Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: 1412-1026

Volume 17, Number 3, Desember 2017 E-ISSN: 25500112


Pages:184-189 DOI: https://doi.org/10.24815/jks.v17i3.9151

PENYIMPANGAN REFLAKSI CAHAYA DALAM MATA


PADA ANAK USIA SEKOLAH

Saminan

Dosen bagian fisiologi Fakultas Kedokteran Univeritas Syiah Kuala Banda Aceh
Email: saminanfis_05@unsyiah.ac.id

Abstrak. Penyimpangan cahaya dalam mata sehingga cahaya tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi didepan
atau dibelakang retina dan mungkin tidak terletak pada satu titik fokus. Dapat ditentukan oleh media penglihatan yaitu kornea,
cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjang bola mata. Kelainan refraksi kelompok usia sekolah mencapai 66 juta anak, jenis
kelainanrefraksi miopia. Kelainan daya bias dapat dinetralkan dengan alat bantu berupa kaca mata.(JKS 2017; 3:184-189)

Kata kunci: Refraksi, Cahaya, miopia.

Abstrac.Light deviation in the eye to light is not focused on the retina or yellow spots, but in front or behind the retina and
may not lie in a single focal point. Can be determined by the visual media of the cornea, eye fluids, lenses, glass objects, and
the length of the eyeball. Refractive disorders of the school age group reached 66 million children, a type of myopia refractive
disorder. Bias power abnormalities can be neutralized with aids in the form of glasses. (JKS 2017; 3:184-189)

Keywords: Refraction, Light, myopia

Pendahuluan menjadi 1% saat berusia 15 tahun. Penelitian di


Kelainan refraksi atau ametropia adalah kelainan kota Qazvin Iran menunjukkan dari 5903 siswa
pembiasan sinar pada mata hingga sinar tidak berumur 7-15 tahun penderita miopia terbanyak
difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dengan jenis kelamin perempuan 59% dan laki-
di depan atau di belakang bintik kuning atau laki 41%, ini dengan penderita hipermetropia
tidak terletak padasatu titik fokus. Kelainan ini lebih banyak pada jenis kelamin perempuan
dikenal dalam miopia, hipermetropia dan 56,74% dan laki-laki 43,26%3.
astigmatisme1.
Agtismatisme sangat umum dalam
Kelainan refraksi merupakan salah satu perkembangan awal bayi dan biasanya tertinggi
penyebab kebutaan di dunia. World Health pada usia 10 minggu kemudian menurun pada
Organitation(WHO) menyatakan 45 juta orang usia dewasa (Vaughan,2000). Sebuah penelitian
mengalami kebutaan di seluruh dunia dan 135 di Northern Yunani, dari 1738 siswa 10,2% nya
juta dengan penurunan tajam penglihatan (low menderita astigmatisme, wanita lebih beresiko
vision). Diperkirakan gangguan refraksi mengalami astigmatisme daripada laki-laki, dan
menyebabkan sekitar 8 juta orang mengalami keturunan menjadi faktor predisposisi penting
kebutaan di dunia. Angka kebutaan anak di untuk kelainan ini. Prevalensi astigmatisme di
dunia diperkirakan 1,4 juta kasus dn 500.000 sebuah sekolah di Taiwan menunjukkan, sekitar
kasus baru terjadi setiap tahunnya. Diperkirakan 1/3 daripenderita astigmatisme dengan derajat
setiap satu menit terdapat satu anak menjadi buta kelainan <1D, kemudian 13% anak usia sekolah
dan hampir ½ berada di Asia Tenggara2. pada tahun 2000 telah mengalami astigmatisme
1-2D, kurang dari 2% siswa mengalami
Prevalensi miopia bervariasi di berbagai belahan astigmatisme >3D.3,4
dunia, orang Asia memiliki prevalensi tertinggi.
Sebuah penelitian di Malaysia menunjukkan Ciner dkk tahun 1998 menyatakan kelainan
angka kejadian miopia anak usia sekolah refraksi berada diurutan ke empat kelaianan
meningkat seiring bertambahnya usia dengan terbanyak pada anak, dan merupakan penyebab
prevalensi 9,8% pada anak usia 7 tahun menjadi utama kecacatan anak. Pada anak usia 3-6 tahun,
34,4% saat berusia 15 tahun. Sedangkan ambliopia seperti strabismus, dan kelaianan
prevalensi hipermetropia menurun dengan refraksi signifikan merupakan kelainan
4,5,6
adanya peningkatan usia, 3,8% pada usia 7 tahun penglihatan dan prevalensi terbanyak .
184
Saminan Penyimpangan Reflaksi Cahaya Dalam Mata

Di Indonesia, gangguan penglihatan akibat schlemm, suatu saluran venosa di batas antara
kelainan refraksi dengan prevalensi sebesar iris dan kornea (sudut ruang anterior)12,13.
22,1% menjadi maslaah yang cukup serius.
Sementara 105 dari 66 juta anak usia sekolah (3- Aqueus humor mengisi kamera anterior dan
6 tahun) menderita kelainan refraksi. Sampai posterior mata. Jika ini diambil efek refraksinya
saat ini angka pemakaian kacamata koreksi hilang. Volumenya sekitar 250 L, dan kecepatan
masih sangat rendah yaitu 12,55 dari prevalensi. pembentuknya, yang bervariasi diurnal, adalah
Apabila keadaan ini tidak ditangani secara 1,5 – 2 L/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih
menyuluruh, akan terus berdampak negatif tinggi daripada plasma. Komposisinya hampir
terhdap perkembangan kecerdasan anak dan sama dngan plasma kecuali bahwa cairan ini
proses pembelajarannya, yang selanjutnya juga memiliki kosentrasi askorbat, piruvat, dan laktat
mempengaruhi mutu, kreatifitas, produktivitas yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa
angkatan kerja (15-55 tahun), yang diperkirakan yang lebih rendah11,13.
berjumlah 95 juta orang sesuai data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 20007,8. 3. Lensa
Meningat besarnya masalah kebutaan di Lensa yaitu suatu struktur bikonveks,
dunia, WHO pada tanggal 30 September 1999, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan
mencanangkan komitmen global vision 2020 sempurna. Empat puluh lima persen lensa terdiri
The Right to sight untuk mendorong dari air, sekitar 35% protein, dan sedikit sekali
penanggulangan gangguan penglihatan dan mineral yang biasa ada di jaringan tubuh
kebutaan tertentu yang sebenarnya dapat dicegah lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
atau direhabilitasi dengan dasar keterpaduan dari pada dikebanyakan jaringan lain. Asam
upaya dan bertujuan untuk menurunkan jumlah askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
kebutaan pada tahun 20208,9,10. teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada syaraf
nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa12.
Media Refraksi
1. Kornea Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran cahaya ke retina. Untuk menfokuskan cahaya
dan strukturnya sebanding dengan kristal sebuah yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
jam tanga kecil. Kornea dewas rata-rata menegangkan serat zunola dan memperkecil
mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya
0,65 mm di tepi dan diameternya sekitar 11,5 yang terkecil, dalam posisi ini, daya refraksi
mm 11,12. lensa diperkecil sehingga berkas cahaya parallel
akan terfocus ke retina. Untuk menfocuskan
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontrasi
dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju sehingga tegangan zonulla berkurang. Kapsul
retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan lensa yang elastik kemudian mempengaruhi
strukturnya yang uniform, avaskular, dan lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
deturgensens. Deurgensens, atau keadaan penigkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik
dehigrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan antara korpus siliaris, zunolla, dan lensa untuk
oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan memfokuskan benda dekat ke retina dikenal
oleh sawar fungsi epitel dan endotel. Endotel sebagai akomodasi13,14.
lebih penting daripada epitel dalam mekanisme 4. Badan kaca
dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada Badan kaca merupakan suatu suatu jaringan
endotel jauh lebih berat daripada cedera pada sperti kaca bening yangterletak antara lensa
epitel.11,12,13 dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di
2. Aqueus Humor dalam bola mata menandung air sebanyak 90%
Aqueus humor adalah suatu cairan jernih yang shingga tidak dapat lagi menyerap air. Fungsi
memberi makan kornea dan lensa, dihasilkan di badan kaca sama seperti fungsi cairan mata,
korpus siliaris melalui proses difusi dan yaitu mempertahankan bola mata agar tetap
transport aktif dari plasma. Cairan ini mengalir bulat. Peranannya mengisi ruang untuk
melalui pupil untuk mengisi kamera okuli meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan
anterior (ruang anterior mata). Dalam keadaan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola
normal, cairan ini diserap kembali melalui mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang
jaringan trabekula masuk kedalam kanalis disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf
185
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (3): 184-189, Desember 2017

optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak kemungkinan mengalami miopia. Ini karena
terdapatnya pembuluh darah dan sel13,14. organ mata sedang berkembang dengan cepat
5. Retina pada tahun-tahun awal kehidupan16.
Retina disebut juga selaput jala, merupakan
bagian mata yang mengandung reseptor yang Klasifikasi miopia bermacam-macam
menerima rangsangan cahaya. Retina merupakan diantaranya berdasarkan besar derajat miopia,
suatu struktur yang sangat terorganisir, yag dibagi dalam 16,17
terdiri dari lapisan-lapisan badan sel yang 1) Ringan : < -3D
prosesus sinaptik. Walaupon ukurannya kompak 2) Sedang : -3D sampai -6D
dan tampak sederhana apabila dibandingkan 3) Berat : > -6D
dengan struktur saraf mosalnya korteks
serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang Pada miopia panjang bola mata anteriorposterior
sangat canggih. Pengolahan visual retina di dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan
uraikan oleh otak, dan persepi warna, kontras, media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa
kedalaman, dan bentuk langsung di korteks11,14. jenis miopia seperti16,17:
Retina adalah jaringan paling kompleks di a) Miopia refraksi, miopia yang terjadi akibat
mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi bertambahnya indeks bias media penglihatan.
sebagai suatu alat optik, sebagai suatu reseptor b) Miopia aksial, miopia yang terjadi karena
yang kompleks, dan sebagai suatu transduser memanjangnya sumbu bola mata,
yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di dibandingkan dengan kelengkungan kornea
lapisan fotoreseptor mampu mengubah dan lensa yang normal.
rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf
yang dihantarkan oleh lapisan saraf retina Ada beberapa penelitian menunjukkan hubungan
melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks antara miopia pada orang tua dengan kejadian
penglihatan. Makula berpera penting untuk miopia pada anak, yang pertama adalah kondisi
ketajaman penglihatan dan untuk penglihatan lingkungan yang diwariskan. Kejadian untuk
warna, dan sebagian besar selnya adalah sel miopia dalam suatu keluarga lebih mungkin
kerucut. Di fovea sentralis, terdpat hubungan disebabkan lingkungan yang mendorong untuk
hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel melakukan kegiatan yang berjarak dekat dalam
ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal keluarga daripada faktor genetik. Orangtua
lain menjamin penglihatan yang paling tajam. Di dengan miopia biasanya akan menetapkan
retina perifer, banyak foto reseptor dihubungkan standart akademik yang tinggi atau mewariskan
ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan kesukaan membaca pada anak-anak mereka
sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat daripada mewariskan gen itu sendiri. Suatu
dari susunan seperti itu adalah bahwa makula penelitian di tanzania menunjukkan bahwa
terutama digunakan untuk penglihatan sentral orangtuayang memiliki status pendidikan tinggi
dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan terutama ayahnya, lebih banyak menderita
bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri miopia18.
dari fotoreseptor batang, digunakan terutama
untuk penglihatan perifer dan malam Selain itu, adanya faktor lingkungan yang
(skotopik)11,14. mempengaruhi miopia pada anak dapat dilihat
pada hasil penelitian yang dilakukan di
Klasifikasi Penyimpangan Refraksi Australia. Pada penelitian tersebut, dibandingkan
1. Miopia gaya hidup 124 anak etnis Cina yang tinggal di
Miopia didefinisikan sebagai ketidaksesuaian Sidney dengan 682 anak dari etnis yang sama di
antara kekuatan refraksi media refraksi dan Singapore. Didapatkan prevalensi miopia di
panjang sumbu bola mata, dimana berkas sinar Singapore 29% dan 3,3% di Sidney. Padahal
parallel yang masuk berkonvergensi pada satu anak-anak di Sidney membaca lebih banyak
titik fokus di anterior retina. Kelainan ini bisa buku tiap minggu dan melakukan aktivitas
dikoreksi dengan lensa divergen/lensa minus1,15. dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di
Singapore. Tetapi anak-anak di Sidney juga
Miopia dapat terjadi karena bola mata tumbuh menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama
terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula, (13,75 jam setiap minggu), dibandingkan dengan
semakin dini mta seseorang terkena sinar terang anak-anak di Singapore (3,05 jam setiap
secara langsung, maka semakin besar minggunya). Hal ini adalah faktor yang paling
186
Saminan Penyimpangan Reflaksi Cahaya Dalam Mata

signifikan berhubungan dengan miopia antara jarinya lebih pendek dibanding jari-jari
kedua grup19,20. Menurut Guggenheim (2007), kelengkungan kornea dibidang horizontal. Pada
pada penlitiannya di Singapore yang mengamati keadaan astigmat lazim ini diperlukan lensa
anak yang menghabiskan waktu lebih lama silinder negatif dengan sumbu 180 derajat untuk
untuk membaca, menonton televisi, bermain memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi.23,24
video game dan menggunakan komputer
ternyata lebih banyak mengalami mipia21,22. Pada usia pertengahan kornea menjadi lebih
sferis kembali sehingga astigmat menjadi
2. Hipermetropia against the rule (astigmat tidak lazim), yang
Hipermetropia merupakan kebalikan dari merupakan suatu keadaan kelainan refraksi
miopia, penderita kurang jelas melihat objek dimana koreksi dengan silinder negatif
pada jarak dekat. Hal ini terjadi karena terlalu dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120
pendeknya bola mata atau terlalu lemahnya derajat) atau dengan silinder positif sumbu
sistem lensa bila muskulus siliaris berelaksasi. horizontal (30-150 derajat). Keadaan ini terjadi
Dalam keadaan ini berkas cahaya sejajar tidak akibat kelengkungan kornea pada meridian
cukup dibelokkan oleh sistem lensa sampai tepat horizontal lebih kuat dibandingkan
di retina. Beberpa sebab dari hipermetropia kelengkungan kornea vertikal. Hal ini sering
tersebut adalah panjang bola mata terlalu ditemukan pada usia lanjut.25
pendek, kelainan posisi lensa dimana lensa
bergeser kebelakang, kurvature kornea terlalu Adapun bentuk-bentuk dari astigmat ini yaitu25
datar dan indeks bias mata kurang dari normal. 1. Astigmat reguler yaitu astigmat yang
Sebagian besar penyebab hipermetropia ini memperlihatkan kekuatan pembiasan
adalah panjang bola mata yang terlalu pendek bertambah atau berkurang perlahan-lahan
sehingga sering didapatkan hipermetropia pada secara teratur dari satu meridian ke meridian
anak-anak.12 berikutnya. Bayangan yang terjadi dengan
Penyebab dari hipermetropia ini yaitu1: bentuk yang teratur dapat berbentuk garis,
a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia lonjong, atau lingkaran.
aksial merupakan kelainan refraksi akibat 2. Astigmat irreguler, astigmat yang terjadi
bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior tidak mempunyai dua meridian saling tegak
yang pendek. lurus. Astigmat iregular dapat terjadi akibat
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea pada meridian yang
kelengkungan kornea atau lensa kurang sama berbeda sehingga bayangan menjadi
sehingga bayangan difocuskan di belakang irreguler. Ini dapat terjadi akibat infeksi
retina. kornea, trauma dan distrofi atau akibat
c. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang
indeks bias yang kurang pada sistem optik berbeda.
mata.
Deteksi dini dan koreksi yang segera sangat
3. Astignatisme penting terutama pada penderita anak.
Astigme merupakan kelainan refraksi sistem Astigmatisme yang tidak terkoreksi dapat
lensa mata yang biasanya disebabkan oleh mengakibatkan ambliopio karena bayangan yang
kornea yang berbentuk bujur atau lensa yang tajam tidak terproyeksikan ke retina. Koreksi
berbentuk bujur. Karena kelengkungan lensa untuk astigmatisme menggunakan lensa
astigmatisme disatu bidang lebih kecil dari silinder.15
bidang yang lain maka berkas cahaya mengenai
bagian ferifer lensa itu dalam satu bidang tidak Pembahasan
bengkok sedemikian besar seperti berkas cahaya Untuk memperoleh penglihatan yang jelas, mata
yang mengenai bagian perifer bidang lainnya12. harus dengan akurat menfokuskan sebuah
bayangan tepat di retina. Hal ini ditentukan oleh
Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai media penglihatan yang terdiri dari kornea,
kornea yang bulat atau sferis yang dalam cairan mata, lensa, benda kaca dan panjangnya
perkembangannya terjadi terjadi keadaan apa bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan
yang disebut sebagai astigmatisme with the rule sinar terkuat dibanding media penglihatan mata
(astigamat lazim) yang berarti kelengkungan lainnya. Sedangkan lensa memegang peranan
kornea pada bidang vertikal bertambah atau jari- terutama pada saat melakukan akomodasi atau
187
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (3): 184-189, Desember 2017

bila melihat benda yang dekat. Untuk Kesimpulan


menfokuskan bayangan tepat pada retina, mata Penyimpangan refraksi cahaya dalam mata pada
melakukan sebuah mekanisme akomodasi anak usia sekolah adalah keadan bayangan tidak
dimana mata dapat mengubah kekuatan tepat di bentuk pada retina, dimana terjadi
refraksinya dengan cara merubah bentuk dari ketidakseimbangan sistem penglihatan pada
lensa sehingga bayangan benda pada jarak yang mata sehingga menghasilkan bayangan yang
dikehendaki dapat difokuskan di retina.1,12,21 kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina,
tetapi didepan atau dibelakang retina atau tidak
Dalam melakukan pemeriksaan apakah terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi
seseorang terdapat miopia atau tidak, dapat dapat diakibatkan terjadinya kelainan
dilakukan dengan cara mengukur status refraksi kelengkungan kornea dan lensa, perubahan
atau dilakukan pengukuran tajam penglihatan. indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola
Tajam penglihatan dinilai melalui bayangan mata. Kelainan refraksi usia sekolah di
terkecil yang terbentuk di retina, dan diukur Indonesia mencapai 66 juta anak kelainan
melalui objek terkecil yang dapat dilihat jelas refraksi miopia. Kelainan daya bias dapat di
pada jarak tertentu. Makin jauh objek dari mata, netralkan dengan alat bantu berupa kaca mata.
maka makin kecil bayangan yang terbentuk pada
retina sehingga ukuran bayangan tidak hanya Daftar Pustaka
merupakan fungsi ukuran objek namun, juga 1. Ilyas HS. 2004b. Kelainan Refraksi &
jarak objek dari mata. Dengan menggunakan Koreksi Penglihatan. Balai Penerbit FKUI.
lenda uji dan Snellen chart pemeriksaan ini Jakarta.
dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif 2. CEHJ (community Eye Health Journal).
(sferis konkaf) yag diperlukan untuk mengoreksi 2007. Prevention childhood Blindness
tajam peglihatan sehingga menjadi normal atau Teaching.
tercapai tajam penglihatan terbaik.1,25 3. Khalaj M, Zeidi IM, Gasemi M. 2009.
Pada miopia, permukaan refraksi mata Prevalence of refractive error in primary
mempunyai daya bias terlalu besar. Kelebihan school childern (7-15 years) of Gazvin city.
daya bias ini dapat dinetralkan dengan European Jurnal Of Scientific Research
meletakkan alat batu berupa kacamata atau lensa 28(2):174-185.
kontak dengan menggunakan jenis lensa sferis 4. Abolfotouh M, Faheem Y, Badawi I, Mein
konkaf di depan mata, yang akan menyebarkan J, Harcourt B. 1993. Prevalance of
berkas cahaya sehingga pasien miopia dapat refractive errors and their optical
melihat dengan jelas kembali.12,25 ccorrection among school boys in Abna
City, Asir Region, Saudi Arabia. Health ser
Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Journal Eastern Mediteran Vol 7:2.
lensa kontak merupakan sebuah terapi yang 5. Ciner EB, Schmidt PP, Orel-Bixler, Robb
efektif untuk memperlambat progresifitas miopia RM, Parks MM, Duke-Elder. 1998. Vision
aksial. Laju progresifitas miopia pada pasien screening of preschool childern: evaluating
yang menggunakan lensa kontak lebih lambat the past, looking toward the future.
dari pada pasien yang menggunakan lensa yang Optometry and Vision Science, 75(8):571-
dipasang di kacamata.20,25 584.
6. Moore B. 2006. The Massachusetts
Terapi yang digunakan untuk mengembalikan preschool vision scereening programe
kondisi mata pada penderita miopia agar opthometry 77(8) 371-377.
kembali normal dapat dilakukan dengan cara 7. Kepmenkes (Keputusan Menteri Kesehatan
pembedahan, seperti pembedahan refraksi Republik Indonesia). 2005. Rencana
dengan menggunakan laser atau Laser-assistedin Strategi Nasional Penanggulangan
situ keratomilieusis (LASIK) yaitu dengan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan Untuk
mengembalikan keadaan refraksi pada miopia Mencapai Vision 2020. Jakarta.
dengan mengurangi ketebalan skotomata kornea. 8. Limburg H and Scheim. 2003. Vision 2020.
Namun tindakan ini tidak dapat menurunkan The Epidemiology of Eye Disease, Second
kondisi kebutaan yang di akibatkan karena Edition. London. Arnold Published 120-
pelepasan retina, degenerasi makular, dan 36Ades AE. Evaluating screening test and
glaukoma yang berhubungan dengan miopia screening programmes. Arch Dis Child
tinggi.20,23 1990;65:792-5.
188
Saminan Penyimpangan Reflaksi Cahaya Dalam Mata

9. Collin C, Babar Q, Pullicino, Peter, Richard Heritability of recrative error and ocular
L. 2005. Vision 2020 at the district level. biometic: The gene in myopia (GEM) twin
Community Eye Health Journal 18 (54):1-4. study. Investigative Opthamology and
10. Thulasiraj RD, Muralikrishan R. 2001. Visual Science 49(10): 4336-433.
Vision 2020. The Global initiative for right 24. American academy of Opthalmology
to sight. Communty Opthamology 1;20-21. (AAO). 2004. Basic and Clinical Science
11. Vaughan GD, Ashbury T, Riordan-EvaP. course: opticus, reraction and contact
2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. lenses. Sec 3.
Widya Medika. Jakarta. 25. Ilyas HS. 2004a. Ilmu Penyakit Mata. Edisi
12. Ganong FW. 2002. Buku Ajar Fisiologi ke-3. FKUI. Jakarta.
Kedokteran. Edisi 20. EGC. Jakarta.
13. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari
sel ke system. Edisi 2. EGC. Jakarta.
14. Hammond CJ, Snieder H, Gilbert CE,
Attebo K, Michael P, Swith W, Ivers SQ.
2001. Genes and Eviroment in Recrative
error: the twin eye study. Investigative
Opthalmolgy and Visual Science: 42(6).
15. Spraul CW and Lang GK. 2000. Optic and
refractive errors in Lang GK
Opthalmology: A Short text book. New
York.
16. Curtin B.J. 2002. The Myopia. Philadelphia
Harper & Row.
17. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R,
Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W.
2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3
Jilid 1. Media Aesculapius FKUI.
Jakarta:72.
18. Wedner SH, Ross DA, Todd J, Mancippi S,
Kleinstein NR. Twelker DJ. 2002. Myiopia
in Secondary school Students in Mwanza
City Tanzania: the Need a national
screening programe. Britis Journal of
Opthamology 86:1200-1206.
19. Mavracanas TA, Mandalus A, Peios D.
2000. Prevalance of myopia in a sample of
Greek students. Act Opthal Scane 78 (65):6-
9.
20. Jane JMC. 2008. Outdoortime Could Out
Risk of Childhood Myopia. Australian
doctor page: 3. http://proquest.umi.com/
(accesed: 5 Juli 2011).
21. Guggenheim JA. 2007. Correlation in
refraktive errors between siblings in the
singapore cohort study of risk factor for
myopia. British Journal of Opthamology 91
(6): 781-784.
22. Mutti, Mitchell L, moescheberger ML, Iver
RQ, Orsoni JG. 2002. Parental Myopia Near
Work Scholl Achievement and Childern’s
refractive error. Investigative Opthamology
and Visual Sciend. 43: 12.
23. Dirani M, Chambulain M, Shekar SN, katz
J, Rahi JS, Newman DK, Thylefors B. 2008.
189

Anda mungkin juga menyukai