kurang lebih 50-80 cm Tinggi. Area ini dekat (sekitar 75-
100 m) ke garis pantai dan pemukiman manusia. Habitat rawa merupakan
kawasan terbuka tanah dekat pantai dengan sedikit genangan air (kisaran
ketinggian air dari 5 hingga 15 cm). Tingkat air berfluktuasi tergantung pada
hujan dan pasang. Di kawasan ini juga terdapat semak belukar dengan ketinggian
maksimal sekitar 1-1.5 m.
Perilaku harian burung pantai yang bermigrasi bervariasi menurut waktu dalam
hari. Pemberian pakan di habitat dataran lumpur dominan di dini hari. Perilaku
dominan saat larut malam sore hari di habitat mudflat adalah perawatan tubuh dan
istirahat. Perilaku istirahat di rawa dan habitat perkebunan adalah perilaku
istirahat tertinggi untuk semua periode jika dibandingkan dengan perilaku lainnya.
Istirahat sebagian besar dilakukan di pagi hari, dan terus meningkat selama tengah
hari dan sore hari.
Perilaku makan, pemeliharaan tubuh dan istirahat pada dataran lumpur juga
bervariasi menurut kondisi pasang surut . Burung pantai melakukan perilaku
mencari makan pada semua kondisi pasang surut di habitat lumpur, bahkan saat
air pasang, asalkan ada daerah lumpur yang tidak tergenang air.
4. Diskusi
Dalam beberapa tahun terakhir, hutan bakau telah ditebangi burung pantai
bertengger di area luas substrat kosong yang telah siap untuk pengembangan satu
jenis atau lainnya (biasanya perkebunan kelapa sawit atau kolam ikan). Daerah ini
sekarang telah ditanami minyak muda telapak tangan. Untuk sementara, burung
pantai masih akan menggunakan habitat ini sebagaimana adanya mewakili habitat
bertengger yang menarik (substrat masih kosong, tidak ada tumbuhan liar yang
menutupi tanah yang lebat, minyak pohon palem kecil dan tidak mendominasi
habitat, areal terbuka untuk langit). Namun, begitu pohon palem tumbuh lebih
besar, habitat ini akan menjadi tidak dapat digunakan sama sekali untuk burung
pantai.
Keberadaan burung pantai sangat bervariasi antar tahap pasang surut. Kami
menghubungkan perbedaan kehadiran spesies antara tinggi dan surut morfologi
dengan spesies berkaki pendek sering berpindah-pindah menuju habitat daratan
saat air pasang. Ada yang cukup jumlah burung yang mencari makan di habitat
rawa saat air pasang, Hal ini menandakan bahwa habitat rawa juga berpotensi
menjadi lokasi mencari makan jika lumpur tidak tersedia. Burger et al. (1997)
disebutkan Burung pantai tersebut memanfaatkan habitat rawa sebagai tempat
makan jika berlumpur habitat tidak lagi tersedia. Makan di habitat dataran lumpur
perilaku dominan saat pagi dan tengah hari. Istirahat perilaku di habitat rawa dan
perkebunan dominan selama dini hari, tengah hari dan sore hari. Memberi makan
dan istirahat perilaku dominan di antara burung pantai saat persinggahan lokasi
setiap saat (Davis dan Smith, 1998).
Spesies yang hanya ditemukan di habitat rawa adalah Ruff Philomachus Pugnax
dan Black-winged Stilt. Kedua spesies tersebut sering terlihat sedang beristirahat
dan bersolek di air rawa yang dangkal dengan semak belukar dengan ketinggian
sekitar 50 cm atau lebih. Di area umum yang sama, catatan pemuliaan Panggung
Sayap Hitam dicatat pada tahun 2010 (Abdillah et al. 2012). Di 2011, Putra dkk.
(2015) menemukan 25 individu Ruff di dataran lumpur dekat Desa Tanjung Rejo.
Pada Maret 2015, empat orang (1 dewasa dan 3 anak ayam) Greater Painted Snipe
Rostratula benghalensis dicatat di habitat rawa desa Sei Tuan. Studi ini
menegaskan hal itu spesies ini berhasil berkembang biak di Sumatera
Sebelumnya, Marle dan Voous (1988) hanya menemukan telur di kabupaten Deli
Serdang. Itu spesies yang ditemukan tersebar luas di semua habitat adalah Umum
Sandpiper Actitis hypoleucos, tetapi jumlahnya di setiap habitat adalah kecil; 1e2
individu. Menurut Hayman et al. (1986) dan MacKinnon dkk. (2010), Common
Sandpiper jarang ditemukan di kelompok dan umumnya terjadi di berbagai habitat
hingga ketinggian 1500 m dpl.