Anda di halaman 1dari 11

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEMBELIAN ANAKAN LAMTORO


DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG
TAHUN ANGGARAN 2019

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara histologis pengembangan sub sektor peternakan di Kabupaten Kupang,
dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Suplai pakan sangat dipengaruhi oleh curah hujan yang
berkisar 3-4 bulan/tahun sehingga perkembangan sub sektor peternakan tergantung dari
ketersediaan pakan. Indikasi ketersediaan pakan ditandai dengan adanya luasnya areal padang
penggembalaan dan lahan tidur/ladang yang ditumbuhi pakan ternak. Hal ini mengindikasikan
bahwa pemgembangan sub sektor peternakan lebih berprospek. Indikasi ini ditunjukkan
dengan jumlah kepemilikkan ternak ditingkat peternak di pedesaan yang rata-rata setiap KK
memiliki 1-2 ekor ternak sapi, belum termasuk ternak kambing, unggas, dan ternak babi.
Memperhatikan kondisi budaya dan potensi sumberdaya pendukung pengembangan
peternakan yang ada di masyarakat, maka konsep perencanaan pembangunan peternakan
dengan menggerakkan sumberdaya aktif (manusia) melalui akal (teknologi) dan
pengorganisasian yang baik, yang diharapkan akan mampu memanfaatkan dan mengubah
sumberdaya pasif (lahan, sarana produksi/ternak, modal) untuk peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran yang sebesar-besarnya. Rencana pembangunan peternakan di Kabupaten Kupang
diprioritaskan pada 8 aspek yaitu :
1. Peningkatan produktivitas ternak (peningkatan angka kelahiran, penambahan berat lahir
pedet, penurunan angka kematian ternak, peningkatan pertambahan berat badan harian dan
penekanan/pengurangan kasus penyakit hewan;
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas ternak (peningkatan pelayanan kesehatan hewan dan
pemberian pakan ternak berkualitas);
3. Pengadopsian teknologi dalam proses budidaya (IB, penanganan kesehatan hewan);
4. Peningkatan produktivitas lahan (perbaikan lahan hijauan makanan ternak, penambahan
kantong-kantong penampungan air/embung dan introdusir hijauan makanan ternak
berkualitas);
5. Perbaikan kelembagaan di tingkat peternak (pemasaran dan pengorganisasian kelompok);
6. Pergeseran dari peningkatan pendapatan peternak ke peningkatan kesejahteraan peternak;
7. Perbaikan infrastruktur dan sarana prasarana fisik pendukung (jalan usaha tani, jalan
produksi, fasilitasi pasar hewan, puskeswan);
8. Perbaikan kelembagaan di tingkat peternak (kelompok peternak, koperasi).
Rencana ini merupakan proses kemajuan menuju peternak yang maju, makmur, dan
berkelanjutan dengan indikator yang ditandai oleh tingkat kesejahteraan yang semakin tinggi,
efisien, dan mendorong kreativitas serta partisipasi peternak dan semua komponen yang peduli
kepada pengembangan sub sektor peternakan dengan mengandalkan sumberdaya yang ada
(sikap kemandirian), memanfaatkan kelembagaan yang ada dan mampu menggerakkan potensi
peternak.
Untuk menjawab tantangan dan tuntutan dalam pembangunan peternakan ke depan, maka
sangat perlu dilakukan reorientasi pembangunan peternakan menuju paradigma pembangunan
peternakan yang tangguh. Paradigma ini dikelilingi oleh :
1. Lingkungan strategis global berupa pengaruh globalisasi dibidang-bidang produksi yang
didorong oleh investasi, perdagangan, dan konsumsi;
2. Lingkungan strategis nasional berupa situasi yang kompleks dan kompetitif, tuntutan
pembangunan yang meningkat dengan sumberdaya yang semakin terbuka;
3. Lingkungan strategis sektoral berupa pergeseran kebijakan pembangunan pertanian yang
meliputi perubahan-perubahan :
a. Sistem perencanaan dan pengelolaan pembangunan pertanian dari terpusat ke otonomi;
b. Pendekatan komoditas ke sumberdaya;
c. Tujuan pembangunan dari peningkatan pendapatan petani peternak ke peningkatan
kesejahteraan;
d. Skala usaha dari kecil (subsisten) ke skala komersial;
e. Penggunaan teknologi dari padat karya ke tepat guna dan mekanisasi;
f. Penanganan produk dari kualitas primer ke produk yang mempunyai nilai tambah;
g. Pelaku pembangunan dari dominan pemerintah ke peranan masyarakat yang lebih besar.
Untuk menjawab paradigma diatas, maka diperlukan perangkat yang mampu menjembatani
pencapaian tujuan yang diinginkan. Perangkat dimaksud meliputi :
1. Perangkat kendali sebagai rambu-rambu yang harus diperhatikan meliputi :
a. Aspek wawasan pembangunan peternakan yang semula hanya dititikberatkan pada
budidaya ternak, harus diperluas sebagai industri biologis yang dikendalikan oleh
manusia, dimana :
- Komponen peternak sebagai subyek pembangunan yang harus ditingkatkan pendapatan
dan kesejahteraannya;
- Komponen ternak sebagai obyek yang harus ditingkatkan produksi dan
produktivitasnya;
- Komponen lahan sebagai basis ekologi pendukung pakan lingkungan budidaya harus
ditingkatkan produktivitasnya;
- Komponen teknologi sebagai satu rekayasa teknis yaitu tahapan teknologi konvensional
berupa penerapan panca usaha dan sapta usaha yang disertai teknologi tepat guna dan
tahapan teknologi modern dengan memanfaatkan bioteknologi lewat rekayasa genetik
dan rekayasa proses untuk menghasilkan produk unggul berupa ternak dan produk
peternakan.
b. Tipologi usaha
Dengan memperhatikan tipologi usaha ditingkat peternak (usaha sambilan, cabang
usaha, usaha pokok, dan usaha industri), maka kedepannya diharapkan tingkat ekonomi
usaha peternakan ditingkat peternak semakin tinggi sehingga peran pemerintah
diharapkan kedepannya hanya sebagai pengatur (regulator), penyedia fasilitas terbatas
(fasilitator) dan penggerak masyarakat (dinamisator).
c. Pendekatan
Langkah-langkah kongkrit untuk mencapai tujuan dimaksud perlu dilakukan melalui :
a. Pendekatan teknis dengan sasaran utama adalah peningkatan populasi lewat
perlakuan teknis untuk :
1. Meningkatkan angka kelahiran (IB, penyebaran ternak pejantan dan induk dengan
didukung perbaikan pakan);
2. Menekan angka kematian dengan konsistensi menerapkan program kesehatan
hewan (karantina ternak, pencegahan penyakit/vaksinasi, pengendalian
pemotongan hewan lewat pengawasan pemotongan ternak betina
produktif/bunting).
b. Pendekatan terpadu dengan sasaran peningkatan produksi melalui intensifikasi
dengan memadukan :
1. Aspek teknologi produksi melalui penerapan panca usaha (bibit, pakan,
kesehatan, pemeliharaan, dan reproduksi);
2. Aspek ekonomi menyangkut penanganan pasca panen dan pemasaran;
3. Aspek sosial dengan mengorganisir petani/peternak dalam wadah
kelompok/koperasi.
d. Pola Usaha
Dengan memahami berbagai tingkat usaha dan peranan pemerintah, maka
pengembangan pola usaha yang dapat dilaksanakan meliputi :
1. Pola pengembangan melalui pendanaan pemerintah dengan melibatkan masyarakat
langsung dalam pengelolaan dana (Pola Bantuan Sosial);
2. Pola pengembangan dengan pendanaan masyarakat (Pola Swadana);
3. Pola pengembangan dengan pendanaan pemerintah bersama masyarakat dalam
bentuk kerjasama atau kemitraan.
Dengan memperhatikan perkembangan global, maka penguatan usaha peternakan di
sektor peternak dirasakan sangat penting. Karena itu perlahan fungsi pemerintah harus
bergeser sebagai donatur pembangunan kearah regulator, dinamisator, dan fasilitator.
Sehingga usaha ditingkat peternak sudah harus berbasis agribisnis.

2. Perangkat Pendukung
Dalam menggerakkan laju percepatan pembangunan peternakan ditingkat peternak, maka
perangkat pendukung yang harus menjadi perhatian adalah :
Dalam menggerakkan laju percepatan pembangunan peternakan ditingkat peternak, maka
perangkat pendukung yang harus menjadi perhatian adalah :
a. Dana pembangunan
Perencanaan kedepan, fungsi dan peran pemerintah sebagai donatur sudah harus
digantikan oleh peternak atau swasta. Ini mengindikasikan bahwa jenis usaha ditingkat
peternak minimal sudah harus bertipologi cabang usaha atau usaha pokok dan bergeser
perlahan ke industri rumah tangga. Peran Pemerintah yang mendesak adalah penguatan
pendanaan awal untuk fasilitasi bidang produksi yang mempunyai nilai ekonomis dan
sebagai modal dasar kelompok (Unit Pengelola Pupuk Organik, Unit Pengelola Pakan
Ternak, ternak sebagai modal dasar pengembangan, penyediaan kantong-kantong air,
introdusir pakan ternak berkualitas dan perbaikan areal hijauan makanan ternak);

b. Tenaga
Peningkatan kemampuan peternak menjadi sasaran utama, efisiensi, dan efektivitas
pengerahan tenaga kerja dan pengalokasian jenis komoditi yang diusahakan harus
ditempuh dengan perubahan pola pikir dengan peningkatan kemampuan sumberdaya
peternak lewat pelatihan tepat guna dan tepat sasaran dengan tetap memperhatikan
kearifan lokal yang ada;

c. Kelembagaan
Penguatan kelembagaan harus dimulai dari institusi pemerintah, semi pemerintah, dan
non pemerintah yang berada di luar ataupun di dalam lingkup peternak itu sendiri.
Sinergis kelembagaan ini dengan segala regulasinya, harus memperkuat kelembagaan
sampai ke tingkat peternak;

d. Ketentuan perundangan
Perangkat perundangan yang ada, harus mensupport pengembangan peternakan
termasuk didalamnya regulasi-regulasi yang dikeluarkan harus berpihak kepada
peternak. Regulasi ini hendaknya mudah dan tepat sasaran serta terjangkau oleh
peternak untuk dapat dilaksanakan.

3. Perangkat Operasional
Dalam penerapan kerangka acuan kerja ini, yang menjadi perhatian untuk aplikasinya dalam
program meliputi :
a. Aspek ekonomi dengan sasaran pada investasi penciptaan lapangan kerja dan ekspor
serta eskalasi pertumbuhan ekonomi wilayah yang berdampak langsung pada
diversifikasi usaha ditingkat peternak, sehingga diharapkan spread effect yang timbul
adalah peningkatan volume dan skala usaha menuju kesejahteraan dan kemandirian
peternak;
b. Aspek teknis dengan target peningkatan pertumbuhan populasi ternak, produksi, dan
konsumsi hasil ternak;
c. Dimensi kualitas dengan menerapkan tolak ukur standarisasi dan pengamanan pasca
panen. Standarisasi ini meliputi pakan, bibit, produk peternakan, dan kesehatan hewan.
Standarisasi kualitas meliputi kriteria teknis ternak bibit, pejantan, jantan bakalan, ternak
potong, dan pakan ternak. Pengamanan kualitas pada proses pasca panen meliputi
penurunan nilai kerusakan pada daging, telur, dan susu juga pada kematian dan
penyusutan selama transportasi ternak;
d. Dimensi efisiensi
Dimensi efisiensi dimaksudkan sebagai upaya memacu pertumbuhan komoditi yang
mempunyai keunggulan kompetitif. Kelayakan teknis, ekonomis, dan sosial merupakan
pertimbangan utama dalam investasi.
Sebagai contoh :
1. Terjadi pergeseran Feed Convertion Ratio (FCR) dari harga telur dengan harga pakan
dari 1 : 8,7 (tahun 1970), 1 : 1,65 (tahun 1973), 1 : 5,1 ( tahun 1980), 1 : 4 (tahun
1985), 1 : ± 3 (tahun 1990), 1 : 2,7 (tahun 2002), dan 1 : 1,25 (tahun 2007);
2. Perbandingan Feed Convertion Ratio (FCR) untuk menghasilkan 1 kg daging di
Indonesia saat ini 2,0 sedangkan di luar negeri 1,7.

e. Dimensi teknologi
Adalah teknologi rekayasa (teknis dan sosio ekonomis) sebagai alat untuk merealisir
program. Rekayasa teknis dapat dilaksanakan dengan teknologi konvensional
(pemanfaatan proses biologis melalui rekayasa genetik dan rekayasa proses untuk
menghasilkan komoditi unggul baik ternak ataupun hasil-hasil peternakan yang
berkualitas) dan teknologi modern lewat bioteknologi (teknik reproduksi/IB, ET,
pemuliaan ternak, pakan ternak/konsentrat, dan hijauan makanan ternak, kesehatan
hewan/bahan biologik, farmasetik, dan premik).

f. Dimensi pemasaran
Pemilihan komoditi yang diusahakan, disesuaikan dengan permintaan pasar dalam dan
luar negeri baik terhadap komoditi utama atau hasil ikutannya.

g. Dimensi perilaku
Petani sebagai subyek pembangunan adalah sumberdaya aktif yang dapat digerakkan
melalui upaya pembinaan dan penyuluhan kelompok tani.

B. Maksud
Maksud dari perencanaan pembangunan peternakan di Kabupaten Kupang adalah :
1. Menggerakkan sumber pertumbuhan yang berkaitan dengan peningkatan produksi dan
produktivitas melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, dan penerapan biokteknologi;
2. Menggerakkan sumber pertumbuhan yang mempunyai nilai tambah dari peningkatan
kualitas produk;
3. Menggerakkan sumber pertumbuhan yang berasal dari penggalian potensi permintaan lewat
diversifikasi penggunaan produk, pengolahan dan pemasaran;
4. Menggerakkan sumber pertumbuhan yang berkaitan dengan kelembagaan lewat penciptaan
iklim usaha yang mendorong investasi, kelangsungan hubungan yang saling menguntungkan
antar kegiatan fungsional dalam sistim agribisnis dan upaya penekanan resiko serta biaya
produksi.

C. Tujuan
Dengan mengacu pada siklus produksi maka perencanaan pembangunan peternakan di
Kabupaten Kupang bertujuan pada sasaran :
1. Peningkatan populasi (sarana produksi);
2. Peningkatan produksi (intensifikasi budidaya);
3. Peningkatan kapasitas dan produktivitas komoditi usaha ditingkat peternak lewat
pemanfaatan sumberdaya peternakan.
D. Sumber Dana
Pendanaan untuk pelaksanaan program kegiatan ini bersumber dari APBD Kabupaten
Kupang melalui Dana Alokasi Umum (DAU) yang tertuang dalam DPA Dinas Peternakan
Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2019.

E. Waktu dan Lokasi Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan pekerjaan Pembelian Anakan Lamtoro ini berlangsung selama 45
(empat puluh lima) hari kalender sepanjang Tahun Anggaran 2019 dan berlokasi di Oelamasi,
Kabupaten Kupang.
II. KEBIJAKAN UMUM DAN IMPLEMENTASI PROGRAM

A. Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi kebutuhan riil operasional teknis dan non teknis yang mendukung
pengembangan peternakan di lapangan dirasakan sangat mendesak terutama hal-hal yang
berhubungan langsung dengan :
1. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan (pengadaan vaksin dan obat-obatan);
2. Peningkatan produktivitas ternak yang berhubungan dengan peningkatan kualitas dan
kuantitas ternak (fasilitasi pelayanan IB dalam bentuk pengadaan bibit ternak, perbaikan
kualitas hijauan makanan ternak dalam bentuk pengadaan bibit hijauan makanan ternak
berkualitas, pengadaan bahan percontohan pelatihan IB, pengadaan makanan dan
minuman untuk kegiatan kontes ternak tingkat Kabupaten Kupang).
Penganggaran kebutuhan dimaksud disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah dan
alokasi dana yang ada di tahun anggaran 2019. Untuk menjangkau kebutuhan riil lapangan
dimaksud, maka dalam pelaksanaan teknis dan administrasi untuk mendukung pencapaian
tersebut, perlu dibentuk tim yang bertanggungjawab secara administrasi dan teknis yang
tugasnya mengatur sampai dengan perolehan barang/jasa lainnya tersebut terpenuhi sesuai
dengan program dan kegiatan yang sudah direncanakan dan tertuang dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Peternakan Kabupaten Kupang tahun anggaran 2019.
Pembebanan anggaran hingga sampai akhir pelaksanaan kegiatan pengadaan, dibebankan
kepada DPA Dinas Peternakan Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2019.

B. Program/Kegiatan dan Penganggaran Pengadaan Barang/Jasa


Pelaksanaan pekerjaan pembelian anakan lamtoro ini masuk dalam program peningkatan
produksi hasil peternakan dengan kegiatan pembelian dan pendistribusian vaksin dan pakan
ternak kepada masyarakat yaitu pembelian anakan lamtoro.
Kegiatan pengadaan dilaksanakan melalui mekanisme non tender dengan metode
pengadaan langsung.

C. Kebijakan Umum
Kebijakan umum pembangunan peternakan di Kabupaten Kupang, diarahkan kepada :
1. Maksimalisasi produktivitas potensi sumberdaya yang ada;
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas ternak;
3. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan;
4. Memprogramkan kegiatan yang berhubungan dengan percepatan pencapaian
swasembada daging tahun 2020;
5. Menghasilkan produk peternakan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH);
6. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak.
Untuk menjawab kebutuhan riil dimaksud, maka dalam perencanaan umum tahun 2019,
telah dianggarkan program/kegiatan yang mendukung pencapaian tujuan dimaksud pada
DPA Dinas Peternakan Kabupaten Kupang TA. 2019.
Implementasi untuk pelaksanaan program kegiatan tersebut, mengacu kepada Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 beserta aturan lainnya yang mendukung pelaksanaan
kegiatan dan telah direvisi kembali ke dalam Peraturan Presiden No. 04 Tahun 2015. Dan
terakhir telah direvisi lagi berdasarkan Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018.

Pemaketan pekerjaan dan cara pengadaan barang/jasa :


Dengan mengacu kepada peraturan-peraturan tersebut maka Pagu Anggaran yang ada
sekaligus dipakai sebagai acuan pemaketan pekerjaan, sehingga pemaketan pekerjaan
tersebut dilakukan dengan cara pengadaan langsung untuk pembelian anakan lamtoro.
Beberapa persyaratan kualifikasi yang harus dipenuhi antara lain :
a) Peserta yang berbadan usaha harus memiliki Surat Ijin Usaha terdiri dari :
 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) bidang barang non kecil;
 Surat Ijin Tempat Usaha (SITU);
 Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
 Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun pajak
terakhir (SPT Tahunan Tahun 2018);
 Akta pendirian dan perubahan perusahaan;
 Akte kuasa (Jika ada);
 Bukti laporan pajak tahun terakhir tahun 2018;
 Data pekerjaan yang sedang dilaksanakan (apabila ada);
 KTP Pimpinan Perusahaan;
b) Wajib mengantar anakan lamtoro sampai ke lokasi penyebaran kelompok;
c) Memberikan garansi selama 30 hari terhitung sejak hari pendropingan. Jika
terjadi kematian, kering, layu, menunjukkan tanda-tanda tidak hidup, rekanan
wajib menggantinya dengan yang baru sesuai dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan;
d) Wajib mengantar anakan lamtoro bersama-sama dengan kawat duri yang nanti
diambil di Kantor Dinas Peternakan Kabupaten Kupang.
No Program Kegiatan Nama Paket Volume Nilai (Rp)
(anakan)

1 2 3 4 5 7
1 Peningkatan Pembelian dan Pembelian 17.000 93.500.000,-
Produksi Hasil pendistribusian anakan
Peternakan vaksin dan pakan lamtoro
ternak

93.500.000,-

D. Pengorganisasi Pengadaan Barang/Jasa


Pelaksanaan pengadaan barang/jasa ini dilaksanakan melalui penganggaran yang tertuang
dalam DPA Dinas Peternakan Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2019. Struktur
pengorganisasian dan tugas pokok/fungsi pelaksana kegiatan mengacu kepada Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 dan telah direvisi berdasarkan Peraturan Presiden No. 04
Tahun 2015 dan terakhir telah direvisi berdasarkan Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018
yang terdiri dari :
1. Pengguna Anggaran (PA) dalam hal ini dipegang oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten
Kupang dengan tugas dan kewenangan sebagai berikut :
a. Menetapkan rencana umum pengadaan
b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan
c. Menetapkan PPK
d. Menetapkan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa
e. Menetapkan Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
f. Mengawasi pelaksanaan anggaran
g. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku
h. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan Pokja ULP/Pejabat Pengadaan, dalam
hal terjadi perbedaan pendapat
i. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan
barang/jasa.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ditunjuk oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten
Kupang yang memiliki tugas pokok dan kewenangan sbb :
a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi :
1. Spesifikasi teknis barang/jasa
Spesifikasi anakan lamtoro :
ANAKAN LAMTORO
(Waktu Pelaksaan : 45 Hari Kalender)

NO BENTUK KEMASAN JUMLAH TAHUN


PRODUKSI
1 2 3 4 5
1 Bibit Lamtoro Teramba (Leucaena Polybag 17.000 anakan 2019
leucolephala)

2 Umur bibit lamtoro teramba 3 bulan ke atas

3 Tinggi anakan minimal 50 cm

2. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)


3. Rancangan kontrak
4. Kerangka Acuan Kerja (KAK);
b. Menerbitkan Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa
c. Menandatangani kontrak
d. Melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa
e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak
f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA
g. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA dengan Berita
Acara Penyerahan
h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan
pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan
i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.

3. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan mempunyai tugas pokok dan kewenangan


untuk :
a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak;
b. Menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui pemeriksaan/pengujian;
c. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

Dalam proses pengadaan barang/jasa ini, diterbitkan 3 (tiga) Surat Keputusan (SK) yaitu :
1. Surat Penunjukkan kepada Pejabat yang memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan
Barang/Jasa sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang ditandatangani oleh
Pengguna Anggaran;
2. Surat penugasan Pejabat Pengadaan dari Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa;
3. SK Panitia/pejabat pemeriksa hasil pekerjaan yang dikeluarkan oleh Pengguna Anggaran.
Pembebanan pembiayaan sebagai akibat diterbitkannya SK dimaksud dan administrasi
pendukung pelaksanaan kegiatan, dibebankan kepada Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) Dinas Peternakan Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2019 kecuali Surat Penugasan
Pokja Pengadaan dari Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa.

E. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan dan tugas pokok dan fungsi pelaksana kegiatan, dilaksanakan dengan
mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 serta peraturan pendukung
lainnya di bidang konstruksi dan yang terakhir berdasarkan Peraturan Presiden No. 04 Tahun
2015 dan telah diubah juga yang terakhir berdasarkan Peraturan Presiden No. 16 Tahun
2018. Proses dan tahapan pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan aplikasi tender SPSE versi
4.3.

F. Penutup
Demikian kerangka acuan kerja pengadaan barang/jasa pembelian anakan lamtoro ini pada
Dinas Peternakan Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2019 ini dibuat sebagai acuan dalam
pelaksanaan operasional kegiatan.

Oelamasi, 21 Oktober 2019


Pejabat Pembuat Komitmen,

ttd

Amin Juariah, S.TP, MM


Pembina
NIP. 19661113 198703 2 005

Anda mungkin juga menyukai