TESIS
Oleh
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
TESIS
Oleh
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
TESIS
Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil
kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan
sumbernya dengan benar.
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
DATA PRIBADI
Nama lengkap berikut gelar : Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung, S.Si, M.Si
DATA PENDIDIKAN
ABSTRAK
ABSTRACT
Halaman
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Keanekaragaman dan Persebaran Pandanus 4
2.2 Ciri Morfologi Pandanus 5
2.3 Ciri Anatomi (Stomata) 8
2.4 Kegunaan Pandanus 10
BAB III BAHAN DAN METODE 12
3.1 Deskripsi Area 12
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 14
3.3 Alat dan Bahan 14
3.4 Pelaksanaan Penelitian 15
3.5 Analisis Data 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20
4.1 Keanekaragaman Jenis dari Marga Pandanus di 20
Kawasan Rawa Aceh Singkil
4.2 Persebaran Jenis-Jenis dari Marga Pandanus di 21
Kawasan Rawa Aceh Singkil
4.3 Karakterisasi Morfologi 22
4.4 Karakterisasi Anatomi 28
4.5 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata 29
4.6 Ciri-Ciri Morfologi dan Anatomi 31
4.7 Analisis Kemiripan Morfologi dan Anatomi 31
Menggunakan NTSYS
4.8 Kunci Identifikasi 33
4.9 Deskripsi Jenis dari Marga Pandanus 33
4.10 Struktur Sel Epidermis dan Stomata 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 40
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
ABSTRAK
ABSTRACT
1.2 Permasalahan
Rawa Singkil adalah salah satu kawasan hutan rawa yang masih tersisa
di pantai barat Sumatera dan merupakan salah satu warisan kekayaan alam
kabupaten Aceh Singkil yang sangat unik dan bernilai tinggi. Rawa ini merupakan
salah satu habitat yang banyak didiami oleh jenis-jenis Pandanus diantaranya
P. tectorius dan P. atrocarpus. Hingga saat ini belum banyak studi mengenai
keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan rawa Aceh Singkil.
Dikhawatirkan seiring dengan terjadinya degradasi habitat seperti kegiatan
pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran maka
terjadi pula degradasi sumber daya hayati khususnya Pandanus. Untuk itu perlu
dilakukan penggalian informasi plasma nutfah Pandanus di kawasan rawa Aceh
Singkil.
George Eberhard Rumpf atau yang lebih dikenal Rumphius (1743) adalah
yang pertama kali menyebutkan dengan jelas nama “pandan” dan “tingkatan
taksonomi/ taxonomic rank yang sepadan dengan marga” untuk jenis-jenis
pandan. Sepanjang hidup Rumphius di Ambon (mulai dari tibanya di Ambon pada
tahun 1652 hingga wafatnya di tahun 1702), ia menulis banyak manuskrip
tentang flora dan fauna di Maluku. Setelah 39 tahun Rumphius wafat, kumpulan
manuskrip tersebut diterbitkan secara berseri mulai tahun 1741 hingga 1745
dengan judul Herbarium Amboinense sebanyak 6 jilid dan dalam bahasa Latin
dan Belanda (Keim 2007). Kata “pandan” itu sendiri berasal dari bahasa Melayu
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai “Pandanus”. Pandan
merupakan tumbuhan yang membutuhkan curah hujan yang tinggi dengan kondisi
tanah yang baik. Pandan tidak dapat tumbuh di daerah tanah liat yang kering
dengan curah hujan yang sedikit (Lemmens & Buyan 2003).
Pandanus merupakan salah satu marga dari suku Pandanaceae selain Freycinetia
dan Sararanga. Marga ini mempunyai jumlah jenis yang terbesar (sekitar 600
jenis) dengan daerah persebaran paling luas meliputi bagian barat dan timur
Afrika, Madagaskar, India, Asia termasuk China dan Malesia (Malaysia,
Indonesia, Filipina, New Guinea), Australia hingga Pasifik (Stone 1975).
Pandanus dapat ditemukan hampir pada semua habitat mulai tepi laut sampai
puncak pegunungan tertinggi, di daerah berpasir atau wilayah pantai berbatu,
rawa-sungai dan rawa-mangrove. Di rawa, lebih banyak ditemukan pada daerah
yang terbuka. Pandanus juga ditemukan di hutan Dipterocarpus, kapur, rawa
Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3-7 m,
bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar penopang sekitar pangkal
batang (Keim 2007). Pandanus ada yang berupa tumbuhan epifit dan ada juga
berupa teresterial (Gambar 1). Selain P. alticola di Malaya, ada 2 jenis Pandanus
2.2.2 Daun
Daun pandan selalu berupa daun tunggal, keras dan dapat berduri halus pada tepi
yang umumnya besar dengan panjang 2-3 m, lebar 8-12 cm, tekstur daun berlilin
dan berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daun-daun pandan mengelompok
sangat rapat dan melekat pada batang dalam tiga atau empat putaran (tristichous
atau tetratichous). Pada sebagian besar pandan, dedaunan mengelompok sangat
rapat di ujung batang membentuk karangan (rosette) (Keim 2007).
Menurut Stone (1966), ada beberapa catatan penting yang harus
diperhatikan dalam pengkoleksian daun pandan, yaitu:
1. Panjang dan lebar daun. Pada daun, terdapat duri mencolok yang berada jauh
atau dekat dari pertulangan daun, dan apakah sejajar dengan pertulangan
daun.
2. Warna daun. Pada tumbuhan muda, warna dekat pangkal daun yaitu
berwarna merah kecokelatan, merah muda, oranye, krem dan lavender.
Keseluruhan warna daun terutama pada bagian permukaan bawah daun
(berlilin, biru keabu-abuan) atau hijau, warna lebih terang atau lebih gelap
daripada bagian atas permukaan daun, kusut atau mengkilap, dll.
3. Warna duri yaitu hijau, coklat, keunguan, kemerahan atau kemerahan.
4. Koleksi daun secara lengkap dengan ujung daun yang utuh itu sangat penting
karena sifatnya tidak keras dan mudah patah. Banyak jenis dengan ujung
daun yang memanjang.
5. Organ tambahan pada daun apakah duri pada pertulangan daun melengkung
ke depan atau berada dekat pangkal daun.
2.2.4 Perbuahan
Buah dapat berupa buah majemuk yang menyatu (syncarp). Buah majemuknya
dapat berupa buah majemuk satu tingkat artinya buah majemuk selalu tersusun
atas buah tunggal (drupe) yang kemudian bersama-sama membentuk buah
majemuk. Sebagian yang lain berupa buah majemuk dua tingkat artinya beberapa
buah tunggal ada yang menyatu membentuk kelompok-kelompok majemuk yang
disebut phalange, beberapa phalange ini kemudian bersama-sama membentuk
buah majemuk tingkat berikutnya. Oleh karena itu, secara umum buah majemuk
pada pandan mempunyai istilahnya sendiri, “kepala” atau cephalium (Keim 2007).
Stomata berasal dari kata Yunani, stoma yang mempunyai arti lubang atau porus.
Esau mengartikannya sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada diantaranya.
Jadi stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang
Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu kabupaten yang berada di ujung
selatan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dimekarkan dari kabupaten
Aceh Selatan dan berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Utara. Letak
geografis kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2°02’-2°027’30’’ LU dan
97°04’-97°45’00’’ BT dengan luas daerah 2.187 km2 atau 218.700 Ha
(BPS Aceh Singkil 2012).
Rawa Singkil merupakan kawasan hutan rawa pantai yang terletak di
daerah pantai barat Aceh dengan luas 102.500 Ha. Kawasan ini memiliki bentuk
seperti botol di mana lehernya berujung pada bagian utara. Bagian baratnya
dibatasi oleh pantai pasir putih yang berbatasan dengan laut Hindia yang
merupakan tempat perlindungan penyu. Sebelah timur dan selatan berbatasan
dengan sungai Alas, sementara di sebelah utara dibatasi oleh sungai Trumon
(Leuser Development Programme 1995).
Kawasan rawa Singkil merupakan perwakilan ekosistem lahan basah di
hutan hujan tropis dataran rendah dan bagian dari kawasan ekosistem Leuser
berdasarkan Keppres No. 33 tahun 1998. Kawasan ini memiliki fungsi konservasi
yang sangat penting karena kawasan ini menjadi habitat utama bagi satwa liar
yang dilindungi dan terancam punah secara global. Tingginya nilai konservasi di
kawasan tersebut, menjadikan kawasan ini telah disepakati oleh para pakar
sebagai salah satu kawasan kunci keanekaragaman hayati (key biodiversity area)
di pulau Sumatera (Conservation International 2007).
3.1.3 Iklim
Rawa Singkil memiliki kekayaan flora yang bernilai biologis dan ekonomis tinggi.
Data Dirjen PHKA (2004) menunjukkan bahwa jenis kayu meranti, damar laut,
kapur, kerwing, lesi-lesi/ medang adalah jenis-jenis kayu yang bernilai ekonomis
tinggi dan sebagian besar kayu ini berasal dari hutan di sekitar rawa Singkil. Hal
ini diperkuat juga oleh hasil diskusi Focus Group Discussion (FGD) dengan staff
Pemda yang menyatakan bahwa Singkil dahulu dikenal sebagai penyuplai kayu
bernilai ekonomis tinggi dan kini saat luasan hutan di daerah ini semakin
berkurang, suplai kayu yang bisa diharapkan adalah dari rawa Singkil. Jenis-jenis
fauna yang terdapat di kawasan rawa Singkil cukup beragam. Setidaknya tiga
spesies satwa Sumatra endemik dan terancam punah dapat ditemukan di
kawasan ini yaitu, Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
(Ariantiningsih 2007).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 sampai dengan Juni 2013
di kawasan rawa Singkil, kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, gelas objek dan cover glass, gunting
kecil, backer glass, pinset, hot plate, mikroskop, kamera digital, tissue gulung
Sedangkan bahan yang digunakan adalah potongan daun koleksi spesimen
herbarium, alkohol 70%, HNO 3 50%, safranin 1% dan gliserin.
3.4.2 Di Laboratorium
3.4.2.1 Identifikasi karakter morfologi
Spesimen dari lapangan dibuka, koran diganti dengan yang baru, kemudian
spesimen dikeringkan dalam oven pengering dengan suhu ± 60°C sampai
spesimen kering. Spesimen yang telah kering dilakukan pengamatan morfologinya
dan diidentifikasi dengan buku-buku acuan antara lain:
Ukuran stomata merupakan gabungan dari area sel penutup (guard cells) dengan
celah yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Franco (1939) yaitu:
a x b x 0,7854
dimana, a = panjang stomata,
b = lebar stomata
Indeks stomata merupakan rasio sel-sel epidermis dan stomata yang dapat di
determinasi dengan rumus Salisbury (1927) yaitu:
�
�= � ���
�+�
Data indeks stomata yang diperoleh merupakan nilai rata-rata dari pengukuran 10
bidang pandang yang dipilih secara acak.
Jenis-jenis Pandanus yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil terdiri atas
beberapa habitat. P. odoratissimus dan P. tectorius ditemukan pada daerah pantai
berupa daratan yang relatif kering dengan tekstur tanah berpasir namun masih
terpengaruh pasang-surut air laut. Sementara P. atrocarpus ditemukan pada rawa
pesisir berupa daratan yang relatif basah yang juga dipengaruhi pasang-surut air
laut, sedangkan P. labyrinthicus dan P. militaris selain terdapat pada rawa pesisir
juga ditemukan pada daerah perairan yaitu rawa pedalaman yang tidak
dipengaruhi pasang-surut air laut (Gambar 2).
Jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil terdapat pada daratan dan
daerah perairan (Gambar 3). P. odoratissimus dan P. tectorius ditemukan di
daratan yang relatif kering berupa daerah pantai berpasir yang relatif landai
dengan vegetasi pes-caprae (Ipomea pes-caprae) dan cemara pantai (Casuarina
equisetifolia), sedangkan P. atrocarpus, P. militaris dan P. labyrinthicus
ditemukan pada daratan relatif basah dengan rawa pesisir yang dipengaruhi
pasang-surut air laut. P. labyrinthicus dan P. militaris selain terdapat pada daratan
yang relatif basah juga ditemukan pada daerah perairan yaitu rawa pedalaman
yang tidak dipengaruhi pasang-surut air laut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Gambar 3 Habitat Pandanus. (A) Daerah pantai; (B) Rawa pesisir; (C) Rawa
pedalaman.
4.3.2 Perawakan
4.3.3 Batang
4.3.4 Daun
Jenis Pandanus yang ditemukan memiliki karakter morfologi daun yang berbeda.
Bentuk daun berupa bangun pita pada jenis P. labyrinthicus, P. militaris dan
bangun lidah pada jenis P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius. Pada
Pandanus terdapat duri pada tepi daun (margin) berwarna gelap yaitu jenis
P. labyrinthicus, P. militaris dan P. atrocarpus sedangkan berwarna terang yaitu
jenis P. odoratissimus dan P. tectorius. Selain itu, terdapat juga duri membalik
(recurved spines) di bagian permukaan bawah daun kecuali jenis P. militaris
dengan permukaan bawah daun licin. Recurved spines pada jenis P. labyrinthicus
berwarna gelap sedangkan P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius
berwarna terang. Stone (1966) berpendapat ada beberapa catatan penting yang
harus diperhatikan dalam pengkoleksian daun pandan, yaitu warna duri bagian
tepi yaitu hijau, coklat, keunguan, kemerahan atau kehitaman dan organ tambahan
pada daun apakah duri pada pertulangan daun (recurved spines) melengkung ke
arah keluar atau mengarah ke dalam.
4.3.5 Perbungaan
4.3.6 Perbuahan
Gambar 9 Tipe Stomata Anomositik P. tectorius (A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus,
(2) Sel penutup, (3) Sel tetangga, (4) Sel epidermis dan (5) Papilla
(Perbesaran 40x).
Hasil analisis dari frekuensi, indeks dan ukuran stomata pada Pandanus sangat
bervariasi dimana pada bagian abaxial daun lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bagian adaxial (Tabel 2).
NO KARAKTER KATEGORI
1 Habitat pantai (0) absent , (1) present
2 Habitat rawa pesisir-rawa pedalaman (0) absent , (1) present
3 Habitat rawa pesisir (0) absent , (1) present
4 Habit sedang (0) absent , (1) present
5 Habit besar (0) absent , (1) present
6 Proproots (0) absent , (1) present
7 Diameter batang (0) 9-12 cm , (1) 13-17 cm
8 Bangun lidah (0) absent , (1) present
9 Bangun pita (0) absent , (1) present
10 Ujung runcing (0) absent , (1) present
11 Ujung meruncing (0) absent , (1) present
12 Recurved spines (0) absent , (1) present
13 Perbungaan (0) absent , (1) present
14 Perbuahan (0) absent , (1) present
15 Cephalia (0) absent , (1) present
16 Cephalium (0) absent , (1) present
17 Permukaan atas phalange menonjol (0) absent , (1) present
18 Permukaan atas phalange rata (0) absent , (1) present
19 Papilla (0) absent , (1) present
1. a. Habit sedang…………………………………….................................... 2
b. Habit besar………………………………………................................... 3
2. a. Memiiliki proproots sebagai penopang batang….......... P. labyrinthicus
b. Hanya batang sebagai penopang tubuh…………................... P. militaris
3. a. Warna permukaan atas daun hijau dengan bercak
hitam……………………………………………................ P. atrocarpus
b. Warna permukaan atas daun hijau mengkilat…..................................... 4
4. a. Permukaan phalange menonjol ………………............. P. odoratissimus
b. Permukaan phalange rata ………………………................... P. tectorius
Habitat; rawa pesisir. Habit; berperawakan besar, tumbuh tegak, tinggi total
1000-1100 cm. Proproots; besar, panjang 122-150 cm, berbintil, berwarna
abu-abu kecoklatan. Batang; tinggi 800-900 cm, diameter 17-43,5 cm, permukaan
memiliki bintil (lentisel), berwarna abu-abu kecoklatan. Daun; kaku, tebal,
Habitat; pantai. Habit; berperawakan besar, tinggi total 500-600 cm, seringkali
memiliki batang yang banyak, bercabang dengan bentuk kanopi menyebar.
Proproots; banyak, tebal, bercabang, diameter 15 cm, seringkali penuh bintil yang
tajam, berwarna coklat keabu-abuan. Batang; tinggi 200-250 cm, diameter 15,5
cm, permukaan kulit memiliki bintil (lentisel), berwarna abu-abu kecoklatan.
Pada bagian adaxial, susunan sel epidermis beraturan, bentuk persegi panjang,
dinding sel lurus. Panjang stomata 9,81-15,71 µm, lebar 4,14-17,76 µm. Pada
bagian abaxial, susunan sel epidermis tidak beraturan, bentuk sel epidermis
memanjang segi 4-5 dan pendek; dinding sel epidermis lurus; panjang stomata
9,26-14,53 µm, lebar 3,75-14,85 µm. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka
dan terlihat porus atau celah yang terbuka dan terlihat adanya papilla pada sel
penutup.
Pada bagian adaxial, bentuk sel epidermis persegi panjang dan pendek, susunan
sel tidak beraturan, dinding sel epidermis berlekuk. Panjang stomata 10,43-14,31
µ m, lebar 11,8-14,78 µm. Pada bagian abaxial, bentuk sel epidermis tidak
beraturan, sel memanjang segi 4-5 dan pendek; dinding sel epidermis lurus;
panjang 9,28-15,37 µm, lebar 9,17-11,89 µm, penyebaran stomata tidak beraturan.
Stomata ini teramati dalam posisi tertutup, tidak terlihat porus atau celah yang
terbuka dan terlihat adanya papilla pada sel penutup.
Pada bagian adaxial, susunan sel epidermis seragam, bentuk persegi panjang,
dinding sel epidermis lurus. Panjang stomata 8,31-11,57 µm, lebar antara
2,92-5,03 µm. Pada bagian abaxial, bentuk sel epidermis tidak seragam ada yang
memanjang segi 4-5 dan pendek. Susunan epidermis tersusun tidak beraturan.
Dinding sel epidermis lurus. Panjang stomata 7,68-10,68 µm, lebar 2,59-4,3 µm.
Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus atau celah yang
terbuka serta terdapat papilla pada sel penutup. Arah membuka stomata sejajar
terhadap sel tetangga.
Pada bagian adaxial, bentuk sel epidermis tidak beraturan, bentuk sel epidermis
persegi panjang; dinding sel epidermis berlekuk; panjang stomata 7,38-9,53 µm,
lebar 1,17-4,42 µm. Pada bagian abaxial, susunan epidermis tidak beraturan,
bentuk sel epidermis memanjang segi 4-5. Dinding sel epidermis berlekuk.
Panjang stomata 7,56-9,21 µm, lebar 2,62-6,05 µm, penyebaran stomata tidak
beraturan. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus atau celah
yang terbuka serta terdapat papilla pada sel penutup.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1.2 Saran
Rawa Singkil, selain terdapat di kabupaten Aceh Singkil juga terdapat pada kota
Subulussalam dan kabupaten Aceh Selatan. Diharapkan adanya penelitian lanjutan
khususnya mengenai keanekaragaman jenis Pandanus pada lokasi tersebut
sehingga dapat diketahui keanekaragaman jenis Pandanus secara keseluruhan di
kawasan rawa Singkil.
Badan Pusat Statistik Aceh Singkil 2012. Aceh Singkil dalam Angka 2012.
Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Singkil.
BLH Aceh Singkil 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJP
Aceh) Tahun 2005-2025 Provinsi Aceh. Aceh Singkil.
Fahn A 1991. Anatomi tumbuhan. Edisi ke-3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Pitney Bowes Business Insight 2009. MapInfo Profesional 10. Pitney Bowes
Software Inc. New York.
Purwanto Y dan E Munawaroh 2010. Etnobotani Jenis-Jenis Pandanaceae Sebagai
Bahan Pangan Di Indonesia. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 5A
(97-108). Pusat Penelitian Biologi LIPI dan PKT Kebun Raya Bogor. LIPI
St. John H 1960. Revision of the Genus Pandanus Stickman. Part 1. Key to the
Sections. Reprinted from Pacific Science.
b c d e
a f
(A) Perawakan besar; (B) (1) Batang, (2) Proproots; (C) Daun
2. Pandanus labyrinthicus
(A) Perawakan sedang; (B) Proproots; (C) (1) Batang, (2) Daun,(3) Cephalia;
(D) Perbungaan jantan
4. Pandanus odoratissimus
(A) Perawakan besar (1) Batang, (2) Daun; (B) (1) Proproots; (C) Cephalium
(A) Perawakan besar (1) Batang, (2) Daun; (B) Proproots; (C) Cephalium
(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel Penjaga, (4) Sel epidermis
(Perbesaran 100x)
2. Pandanus labyrinthicus
(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,
(5) Papilla (Perbesaran 100x)
3. Pandanus militaris
(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,
(5) Papilla (Perbesaran 100x)
A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,
(5) Papilla (Perbesaran 100x)
5. Pandanus tectorius
(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,
(5) Papilla (Perbesaran 100x)
KARAKTER
NO JENIS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 P. atrocarpus 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
2 P. labyrinthicus 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
3 P. militaris 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0
4 P. odoratissimus 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
5 P. tectorius 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
Altitude
No Spesies Lokasi Latitude Longitude
(mdpl)
Ujung pasir 29 02°39'42,2" 097°66'89,8"
perbatasan
1 P. atrocarpus
Ujung pasir 16 02°39'42,7" 097°66'90,3"
perbatasan
Suak merah 9 02°37'51,2" 097°68'66,9"
Kuala cangkul 5 02°38'05,4" 097°68'10,2"
Ujung pasir pesisir 6 02°39'32,7" 097°66'81,3"
Ujung pasir 15 02°39'53,7" 097°67'32,1"
perbatasan
Camp. Prengek 10 02°40'01,6" 097°68'90,9"
I Tarik 10 02°40'11,1" 097°69'34,7"
Simpang suak bugak 6 02°41'15,6" 097°68'94,0"
2 P. labyrinthicus
Padang Malaka 3 02°38'02,2" 097°70'05,5"
Lae Trap 6 02°35'36,1" 097°78'74,8"
Ujung pasir pesisir 16 02°39'34,6" 097°66'81,0"
Ujung pasir 16 02°39'42,7" 097°66'90,3"
perbatasan
Ujung pasir pesisir 14 02°39'37,8" 097°66'83,0"
Ujung pasir pesisir 12 02°37'58,3" 097°68'58,2"
Ujung pasir pesisir 15 02°36'43,1" 097°69'74,4"
Ujung pasir pesisir 6 02°39'23,3" 097°67'10,7"
Alue bubu 2 02°41'05,5" 097°69'06,4"
3 P. militaris Padang Malaka 3 02°38'21,3" 097°81'31,4"
Ujung pasir 15 02°39'44,5" 097°66'91,4"
perbatasan
Suak merah 11 02°36'93,0" 097°69'04,5"
Pasar Tengah 3 02°34'75,8" 097°70'96,6"
Kuala baru 21 02°34'16,6" 097°71'48,9"
4 P. odoratissimus
Kuala baru 19 02°34'14,0" 097°71'48,1"
Kuala baru 18 02°34'13,1" 097°71'51,9"
Pasar Tengah 16 02°34'76,9" 097°70'92,6"
Kuala baru 15 02°34'12,3" 097°71'35,7"
Kuala baru 15 02°34'10,9" 097°71'41,0"
Kuala baru 18 02°34'04,7" 097°71'44,8"
5 P. tectorius Pantai Tulak bala 24 02°33'96,5" 097°71'49,6"
Pantai Tulak bala 21 02°33'92,1" 097°71'52,9"
Pantai Tulak bala 4 02°34'22,4" 097°71'34,7"
Suak merah 9 02°37'19,9" 097°69'01,0"