PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara aplikasi
yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu: gulma
tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi herbisida dengan dosis
yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan tanaman budidaya akan
mati di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis lebih tinggi dari dosis
yang akurat, terlebih dahulu harus ditentukan areal penyemprotan yang aktual
dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat diaplikasikan secara seragam pada
areal perlakuan. Hal ini melibatkan pekerjaan kalibrasi dari alat semprot
(sparayer) yang akan dipergunakan dan orang yang akan melakukan aplikasi
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang
nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan (
ke depan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga
diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui
lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki. (Ahmad, Hiskia. 2007 )
1.2 Tujuan Praktikum
untuk mengetahui dosis herbisida dan kebutuhan herbisida pada suatu lahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang
dapat dianggap sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa
Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power
membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa
atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot
dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau
alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer
berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan nozzle,
Yakup, 1991)
pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Menurut Raini (2007)
lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi
pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat
dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada
punggung penyemprot. Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum
dilakukan berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan
melihat manometer yang ada pada alat tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi
dikhawatirkan bisa meledak. Dan sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air
Pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah
alat untuk mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk
dasarnya system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan
yang diberikan pada alat ini berasal dari motor penggerak. Mesin penyemprot
tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan
mengeluarkan cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-
bagian dari penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit
pompa, selang, laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe
di atas gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor. (Djojosumarto, 2004)
semprot yang disebut sprayer. sprayer adalah alat atau mesin yang berfungsi untuk
memecah suatu cairan, larutan atau suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau
3.1.1 Waktu
3.1.2 Tempat
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pompa solo, gelas
3.2.2 Bahan
- Ditentukan dosis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
V1 = 700 ml
V2 = 700 ml
V3 = 700 ml
X = 2,4 m/menit
0,7 l ×10.000
=( )
1,2 m ×9,4
7000
= 11,28 = 620,56 l/ha
Dosis/l = 0,0024 l
= 2,4 ml/Lair
1 Kap = 15 x 2,4
= 36 ml/kap
4.2 Pembahasan
pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Menurut Raini (2007)
lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi
dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada
dilakukan berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah jumlah dosis yang
digunakan yaitu 2,4 ml/Lair.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah:
Sebaiknya praktikan datang tepan waktu
Sebaiknya praktikan mengerjakan acc di rumah
Sebaiknya praktikan selalu hadir
Sebaiknya praktikan sopan terhadap asisten dosen
BAB I
PENDAHULUAN
selain padi dan gandum. Jagung sebagai salah satu tanaman yang memiliki
sumber karbohidrat utama (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Menurut Badan Pusat
Statistika (2013) produksi jagung di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 18,51 juta
ton. Produksi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,88
juta ton, dengan penurunan produksi jagung maka Indonesia masih melakukan
import jagung sebesar 3,2 juta ton dari luar negeri. Salah satu penyebab
terbatas jumlahnya, seperti air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Moenandir dalam Hasanuddin et al., 2012). Derajat persaingan antara gulma dan
tanaman tergantung pada densitas gulma jenis gulma, varietas tanaman dan
Gulma mampu bersaing efektif selama jangka waktu kira-kira 1/4 - 1/3
dari umur tanaman semusim (annual crops) sejak awal pertumbuhannya. Pada
lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang
masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi tanaman di lahan kering,
oleh gulma terhadap tanaman budidaya, perlu dilakukan kajian yang berkaitan
gulma.
mendapat perhatian para peneliti ialah yang berkaitan dengan penurunan hasil
panen. Gulma dapat menurunkan hasil panenan dalam dua cara yaitu :
Penurunan dalam hasil yang dapat dipanen. Besarnya penurunan dalam hasil
panen yang disebabkan oleh gulma sagatlah bervariasi bergantung jenis tanaman
gulma dalam jumlah yang cukup banyak dan rapat selama musim pertumbuhan
sebagai akibat :
dipisahkan dan dimurnikan. Contohnya pada tanaman kapas jenis gulma yang
misalnya pada jenis-jenis gulma merambat atau gulma berkayu. Oleh karena itu
akibat adanya pencampuran oleh gulma menyebabkan keuntungan menjadi
menurun. Jumlah umbi bawang liar yang bercampur dengan 100 gr biji gandum
adalah 2 atau lebih akan menyebabkan penurunan harga menjadi separuh lebih
mempengaruhi hasil panen total dari tanaman pangnnya dan gulma. Jika hasil
total komunitas khususnya tanaman pangannya melebihi dari hasil panen tanaman
pangan yang tidak ada gulmanya, maka dalam keadaan ini pengendalian gulma
tidak perlu dilakukan. Namun jika hasil total komunitas khususnya tanaman
pangannya tidak melebihi atau malah kurang dari hasil panen tanaman pangan
yang tidak ada gulmanya, maka dalam keadaan ini pengendalian gulma perlu
Pada kenyataanya, penurunan hasil oleh adanya gulma merupakan akibat dari
adanya penyerapan sumber daya yang tidak seimbang dan lebih besar di serap
3.1.1 Waktu
3.1.2 Tempat
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sprayer dan
polibeg 5 kg sebanyak 4.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah, benih
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari praktikum ini adalah:
Parameter I
5
5
5 6
7
5
Sedikit Kuning 5 Teki
5
5
4
5 4
4
Kuning Dan
Pendek
12 Teki
4
5
4 Kuning, Cacat
5 4
4
Daun, dan
Pendek
16 Teki
Parameter II
10
9
5 8
7
8
Sedikit Kuning 5 Teki
9
9
7
5 8
6
Kuning Dan
Pendek
12 Teki
7
10
6 Kuning, Cacat
5 5
7
Daun, dan
Pendek
16 Teki
Parameter III
39
28
5 27
27
27
Sedikit Kuning 5 Teki
27
23,2
22
5 22
22
Kuning Dan
Pendek
12 Teki
21
24
24 Kuning, Cacat
5 23
24
Daun, dan
Pendek
16 Teki
25
Parameter IV
41
32
5 34
35
32
Sedikit Kuning 5 Teki
32
24
23
5 24
23,5
Kuning Dan
Pendek
12 Teki
23
26
25 Kuning, Cacat
5 26
26
Daun, dan
Pendek
16 Teki
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
persaingan antara gulma dan tanaman tergantung pada densitas gulma jenis
morfologi dan fisiologi yang berbeda sedangkan densitas gulma berpengaruh pada
penurunan hasil tanaman, yaitu semakin tinggi densitas maka hasil tanaman
semakin menurun
5.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja
gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya.
pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis. Gulma adalah
suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang
tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua
tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh si penanam
sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau
teki (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves). Gulma merupakan salah
satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas
pertanian. Gulma menjadi pesaing kuat bagi tanaman dalam pemanfaatan sarana
suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Selain itu, analisis vegetasi
Adapun tujuan praktikum ini adalah unntuk mengetahui nili penting dari
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang
lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010).
Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat umum gulma
maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif
memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti
linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada
marga Poaceae(Gramineae).
b. Kelompok teki-tekian
(cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips.Kelompok ini memiliki
Ada empat metode yang lazim digunakan yaitu estimasi visual, metode
kuadratik, metode garis atau rintisan dan metode titik. Selanjutnya akan
dibicarakan hanya metode estimasi visual dan metode kuadratik (Syakir, 2008):
a) Metode Estimasi.
Setelah letak letak dan kuas petak contoh yang akan diamati ditentukan,
selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap
penyebaran. Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam area dihitung dalam persen,
maka bila dijumlah akan diperoleh 100% (termasuk % daerah kosong jika ada).
Dapat juga dominansi dihitung berdasar suatu skala abundansi (scale abundance)
(Wirahardja & Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi
cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia. Tetapi memiliki kelemahan yaitu
sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan
b) Metode Kuadrat.
Yang dimaksud kuadrat disini adalah ukuran luas dalam satuan kuadrat
(m2, cm2, dsb), tetapi bentuk petak-contoh dapar berupa segi empat, segi-panjang
menguntungkan karena ukurannya dapat diperluas dengan cepat dan teliti dengan
daerah yang luas dan bila menggunakan sampling estimasi visual. Karena luas dan
pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak contoh yang memedai. Terutama bila
kita hanya menggunakan petak contoh tunggal , luas yang memadai harus kita
gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki
peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya
gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak Oleh karenanya, pelaksanaan
gulma yang hidup mendominasi di alam bebas, sehingga nantinya dapat dijadikan
dalam bahasa pertanian sering disebut dengan gulma (weed). Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak selamanya gulma hanya memberikan nilai negatif saja
resiko erosi yang terjadi di areal pertanaman tanaman budidaya. Kedua, gulma
dapat menjadiinang hewan predator bagi hama – hama yang merusak tanaman.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Waktu
3.1.2 Tempat
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tali rafia, pancak,
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah buku tulis dan
pulpen.
Analisis
Plot Nama Gulma
Golonngan/ Jenis Habitat Jlh. Gulma
a. KM Alang – alang
25
= 6,25
4
b. KM Leptochola
20
=5
4
c. KM Mimosa pudica
10
= 2,5
4
d. KM Cyperus rotundus
10
= 2,5
4
e. KM Euphorbia hirta
20
=5
4
f. KM Cacabean
20
=5
4
g. KM Babadotan
17
= 4,25
4
7,5
KM Relatif Alang-alang =
31,75
= 0,23
2
FM Alang-alang =
4
= 0,5
1
FM Leptochola =
4
= 0,25
1
FM Cyperus rotundus =
4
= 0,25
1
FM Euphobia hirta =
4
= 0,25
1
FM Cacabean =
4
= 0,25
1
FM Babadotan =
4
= 0,25
FM = 1,75
0,5
FR Alang-alang =
1,75
= 0,28
25
DM Alang-alang = x1
45
= 0,5
10
DM Mimosa pudica = DM = 2,9
20
= 0,5
10
DM Cyperus rotundus =
20
= 0,5
20
DM Leptochola =
45
= 0,4
0,5
Domain Jenis =
2,54
= 0, 19
= 0,7
0,7
SDR =
3
5
KM relatif Leptochola =
31,75
= 0,15
1
FM =
4
=0,25
0,25
FR =
1,75
= 0,14
20
DM Leptochola = x1
45
= 0,4
0,4
Domain jenis =
2,54
= 0,15
= 0,69
0,69
SDR =
3
= 0,2
2,5
KM relatif Mimosa pudica =
31,75
= 0,07
1
FM =
4
= 0,25
0,25
FR =
1,75
= 0,14
10
DM Leptochola = x1
20
= 0,5
0,5
Domain jenis =
2,54
= 0,19
= 8,4
8,4
SDR =
3
= 0,13
5
KM relatif Euphorbia =
31,75
= 0,15
1
FM =
4
= 0,25
0,25
FR =
1,75
= 0,14
20
DM Leptochola = x1
20
=1
1
Domain jenis =
2,54
= 0,39
= 0,68
0,68
SDR =
3
= 0,22
5
KM relatif Cacabean =
31,75
= 0,15
1
FM =
4
= 0,25
0,25
FR =
1,75
= 0,14
20
DM Leptochola = x1
37
= 0,54
0,54
Domain jenis =
2,54
= 0,21
= 0,5
0,5
SDR =
3
= 0,16
Jadi perbandingannya:
0,23 Alang-alang : 0,2 Leptochola : 0,13 Mimosa pudica : 0,22 Euphorbia : 0,16 Cacabean
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini populasi gulma yang terdapat di lahan petani di jl.
Harmonika Baru, Tj. Sari Medan telah dapat diidentifikasi dengan baik. Hal ini
dibuktikan dengan result atau hasil yang diperoleh dari kegiatan analisis gulma
tanaman pada lahan fakultas pertanian telah tersaji secara sistematis. Metode yang
digunakan pun telah dijalankan dengan baik dan benar. Gulma – gulma tersebut
perlu diidentifikasi guna untuk mengetahui seberapa besar populasi gulma dalam
satu lahan petani. Dalam pengambilan gulma tersebut tidak boleh dilakukan
secara subyektif, karena jika dilakukan secara subyektif maka hasil dari
ini untuk mengetahui seberapa besar nilai – nilai penting dalam analisis vegetasi
secara kuantitatif.
BAB V
4.1 Kesimpulan
Dari kegiatan analisis gulma secara kuantitatif dapat kami simpulkan nilai-
nilai terendah dan nilai – nilai tertinggi dalam satu populasi gulma disatu lahan
petani. Dalam hasil analisis vegetasi gulma kuantitatif diperoleh dua nilai yang
sangat tinggi ataupun selisih dengan gulma – gulma yang lain sangat jauh, yaitu
:Daftar nilai tertinggi : Nilai tertinggi ini dimiliki oleh gulma golongan rumput,
family poaceae, dengan nama lokal rumput Alang - alang, gulma tersebut adalah
Imprata cylindrica. Dengan nilai dari KM (kerapatan mutlak) sampai kolom SDR
dengan gulma – gulma yang lain. Sedangkan untuk gulma yang memiliki nilai
SDR paling rendah terdapat tiga jenis gulma, yaitu, Nilai SDR terendah dimiliki
oleh Mimosa pudica, Cacabean, Leptochola dan Euphorbia hirta. Tidak hanya
dilihat dari nilai SDR saja tetapi juga nilai – nilai yang lain. Nilai yang diperoleh
5.2 Saran
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu Dan Tempat
3.1.1 Waktu
3.1.2 Tempat
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tanggok, goni, tali
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Azolla dan
serbuk kayu.
Disipkan terpal
Disiapkan alat dan bahan untuk pemberian serbuk kayu pada Azolla
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Ahmad, Hiskia. 2007. Kimia Larutan. PT. Citra aditia bakti, Bandung.
Arie, Arifin. 2008. Perlindungan Tanaman, Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya:
Yogyakarta. 39(22):11-36
Gardner, P.G., R. B. Pearce dan R.L. Michell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
UI Press. Depok.
Laboratorium Kalibrasi.
Sukman dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Rajawali.
Jakarta.