Anda di halaman 1dari 6

HAYATI Journal of Biosciences 24 (2017) 16-21

Artikel penelitian asli

Pemanfaatan Habitat Migrasi Burung Pantai di Garis Pantai Deli Serdang

Kabupaten, Provinsi Sumatera Utara

Chairunas Adha Putra, Dyah Perwitasari-Farajallah, Yeni Aryati Mulyani

Abstrak

Hutan bakau merupakan lumpur intertidal di wilayah pesisir timur Deli Serdang
yang penting habitat burung pantai yang bermigrasi. Perubahan tata guna lahan
dan konversi hutan mengancam hal ini penting titik persinggahan untuk spesies
yang bermigrasi. Minimnya data dan informasi habitat burung pantai di kawasan
ini membatasi upaya konservasi dan selanjutnya mengancam kelangsungan hidup
spesies ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki tren penggunaan
habitat oleh burung pantai yang bermigrasi. Kerja lapangan dilakukan selama
musim migrasi dimulai dari Oktober 2014 hingga April 2015. Keberadaan burung
pantai yang bermigrasi pun dinilai menggunakan teropong dan monokuler. Scan
sampling digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan habitat oleh burung
pantai. Perbedaan tingkah laku antar habitat dianalisis menggunakan analisis
ragam. Ada 30 spesies burung pantai tersebar di tujuh tipe habitat yang berbeda di
wilayah studi kami. Paling luas habitat yang digunakan oleh burung pantai adalah
dataran lumpur, diikuti oleh rawa-rawa dan perkebunan. Studi ini mengungkapkan
hal itu Habitat mudflat memiliki potensi tinggi dalam mendukung keberadaan
burung pantai yang bermigrasi di kawasan ini.

PENDAHULUAN

Sumatera merupakan tempat persinggahan penting bagi burung pantai yang


bermigrasi, tetapi informasi yang tersedia terbatas pada dinamika populasi dan
catatan distribusi (Crossland et al.2012; Iqbal et al.2010; Putra dkk. 2015; Silvius
1988; Verheugt dkk. 1993). Hutan bakau dan mudflat intertidal di sepanjang garis
pantai timur Sumatera menyediakan habitat burung pantai yang bermigrasi sedang
diubah menjadi penggunaan lahan manusia (Crossland et al.2009; Putra et
al.2015; Silvius 1988; Verheugt dkk. 1993). Hutan bakau di provinsi Sumatera
Utara punya menurun 85% sejak 1987 (± 200.000 Ha) hingga 2001 (± 31.885 Ha)
(Susilo 2007). Tren ini juga terjadi di pesisir Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara yang dikenal sebagai persinggahan penting wilayah untuk burung pantai
yang bermigrasi (Crossland et al. 2006; Crossland dkk. 2012; Iqbal dkk. 2010;
Putra dkk. 2015). Kehilangan pelindung Zona penyangga mangrove menyebabkan
terjadinya perubahan lingkungan habitat lumpur, yang mengancam makan dan
bertengger burung pantai area (Green et al. 2015). Mayoritas habitat telah diubah
menjadi perkebunan kelapa sawit (Crossland et al. 2012; Putra et al. 2015), sawah
dan budidaya (Crossland et al.2006). Jumilawaty (2012) mengidentifikasi
sedikitnya delapan tipe habitat yang ada di Deli Serdang yaitu hutan mangrove
(mudflat), rawa-rawa, pertanian, perkebunan, persawahan, tambak, bantaran
sungai dan permukiman.

Pengamatan terhadap perilaku burung pantai dapat mengungkap bagaimana


pemanfaatan habitat bervariasi dalam menanggapi perubahan lingkungan (Davis
dan Smith 1998; De Leon dan Smith 1999; Goss-Custard dan ditDurell 1990).
Dalam studi ini, kami memeriksa penggunaan habitat burung pantai yang
bermigrasi di Deli Serdang. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)
mengidentifikasi habitat dan distribusi burung pantai yang bermigrasi dan (2)
mengidentifikasi penggunaan habitat burung pantai yang bermigrasi.
Mengidentifikasi penggunaan habitat adalah sebuah alat konservasi penting
karena memungkinkan pemerintah dan praktisi untuk membangun strategi yang
lebih terinformasi.

Metode

Studi ini dilakukan selama musim migrasi penuh di Oktober 2014 hingga April
2015 di pesisir timur Deli Serdang Kabupaten Provinsi Sumatera Utara.

Mengidentifikasi habitat, distribusi, dan banyaknya migrasi burung pantai.


Pengamatan dilakukan dengan eksplorasi dan merekam jenis habitat yang
digunakan oleh burung pantai yang bermigrasi Pantai timur Kabupaten Deli
Serdang yaitu dataran lumpur, rawa-rawa, perkebunan, tambak, persawahan,
pemukiman penduduk dan tepian sungai. Pengamatan bulanan dilakukan di setiap
habitat untuk 7 bulan. Data yang dikumpulkan meliputi koordinat geografis,
spesies dan jumlah individu. Jumlah individu diperkirakan oleh menggunakan
"metode blok" (Howes et al. 2003). Nama ilmiah burung pantai mengikuti
Sukmantoro et al. (2007).

Penggunaan habitat burung pantai yang bermigrasi. Pengamatan bulanan


dilakukan di dataran lumpur, rawa-rawa dan perkebunan. Data dulu dikumpulkan
dalam tiga periode, dini hari (6: 00-10: 00 h), tengah hari (13: 00e15: 00 h) dan
sore (16: 00e18: 00 h) menggunakan scan pengambilan sampel (Altmann 1974).
Pencatatan perilaku dilakukan dalam interval 1 jam selama 20 menit (Burger et al.
1997). Perilaku direkam diklasifikasikan menjadi enam kategori: 1) makan (aktif
memberi makan oleh mematuk dan menyelidik), 2) istirahat (tidak bergerak
dengan paruh terselip di bawah sayap, kepala dan leher dalam keadaan diam atau
mata tertutup), 3) waspada (terhenti dengan burung mengamati sekeliling secara
visual), 4) badan pemeliharaan (mandi, merapikan bulu atau meregangkan sayap
dan leher), 5) agresi (mengejar, mematuk, atau mengancam orang lain) dan 6)
penggerak (mengarungi, berjalan, berlari, berenang atau terbang ke tempat lain).
Kategori perilaku didasarkan tentang karya-karya Baker (1971), Davis dan Smith
(1998), De Leon dan Smith (1999).

2.1 Analisis Data

Mengidentifikasi habitat, distribusi, dan banyaknya migrasi burung pantai. Data


habitat disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara deskriptif. Identifikasi
jenis burung yang digunakan burung pantai: Panduan Identifikasi untuk Para
Penyembah Dunia (Hayman dkk. 1986), Panduan Fotografi untuk Burung Pantai
di Dunia (Rosair dan Cottridge 1995), A Field Guide to theWaterbirds of Asia
(Bhusnan et al. 1993) dan Burung Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan
(MacKinnon et al. 2010). Nama ilmiah diikuti Sukmantoro dkk. (2007).
Penggunaan habitat burung pantai yang bermigrasi. Data tentang penggunaan
habitat adalah dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel
Professional Plus 2013 (Microsoft) program untuk menentukan frekuensi masing-
masing perilaku dalam bentuk grafik. Analisis uji varians (SPSS versi 18 (IBM))
digunakan untuk melihat perbedaan antara frekuensi perilaku di setiap habitat.

3. Hasil

Habitat, distribusi dan kelimpahan burung pantai yang bermigrasi. Tujuh habitat
berbeda digunakan oleh 30 spesies burung pantai. Mudflat memiliki jumlah
burung pantai tertinggi dengan total 10.687 orang. Permukiman manusia dan tepi
sungai merupakan tipe habitat dengan jumlah individu terendah,bersama dengan
kolam dan sawah yang digunakan oleh kelompok <100 burung. Spesies dominan
di habitat mudflat adalah Pasir Kecil Plover Charadrius mongolus (1840
individu), diikuti oleh Whimbrel Numenius phaeopus (1482 individu) dan Eurasia
Curlew Numenius arquata (1452 individu).

Spesies dominan di habitat rawa adalah Common Redshank Tringa totanus (212
individu), Pacific Golden Plover Pluvialis fulva (112 individu) dan Panggung
berkepala putih Himantopus leucocephalus (76 individu). Di habitat perkebunan,
jenis yang dominan adalah Lesser Sand Plover (382 individu), Pacific Golden
Plover (314 individu) dan Whimbrel (274 individu). Tiga habitat yang berpotensi
mendukung jumlah spesies dan individu tertinggi adalah dataran lumpur (total
spesies ¼ 23; total individu ¼ 10.687), rawa-rawa (total spesies ¼ 14; total
individu ¼ 513) dan perkebunan (total spesies ¼13; total individu ¼ 1394).

Penggunaan habitat burung pantai yang bermigrasi. Pengamatan di ketiganya tipe


habitat menunjukkan bahwa habitat mudflat digunakan sebagai tempat makan
daerah. Persentase tertinggi individu yang menunjukkan makan perilaku
ditemukan di dataran lumpur (41,6%;). Makanan perilaku secara signifikan lebih
tinggi (p <0,05) jika dibandingkan dengan perilaku lainnya. Selain memberi
makan, lumpur juga digunakan untuk tubuh pemeliharaan (18,8%) dan istirahat
(20,9%). Persentase tertinggi perilaku istirahat di tiga habitat yang ditemukan di
perkebunan dan rawa dengan nilai masing-masing 74,3% dan 55,6%.

Hamparan lumpur yang luas di wilayah pesisir Deli Serdang bervariasi setiap
wilayah. Burung pantai ditemukan mencari makan di muara bersama substrat
lumpur berpasir. Kedalaman lumpur di setiap muara juga bervariasi. Perkebunan
yang dimanfaatkan burung pantai adalah kelapa sawit muda areal perkebunan
(tinggi pohon sekitar 50 cm1.5 m) yang tidak rata permukaan tanah. Selain itu,
ada rumput berukuran kurang lebih 50-80 cm Tinggi. Area ini dekat (sekitar 75-
100 m) ke garis pantai dan pemukiman manusia. Habitat rawa merupakan
kawasan terbuka tanah dekat pantai dengan sedikit genangan air (kisaran
ketinggian air dari 5 hingga 15 cm). Tingkat air berfluktuasi tergantung pada
hujan dan pasang. Di kawasan ini juga terdapat semak belukar dengan ketinggian
maksimal sekitar 1-1.5 m.

Perilaku harian burung pantai yang bermigrasi bervariasi menurut waktu dalam
hari. Pemberian pakan di habitat dataran lumpur dominan di dini hari. Perilaku
dominan saat larut malam sore hari di habitat mudflat adalah perawatan tubuh dan
istirahat. Perilaku istirahat di rawa dan habitat perkebunan adalah perilaku
istirahat tertinggi untuk semua periode jika dibandingkan dengan perilaku lainnya.
Istirahat sebagian besar dilakukan di pagi hari, dan terus meningkat selama tengah
hari dan sore hari.

Perilaku makan, pemeliharaan tubuh dan istirahat pada dataran lumpur juga
bervariasi menurut kondisi pasang surut . Burung pantai melakukan perilaku
mencari makan pada semua kondisi pasang surut di habitat lumpur, bahkan saat
air pasang, asalkan ada daerah lumpur yang tidak tergenang air.

4. Diskusi

Data kami menunjukkan bahwa habitat dataran lumpur, rawa-rawa dan


perkebunan berpotensi mendukung keberadaan beberapa spesies burung pantai
dari segi jumlah spesies dan jumlah individu. Itu jumlah tertinggi baik individu
maupun spesies ditemukan di di habitat dataran lumpur. Kami menghubungkan
temuan ini dengan kelimpahan yang tinggi peluang mencari makan ditemukan di
dataran lumpur. Mudflat terdiri dari mayor habitat untuk mencari makan dan
beristirahat untuk burung pantai yang bermigrasi (Howes dkk. 2003). Sejumlah
besar spesies dan jumlah individu burung pantai dapat menunjukkan ketersediaan
sumber makanan tersebut lokasi (Goss-Custard et al. 1991; Jumilawaty 2012).
Pesisir mudflat Percut Sei Tuan memiliki potensi pangan (makrozoobentos) untuk
burung pantai (Jumilawaty 2012).

Dalam beberapa tahun terakhir, hutan bakau telah ditebangi burung pantai
bertengger di area luas substrat kosong yang telah siap untuk pengembangan satu
jenis atau lainnya (biasanya perkebunan kelapa sawit atau kolam ikan). Daerah ini
sekarang telah ditanami minyak muda telapak tangan. Untuk sementara, burung
pantai masih akan menggunakan habitat ini sebagaimana adanya mewakili habitat
bertengger yang menarik (substrat masih kosong, tidak ada tumbuhan liar yang
menutupi tanah yang lebat, minyak pohon palem kecil dan tidak mendominasi
habitat, areal terbuka untuk langit). Namun, begitu pohon palem tumbuh lebih
besar, habitat ini akan menjadi tidak dapat digunakan sama sekali untuk burung
pantai.

Perkebunan minyak muda dan habitat rawa digunakan sebagai tempat


peristirahatan tempat karena masih cocok dan memberikan perlindungan bagi
burung pantai. Perlindungan berupa semak belukar sebagai tempat persembunyian
atau substrat yang cocok untuk bulu burung pantai yang disamarkan. Namun,
potensi ancaman predator dan manusia tinggi kegiatan di seluruh wilayah
kemungkinan besar akan terjadi (Putra et al. 2015). Burung pantai selalu
bertengger di daratan jika air pasang sangat tinggi. Mereka menggunakan area
yang telah dibuka di pedalaman zona mangrove, rendah rawa-rawa, atau beberapa
spesies seperti Whimbrel dan Common Sandpiper sebenarnya bertengger di hutan
bakau (observasi pribadi A. Crossland). Habitat rawa juga digunakan oleh
kelompok burung pantai untuk mencari makan dan perawatan tubuh seperti yang
ditunjukkan oleh Burger et al. (1997).

Keberadaan burung pantai sangat bervariasi antar tahap pasang surut. Kami
menghubungkan perbedaan kehadiran spesies antara tinggi dan surut morfologi
dengan spesies berkaki pendek sering berpindah-pindah menuju habitat daratan
saat air pasang. Ada yang cukup jumlah burung yang mencari makan di habitat
rawa saat air pasang, Hal ini menandakan bahwa habitat rawa juga berpotensi
menjadi lokasi mencari makan jika lumpur tidak tersedia. Burger et al. (1997)
disebutkan Burung pantai tersebut memanfaatkan habitat rawa sebagai tempat
makan jika berlumpur habitat tidak lagi tersedia. Makan di habitat dataran lumpur
perilaku dominan saat pagi dan tengah hari. Istirahat perilaku di habitat rawa dan
perkebunan dominan selama dini hari, tengah hari dan sore hari. Memberi makan
dan istirahat perilaku dominan di antara burung pantai saat persinggahan lokasi
setiap saat (Davis dan Smith, 1998).

Spesies yang hanya ditemukan di habitat dataran lumpur adalah Greyheaded


Lapwing Vanellus cinereus, Kentish Plover Charadrius alexandrinus, Eastern
Curlew Nepenthes madagascariensis, Asia Dowitcher Limnodromus
semipalmatus, Simpul Besar Calidris tenuirostris, Simpul Merah Calidris canutus,
Sanderling Calidris alba, Rufousnecked Stint Calidris ruficollis dan Limicola
Sandpiper Paruh Lebar falcinellus.dll Spesies ini diperkirakan menggunakan
dataran lumpur hanya untuk mencari makan. Lapwing berkepala abu-abu adalah
spesies yang tidak biasa ditemukan di Indonesia. Enam puluh tujuh ditemukan
pada November 2014 di dataran lumpur di Sei Tuan, jumlah terbesar yang pernah
tercatat untuk pulau Sumatera dan Indonesia (Iqbal et al. 2013). Pada 2008, ada 20
orang burung di Aceh di habitat persawahan (Iqbal et al. 2009). Hasil kami dan
orang-orang dari Crossland dan Sitorus (2011) menyarankan bahwa berambut
abu-abu Lapwing adalah pengunjung musim dingin di Sumatera.

Spesies yang hanya ditemukan di habitat rawa adalah Ruff Philomachus Pugnax
dan Black-winged Stilt. Kedua spesies tersebut sering terlihat sedang beristirahat
dan bersolek di air rawa yang dangkal dengan semak belukar dengan ketinggian
sekitar 50 cm atau lebih. Di area umum yang sama, catatan pemuliaan Panggung
Sayap Hitam dicatat pada tahun 2010 (Abdillah et al. 2012). Di 2011, Putra dkk.
(2015) menemukan 25 individu Ruff di dataran lumpur dekat Desa Tanjung Rejo.
Pada Maret 2015, empat orang (1 dewasa dan 3 anak ayam) Greater Painted Snipe
Rostratula benghalensis dicatat di habitat rawa desa Sei Tuan. Studi ini
menegaskan hal itu spesies ini berhasil berkembang biak di Sumatera
Sebelumnya, Marle dan Voous (1988) hanya menemukan telur di kabupaten Deli
Serdang. Itu spesies yang ditemukan tersebar luas di semua habitat adalah Umum
Sandpiper Actitis hypoleucos, tetapi jumlahnya di setiap habitat adalah kecil; 1e2
individu. Menurut Hayman et al. (1986) dan MacKinnon dkk. (2010), Common
Sandpiper jarang ditemukan di kelompok dan umumnya terjadi di berbagai habitat
hingga ketinggian 1500 m dpl.

Hasil kami menunjukkan bahwa dataran lumpur mendukung burung pantai


mencari makan, merawat tubuh dan istirahat. Agresi dan kewaspadaan diamati
dalam persentase yang jauh lebih tinggi di dataran lumpur dibandingkan dengan
habitat lain. Perilaku agresi mungkin terjadi karena persaingan sumber makanan.
Kewaspadaan perilaku dapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia (jerat kepiting)
dan keberadaan hewan liar di habitat mudflat. Burger et al. (1979) terungkap yang
kepadatan burung pantai tinggi di daerah terbatas dengan tingkat tinggi agresi
dapat menunjukkan terjadinya persaingan di dalam daerah. Ini memiliki implikasi
konservasi untuk burung pantai sebagai habitatnya ketersediaan menurun dari
perubahan penggunaan lahan, antar dan intra-spesies persaingan kemungkinan
akan meningkat di dataran lumpur. Ini bisa berdampak pada kesesuaian spesies
karena hasil kami menunjukkan bahwa habitat ini penting untuk mencari makan,
memelihara tubuh dan istirahat.

Anda mungkin juga menyukai