Anda di halaman 1dari 68

STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)

DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

TESIS

Oleh

DWI RATNA ANJANING KUSUMA MARPAUNG


117030037/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)
DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Magister Sains dalam Program Studi
Magister Biologi pada Program Pascasarjana
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

DWI RATNA ANJANING KUSUMA MARPAUNG


117030037/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN ORISINALITAS

STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)


DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil
kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan
sumbernya dengan benar.

Medan, 28 Agustus 2013

Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung


NIM. 117030037

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:

Nama : Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung


NIM : 117030037
Program Studi : Magister Biologi
Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:

Studi Taksonomi Pandanus (Pandanaceae) Di Kawasan Rawa Aceh Singkil


Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan
mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dar i saya selama t et ap
mencant umkan nama sa ya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau
sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 28 Agustus 2013

Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung


NIM. 117030037

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada
Tanggal : 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc.

Anggota : 1. Dr. T. Alief Aththorick, M.Si.

: 2. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS.

: 3. Dr. Suci Rahayu, M.Si.

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung, S.Si, M.Si

Tempat dan Tanggal lahir : Semarang, 29 Oktober 1987


Alamat Rumah : Jl. Camar III No. 210 Medan – 20371
Telepon/Faks/HP : +6261-7324354/ +6285296143540
e-mail : dwira_akm@yahoo.com
Instansi Tempat Bekerja : -

DATA PENDIDIKAN

SD : Negeri 066053 Medan Tamat : 1999

SMP : Swasta Islam Azizi Medan Tamat : 2002

SMA : Negeri 18 Medan Tamat : 2005

Strata-1 : FMIPA USU Tamat : 2009

Strata-2 : FMIPA USU Tamat : 2013

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Studi Taksonomi Pandanus (Pandanaceae) Di Kawasan Rawa
Aceh Singkil”. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah berperan dalam penelitian ini, yaitu :
1 Ayahanda Mohammad Risyad Marpaung, Ibunda tercinta Rr. Purwani Rahayu
Ningsih, BA., Kakanda Basania PKM, Adinda Hapsari TKM dan Keponakan
Ayunda Sofia Ningsih serta Dwi Sartika atas segala do’a, dukungan, perhatian
serta kasih sayang yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis.
2 Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc dan Bapak Dr. T. Alief Aththorick, M.Si
selaku Dosen Pembimbing I dan II yang banyak memberikan bimbingan,
motivasi arahan dan waktunya kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
3 Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS dan Dr. Suci Rahayu, M.Si selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis
ini.
4 Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed dan Dr. Suci Rahayu, M.Si
sebagai Ketua dan Sekretaris Program Magister Biologi yang telah banyak
membantu dalam proses perkuliahan.
5 Bapak Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara
6 Seluruh Staf Dosen dan Staf Pegawai Program Magister Biologi FMIPA USU
yang telah mendidik dan membantu penulis selama masa studi.
7 Sekretaris Jenderal Pendidikan Tinggi (Sekjen DIKTI) tahun 2011 yang telah
memberikan beasiswa unggulan sehingga penulis dapat melanjutkan studi
pascasarjana pada Program Magister Biologi 2011.
8 Bapak Sutikno dan Bapak Jafar selaku Kepala dan staf KSDA Singkil; Bapak
Dzulkifli, Bapak Herni dan Ibu Masdiana di Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Singkil; Bapak Nizar di Yayasan Leuser Internasional (YLI); Bapak Mistar di
Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) serta Bapak Yasin dan staf BKSDA Banda
Aceh yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi serta
kemudahan memasuki kawasan Aceh SIngkil.
9 Bapak Rusli, Yuliana, Bapak Jafar serta Bapak Wardi sebagai tim
peneliti yang telah sangat banyak membantu selama masa proses penelitian.
10 Rekan-rekan mahasiswa di Program Pascasarjana Biologi USU 2011 (kak
Ana, kak Tetty, kak Ummi, kak Netti, Rivo, Aini) dan semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung selama masa studi. Para
Sahabat (Patimah, Santi, Yanti, Verta, Seneng dan Wahyu. A) dan para
asisten di laboratorium Sistematika Tumbuhan terima kasih atas semangat dan
bantuannya kepada penulis.
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Medan, 28 Agustus 2013

Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung

Universitas Sumatera Utara


STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)
DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

ABSTRAK

Studi taksonomi Pandanus (Pandanaceae) di kawasan rawa Aceh Singkil telah


dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 hingga Juni 2013. Lokasi ditentukan
dengan Metode Purposive Sampling dan pengamatan penelitian menggunakan
Metode survei serta dilakukan pengkoleksian spesimen. Berdasarkan ciri-ciri
morfologi diperoleh 5 jenis Pandanus di kawasan tersebut yaitu Pandanus
atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus
dan Pandanus tectorius. Berdasarkan morfologi dan habit, Pandanus dapat
digolongkan kedalam habit berperawakan sedang (Pandanus labyrinthicus,
Pandanus militaris) dan habit berperawakan besar (Pandanus atrocarpus,
Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius). Karakter anatomi meliputi
stomata, papilla dan sel epidermis memperkuat karakter morfologi. Jenis-jenis
Pandanus di Aceh Singkil dibagi ke dalam dua kelompok utama dengan nilai
kemiripan berkisar antara 55 % sampai 84 %.

Kata kunci: Aceh Singkil, Pandanus, Pandanaceae

Universitas Sumatera Utara


TAXONOMIC STUDY OF PANDANUS (PANDANACEAE) AT SWAMP
AREA ACEH SINGKIL

ABSTRACT

Taxonomic study on Pandanus (Pandanaceae) at swamp area of Singkil was


conducted from November 2012 until June 2013. The location determined by
purposive sampling method and observational studies conducted using the survey
method and collecting specimens. Based on morphological characters, 5 species
of Pandanus identified in the area that are Pandanus atrocarpus, Pandanus
labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus and Pandanus
tectorius. The morphology and life form of species are categorized into two types
that are medium arborescent pandan (Pandanus labyrinthicus, Pandanus
militaris) and large arborescent pandan (Pandanus atrocarpus, Pandanus
odoratissimus and Pandanus tectorius). Anatomical characters of Pandanus such
as stomata, papilla and epidermal cells supported the morphological characters.
Pandanus species in Aceh Singkil are divided into two main groups with similarity
varies from 55 % to 84%.

Keywords: Aceh Singkil, Pandanaceae, Pandanus

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Keanekaragaman dan Persebaran Pandanus 4
2.2 Ciri Morfologi Pandanus 5
2.3 Ciri Anatomi (Stomata) 8
2.4 Kegunaan Pandanus 10
BAB III BAHAN DAN METODE 12
3.1 Deskripsi Area 12
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 14
3.3 Alat dan Bahan 14
3.4 Pelaksanaan Penelitian 15
3.5 Analisis Data 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20
4.1 Keanekaragaman Jenis dari Marga Pandanus di 20
Kawasan Rawa Aceh Singkil
4.2 Persebaran Jenis-Jenis dari Marga Pandanus di 21
Kawasan Rawa Aceh Singkil
4.3 Karakterisasi Morfologi 22
4.4 Karakterisasi Anatomi 28
4.5 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata 29
4.6 Ciri-Ciri Morfologi dan Anatomi 31
4.7 Analisis Kemiripan Morfologi dan Anatomi 31
Menggunakan NTSYS
4.8 Kunci Identifikasi 33
4.9 Deskripsi Jenis dari Marga Pandanus 33
4.10 Struktur Sel Epidermis dan Stomata 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 40
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
1 Bentuk hidup Pandanus 6
2 Peta Persebaran Jenis-Jenis Pandanus di Kawasan Rawa 21
Aceh Singkil
3 Habitat pada Jenis Pandanus 23
4 Perawakan dan Proproots pada Jenis Pandanus 24
5 Permukaan Batang Pandanus 25
6 Bentuk dan Duri pada Daun Pandanus 26
7 Perbungaan Jantan pada Jenis Pandanus 27
8 Perbuahan Jenis Pandanus 28
9 Tipe Stomata Anomositik pada Pandanus tectorius 29
10 Phenogram Jenis Pandanus Berdasarkan Karakter 32
Morfologi dan Anatomi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
1 Keanekaragaman Jenis Pandanus Sebagai Bahan Pangan 11
2 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata pada Daun 29
Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
3 Karakter Morfologi dan Anatomi Pandanus 31

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
A Peta Kawasan Rawa Aceh Singkil L-1
B Faktor Fisik Lingkungan dan Peralatan Faktor Fisik L-2
C Gambar Morfologi Jenis-Jenis dari Marga Pandanus L-3
D Gambar Anatomi Jenis-Jenis dari Marga Pandanus L-4
E Matriks Data Karakter Morfologi dan Anatomi L-5
Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
F Titik Ordinat dari Keberadaan Marga Pandanus di L-6
Kawasan Rawa Aceh Singkil

Universitas Sumatera Utara


STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)
DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL

ABSTRAK

Studi taksonomi Pandanus (Pandanaceae) di kawasan rawa Aceh Singkil telah


dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 hingga Juni 2013. Lokasi ditentukan
dengan Metode Purposive Sampling dan pengamatan penelitian menggunakan
Metode survei serta dilakukan pengkoleksian spesimen. Berdasarkan ciri-ciri
morfologi diperoleh 5 jenis Pandanus di kawasan tersebut yaitu Pandanus
atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus
dan Pandanus tectorius. Berdasarkan morfologi dan habit, Pandanus dapat
digolongkan kedalam habit berperawakan sedang (Pandanus labyrinthicus,
Pandanus militaris) dan habit berperawakan besar (Pandanus atrocarpus,
Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius). Karakter anatomi meliputi
stomata, papilla dan sel epidermis memperkuat karakter morfologi. Jenis-jenis
Pandanus di Aceh Singkil dibagi ke dalam dua kelompok utama dengan nilai
kemiripan berkisar antara 55 % sampai 84 %.

Kata kunci: Aceh Singkil, Pandanus, Pandanaceae

Universitas Sumatera Utara


TAXONOMIC STUDY OF PANDANUS (PANDANACEAE) AT SWAMP
AREA ACEH SINGKIL

ABSTRACT

Taxonomic study on Pandanus (Pandanaceae) at swamp area of Singkil was


conducted from November 2012 until June 2013. The location determined by
purposive sampling method and observational studies conducted using the survey
method and collecting specimens. Based on morphological characters, 5 species
of Pandanus identified in the area that are Pandanus atrocarpus, Pandanus
labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus and Pandanus
tectorius. The morphology and life form of species are categorized into two types
that are medium arborescent pandan (Pandanus labyrinthicus, Pandanus
militaris) and large arborescent pandan (Pandanus atrocarpus, Pandanus
odoratissimus and Pandanus tectorius). Anatomical characters of Pandanus such
as stomata, papilla and epidermal cells supported the morphological characters.
Pandanus species in Aceh Singkil are divided into two main groups with similarity
varies from 55 % to 84%.

Keywords: Aceh Singkil, Pandanaceae, Pandanus

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandanaceae adalah kelompok tumbuhan yang persebaran geografisnya mulai


dari tepi laut hingga ke pegunungan tinggi. Pandanaceae terdiri dari 3 genus
diantaranya Sararanga Hemsl. (2 spp.), Freycinetia Gaudich. (175 spp.) dan
Pandanus L. Stickman. (600 spp.) (Stone 1976). Daerah persebaran genus
Freycinetia spp. meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Papua;
Pandanus spp. di Sumatera, Jawa, Bali, pulau Sunda, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku dan Papua; sedangkan Sararanga spp. saat ini telah ditemukan di
Indonesia bagian timur (Sulawesi). Kekayaan akan Pandanaceae menambah
daftar penggunaan tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan masyarakat
Indonesia (Wardah & Setyowati 2009).
Pandanus merupakan salah satu marga Pandanaceae yang daerah
persebarannya paling luas. Menurut Stone (1982), marga Pandanus tercatat
memiliki anggota sekitar 700 jenis. Pada kawasan Sumatera diperkirakan terdapat
sekitar 15-20 jenis dan hasil eksplorasi terbaru di kabupaten Pakpak Barat,
Sumatera Utara tercatat 4 jenis Pandanus (Sahwalita 2007).
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi di pulau
Sumatera dengan tiga lokasi rawa yaitu rawa Singkil di Aceh Singkil, rawa Kluet
di Aceh Selatan dan rawa Tripa di Nagan raya dan Aceh barat daya. Rawa Singkil
merupakan istilah umum yang digunakan dan lebih familiar oleh masyarakat
setempat bila dibandingkan dengan istilah suaka margasatwa rawa Singkil.
Berdasarkan studi dari berbagai sumber tentang kawasan rawa di pantai
barat Aceh dan pengamatan langsung di sekitar kawasan, diketahui bahwa nilai
keanekaragaman hayati di kawasan rawa Aceh Singkil cukup tinggi khususnya
Pandanus yang mendominasi pada suatu wilayah. Diperkirakan keberadaan
tumbuhan Pandanus semakin menurun karena terjadinya degradasi lingkungan,

Universitas Sumatera Utara


tingginya gangguan oleh manusia serta karena kurangnya pengetahuan tentang
manfaat dari Pandanus yang dikhawatirkan akan dapat menjadi penyebab erosi
sumber daya genetik Pandanus. Rawa ini perlu segera mendapat perhatian yang
serius dalam eksplorasi tumbuhan terutama Pandanus. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian eksplorasi guna mengetahui jenis-jenis, kemiripan
berdasarkan ciri morfologi dan anatomi, persebaran dan perkiraan habitat
Pandanus di kawasan tersebut.

1.2 Permasalahan
Rawa Singkil adalah salah satu kawasan hutan rawa yang masih tersisa
di pantai barat Sumatera dan merupakan salah satu warisan kekayaan alam
kabupaten Aceh Singkil yang sangat unik dan bernilai tinggi. Rawa ini merupakan
salah satu habitat yang banyak didiami oleh jenis-jenis Pandanus diantaranya
P. tectorius dan P. atrocarpus. Hingga saat ini belum banyak studi mengenai
keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan rawa Aceh Singkil.
Dikhawatirkan seiring dengan terjadinya degradasi habitat seperti kegiatan
pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran maka
terjadi pula degradasi sumber daya hayati khususnya Pandanus. Untuk itu perlu
dilakukan penggalian informasi plasma nutfah Pandanus di kawasan rawa Aceh
Singkil.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah, sebagai berikut:


a) Mengetahui keanekaragaman jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil
b) Menganalisis kemiripan jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil
berdasarkan ciri morfologi dan anatomi
c) Memberikan gambaran persebaran dan perkiraan habitat Pandanus.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan di kawasan rawa Singkil, kabupaten Aceh Singkil


diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman jenis
Pandanus, persebaran dan perkiraan habitatnya, memberikan data dasar yang
dapat digunakan oleh peneliti, pemerintah dan instansi/ lembaga terkait dalam
upaya penyelamatan keanekaragaman hayati dan pengembangan berkelanjutan
khususnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

George Eberhard Rumpf atau yang lebih dikenal Rumphius (1743) adalah
yang pertama kali menyebutkan dengan jelas nama “pandan” dan “tingkatan
taksonomi/ taxonomic rank yang sepadan dengan marga” untuk jenis-jenis
pandan. Sepanjang hidup Rumphius di Ambon (mulai dari tibanya di Ambon pada
tahun 1652 hingga wafatnya di tahun 1702), ia menulis banyak manuskrip
tentang flora dan fauna di Maluku. Setelah 39 tahun Rumphius wafat, kumpulan
manuskrip tersebut diterbitkan secara berseri mulai tahun 1741 hingga 1745
dengan judul Herbarium Amboinense sebanyak 6 jilid dan dalam bahasa Latin
dan Belanda (Keim 2007). Kata “pandan” itu sendiri berasal dari bahasa Melayu
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai “Pandanus”. Pandan
merupakan tumbuhan yang membutuhkan curah hujan yang tinggi dengan kondisi
tanah yang baik. Pandan tidak dapat tumbuh di daerah tanah liat yang kering
dengan curah hujan yang sedikit (Lemmens & Buyan 2003).

2.1 Keanekaragaman dan Persebaran Pandanus

Pandanus merupakan salah satu marga dari suku Pandanaceae selain Freycinetia
dan Sararanga. Marga ini mempunyai jumlah jenis yang terbesar (sekitar 600
jenis) dengan daerah persebaran paling luas meliputi bagian barat dan timur
Afrika, Madagaskar, India, Asia termasuk China dan Malesia (Malaysia,
Indonesia, Filipina, New Guinea), Australia hingga Pasifik (Stone 1975).
Pandanus dapat ditemukan hampir pada semua habitat mulai tepi laut sampai
puncak pegunungan tertinggi, di daerah berpasir atau wilayah pantai berbatu,
rawa-sungai dan rawa-mangrove. Di rawa, lebih banyak ditemukan pada daerah
yang terbuka. Pandanus juga ditemukan di hutan Dipterocarpus, kapur, rawa

Universitas Sumatera Utara


gambut hingga tanah berpasir yang relatif kering dan miskin zat-zat hara (Stone
1966, Stone 1982).
Beberapa habitat dan jenis Pandanus yang digambarkan oleh Stone
(1966) adalah sebagai berikut:
A. Daerah perairan seperti rawa, perairan air tawar atau perairan air laut
a. Mangrove, pinggiran mangrove, pasang surut rawa dan air payau
Contoh : P. odoratissimus; P. corneri.
b. Hutan rawa air tawar dan muara rawa, kadang-kadang juga sedikit payau
Contoh: P. aurantiacus; P. atrocarpus; P. helicopus; P. brevicornutus;
P. inundatus dan P. immersus.
c. Daerah berbukit, dataran rendah dan di sepanjang sungai.
Contoh: P. yvanii; P. militaris.
B. Daerah daratan, tidak pada sungai ataupun rawa yang permanen.
a. Hutan kering dataran rendah sampai hutan pegunungan cukup basah.
Contoh: P. recurvatus; P. houlletii; P. penangensis dan P. klossii.
b. Hutan pegunungan basah dengan ketinggian di bawah 1500 kaki.
Contoh: P. longicaudatus; P. ovatus dan P. stelliger.
c. Daerah bukit berkapur. Contoh: P. irregularis; P. calcicola; P. piniformis.
d. Daerah perbukitan hingga pegunungan dari ketinggian sedang hingga
dengan ketinggian tertinggi (3000-7000 kaki). Contoh: P. bidens.
e. Daerah berpasir dan daerah pantai berbatu. Contoh: P. odoratissimus dan
P. polycephalus.
.
2.2 Ciri Morfologi Pandanus
2.2.1 Perawakan

Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3-7 m,
bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar penopang sekitar pangkal
batang (Keim 2007). Pandanus ada yang berupa tumbuhan epifit dan ada juga
berupa teresterial (Gambar 1). Selain P. alticola di Malaya, ada 2 jenis Pandanus

Universitas Sumatera Utara


lain yang bersifat epifit ditemukan di Borneo yaitu P. pumilus St. John. dan
P. epiphyticus Martelli..

Gambar 1 Bentuk Hidup Pandanus. 1. Epifit (P. alticola); Teresterial berperawakan


besar 2. (P. atrocarpus) dan 4 (P. odoratissimus); 3. Pandan berperawakan
sedang (P. yvanii); 5. Pandan bersifat monopodial (P. stelliger); 6. Pandan
dengan karangan kecil (P. bidens); 7. Pandan dengan rhizome
(P. dumetorum) (Figure model dengan tinggi 5-6 kaki) (Sumber: Stone
1966).

Stone (1966) membagi Pandanus atas:


1. Batang berada di bawah tanah, mempunyai rhizome, mempunyai rumpun
daun, memiliki akar penopang dan arah tumbuh batang ke atas.
Contoh: P. dumetorum; P. saint-johnii.
2. Batang berada di atas permukaan tanah yang dibagi atas berperawakan kecil,
sedang dan besar.
a. Pandanus berperawakan kecil; batang pendek jarang tingginya mencapai
1 m, arah tumbuh ke atas, tidak bercabang atau sedikit yang memiliki
percabangan, memiliki akar penopang. Contoh: P. bidens; P. scortechinii;
P. ovatus dan P. herbaceous.
b. Pandanus berperawakan sedang; biasanya mempunyai percabangan pada
tumbuhan yang sudah tua dengan diameter 2-9 cm dan akar penopang
yang mencolok. Contoh: P. yvanii; P. aurantiacus; P. recurvatus dan
P. stelliger.

Universitas Sumatera Utara


c. Pandanus berperawakan besar; diameter batang 10-20 cm, arah tumbuh
ke atas, seringkali tinggi mencapai 5-6 m, ada atau tidak akar penopang.
Contoh: P. atrocarpus; P. penangensis; P. odoratissimus dan P. klossii.

2.2.2 Daun

Daun pandan selalu berupa daun tunggal, keras dan dapat berduri halus pada tepi
yang umumnya besar dengan panjang 2-3 m, lebar 8-12 cm, tekstur daun berlilin
dan berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daun-daun pandan mengelompok
sangat rapat dan melekat pada batang dalam tiga atau empat putaran (tristichous
atau tetratichous). Pada sebagian besar pandan, dedaunan mengelompok sangat
rapat di ujung batang membentuk karangan (rosette) (Keim 2007).
Menurut Stone (1966), ada beberapa catatan penting yang harus
diperhatikan dalam pengkoleksian daun pandan, yaitu:

1. Panjang dan lebar daun. Pada daun, terdapat duri mencolok yang berada jauh
atau dekat dari pertulangan daun, dan apakah sejajar dengan pertulangan
daun.
2. Warna daun. Pada tumbuhan muda, warna dekat pangkal daun yaitu
berwarna merah kecokelatan, merah muda, oranye, krem dan lavender.
Keseluruhan warna daun terutama pada bagian permukaan bawah daun
(berlilin, biru keabu-abuan) atau hijau, warna lebih terang atau lebih gelap
daripada bagian atas permukaan daun, kusut atau mengkilap, dll.
3. Warna duri yaitu hijau, coklat, keunguan, kemerahan atau kemerahan.
4. Koleksi daun secara lengkap dengan ujung daun yang utuh itu sangat penting
karena sifatnya tidak keras dan mudah patah. Banyak jenis dengan ujung
daun yang memanjang.
5. Organ tambahan pada daun apakah duri pada pertulangan daun melengkung
ke depan atau berada dekat pangkal daun.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Perbungaan

Perbungaan berbentuk malai (panicles) atau tongkol (spadices). Perbungaan pada


pandan hanya terdiri dari satu kelamin saja (unisexual). Berumah dua, perbungaan
jantan dan perbungaan betina terdapat pada individu yang berbeda. Perbungaan
baik jantan maupun betina adalah terminal (di ujung batang). Tidak ada perbedaan
antara mahkota (corolla) dan kelopak (calyx) bunga atau bunga pandan hanya
tersusun atas perhiasan bunga (perianth). Jumlah benang sari sangat banyak.
Bakal biji (ovule) satu hingga banyak. Perbungaan jantan pada pandan amat
jarang ditemui. Hal ini disebabkan masa mekarnya (anthesis) bunga jantan yang
sangat singkat yaitu 1-3 hari. Sebaliknya, masa perkembangan dari perbungaan
ke perbuahan pada individu betina sangat panjang dan dapat mencapai waktu
berbulan-bulan. Oleh karena itu klasifikasi pandan lebih didasarkan atas alat
kelamin betinanya (Keim 2007).

2.2.4 Perbuahan

Buah dapat berupa buah majemuk yang menyatu (syncarp). Buah majemuknya
dapat berupa buah majemuk satu tingkat artinya buah majemuk selalu tersusun
atas buah tunggal (drupe) yang kemudian bersama-sama membentuk buah
majemuk. Sebagian yang lain berupa buah majemuk dua tingkat artinya beberapa
buah tunggal ada yang menyatu membentuk kelompok-kelompok majemuk yang
disebut phalange, beberapa phalange ini kemudian bersama-sama membentuk
buah majemuk tingkat berikutnya. Oleh karena itu, secara umum buah majemuk
pada pandan mempunyai istilahnya sendiri, “kepala” atau cephalium (Keim 2007).

2.3 Ciri Anatomi (Stomata)

Stomata berasal dari kata Yunani, stoma yang mempunyai arti lubang atau porus.
Esau mengartikannya sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada diantaranya.
Jadi stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang

Universitas Sumatera Utara


masing-masing dibatasi oleh dua buah “guard cell” atau sel-sel penutup
(Sutrian 1992).
Stomata adalah celah diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis
khusus yang disebut sel penutup. Di dekat sel penutup terdapat sel-sel yang
mengelilinginya disebut sel tetangga. Sel penutup dapat membuka dan menutup
sesuai dengan kebutuhan tanaman akan transpirasinya, sedangkan sel-sel tetangga
turut serta dalam perubahan osmotik yang berhubungan dengan pergerakan sel-sel
penutup (Pandey 1982).
Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan
dengan udara terutama di daun, batang dan rhizome (Fahn 1991). Stomata
umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa spesies
tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun. Ada pula
tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daun, misalnya
pada bunga lili air. Bentuk atau tipe stomata dibedakan atas 4 yaitu anomositik,
anisositik, parasitik dan diasitik (Lakitan 1993).
Menurut fungsi, bentuk, ukuran dan susunan sel-sel epidermis tidaklah
sama atau berbeda pada berbagai jenis tumbuhan, demikian juga dengan bentuk
atau tipe stomata (Fahn 1991). Walaupun berbeda epidermisnya, semua epidermis
tersusun rapat satu sama lain dan membentuk bangunan padat tanpa ruang antar
sel (Woelaningsih 2001). Setiap jenis tumbuhan mempunyai struktur sel
epidermis yang berbeda. Perbedaan struktur sel epidermis yang dimaksud dapat
berupa bentuk dan susunan sel epidermis, letak atau kedudukan stomata terhadap
sel tetangga, arah membukanya stomata, bentuk stomata, jumlah sel epidermis dan
stomata, jarak antara stomata dan panjang sel epidermis dan stomata
(Rompas et al. 2011).
Dalam hal penelitian taksonomi, pendekatan dengan penanda morfologi
sangat umum dilakukan. Namun, sering juga penanda morfologi ini menghasilkan
sejumlah problem karena plastisitasnya cukup tinggi sehingga diperlukan analisis
tambahan yaitu pendekatan secara anatomi (stomata). Pendekatan anatomi
mempunyai peran penting yang digunakan untuk menguatkan batasan-batasan
takson, terutama bukti taksonomi untuk memperkuat karakter morfologi yang

Universitas Sumatera Utara


masih meragukan. Selain itu juga mempunyai kegunaan yang besar pada takson
infragenetik. Karakter anatomi baik digunakan untuk mengidentifikasi maupun
untuk menentukan hubungan filogenetik. Pendekatan taksonomi dengan penanda
morfologi dan anatomi hingga saat ini masih merupakan pendekatan yang paling
banyak digunakan karena secara umum pendekatan ini membutuhkan biaya yang
tidak terlalu besar dan lebih efisien dalam waktu jika dibandingkan dengan
pendekatan secara molekuler (Pasaribu 2010).

2.4 Kegunaan Pandanus

Pandanus adalah kelompok tumbuhan yang anggotanya memiliki manfaat yang


besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pandan hutan termasuk tumbuhan
yang multiguna dimana semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan (Tabel 1).
Akar digunakan sebagai tali; batang sebagai bahan pembuatan kapak kecil atau
nani; tongkol bunga sebagai obat, makanan dan pengharum; tongkol buah sebagai
obat, sumber minyak, penyedap nasi; tunas muda sebagai lalap, obat; serta daun
sebagai bahan anyaman, bahan pulp, obat dan bahan minyak wangi
(Sahwalita 2007).
Pemanfaatan tumbuhan khususnya Pandanus yang berdaya guna
memerlukan pencegahan terhadap dampak negatif yang mengancam kelestarian
jenis tumbuhan itu sendiri. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pengenalan,
pengembangan dan peningkatan sumber daya tumbuhan tersebut yang di dukung
dengan pemahaman yang mendalam tentang arti dan peranannya bagi kehidupan
dan kesejahteraan umat manusia sehingga pembangunan yang dijalankan lebih
bijaksana, terutama dalam mengelola kekayaan sumber daya alam hayati tersebut
(Yuliana & Lekitoo 2006).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1 Keanekaragaman Jenis Pandanus sebagai bahan pangan
(Sumber: Purwanto & Munawaroh. 2010)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Potensi dan wilayah persebarannya
1 Buah merah P. conoideus Telah dibudidayakan secara tradisional, memiliki
potensi sebagai bahan ramuan obat, bahan pangan
tambahan dan bahan adat
2 Kelapa hutan P. julianettii Telah dibudidayakan oleh masyarakat Papua di
dan P. iwen kawasan pegunungan Tengah (Lembah Baliem dan
sekitarnya) sebagai bahan pangan
3 Kelapa hutan P. brosimos Telah dibudidayakan oleh masyarakat Papua di
kawasan pegunungan Tengah (Lembah Baliem dan
sekitarnya) sebagai bahan pangan
4 Pandan P. krauelianus Secara terbatas dimanfaatkan sebagai bahan pangan
raintui dan daunnya sebagai bahan kerajinan
5 - P. dubius dan Melimpah di kawasan Pantai; berpotensi sebagai jenis
P. tectorius tanaman pangan dan kerajinan

Universitas Sumatera Utara


BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Deskripsi Area


3.1.1 Letak dan Luas

Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu kabupaten yang berada di ujung
selatan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dimekarkan dari kabupaten
Aceh Selatan dan berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Utara. Letak
geografis kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2°02’-2°027’30’’ LU dan
97°04’-97°45’00’’ BT dengan luas daerah 2.187 km2 atau 218.700 Ha
(BPS Aceh Singkil 2012).
Rawa Singkil merupakan kawasan hutan rawa pantai yang terletak di
daerah pantai barat Aceh dengan luas 102.500 Ha. Kawasan ini memiliki bentuk
seperti botol di mana lehernya berujung pada bagian utara. Bagian baratnya
dibatasi oleh pantai pasir putih yang berbatasan dengan laut Hindia yang
merupakan tempat perlindungan penyu. Sebelah timur dan selatan berbatasan
dengan sungai Alas, sementara di sebelah utara dibatasi oleh sungai Trumon
(Leuser Development Programme 1995).
Kawasan rawa Singkil merupakan perwakilan ekosistem lahan basah di
hutan hujan tropis dataran rendah dan bagian dari kawasan ekosistem Leuser
berdasarkan Keppres No. 33 tahun 1998. Kawasan ini memiliki fungsi konservasi
yang sangat penting karena kawasan ini menjadi habitat utama bagi satwa liar
yang dilindungi dan terancam punah secara global. Tingginya nilai konservasi di
kawasan tersebut, menjadikan kawasan ini telah disepakati oleh para pakar
sebagai salah satu kawasan kunci keanekaragaman hayati (key biodiversity area)
di pulau Sumatera (Conservation International 2007).

Universitas Sumatera Utara


3.1.2 Topografi

Berdasarkan peta topografi, sebagian besar wilayah kabupaten Aceh Singkil


adalah dataran. Bentuk wilayah yang datar ini umumnya terletak di bagian selatan.
Pada bagian selatan, fisiografi terdiri atas dataran alluvial sungai dan endapan
pasir laut yang sebagian besar merupakan ekosistem rawa yang unik. Disamping
itu, terdapat juga bahan induk tanah berupa bahan organik yang sebagiannya telah
terdekomposisi membentuk gambut. Sedangkan daerah berbukit berada di bagian
utara. Diantara bukit terdapat sungai dan anak sungai yang bermuara ke Samudera
Hindia. Elevasi permukaan lahan dari permukaan laut di kabupaten Aceh Singkil
bervariasi mulai 0-1000 meter di atas permukaan laut (dpl) (BLH Aceh Singkil
2005).

3.1.3 Iklim

Menurut Schmidt dan Ferguson, wilayah kabupaten Aceh Singkil tergolong ke


dalam tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah kabupaten
Aceh Singkil sebagai berikut:
a. Bagian Utara berkisar 2.900-3700 mm/tahun;
b. Bagian Barat berkisar 2.300-3.000 mm/tahun;
c. Bagian Selatan termasuk Kepulauan Banyak berkisar 2.850-3.600 mm/tahun;
d. Bagian Timur berkisar 2.700-3.700 mm/tahun; dan
e. Bagian Tengah berkisar 2.850-3.350 mm/tahun.
Selain itu, wilayah-wilayah yang termasuk dalam kabupaten ini juga
memiliki tingkat kelembaban udara yang juga cukup tinggi. Implikasi dari letak
geografis yang berdekatan dengan pantai, maka kota Singkil mempunyai rata-rata
suhu harian yang agak panas yaitu antara 27-33°C (BLH Aceh Singkil 2011).

Universitas Sumatera Utara


3.1.4 Keanekaragaman Hayati

Rawa Singkil memiliki kekayaan flora yang bernilai biologis dan ekonomis tinggi.
Data Dirjen PHKA (2004) menunjukkan bahwa jenis kayu meranti, damar laut,
kapur, kerwing, lesi-lesi/ medang adalah jenis-jenis kayu yang bernilai ekonomis
tinggi dan sebagian besar kayu ini berasal dari hutan di sekitar rawa Singkil. Hal
ini diperkuat juga oleh hasil diskusi Focus Group Discussion (FGD) dengan staff
Pemda yang menyatakan bahwa Singkil dahulu dikenal sebagai penyuplai kayu
bernilai ekonomis tinggi dan kini saat luasan hutan di daerah ini semakin
berkurang, suplai kayu yang bisa diharapkan adalah dari rawa Singkil. Jenis-jenis
fauna yang terdapat di kawasan rawa Singkil cukup beragam. Setidaknya tiga
spesies satwa Sumatra endemik dan terancam punah dapat ditemukan di
kawasan ini yaitu, Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
(Ariantiningsih 2007).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 sampai dengan Juni 2013
di kawasan rawa Singkil, kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Eksplorasi dan Karakterisasi Morfologi

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera (dokumentasi),


parang, cutter, gunting tanaman, tali rafia, label spesimen, lakban, spidol,
meteran, plastik ukuran 60x40 cm, alat tulis dan buku lapangan, buku identifikasi,
peta rawa Singkil, higrometer, termometer, soil termometer, soil pH, lux meter,
altimeter dan GPS (Global Positioning System) dan sasak kayu (alat press).
Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70 %.

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Karakterisasi Anatomi

Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, gelas objek dan cover glass, gunting
kecil, backer glass, pinset, hot plate, mikroskop, kamera digital, tissue gulung
Sedangkan bahan yang digunakan adalah potongan daun koleksi spesimen
herbarium, alkohol 70%, HNO 3 50%, safranin 1% dan gliserin.

3.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1 Di Lapangan
3.4.1.1 Pemilihan lokasi

Dalam pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan Metode Purposive Sampling


sesuai dengan keberadaan Pandanus dengan bantuan masyarakat lokal.
Berdasarkan informasi yang diperoleh maka dilakukan survei lokasi yang telah
dilakukan pada bulan Nopember 2012 untuk menentukan wilayah studi. Dari
survei yang telah dilakukan diperoleh hasil sementara yaitu ditemukan dua jenis
Pandanus seperti P. labyrinthicus dan P. tectorius.

3.4.1.2 Inventarisasi dan Koleksi Spesimen

Potensi keberadaan Pandanus diidentifikasi dengan melakukan pengamatan


dengan Metode survei. Keadaan rawa Singkil yang sebagian besar dibatasi oleh
sungai maka eksplorasi dilakukan dengan menggunakan Robin (istilah perahu
tradisional oleh masyarakat setempat) dan sebagian daerah berupa dataran
sehingga eksplorasi dilakukan dengan metode jelajah di sepanjang jalur yang ada.
Metode identifikasi spesies dengan mengambil contoh material setiap
tumbuhan pandan hutan yang terbaik dengan ciri-ciri yang masih lengkap
kemudian dilakukan pengkoleksian spesimen. Koleksi dapat dilakukan baik dalam
bentuk basah maupun koleksi kering. Bagian vegetatif tumbuhan yang
berperawakan kecil dapat dikoleksi seluruhnya. Untuk tumbuhan yang
berperawakan besar, dianjurkan untuk memisahkan daun dengan pangkal, tengah,

Universitas Sumatera Utara


ujung dan masing-masing bagian diberi penomoran pada label spesimen kemudian
disusun di antara lipatan koran serta diikat dengan tali plastik, dimasukkan ke
dalam kantung plastik yang berukuran 60x40 cm, kemudian disiram dengan
alkohol 70% sampai basah agar spesimen tidak berjamur, diusahakan sebelum
kantung plastik ditutup rapat dikosongkan terlebih dahulu udara yang terdapat di
dalam kantung plastik tersebut seminimal mungkin, kemudian kantung plastik
ditutup rapat dengan lakban.

3.4.1.2 Parameter Pengamatan

Adapun parameter pengamatan yang dilakukan dalam penelitian


Pandanus adalah sebagai berikut:
1) Parameter Morfologi
Parameter morfologi yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis Pandanus
meliputi habit, habitat, proproots (akar penopang), batang, daun, perbungaan,
dan perbuahan.
2) Parameter Ekologi
Aspek lainnya adalah Parameter Ekologis meliput i daerah persebaran,
kelembaban udara dengan higrometer, suhu udara dengan termometer, suhu
tanah dengan soil termometer, pH tanah dengan soil pH, intensitas cahaya
dengan lux meter, ketinggian dan titik ordinat dengan GPS (Global
Positioning System) dari setiap jenis Pandanus yang ditemukan.

3.4.2 Di Laboratorium
3.4.2.1 Identifikasi karakter morfologi

Spesimen dari lapangan dibuka, koran diganti dengan yang baru, kemudian
spesimen dikeringkan dalam oven pengering dengan suhu ± 60°C sampai
spesimen kering. Spesimen yang telah kering dilakukan pengamatan morfologinya
dan diidentifikasi dengan buku-buku acuan antara lain:

Universitas Sumatera Utara


a. Flora Malesiana (Steenis, 1976)
b. Malayan Wild Flowers (Monocotyledons) (Henderson, 1954)
c. Revision of the Genus Pandanus Stickman Part 1: Key to the Sections
(St. John, 1960)
d. Kumpulan jurnal-jurnal Pandanus
Jenis-jenis yang tidak dapat diidentifikasi di Herbarium Medanense
(MEDA), Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA,
Universitas Sumatera Utara dikirim ke Herbarium Bogoriense untuk diidentifikasi
lebih lanjut .

3.4.2.2 Identifikasi karakter anatomi (Stomata dan Sel epidermis)

Pengamatan stomata dilakukan dengan membuat sayatan paradermal


semi-permanent dengan metode gabungan Simple Scraping Technique dari
Metcalfe (1960) yang dimodifikasi. Bahan yang digunakan diambil dari daun
koleksi spesimen herbarium yang direbus dengan air selama 5-10 menit
(perebusan tergantung pada tebal tipisnya daun) dan setelah itu direndam
menggunakan alkohol 70 % selama ± 1 minggu hingga daun lunak. Kemudian
dilakukan perebusan dengan menggunakan HNO 3 50 % selama lebih kurang
5-10 menit sampai lapisan epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dari
jaringan mesofil. Lapisan epidermis tersebut direndam dalam 1% safranin selama
5 menit; setelah diwarnai diletakkan pada gelas objek dengan gliserin, kemudian
ditutup dengan gelas penutup. Dioleskan cutex transparan pada pinggiran gelas
penutup. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 kali.
Karakter anatomi yang diamati adalah bentuk dan susunan dari stomata dan sel
epidermis pada bagian adaxial (atas) dan abaxial (bawah) daun Pandanus
kemudian dilakukan pengukuran stomata, penghitungan jumlah sel epidermis dan
stomata yang dihitung dalam satu bidang pandang mikroskop dan dilakukan
sebanyak 10 kali yang dipilih secara acak untuk setiap potongan daun Pandanus.

Universitas Sumatera Utara


33.5 Analisis Data
3.5.1 Ukuran stomata

Ukuran stomata merupakan gabungan dari area sel penutup (guard cells) dengan
celah yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Franco (1939) yaitu:
a x b x 0,7854
dimana, a = panjang stomata,
b = lebar stomata

3.5.2 Indeks Stomata (IS)

Indeks stomata merupakan rasio sel-sel epidermis dan stomata yang dapat di
determinasi dengan rumus Salisbury (1927) yaitu:


�= � ���
�+�

dimana, I= Indeks stomata;


S= Jumlah stomata dalam unit area;
E = Jumlah sel-sel epidermis dalam unit area

Data indeks stomata yang diperoleh merupakan nilai rata-rata dari pengukuran 10
bidang pandang yang dipilih secara acak.

3.5.3 Kemiripan Jenis-jenis Pandanus

Berdasarkan karakter-karakter hasil pengamatan morfologi dan anatomi,


dilakukan analisis kemiripan untuk melihat kecenderungan pengelompokkan
jenis-jenis Pandanus dengan menggunakan program NTSYSpc (Numerical
Taxonomy and Multivariate System) version 2.11a oleh Rohlf (2002).

Universitas Sumatera Utara


3.5.4 Persebaran Jenis-jenis Pandanus

Untuk mengetahui persebaran jenis-jenis Pandanus yang terdapat di kawasan


rawa Aceh Singkil dapat digambarkan dengan peta persebaran dengan
menggunakan software MapInfo Profesional version 10.0 (Pitney 2009).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keanekaragaman Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh


Singkil

Dari eksplorasi dan karakterisasi morfologi yang dilakukan di kawasan rawa


Aceh Singkil diperoleh 5 jenis Pandanus yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus
labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus
tectorius. Pandanus yang ditemukan ini tergolong banyak bila dibandingkan
dengan kawasan hutan lain di Sumatera. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh
Sahwalita (2007) memperoleh 4 jenis Pandanus di desa Pardukapan kecamatan
Kerajaan, kabupaten Pakpak barat, provinsi Sumatera Utara dan Stone (1970)
menyatakan bahwa jumlah jenis Pandanus di Sumatera berkisar 15-20 jenis.
Perkiraan jenis Pandanus yang ditemukan ini suatu saat bisa saja berubah
mengingat belum banyak penelitian yang dilakukan di kawasan hutan lain di
Sumatera.
Jumlah jenis Pandanus yang ditemukan tersebut diduga karena daerah ini
memiliki kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan Pandanus Aceh
Singkil merupakan wilayah yang dikategorikan beriklim tropis dan cenderung
memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu mencapai 2847 mm per tahun (BLH
Aceh Singkil 2011). Selain itu, memiliki tingkat kelembaban udara yang cukup
tinggi dan mempunyai suhu rata-rata agak panas yaitu 27-33°C. Menurut
Norwegia (1994), Pandanus merupakan tumbuhan yang membutuhkan curah
hujan yang tinggi dengan kondisi tanah yang baik. Pandanus tidak dapat tumbuh
di daerah tanah liat yang kering dengan curah hujan yang sedikit.

Universitas Sumatera Utara


4.2 Persebaran Jenis-Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh
Singkil

Jenis-jenis Pandanus yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil terdiri atas
beberapa habitat. P. odoratissimus dan P. tectorius ditemukan pada daerah pantai
berupa daratan yang relatif kering dengan tekstur tanah berpasir namun masih
terpengaruh pasang-surut air laut. Sementara P. atrocarpus ditemukan pada rawa
pesisir berupa daratan yang relatif basah yang juga dipengaruhi pasang-surut air
laut, sedangkan P. labyrinthicus dan P. militaris selain terdapat pada rawa pesisir
juga ditemukan pada daerah perairan yaitu rawa pedalaman yang tidak
dipengaruhi pasang-surut air laut (Gambar 2).

Gambar 2 Peta Persebaran Jenis-Jenis Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

Gambar diatas memperlihatkan jenis-jenis Pandanus yang ditemukan


mendiami beberapa habitat yaitu daratan relatif kering (pantai), daratan relatif
basah (rawa pesisir) serta daerah perairan (rawa pedalaman). Hal ini
menunjukkan bahwa Pandanus mampu hidup pada habitat yang berbeda. Sesuai
dengan pendapat Stone (1966) yang menyatakan bahwa Pandanus dapat
ditemukan hampir pada semua habitat mulai tepi laut sampai puncak pegunungan
tertinggi, di daerah berpasir atau wilayah pantai berbatu, rawa-sungai dan

Universitas Sumatera Utara


rawa-mangrove.
Kehadiran suatu jenis tumbuhan di tempat tertentu, berkaitan erat dengan
faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik antara
satu dengan yang lain, namun cukup sulit untuk mencari penyebab terjadinya
kaitan yang erat tersebut (Syafei 1994). Beragamnya jumlah jenis yang diperoleh
mungkin disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sangat khas pada
masing-masing habitat. Hasil di lapangan menunjukkan jenis Pandanus lebih
banyak ditemukan pada daratan yang relatif basah dengan suhu berkisar 26-27°C
dengan kelembaban antara 80-90% dan intensitas cahaya 1070-1319 Lux meter
(Lampiran B) dengan jenis tanah berupa tanah alluvial yang berasal dari hasil
pengendapan lumpur sungai yang tanahnya lebih subur karena adanya masukan
air sungai yang membawa unsur-unsur hara bila dibandingkan dengan daratan
yang relatif kering dengan suhu udara 29-31°C, suhu tanah 32-33 °C, kelembaban
udara berkisar 50-80 %, intensitas cahaya 1666-1816 Lux meter, pH tanah
6,1-6,2 serta dengan jenis tanah berpasir yang berasal dari pelapukan batuan yang
tidak dapat mengikat air serta daerah perairan berupa rawa pedalaman yang tidak
dipengaruhi pasang-surut air laut dimana sumber hara hanya berasal dari masukan
air hujan.

4.3 Karakterisasi Morfologi


4.3.1 Habitat

Jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil terdapat pada daratan dan
daerah perairan (Gambar 3). P. odoratissimus dan P. tectorius ditemukan di
daratan yang relatif kering berupa daerah pantai berpasir yang relatif landai
dengan vegetasi pes-caprae (Ipomea pes-caprae) dan cemara pantai (Casuarina
equisetifolia), sedangkan P. atrocarpus, P. militaris dan P. labyrinthicus
ditemukan pada daratan relatif basah dengan rawa pesisir yang dipengaruhi
pasang-surut air laut. P. labyrinthicus dan P. militaris selain terdapat pada daratan
yang relatif basah juga ditemukan pada daerah perairan yaitu rawa pedalaman
yang tidak dipengaruhi pasang-surut air laut. Hal ini sesuai dengan pendapat

Universitas Sumatera Utara


Stone (1966) yang menggambarkan beberapa habitat beserta jenis Pandanus yaitu
daratan relatif kering (daerah berpasir dan pantai berbatu) dengan jenis
P. odoratissimus; daratan relatif basah (hutan rawa air tawar) dengan jenis
P. atrocarpus; daerah berbukit, dataran rendah dan di sepanjang sungai dengan
jenis P. militaris.

Gambar 3 Habitat Pandanus. (A) Daerah pantai; (B) Rawa pesisir; (C) Rawa
pedalaman.

4.3.2 Perawakan

Jenis Pandanus yang ditemukan tergolong tumbuhan dengan perawakan sedang


yaitu P. labyrinthicus dan P. militaris dan tumbuhan dengan perawakan besar
yaitu P. tectorius, P. odoratissimus dan P. atrocarpus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Stone (1966) yang membagi Pandanus atas perawakan
kecil, sedang dan besar. Pandanus berperawakan sedang biasanya mempunyai
percabangan pada tumbuhan yang sudah tua dengan diameter 2-9 cm dan akar
penopang yang mencolok, sedangkan Pandanus berperawakan besar batang
10-20 cm, arah tumbuh ke atas, tinggi mencapai 5-6 m, ada atau tidak akar
penopang (Proproots). Contoh: P. atrocarpus dan P. odoratissimus.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4 Perawakan dan Proproots Pandanus. (A) Perawakan sedang
P. labyrinthicus, (B) Perawakan besar P. atrocarpus, (C) Proproots
P. labyrinthicus, (D) Proproots P. atrocarpus.

4.3.3 Batang

Jenis Pandanus yang ditemukan memiliki karakter morfologi permukaan batang


yang berbeda-beda (Gambar 5). Permukaan batang dengan tonjolan seperti duri
(lentisel) meliputi P. atrocarpus, P. labyrinthicus, P. odoratissimus, P. tectorius
dan permukaan seperti beruas dan tidak memiliki duri (lentisel) pada jenis
P. militaris.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5 Permukaan Batang Pandanus. (A) Permukaan dengan lentisel
P. tectorius, (B) Permukaan seperti beruas tanpa lentisel P. militaris.

4.3.4 Daun

Jenis Pandanus yang ditemukan memiliki karakter morfologi daun yang berbeda.
Bentuk daun berupa bangun pita pada jenis P. labyrinthicus, P. militaris dan
bangun lidah pada jenis P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius. Pada
Pandanus terdapat duri pada tepi daun (margin) berwarna gelap yaitu jenis
P. labyrinthicus, P. militaris dan P. atrocarpus sedangkan berwarna terang yaitu
jenis P. odoratissimus dan P. tectorius. Selain itu, terdapat juga duri membalik
(recurved spines) di bagian permukaan bawah daun kecuali jenis P. militaris
dengan permukaan bawah daun licin. Recurved spines pada jenis P. labyrinthicus
berwarna gelap sedangkan P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius
berwarna terang. Stone (1966) berpendapat ada beberapa catatan penting yang
harus diperhatikan dalam pengkoleksian daun pandan, yaitu warna duri bagian
tepi yaitu hijau, coklat, keunguan, kemerahan atau kehitaman dan organ tambahan
pada daun apakah duri pada pertulangan daun (recurved spines) melengkung ke
arah keluar atau mengarah ke dalam.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6 Bentuk dan Duri Pandanus. (A) Bangun pita P. labyrinthicus; (B) Bangun
lidah P. tectorius; (C) Permukaan bawah daun licin tanpa recurved spines
P. militaris; (D) Permukaan bawah dengan recurved spines berwarna gelap
P. labyrinthicus; (E) Duri tepi daun berwarna gelap P. labyrinthicus;
(F) Permukaan bawah dengan recurved spines dan duri tepi daun berwarna
terang P. tectorius.

4.3.5 Perbungaan

Jenis P. labyrinthicus merupakan satu-satunya jenis Pandanus yang ditemukan di


kawasan rawa Aceh Singkil dengan perbungaan jantan. Perbungaan berbentuk
malai (panicles) dan terletak terminal (di ujung batang). Tidak ada perbedaan
antara mahkota (corolla) dan kelopak (calyx) bunga atau bunga pandan hanya
tersusun atas perhiasan bunga (perianth). Jumlah benang sari sangat banyak.
Keim (2007) menyatakan bahwa perbungaan jantan pada pandan amat jarang
ditemui. Hal ini disebabkan masa mekarnya (anthesis) bunga jantan yang sangat

Universitas Sumatera Utara


singkat yaitu 1 hingga 3 hari. Sebaliknya, masa perkembangan dari perbungaan ke
perbuahan pada individu betina sangat panjang dan dapat mencapai waktu
berbulan-bulan.

Gambar 7 Perbungaan Jantan P. labyrinthicus

4.3.6 Perbuahan

Beberapa jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil ditemukan lengkap


dengan buah kecuali pada P. atrocarpus, ada yang berupa seperti tandan
(cephalia) pada P. labyrinthicus dan jenis lainnya berupa cephalium pada
P. odoratissimus, P. tectorius dan P. militaris. Keim (2007) berpendapat bahwa
sebagian anggota Pandanaceae, buah majemuknya dapat berupa buah majemuk
satu tingkat artinya buah majemuk selalu tersusun atas buah tunggal (drupe) yang
kemudian bergabung membentuk buah majemuk. Sebagian yang lain berupa buah
majemuk dua tingkat artinya beberapa buah tunggal ada yang menyatu
membentuk kelompok-kelompok majemuk yang disebut phalange, beberapa
phalange ini kemudian bersama-sama membentuk buah majemuk tingkat
berikutnya yang disebut “kepala” atau cephalium.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8 Perbuahan Pandanus. (A) Cephalia P. labyrinthicus; Cephalium
(B) P. tectorius, (C) P. odoratissimus, (D) P. militaris dan
(E) P. labyrinthicus; (F) Phalange P. tectorius; (G) Drupa
P. labyrinthicus

4.4 Karakterisasi Anatomi

Pengamatan stomata pada sayatan paradermal semi-permanent dengan perbesaran


40 kali menunjukkan bahwa tipe stomata pada Pandanus adalah anomositik yaitu
memiliki sel epidermis dan sel penjaga yang tidak mudah dibedakan. Selain itu,
stomata pada daun Pandanus terdapat di permukaan atas (adaxial) dan bawah
(abaxial) daun. Sutrian (1992) berpendapat bahwa umumnya stomata terdapat
pada kedua permukaan atau hanya terdapat pada satu permukaan saja yaitu pada
permukaan bagian bawah (Gambar 9).

Universitas Sumatera Utara


1

Gambar 9 Tipe Stomata Anomositik P. tectorius (A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus,
(2) Sel penutup, (3) Sel tetangga, (4) Sel epidermis dan (5) Papilla
(Perbesaran 40x).

4.5 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata

Hasil analisis dari frekuensi, indeks dan ukuran stomata pada Pandanus sangat
bervariasi dimana pada bagian abaxial daun lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bagian adaxial (Tabel 2).

Tabel 2 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata Daun Pandanus


di Kawasan Rawa Aceh Singkil
No Jenis Frekuensi (mm2) Indeks (%) Ukuran (µm)
Adaxial
1 P. atrocarpus 13,1 0,80 68,46
2 P. labyrinthicus 14,73 0,90 58,85
3 P. militaris 11,46 0,70 71,10
4 P. odoratissimus 19,64 1,21 34,91
5 P. tectorius 14,73 0,90 17,46
Abaxial
1 P. atrocarpus 78,58 4,82 84,29
2 P. labyrinthicus 137,51 8,46 72,23
3 P. militaris 47,47 2,91 92,75
4 P. odoratissimus 152,24 9,34 26,78
5 P. tectorius 160,43 9,87 32,60

Pada adaxial, frekuensi dan indeks stomata tertinggi terdapat pada


P. odoratissimus masing-masing sebesar 19,64 dan 1,21 diikuti oleh P. tectorius

Universitas Sumatera Utara


dan P. labyrinthicus sebesar 14,73 dan 0,90 serta frekuensi dan indeks stomata
terendah pada P. militaris masing-masing sebesar 11,46 dan 0,70, sedangkan
ukuran stomata tertinggi pada P. militaris sebesar 71,10 dan terendah pada
P. tectorius sebesar 17,46.
Pada abaxial, frekuensi dan indeks stomata tertinggi terdapat pada
P. tectorius masing-masing sebesar 160,43 dan 9,87 diikut i oleh P. odoratissimus
sebesar 152,24 dan 9,34 serta frekuensi dan indeks stomata terendah pada
P. militaris masing-masing sebesar 47,47 dan 2,91, sedangkan ukuran stomata
tertinggi pada P. militaris sebesar 92,75 dan terendah pada P. odoratissimus
sebesar 26,78.
P. tectorius dan P. odoratissimus merupakan jenis Pandanus yang
ditemukan pada habitat teresterial berupa daratan yang relatif kering dengan
intensitas cahaya yang tinggi yaitu sebesar 1666-1816 Lux meter bila
dibandingkan dengan habitat akuatik dengan intensitas cahaya sebesar 1070-1319
Lux meter. Kedua jenis Pandanus ini memiliki nilai frekuensi dan indeks yang
tinggi serta ukuran yang terendah dibandingkan dengan jenis Pandanus lainnya
yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil. Frekuensi stomata tiap-tiap
tumbuhan beragam. Sama halnya dengan indeks stomata yaitu perbandingan
antara jumlah stomata dengan jumlah total epidermis ditambah stomata yang
menunjukkan tingkat kerapatan stomata (Wallis 1965).
Menurut Kimball (2006) intensitas cahaya merupakan salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi kerapatan stomata. Willmer (1983) juga
berpendapat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya, frekuensi stomata di kedua
permukaan daun juga semakin meningkat, meskipun peningkatan frekuensi
tersebut tidak signifikan. Selain itu, Wahyuningsih et al (2006) menyatakan
bahwa daun pada tumbuhan yang terpapar cahaya dengan intensitas tinggi
mempunyai stomata lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan
yang tumbuh ditempat naungan dan lembab.

Universitas Sumatera Utara


4.6 Ciri-Ciri Morfologi dan Anatomi

Berdasarkan pengamatan, diperoleh ciri-ciri morfologi dan anatomi yang dapat


digunakan dalam pengelompokkan jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Singkil.
Karakter pembeda yang digunakan sebanyak 19 karakter yang mencakup karakter
morfologi dan anatomi (Tabel 3).

Tabel 3 Karakter Morfologi dan Anatomi Pandanus

NO KARAKTER KATEGORI
1 Habitat pantai (0) absent , (1) present
2 Habitat rawa pesisir-rawa pedalaman (0) absent , (1) present
3 Habitat rawa pesisir (0) absent , (1) present
4 Habit sedang (0) absent , (1) present
5 Habit besar (0) absent , (1) present
6 Proproots (0) absent , (1) present
7 Diameter batang (0) 9-12 cm , (1) 13-17 cm
8 Bangun lidah (0) absent , (1) present
9 Bangun pita (0) absent , (1) present
10 Ujung runcing (0) absent , (1) present
11 Ujung meruncing (0) absent , (1) present
12 Recurved spines (0) absent , (1) present
13 Perbungaan (0) absent , (1) present
14 Perbuahan (0) absent , (1) present
15 Cephalia (0) absent , (1) present
16 Cephalium (0) absent , (1) present
17 Permukaan atas phalange menonjol (0) absent , (1) present
18 Permukaan atas phalange rata (0) absent , (1) present
19 Papilla (0) absent , (1) present

4.7 Analisa Kemiripan Morfologi dan Anatomi Menggunakan NTSYS


Berdasarkan hasil pengamatan morfologi dan anatomi dilakukan analisis
kemiripan dengan 19 karakter pembeda (Tabel 4) untuk melihat kecenderungan
pengelompokkan jenis-jenis Pandanus dengan menggunakan program NTSYSpc
(Numerical Taxonomy and Multivariate System) version 2.11a (Rohlf 2002) dan
diperoleh pengelompokkan jenis Pandanus dalam bentuk Phenogram seperti
berikut ini (Gambar 10).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 10 Phenogram Jenis Pandanus Berdasarkan Karakter Morfologi dan
Anatomi

Dari phenogram tersebut maka jenis Pandanus yang ditemukan


dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok I dan kelompok II
dengan kisaran tingkat kemiripan 55%-84%. Kelompok I terdiri atas dua
subkelompok yaitu C (jenis P. atrocarpus dengan kisaran kemiripan 55-84 %) dan
D terdiri dari jenis P. odoratissimus dan P. tectorius dengan kisaran kemiripan
84 % sedangkan Kelompok II terdiri atas 2 subkelompok yaitu E
(P. labyrinthicus) dan F (P. militaris) dengan kisaran kemiripan 73%-84 %.
Pemisahan dua kelompok ini didasarkan pada perbedaan ciri morfologi
yang mencolok yaitu habit dan habitat dari masing-masing jenis Pandanus.
Kelompok I merupakan Pandanus habit/ berperawakan besar. Selain habit,
perbedaan habitat dari masing-masing jenis Pandanus juga mendasari pemisahan
Pandanus menjadi subkelompok dimana subkelompok C (P. atrocarpus)
ditemukan pada habitat rawa pesisir sedangkan subkelompok D (P. odoratissimus,
P. tectorius) ditemukan pada habitat pantai dan memiliki kemiripan yang tinggi.
Hal ini dikarenakan pada kedua jenis (P. odoratissimus, P. tectorius) memiliki
banyak kesamaan ciri morfologi diantaranya memiliki habitat, habit, proproots,
permukaan batang dengan lentisel, daun dengan bangun lidah, ujung daun

Universitas Sumatera Utara


meruncing dan adanya papilla pada sel penutup.
Kelompok II merupakan Pandanus dengan habit sedang dan ditemukan
pada habitat rawa pesisir-rawa pedalaman yang dibedakan atas subkelompok E
(P. labyrinthicus) dan F (P. militaris). Pemisahan Pandanus ini diasumsikan
karena perbedaan morfologi diantaranya P. labyrinthicus memiliki proproots,
permukaan bawah daun memiliki recurved spines, serta buah berupa cephalia
(bentuk tandan), sedangkan pada P. militaris tidak memiliki proproots,
permukaan batang memiliki seperti beruas, permukaan bawah daun licin atau
tidak memiliki recurved spines, serta buah berupa cephalium.

4.8 Kunci Identifikasi

Sebuah kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter morfologi dari


jenis Pandanus yang ditemukan dapat disusun sebagai berikut:

1. a. Habit sedang…………………………………….................................... 2
b. Habit besar………………………………………................................... 3
2. a. Memiiliki proproots sebagai penopang batang….......... P. labyrinthicus
b. Hanya batang sebagai penopang tubuh…………................... P. militaris
3. a. Warna permukaan atas daun hijau dengan bercak
hitam……………………………………………................ P. atrocarpus
b. Warna permukaan atas daun hijau mengkilat…..................................... 4
4. a. Permukaan phalange menonjol ………………............. P. odoratissimus
b. Permukaan phalange rata ………………………................... P. tectorius

4.9 Deskripsi Jenis dari Marga Pandanus


4.9.1 Pandanus atrocarpus

Habitat; rawa pesisir. Habit; berperawakan besar, tumbuh tegak, tinggi total
1000-1100 cm. Proproots; besar, panjang 122-150 cm, berbintil, berwarna
abu-abu kecoklatan. Batang; tinggi 800-900 cm, diameter 17-43,5 cm, permukaan
memiliki bintil (lentisel), berwarna abu-abu kecoklatan. Daun; kaku, tebal,

Universitas Sumatera Utara


berdaging, bentuk bangun pita, ujung runcing, tepi berduri kecil, rapat, sangat
tajam, berwarna coklat muda (gelap), ukuran duri 0,2 cm, jarak antar duri 0,4 cm,
permukaan atas berwarna hijau bercak hitam, permukaan bawah putih
keabu-abuan, recurved spines ukuran 0,35 cm, jarak antar duri 2,8 cm, rerata
panjang 150-300 cm, lebar 6,5-7,2 cm.

Spesimen : DR 014; 18 Maret 2013 (MEDA-USU)


Distribusi : Terdapat di kawasan Malaya Peninsula, Sumatera
Habitat : Ditemukan pada rawa pesisir dengan ketinggian 29 mdpl.

4.9.2 Pandanus labyrinthicus

Habitat; rawa pesisir-rawa pedalaman. Habit; berperawakan sedang, tumbuh


membentuk rumpun, tinggi total 150-500 cm. Proproots; panjang 100-150 cm,
berduri tumpul, berwarna coklat. Batang; ramping, tinggi 100-380 cm, diameter
batang 13-18,5 cm, berwarna coklat, permukaan berduri tumpul, jarang, tersebar
secara acak. Daun; tipis, bentuk bangun pita, ujung runcing, tepi berduri, ukuran
duri 0,4 cm, jarak antar duri ± 1,3 cm, permukaan atas licin, berwarna hijau
kekuningan, permukaan bawah berwarna hijau kekuningan, recurved spines
mengarah ke dalam, berwarna coklat kehitaman (gelap), ukuran duri 0,4 cm, jarak
antar duri 1,5-2,4 cm, rerata panjang daun 112-160 cm, rerata lebar daun 3-4,5
cm. Inflorescence; terminal, panjang tangkai 20 cm, berwarna putih susu, daun
braktea berwarna kuning muda, panjang 43 cm, lebar 5,5 cm, berbentuk oblong
atau memanjang, terdiri dari 7-8 spikelet, kepala sari (anther) berwarna coklat tua,
tangkai sari (filament) berwarna putih susu. Infrutescence; terminal, panjang
tangkai 8 cm, memiliki daun braktea berwarna hijau. Buah; berupa tandan
(cephalia). Cephalia; panjang 32 cm, terdiri dari 5-7 cephalium. Cephalium;
panjang 12,5 cm, lebar 11,5 cm, warna hijau tua (muda), hijau kekuning-kuningan
(buah tua), bentuk bulat lonjong. Drupa; berjumlah 70-150, panjang 2,5 cm
(termasuk stigma), lebar 0,7 cm, berbentuk seperti setengah lingkaran, cembung,
memiliki 5-6 sudut, stigma berbentuk kerucut, membelah dan mengembang pada
bagian ujung atau berbentuk seperti tudung jamur, berwarna coklat tua.

Universitas Sumatera Utara


Spesimen : DR 015, 16-18 Maret 2013 (MEDA-USU)
Distribusi : Terdapat di kawasan Malaya Peninsula
Habitat : Ditemukan di kawasan rawa pesisir dan rawa pedalaman dengan
ketinggian 4-11 mdpl.

4.9.3 Pandanus militaris

Habitat; rawa pesisir-rawa pedalaman. Habit; berperawakan sedang, tinggi total


130-200 cm. Proproots; tidak Ada. Batang; tinggi 92-100 cm, diameter sampai 9
cm, tegak, ramping, permukaan/ kulit seperti beruas, bewarna merah kehitaman.
Daun; tipis, bentuk bangun pita, ujung runcing, bagian basal tidak mengeras, tepi
berduri halus, kecil, rapat, ukuran duri 0,2 cm, jarak antar duri 0,1 cm, berwarna
merah kecoklatan (gelap), permukaan atas licin berwarna hijau muda, permukaan
bawah daun licin, tidak memiliki recurved spines, berwarna hijau kekuningan,
rerata panjang 55-116 cm, rerata lebar 2-3 cm. Infrutescence; terminal, panjang
tangkai 28-35 cm, berwarna hijau, permukaan memperlihatkan bekas-bekas daun.
Cephalium; bentuk lonjong-memanjang, panjang 10-15 cm, lebar 6,5-8 cm,
berwarna hijau muda (buah muda), kuning (buah tua). Drupa; terdiri dari
300-500, stigma berbentuk kerucut, runcing, berwarna merah kecoklatan.

Spesimen : DR 016; 17, 20, 21 Maret 2013 (MEDA-USU)


Distribusi : -
Habitat : Ditemukan di kawasan rawa pesisir dan rawa pedalaman dengan
ketinggian 6, 15 mdpl.

4.9.4 Pandanus odoratissimus

Habitat; pantai. Habit; berperawakan besar, tumbuh tegak, memiliki percabangan


seperti tempat lilin, tinggi total 400-800 cm. Proproots; tampak jelas, berasal dari
pangkal batang, tebal, panjang 89 cm dari permukaan tanah, permukaan memiliki
bintil (lentisel), berwarna abu-abu kecoklatan. Batang; tinggi 220-600 cm,
diameter 12-25 cm, permukaan berduri, berwarna abu-abu kecoklatan. Daun;
kaku, berdaging, berlilin, bentuk bangun lidah, spiral tersusun dalam tiga baris

Universitas Sumatera Utara


dalam karangan rapat di ujung percabangan, ujung meruncing, panjang seperti
flagella, dasar membulat, tepi berduri kaku dan sangat tajam, ukuran duri 0,7 cm,
jarak antar duri 0,3 cm, berwarna putih kekuningan (terang), permukaan atas licin
berwarna hijau mengkilat, permukaan bawah hijau muda, recurved spines terlihat
jelas mengarah ke dalam, berwarna putih kekuningan (terang), rerata panjang
180-200 cm, rerata lebar 3-4 cm. Infrutescence; terminal, tunggal, bentuk gada
seperti buah nenas, panjang tangkai 11 cm, berwarna hijau. Buah; terbentuk dari
gabungan beberapa karpel berupa buah majemuk dua tingkat (cephalium).
Cephalium; bentuk bulat telur, keras, berat mencapai 3 kg, panjang 18-22 cm,
diameter 10-12 cm, berwarna hijau (buah muda), oranye kemerahan (buah tua),
tersusun atas 38-200 buah majemuk tingkat satu (phalange) dimana satu tingkatan
dengan tingkatan lainnya dipisahkan oleh relung. Phalange; bulat lonjong hingga
bulat telur, menyempit pada bagian bawah, bagian atas berwarna hijau hingga
oranye, bagian bawah berwarna kuning hingga oranye kemerahan, panjang 4,5-11
cm, lebar 1,5-6,5 cm, terdiri dari 4-15 buah tunggal (drupa) yang tersusun
kompak, rapat. Drupa; bentuk, warna sama dengan phalange, kepala putik
pendek, berwarna coklat hingga coklat kehitaman, menghadap ke dalam, pericarp
berwarna hijau muda dan keras, mesocarp berwarna putih kecoklatan, berserat,
endocarp berwarna merah kecoklatan. Biji berwarna putih kecoklatan.

Spesimen : DR 017, 16, 19 Maret 2013 (MEDA-USU)


Distribusi : -
Habitat : Teresterial ditemukan di pantai dengan ketinggian 3 mdpl.

4.9.5 Pandanus tectorius

Habitat; pantai. Habit; berperawakan besar, tinggi total 500-600 cm, seringkali
memiliki batang yang banyak, bercabang dengan bentuk kanopi menyebar.
Proproots; banyak, tebal, bercabang, diameter 15 cm, seringkali penuh bintil yang
tajam, berwarna coklat keabu-abuan. Batang; tinggi 200-250 cm, diameter 15,5
cm, permukaan kulit memiliki bintil (lentisel), berwarna abu-abu kecoklatan.

Universitas Sumatera Utara


Daun; tersusun spiral dalam tiga baris berkumpul di pucuk cabang; kaku, bentuk
bangun lidah, ujung meruncing, bagian basal mengeras, duri bagian tepi berwarna
hijau kekuningan, ukuran duri 0,7 cm, jarak antar duri 0,3 cm, permukaan atas
berwarna hijau mengkilat, licin, permukaan bawah berwarna hijau muda,
memiliki recurved spines yang mengarah ke dalam, rerata panjang 170-300 cm,
lebar 3-4 cm. Infrutescence; terminal, tunggal. Buah; berbentuk bulat telur,
lonjong, panjang 17-24 cm, diameter 9-13 cm, berwarna hijau (buah muda),
oranye kekuningan (buah tua), tersusun atas 60-300 phalange. Phalange; bulat
telur, menyempit pada bagian bawah, bagian atas berwarna hijau hingga oranye,
bagian bawah berwarna kuning hingga oranye kekuningan, panjang 4-10 cm,
lebar 1,5-6 cm, terdiri dari 7-14 buah tunggal (drupa) yang tersusun kompak,
rapat. Drupa; bentuk, warna sama dengan phalange, kepala putik pendek,
berwarna coklat kehitaman, menghadap ke dalam.

Spesimen : DR 018, 21 Maret 2013 (MEDA-USU)


Distribusi : Tumbuh secara alami di kawasan pesisir dan kawasan hutan
pesisir di Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Philipina,
hingga di kawasan Papua (termasuk Papua New Guinea) dan
Australia Utara.
Habitat : Teresterial ditemukan di daerah pantai dengan ketinggian 4 mdpl.

4.10 Struktur Sel Epidermis dan Stomata


4.10.1 Pandanus atrocarpus

Secara keseluruhan sel epidermis adaxial merupakan jaringan yang


seragam. Susunan sel epidermis beraturan, tersusun dari sel yang rapat satu sama
lain. Bentuk sel epidermis persegi panjang. Dinding sel epidermis berlekuk.
Stomata berbentuk ginjal, panjang stomata antara 11,12-15,68 µm, lebar antara
9,18-12,75 µm. Pada bagian abaxial, bentuk sel epidermis tidak beraturan, sel
persegi panjang; dinding sel epidermis berlekuk; panjang stomata 7,45-14,51 µm,
lebar 8,68-14,04 µm. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus
atau celah yang terbuka.

Universitas Sumatera Utara


4.10.2 Pandanus labyrinthicus

Pada bagian adaxial, susunan sel epidermis beraturan, bentuk persegi panjang,
dinding sel lurus. Panjang stomata 9,81-15,71 µm, lebar 4,14-17,76 µm. Pada
bagian abaxial, susunan sel epidermis tidak beraturan, bentuk sel epidermis
memanjang segi 4-5 dan pendek; dinding sel epidermis lurus; panjang stomata
9,26-14,53 µm, lebar 3,75-14,85 µm. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka
dan terlihat porus atau celah yang terbuka dan terlihat adanya papilla pada sel
penutup.

4.10.3 Pandanus militaris

Pada bagian adaxial, bentuk sel epidermis persegi panjang dan pendek, susunan
sel tidak beraturan, dinding sel epidermis berlekuk. Panjang stomata 10,43-14,31
µ m, lebar 11,8-14,78 µm. Pada bagian abaxial, bentuk sel epidermis tidak
beraturan, sel memanjang segi 4-5 dan pendek; dinding sel epidermis lurus;
panjang 9,28-15,37 µm, lebar 9,17-11,89 µm, penyebaran stomata tidak beraturan.
Stomata ini teramati dalam posisi tertutup, tidak terlihat porus atau celah yang
terbuka dan terlihat adanya papilla pada sel penutup.

4.10.4 Pandanus odoratissimus

Pada bagian adaxial, susunan sel epidermis seragam, bentuk persegi panjang,
dinding sel epidermis lurus. Panjang stomata 8,31-11,57 µm, lebar antara
2,92-5,03 µm. Pada bagian abaxial, bentuk sel epidermis tidak seragam ada yang
memanjang segi 4-5 dan pendek. Susunan epidermis tersusun tidak beraturan.
Dinding sel epidermis lurus. Panjang stomata 7,68-10,68 µm, lebar 2,59-4,3 µm.
Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus atau celah yang
terbuka serta terdapat papilla pada sel penutup. Arah membuka stomata sejajar
terhadap sel tetangga.

Universitas Sumatera Utara


4.10.5 Pandanus tectorius

Pada bagian adaxial, bentuk sel epidermis tidak beraturan, bentuk sel epidermis
persegi panjang; dinding sel epidermis berlekuk; panjang stomata 7,38-9,53 µm,
lebar 1,17-4,42 µm. Pada bagian abaxial, susunan epidermis tidak beraturan,
bentuk sel epidermis memanjang segi 4-5. Dinding sel epidermis berlekuk.
Panjang stomata 7,56-9,21 µm, lebar 2,62-6,05 µm, penyebaran stomata tidak
beraturan. Stomata ini teramati dalam posisi terbuka dan terlihat porus atau celah
yang terbuka serta terdapat papilla pada sel penutup.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:

a. Ditemukan keanekaragaman jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil


sebanyak 5 jenis yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus,
Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius.
b. Kemiripan morfologi dan anatomi dari jenis Pandanus yang ditemukan di
kawasan rawa Aceh Singkil yang berdasarkan penggunaan 19 karakter
pembeda morfologi dan anatomi dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu
kelompok I dengan kisaran kemiripan sebesar 55%-84% terdiri dari jenis
P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius serta kelompok II dengan
kisaran kemiripan 73-84 % terdiri dari jenis P. labyrinthicus dan P. militaris.
c. Berdasarkan peta persebaran dapat diketahui habitat dari setiap jenis
Pandanus meliputi daratan relatif basah berupa rawa pesisir dengan jenis
P. atrocarpus; daratan relatif kering berupa pantai dengan jenis
P. odoratissimus dan P. tectorius serta pada rawa pesisir dan rawa pedalaman
ditemukan jenis P. labyrinthicus dan P. militaris.

1.2 Saran

Rawa Singkil, selain terdapat di kabupaten Aceh Singkil juga terdapat pada kota
Subulussalam dan kabupaten Aceh Selatan. Diharapkan adanya penelitian lanjutan
khususnya mengenai keanekaragaman jenis Pandanus pada lokasi tersebut
sehingga dapat diketahui keanekaragaman jenis Pandanus secara keseluruhan di
kawasan rawa Singkil.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ariantiningsih F 2007. Rencana Kerja “Melindungi Hutan Rawa Singkil untuk


Masa Depan Anak Cucu Kita”. Yayasan Ekosistem Lestari. Medan.
Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik Aceh Singkil 2012. Aceh Singkil dalam Angka 2012.
Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Singkil.

BLH Aceh Singkil 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJP
Aceh) Tahun 2005-2025 Provinsi Aceh. Aceh Singkil.

_______________ 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Singkil.


Aceh Singkil.

Conservation International Indonesia 2007. Priority sites for conservation in


Sumatra: key biodiversity areas. Departemen Kehutanan Republik
Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Universitas Andalas.
Universitas Syiah Kuala & Wildlife Conservation Society. Jakarta.
Indonesia.

Dirjen PHKA 2004. Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan


dan Konservasi Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Fahn A 1991. Anatomi tumbuhan. Edisi ke-3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Franco C 1939. Relation between chromosome number and stomata in Coffea.


Bot. Gaz. 100: 817-827.

Henderson MR 1954. Malayan Wild Flowers (Monocotyledons). Published by


Malayan Nature Society. Kuala Lumpur.

Heyne K 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

Keim AP 2007. 300 tahun Linnaeus: Pandanaceae, Linnaeus dan Koneksi


Swedia.Memperingati 300 tahun Carolus Linnaeus. Pusat Penelitian
Biologi-LIPI. Bogor. 24 Mei 2007.

Kimball J 2006. Gas Exchange in Plants. www.Jkimball.ultranet.

Lakitan B 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Universitas Sumatera Utara


Leuser Development Programe 1995. Rawa Singkil: Mutiara di Ekosistem
Leuser. Yayasan Leuser Internasional.

Lemmens RHMJ and N Buyan Praphatsara 2003. Plant Resources Of South-East


Asia No. 12 (3) mefdicinal and Poisonous Plants 3. Prosea Foundation.
Bogor. Indonesia.
Metcalfe CR 1960. Anatomy of Monocotyledons I Graminae. Clarendon Press.
Oxford.
Norwegia 1994. Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta: Penerbit Kantor
Menteri Lingkungan dan Konservasi Nasional Untuk Pelestarian Hutan
dan Alam Indonesia. Hal: 42.
Pandey BP 1982. Palnt Anatomy. S Chand and Company. New Delhi

Pasaribu N 2010. Freycinetia (Pandanaceae) of Sumatera [disertasi]. Bogor:


Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pitney Bowes Business Insight 2009. MapInfo Profesional 10. Pitney Bowes
Software Inc. New York.
Purwanto Y dan E Munawaroh 2010. Etnobotani Jenis-Jenis Pandanaceae Sebagai
Bahan Pangan Di Indonesia. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 5A
(97-108). Pusat Penelitian Biologi LIPI dan PKT Kebun Raya Bogor. LIPI

Rohlf F 2002. NTSYS (Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System).


Version 2.11a. Exeter Software New York. New York.

Rompas Y. Henny L Rampe. Marhaenus J Rumondor 2011. Struktur Sel


Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae.
Universitas Sam Ratulangi. Vol. I No.1. Manado.

Rumphius GE 1743. Herbarium Amboinense. Vol. 4. Franciscus Changulon.


Amsterdam.
Sahwalita 2007. Inventarisasi Jenis-Jenis Pandan Hutan di Kabupaten Pakpak
Bharat, Sumatera Utara. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Vol. IV
No. 6: 533-538. Palembang.

Salisbury EJ 1927. On the causes and ecological significance of stomatal


frequency with especial reference to the woodland flora. Phil. Trans. R.
Soc. 216:1-65

Syafei ES 1994. Pengantar Ekologi Tumbuhan. FMIPA ITB. Bandung.

Steenis CGGJV 1976. Flora of Java. Diterjemahkan oleh Moesosurjowinoto.


PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Stone BC 1966. Pandanus Stickm in the Malayan Peninsula, Singapore and
lower Thailand Part 2. Nat. J. 19 (5): 291-301. Malay.

Stone BC 1970. Malayan climbing pandans to the genus Freycinetia in Malaya.


Nat. J. 23: 64-91. Malay.

_______ 1975. The Pandanaceae of the New Hebrides, with an essay on


intraspecific variation in Pandanus tectorius. Kew Bull. 31 (1): 47-70.

_______ 1976. The morphology and systematics of Pandanus today


(Pandanaceae). Gard. Bull. Singapore 29: 137-142.

_______ 1982. New Guinea Pandanaceae. First approach to ecology and


biogeography. Di dalam: Gressit JL, editor. Biogeography and Ecology of
New Guinea. Volume 1. Monographiae Biologicae 42. The Hague: Dr.W.
Junk Publ.

St. John H 1960. Revision of the Genus Pandanus Stickman. Part 1. Key to the
Sections. Reprinted from Pacific Science.

Sutrian Y 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Edisi Revisi. Rineka


Cipta. Jakarta

Wahyuningsih I. Elimasni. R Sinaga 2006. Buku ajar “Inovasi Pembelajaran Melalui


E-Learning Untuk Meningkatkan Belajar Mahasiswa Pada Matakuliah
Fisiologi Tumbuhan”. Hibah Kompetisi Konten Matakuliah E-Learning.
Departemen Biologi. FMIPA. Universitas Sumatera Utara.
Wallis TE 1965. Analytical Mycroscopy. Boston. Little Brown and Company.

Wardah dan FM Setyowati 2009. Ethnobotanical study of the Genus Pandanus


L.f. in certain areas in Java, Indonesia. Biodiversitas. Vol. X No. 3: 146-
150. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Cibinong-Bogor.

Willmer CM 1983. Stomata. Longman Inc. London-New York.

Woelaningsih S 2001. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan II. Fakultas Biologi


UGM. Yogyakarta

Yuliana S dan K Lekitoo 2005. Eksplorasi Genus Pandanus (Famili


Pandanaceae) Di Pulau GAG Kabupaten Raja Empat. Balai Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Departemen
Kehutanan. Manokwari.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran A. Peta Kawasan Rawa Aceh Singkil

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B. Faktor Fisik Lingkungan dan Peralatan Faktor Fisik

Faktor Fisik Lingkungan

Parameter Suhu Suhu Kelembaban pH Intensitas


Udara Tanah Udara (%) Tanah cahaya
(0C) (0C)
Habitat Teresterial
Ulangan I 30 32  60 6,2 1741
Ulangan II 29 32 50-60 6,1 1666
Ulangan III 31 33  60 6,1 1816
Rata-rata 30 32,33  60 6,1 1741
Habitat Akuatik
Ulangan I 27 26  90 6,2 1319
Ulangan II 26 25  90 6,8 1070
Ulangan III 27 24 < 80 5,9 1210
Rata-rata 26,6 25  80 6,3 1199

Peralatan Faktor Fisik

b c d e
a f

a. Lux meter, b. Hygrometer, c. soil pH, d. Termometer, e. Soil Termometer,


f. GPS, g. Altimeter

Universitas Sumatera Utara


Lampiran C. Gambar Morfologi Jenis-Jenis dari Marga Pandanus
1. Pandanus atrocarpus

(A) Perawakan besar; (B) (1) Batang, (2) Proproots; (C) Daun

2. Pandanus labyrinthicus

(A) Perawakan sedang; (B) Proproots; (C) (1) Batang, (2) Daun,(3) Cephalia;
(D) Perbungaan jantan

Universitas Sumatera Utara


3. Pandanus militaris

(A) Perawakan sedang; (B) Daun; (C) Cephalium

4. Pandanus odoratissimus

(A) Perawakan besar (1) Batang, (2) Daun; (B) (1) Proproots; (C) Cephalium

Universitas Sumatera Utara


5. Pandanus tectorius

(A) Perawakan besar (1) Batang, (2) Daun; (B) Proproots; (C) Cephalium

Universitas Sumatera Utara


Lampiran D. Gambar Anatomi Jenis-Jenis dari Marga Pandanus
1. Pandanus atrocarpus

(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel Penjaga, (4) Sel epidermis
(Perbesaran 100x)

2. Pandanus labyrinthicus

(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,
(5) Papilla (Perbesaran 100x)

3. Pandanus militaris

(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,
(5) Papilla (Perbesaran 100x)

Universitas Sumatera Utara


4. Pandanus odoratissimus

A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,
(5) Papilla (Perbesaran 100x)

5. Pandanus tectorius

(A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel penjaga, (4) Sel epidermis,
(5) Papilla (Perbesaran 100x)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran E. Matrik Data Karakter Morfologi dan Anatomi Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil

KARAKTER
NO JENIS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 P. atrocarpus 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
2 P. labyrinthicus 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
3 P. militaris 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0
4 P. odoratissimus 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
5 P. tectorius 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran F. Titik Ordinat Keberadaan Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh
Singkil

Altitude
No Spesies Lokasi Latitude Longitude
(mdpl)
Ujung pasir 29 02°39'42,2" 097°66'89,8"
perbatasan
1 P. atrocarpus
Ujung pasir 16 02°39'42,7" 097°66'90,3"
perbatasan
Suak merah 9 02°37'51,2" 097°68'66,9"
Kuala cangkul 5 02°38'05,4" 097°68'10,2"
Ujung pasir pesisir 6 02°39'32,7" 097°66'81,3"
Ujung pasir 15 02°39'53,7" 097°67'32,1"
perbatasan
Camp. Prengek 10 02°40'01,6" 097°68'90,9"
I Tarik 10 02°40'11,1" 097°69'34,7"
Simpang suak bugak 6 02°41'15,6" 097°68'94,0"
2 P. labyrinthicus
Padang Malaka 3 02°38'02,2" 097°70'05,5"
Lae Trap 6 02°35'36,1" 097°78'74,8"
Ujung pasir pesisir 16 02°39'34,6" 097°66'81,0"
Ujung pasir 16 02°39'42,7" 097°66'90,3"
perbatasan
Ujung pasir pesisir 14 02°39'37,8" 097°66'83,0"
Ujung pasir pesisir 12 02°37'58,3" 097°68'58,2"
Ujung pasir pesisir 15 02°36'43,1" 097°69'74,4"
Ujung pasir pesisir 6 02°39'23,3" 097°67'10,7"
Alue bubu 2 02°41'05,5" 097°69'06,4"
3 P. militaris Padang Malaka 3 02°38'21,3" 097°81'31,4"
Ujung pasir 15 02°39'44,5" 097°66'91,4"
perbatasan
Suak merah 11 02°36'93,0" 097°69'04,5"
Pasar Tengah 3 02°34'75,8" 097°70'96,6"
Kuala baru 21 02°34'16,6" 097°71'48,9"
4 P. odoratissimus
Kuala baru 19 02°34'14,0" 097°71'48,1"
Kuala baru 18 02°34'13,1" 097°71'51,9"
Pasar Tengah 16 02°34'76,9" 097°70'92,6"
Kuala baru 15 02°34'12,3" 097°71'35,7"
Kuala baru 15 02°34'10,9" 097°71'41,0"
Kuala baru 18 02°34'04,7" 097°71'44,8"
5 P. tectorius Pantai Tulak bala 24 02°33'96,5" 097°71'49,6"
Pantai Tulak bala 21 02°33'92,1" 097°71'52,9"
Pantai Tulak bala 4 02°34'22,4" 097°71'34,7"
Suak merah 9 02°37'19,9" 097°69'01,0"

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai